laporan biokimia bab 2 agta
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PERCOBAAN II
KARBOHIDRAT 1
NAMA : AGTHA DARA AFRILLIA
ASDOS : NEVIAWATI
DOSEN : LELA LAILATUL
TANGGAL PRAKTIKUM : 14 APRIL 2016
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2016
I. TUJUAN
Untuk mengetahui beberapa sifat-sifat karbohidrat dengan berbagai uji-uji yang
menyertainya
II. DASAR TEORI
Karbohidrat dengan rumus umum Cn(H20)m memiliki nama lain sakarida.
Sakarida ini berasal dari kata Arab yang arrtinya sakkar (gula). Karbohidrat
sederhana mempunyai rasa manis sehingga dikaitkan dengan gula (Hikmatullah,
2014). Karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah. Selain itu ada beberapa
golongan karbohidrat yang menghasilkan serat-serat (dietary fiber) yang berguna
bagi pencernaan (Winarno 2008).
Karbohidrat dikelompokkan pada 3 golongan, yaitu monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida. Baik pada hewan maupun manusia, energi
disimpan sebagai glikogen dan pada tanaman sebagai pati. Kedua jenis
karbohidrat tersebut merupakan polisakarida (Sumarlin 2006).
Bila tidak ada karbohidrat, asam amino dan gliserol yang berasal dari lemak
dapat diubah menjadi glukosa untuk keperluan energi otak dan sistem saraf pusat.
Oleh sebab itu, tidak ada ketentuan tentang kebutuhan karbohidrat sehari untuk
manusia. Untuk memelihara kesehatan, WHO (1990) menganjurkan agar 50-65%
konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya
10% berasal dari gula sederhana (Almatsier, 2010).
Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan
dan tumbuhan di samping lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan
merupakan cadangan makanan atau energi yang disimpan dalam sel. Karbohidrat
yang dihasilkan oleh tumbuhan merupakan cadangan makanan yang disimpan
dalam akar, batang, dan biji sebagai pati (amilum). Karbohidrat dalam tubuh
manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam amino, gliserol lemak, dan
sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
(Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Ada beberapa metode uji kualitatif karbohidrat, yaitu:
1. Uji Molisch
Uji ini efektif untuk berbagai senyawa yang dapat di dehidrasi menjadi
furfural atau substitusi furfural oleh asam sulfat pekat. Senyawa furfural akan
membentuk kompleks dengan α-naftol yang dikandung pereaksi Molisch dengan
memberikan warna ungu pada larutan. Pereaksi Molisch terdiri dari larutan 5% α-
naftol dalam alkohol 95%.
2. Uji Benedict
Untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula
yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah
monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung
dengan Benedict, contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non
pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan
hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan
sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCO3
pada larutan natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat.
Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus
aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid
atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan Benedict.
3. Uji
Untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan mengontrol kondisi
pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+.
Reagen Barfoed mengandung senyawa tembaga asetat, senyawa berwarna biru
akan terjadi dengan adanya fosfomolibdat. (Claudya, 2014).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tabel Pengamatan
1. Uji Benedict
No Perlakuan Pengamatan
1 5ml pereaksi Benedict + lar. Glukosa 0,1 M Hijau, ↓ merah bata
2 5ml pereaksi Benedict + lar. Glukosa 0,05 M Hijau, ↓ merah bata
3 5ml pereaksi Benedict + lar. Glukosa 0,02M Hijau, ↓ merah bata
4 5ml pereaksi Benedict + lar. Glukosa 0,01M Biru (tidak berubah)
5 5ml pereaksi Benedict + lar. Glukosa 0,0001M Biru (tidak berubah)
6 5ml pereaksi Benedict + lar. Fruktosa Hijau, ↓ merah bata
7 5ml pereaksi Benedict + lar. Sukrosa Biru, ↓ merah bata
8 5ml pereaksi Benedict + lar. Pati 1% Biru, ↓ merah bata
2. Uji Barfoed
No Perlakuan Pengamatan
---tidak dilakukan percobaan---
3. Uji Molisch
No Perlakuan Pengamatan
1 Pereaksi Molisch + lar. Glukosa + H2SO4 Cincin ungu kemerahan
2 Pereaksi Molisch + lar. Fruktosa + H2SO4 Cincin ungu kemerahan
3 Pereaksi Molisch + lar. Sukrosa + H2SO4 Cincin ungu kemerahan
4 Pereaksi Molisch + lar. Pati 1% + H2SO4 Cincin ungu kemerahan
4. Uji Trommer
No Perlakuan Pengamatan
1 2 ml glukosa + 2 ml NaOH + 1 ml CuSO4 Jingga
2 2 ml glukosa + 2 ml NaOH + 2 ml CuSO4 Dua fase, atas keruh
dan bawah ↓ biru
3 2 ml glukosa + 2 ml NaOH + 3 ml CuSO4 Dua fase, atas keruh
dan bawah ↓ biru muda
3.2 Pembahasan
1. Uji Benedict
Tujuan dari uji benedict ini yaitu untuk membuktikan adanya gula pereduksi.
Gula pereduksi adalah gologan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-
senyawa penerima elektron, contohnya glukosa dan fruktosa. Gula pereduksi pada
umumnya meiliki gugus aldehida dan keton.
Pada percobaan pertama yaitu dilakukan pengujian terhadap glukosa dengan
berbagai macam konsentrasi, sukrosa, fruktosa, dan pati dengan menggunakan
pereaksi benedict. Uji benedict untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Gula
pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti
laktosa dan maltosa.
Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas dengan membentuk kuprooksida yang berwarna. Gula
pereduksi bereaksi dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu2O).
Pada gula pereduksi terdapat gugus aldehid dan OH laktol. OH laktol ini
merupakan OH yang terikat pada atom C pertama yang menentukan adanya gula
pereduksi dalam karbohidrat.
Dari hasil pengujian, sampel pati dan sukrosa mempunyai hasil yang positif
mengandung gula pereduksi dengan ditandai adanya endapan merah bata pada sampel.
Menurut litelatur, pati bukanlah termasuk kedalam gula pereduksi.. Hal ini disebabkan
karena pati merupakan polisakarida dan tidak mempunyai gugus aldehid ataupun keton
bebas. Pada sukrosa hasil menunjukkan negatif mengandung gula pereduksi karena
sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya sudah saling
terikat.
Struktur Sukrosa
Glukosa dengan konsentrasi 0,01 dan glukosa 0,0001 M mendapatkan hasil
yang negatif, itu disebabkan karena glukosa yang memiliki konsentrasi paling
rendah tidak terdeteksi oleh pereaksi ini karena konsentrasi yang kecil tersebut
menyulitkan pereaksi agar bereaksi dengan sampel uji.
Gambar 1. Uji Benedict
Hasil yang positif mengandung gula pereduksi adalh glukos dan fruktosa yang
mempunyai konsentrasi paling tinggi. Fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun
karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi
glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan
pereaksi benedict. Berikut merupakan reaksi dari uji benedict:
2. Uji Barfoed
Pada percobaan ini tidak dilakukan analisis karbohidrat dengan uji barfoed.
Menurut litelatur uji barfoed bertujuan untuk membedakan monosakarida dari
disakarida. Karbohidrat dalam asam lemah akan mengalami perubahan reaktivitas.
Karbohidrat dengan reaktivitas rendah akan menurunkan daya reduksinya dan
sebaliknya pada reaktivitas tinggi akan tetap mempertahankan daya reduksinya.
Larutan barfoed terdiri atas larutan kupri asetat dan asam asetat dalam air,
monosakarida dapat mereduksi lebih cepat dari disakarida. Dengan anggapan
bahwa konsentrasi monosakarida dan disakarida dalam larutan tidak berbeda
banyak (Poedjiadi, hal: 41, 2005).
3. Uji Molisch
Percobaan kedua yaitu dengan menggunakan preaksi molisch untuk
mengetahui adanya karbohidrat dalam suatu sampel. Uji Molisch merupakan
campuran antara α-naftol dalam pelarut alkohol. Uji ini untuk mendeteksi
senyawa-senyawa karbohidrat yang mudah didehidrasi oleh asam sulfat pekat
menjadi senyawa furfural atau senyawa furfural tersubstitusi. Warna cincin ungu
yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau derivatnya dengan α-naftol.
Larutan yang diuji dalam uji ini adalah larutan glukosa, sukrosa, fruktosa dan
pati. Pada keempat sampel yang diuji hasil pengamatan menunjukan bahwa
terbentuk dua lapisan lapisannya berwarna ungu kemerahan, Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Monosakarida dengan asam sulfat pekat terdehidrasi mejadi furfural atau
turunannya. Furfural ini membentuk persenyawaan berwarna dengan napthol
atau persenyawaan aromatik lain. Uji mollisch berdasarkan sifat ini yaitu
pembentukan kompleks violet dengan nathol. Polisakarida tehidrolisis dalam
asam sulfat pekat. maka uji molisch positif unutk hampir semua karbohidrat.
Gambar 2. Uji Molisch
4. Uji Trommer
Uji trommer ini digunakan untuk analisis kuantitatif disakarida. dalam reaksi
trommer, sampel direaksikan dengan basa kuat, sehingga terhidrolisis
menghasilkan monosakarida. Pada percoban ini uji trommer ditandai dengan
perubahan warna jingga. Pada percobaan ini yang menunjukan hasil positif adalah
tabung yang ditambahkan 1 ml CuSO4. Sedangkan pada tabung 2 dan 3 tidak
mengalami perubahan warna jingga dikarenakan pereaksi yang digunakan tidak
sebanding dengan sampel yang akan di uji.
Gambar 3. Uji Trommer
IV. KESIMPULAN
Karbohidrat dapat diidentifikasi dengan cara uji benedict, uji molisch, uji
barfoed, dan uji trommer. Uji-uji tersebut dapat membedakan sifat-ssifatnya
berdasarkan jenisnya yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.
V. SARAN
Seharusnya praktikan harus lebih siap pada materi yang akan diuji dan teliti,
serta bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja agar percobaan dapat
terlaksana dengan baik dan hasilnya pun akan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Adicahyo Hikmatullah. 2014.https://www.academia.edu/9725717/Pengujian_
Karbohidrat_secara_Kualitatif (diunduh pada 18 April 2016 18.00 WIB).
Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Claudya. 2014. https://claudyalembong.wordpress.com/2014/03/06/pengujian-
lemakproteindan-karbohidrat. (diunduh pada 18 April 2016 20.00 WIB)
Poedjiadi, 2005. Dasar-dasar biokimia. UI Press, Jakarta.
Sumarlin L. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Program Studi Kimia
Universitas Muhammadiyah Sukabumi : Sukabumi.
Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia.
Makassar:
Winarno. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. M-Brio Press : Bogor
Pertanyaan
1. Mengapa uji Molisch disebut uji yang bukan spesifik untuk karbohidrat?
2. Apa perbedaan uji Barfoed dengan uji Benedict?
3. Bagaimanakah sifat kelarutan pati dalam air?
4. Berdasarkan percobaan, bentuk ikatan apakah yang terjadi antara pati
dengan iod?
5. Gambarkan rumus bangun dari struktur pati!
Jawab
1. Uji Molisch disebut uji yang bukan spesifik karena prinsip uji ini adalah
pembentukan furfural atau turunan-turunan dari karbohidrat. Sehingga
karbohidrat tidak secara langsung terdeteksi melainkan didehidrasi terlebih
dahulu menjadi monosakarida. Tetapi hasil reaksi yang negatif
menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung
karbohidrat.
2. Perbedaan uji Barfoed dan uji Benedict :
- Pada uji Benedict, teori yang mendasarinya adalah gula yang
mengandung gugus aldehid atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+
dalam suasana alkalis (basa), menjadi Cu+ yang mengendap sebagai
Cu2O (kupri oksida) berwarna merah bata.
- Pada uji Barfoed, ion Cu2+ dalam suasana asam akan direduksi lebih
cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan
menghasilkan Cu2O (kupri oksida) berwarna merah bata.
3. Pati kurang larut dalam air dingin. Pemanasan suspensi dapat melarutkan
pati dan bila dipanaskan secara bertahap dapat membentuk larutan koloid
dan akhirnya menjadi pasta.
4. Dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai
heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya.
Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul
iod yang dapat masuk ke dalam spiralnya.
5.