laporan biond 1

23
Laporan Praktikum Hari, tanggal: Rabu, 24 Februari 2015 Teknologi Bioindustri Golongan : P3 Dosen : Dr.Ir Prayoga Suryadarma M.Si Asisten : 1. Ahmad Mujib (F34110085) 2. Ana Makrifatul Zanah (F34110127) KINETIKA REAKSI ENZIMATIS Oleh : Dian Tiya Puspitasari (F34120076) Kusman Gunawan (F34120087) Kartika Elsahida (F34120091) Ignatia Herti (F34120104) Agum Maulana (F34120105)

Upload: syifa-nurfadilah-rajbiani

Post on 09-Jul-2016

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan biond 1

Laporan Praktikum Hari, tanggal: Rabu, 24 Februari 2015

Teknologi Bioindustri Golongan : P3

Dosen : Dr.Ir Prayoga Suryadarma M.Si

Asisten :

1. Ahmad Mujib (F34110085)

2. Ana Makrifatul Zanah (F34110127)

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

Oleh :

Dian Tiya Puspitasari (F34120076)Kusman Gunawan (F34120087)Kartika Elsahida (F34120091) Ignatia Herti (F34120104)Agum Maulana (F34120105)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2015

Page 2: laporan biond 1

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini, kami menyatakan bahwa laporan praktikum Teknologi Bioindustri ini telah dikerjakan secara berkelompok, dengan pembagian tugas sebagai berikut

Nama Tugas Tanda Tangan

Dian Tiya Puspitasari

Kusman Gunawan

Kartika Elsahida

Ignatia Herti

Agum Maulana

Pendahuluan, konten 1, & pembahasanKonten 2 & pembahasanKonten 3 & pembahasanKonten 5 & pembahasanKonten 4 & pembahasan

Page 3: laporan biond 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan teknologi sebanding dengan bertambahnya waktu, menuntut manusia untuk terus mencari dan menemukan alternatif-alternatif untuk memenuhi kebutuhannya.Bioteknologi merupakan salah satu penerapan teknologi dalam menjawab tantangan yang ada. Dalam hal ini bioteknologi melibatkan reaksi antara agen-agen biologis melalui reaksi kimia. Enzim merupakan salah satu hasil dari bioteknologi yang terkenal. Enzim adalah protein pengkatalis reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk metabolisme perantara dari sel. Enzim bekerja dengan urutan yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi yang menyimpang, mengubah energi kimiawi, dan membuat makromolekul sel dari prekursor sederhana. Enzim dapat mempercepat suatu reaksi tanpa ikut mengalami perubahan. Percepatan reaksi tersebut terjadi karena enzim dapat menurunkan energi aktivasi. Enzim mampu mempercepat reaksi kimia namun enzim sendiri tidak ikut bereaksi. Enzim dapat digunakan untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai jual yang tinggi (Widyasti 2002).

Amilase merupakan enzim yang penting dalam bidang pangan dan bioteknologi. Amilase merupakan enzim yang mengkatalis reaksi hidrolisis pati menjadi gula-gula sederhana. Amilase mengubah karbohidrat yang merupakan polisakarida menjadi maltosa (alfa dan beta) ataupun glukosa (glukoamilase). Amilase dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti tanaman, binatang, dan mikroorganisme. Untuk produksi enzim amilase dapat menggunakan berbagai sumber karbon, seperti molase, amilum, tepung jagung, tepung tapioka, dan sebagainya. Amilase sendiri adalah enzim yang merupakan biokatalisator yang mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi Untuk mengendalikan aktivitas enzim tersebut dalam kegiatan proses, maka perlu dipahami dasar-dasar kinetika reaksi yang dikatalis oleh enzim, baik dalam satu substrat atau lebih (Widyasti 2002). Oleh karena itu pengaruh substrat terhadap kinetika reaksi enzimatis perlu kita ketahui agar mempermudah perhitungan Km dan Vmax enzim.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mempelajari kinetika reaksi enzimatik enzim alpha-amilase terhadap substrat amilum dan menghitung Km dan Vmax enzim.

Page 4: laporan biond 1

METODOLOGI

Alat dan Bahan.

Alat yang digunakan dalam praktikum adalah water bath (suhu 90-950C), spektrofotometer, tabung reaksi, gelas ukur, timbangan, erlenmeyer, stopwatch, pipet, wadah (baskom kecil), alat pemanas air, dan rafia. Sedangkan bahan yang digunakan adalah enzim alpha-amilase, substrat amilum, buffer fosfat sitrat pH 7.00 50 mM, dan pereaksi DNS.

Metode

1. Standar glukosa

2. Pembuatan Blanko

Larutan glukosa murni (0,0 – 0,35) mg/ml dengan selang 0,05

Dimasukkan ke tabung reaksi

Di tambahkan 3 ml pereaksi DNS

Di panaskan selama 5 menit

Dimasukkan kedalam tabung reaksi dan di tambah 3 ml DNS

Di vortex dan di panaskan selama 5 menit

Air

Di vortex

Page 5: laporan biond 1

3. Pembuatan Kurva Standar

4. Pengukuran kecepatan reaksi enzim

Sampel di ukur absorbansinya dengan spektrofotometer

10 ml substrat amilum (0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5%

Di tambah buffer fosfst pH7

Di tambah larutan enzim+buffer(0,1:0,9 ml)

Di inkubasi

Di panaskan 5 menit

Di ukur absorbansinya

Di lakukan pemplotan dan dibuat kurva (waktu(x), dan konsentrasi glukosa (y))

Di inkubasi

Diplotkan (X= gula murni) dan (Y= absorbansinya)

Page 6: laporan biond 1

PEMBAHASAN

Hasil

[Terlampir]

Pembahasan

Kinetika reaksi enzimatis dapat digunakan untuk menentukan kadar enzim. Kinetika reaksi enzimatik dapat diukur dengan mengukur jumlah substrat yang diubah atau produk yang dihasilkan per satuan waktu dan pada suatu waktu yang sangat pendek atau pada satu titik tertentu pada grafik yang disebut kecepatan sesaat. Kecepatan sesaat merupakan tangens dari garis singgung terhadap grafik pada suatu titik tertentu. Kecepatan sesaat pada waktu mendekati nol, yaitu saat grafik masih berupa garis lurus disebut kecepatan awal (Vo). Pada reaksi enzimatis, jika disebut kecepatan, umumnya yang dimaksud adalah kecepatan awal. Hal ini disebabkan karena pada keadaan awal reaksi dapat diketahui kondisi atau keadaan dengan lebih cepat. Disamping kecepatan sesaat dan Vo, juga dikenal istilah kecepatan rata-rata, yaitu perbandingan antara perubahan jumlah substrat terhadap waktu (Poedjiadi 1994).

Enzim dapat meningkatkan reaksi kimia. Hal ini karena ada faktor – faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim seperti konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, dan kondisi lingkungan seperti suhu, pH, inhibitor, dan lain sebagainnya. Pada perubahan suhu, semua enzim membutuhkan suhu yang cocok untuk bekerja dengan baik. Laju reaksi biokimia meningkatkan dengan kenaikan suhu. Hal ini karena panas dapat meningkatkan lebih banyak jumlah tabrakan antara reaksi biokimia dan suhu. Sebagian besar ditemukan bahwa dalam kondisi suhu rendah, reaksi menjadi lambat karena ada sedikit kontak antara substrat dan enzim. Namun, suhu yang ekstrim tidak baik untuk enzim. Dibawah pengaruh suhu sangat tinggi, molekul enzim cenderung untuk mendapatkan terdistorsi, karena adanya penurunan laju reaksi. Dengan kata lain, enzim tedenaturasi gagal untuk mereaksikan fungsi normal (Alim 2013).

Efisiensi enzim sangat dipengaruhi oleh nilai pH sekitarnya. Hal ini dikarenakan muatan asam amino berubah dengan perubahan nilai pH. Setiap enzim menjadi aktif pada tingkat pH tertentu. Secara umum, kebanyakan enzim tetap stabil dan bekerja dengan baik pada kisaran pH 6 dan 8. Namun , ada beberapa enzim tertentu yang bekerja dengan baik hanya dalam lingkungan asam dan basa. Nilai pH yang menguntungkan bagi enzim tertentu sebenarnya tergantung pada sistem biologis dimana ia bekerja. Bila nilai pH menjadi sangat tinggi atau terlalu rendah, maka struktur dasar enzim mengalami perubahan (substrat). Akibatnya aktivitas enzim gagal untuk mengikat baik dengan substrat dan aktivitas enzim akan terganggu dan enzim akan berhenti sepenuhnya (Alim 2013).

Konsentrasi substrat memainkan peran utama dalam berbagai aktivitas enzim. Hal ini jelas karena konsentrasi yang lebih tinggi dari substrat berarti lebih banyak jumlah molekul substrat yang terlibat dengan aktivitas enzim. Sedangakan, konsentrasi yang

Page 7: laporan biond 1

rendah molekul akan melekatkan enzim. Ketika reaksi laju enzimatik maksimum dan enzim berada dipaling aktif, peningkatan konsentrasi substrat tidak akan membuat perbedaan dalam aktivitas enzim. Dalam kondisi ini, substrat terus diganti dengan yang baru pada aktifasi enzim dan tidak ada ruang lingkup untuk menambahkan molekul-moluekul ekstrak disana (Alim 2013).

Konsentasi enzim dalam reaksi enzimatis, jumlah molekul substrat yang terlibat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah enzim. Kenaikan konsentrasi enzim akan meningkatkan aktivitas enzim dimana enzim berpartisipasi dalam reaksi. Laju reaksi berbanding lurus dengan jumlah enzim yang tersedia. Namun, itu tidak berarti bahwa kenaikan konsentrasi enzim akan menyebabkan kenaikan mantap dalam laju reaksi. Sebaliknya konsentrasi yang sangat tinggi dari enzim dimana semua molekul substat sudah habis tidak memiliki dampak apapun pada laju reaksi. Tepatnya, setelah laju reaksi telah mencapai stabilitas, peningkatan jumlah enzim tidak mempengaruhi laju reaksi lagi (Alim 2013).

Inhibitor adalah substansi yang memiliki kecenderungan untuk mencegah aktivitas enzim. Inhibitor enzim dapat mengganggu fungsi enzim dengan dua kategori yang berbeda yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif. Sebuah inhibitor kompetitif memiliki struktur yang sama dengan molekul substrat sehingga akan melekat pada pusat enzim dan membatasi pembentukan ikatan kompleks enzim-substrat. Sebuah inhibitor nonkompetitif adalah salah satu yang membawa perubahan (s) dalam bentuk enzim yang akan bereaksi dengan situs aktif. Dalam kondisi ini, molekul substrat tidak dapat mengikat dirinya pada enzim dan dengan demikian, kegiatan selanjutnya diblokir (Alim 2013).

Uni...Enzim amilase merupakan enzim yang berfungsi untuk mengkatalis pemecahan

karbohidrat menjadi gula dengfan berat molekul yang lebih sederhana. Berdasarkan hasil pemecahan dan letak ikatan yang dipecah, enzim amilase dibedakan menjadi tiga jens, yaitu enzim alfa amilase, enzi beta amilase, dan enzim glukoamilase. Enzim alfa amilase merupakan endoenzim yang memotong ikatan alfa amilase 1-4 amilosa dan amilopektin sehingga menghasilkan oligsakarida dan sejumlah kecil glukosa dengan cepat pada larutan pati kental yang telah mengalami glatinisasi (likuifikasi pati). Produk akhir yang dihasilkan dari aktivitas enzim tersebut berupa dekstrin dan sedikit glukosa dari amilopektin, serta maltotriosa dari amilosa (Fitriani et al. 2013).

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas enzim seperti suhu, pH, adanya inhibitor, dan aktivator, dan penambahan substrat. Enzim alfa amilase bersifat termostabilitas yang aktif bekerja pada suhu 25-95oC, yang berarti diatas suhu 95oC enzim akan mengalami penurunan aktivitas karena terjadi denaturasi. Hal ini dikarenakan rantai protein tidak terlipat setelah pemutusan ikatan yang lemah sehingga secara keseluruhan kecepatan reaksi akan menurun, sedangkan dibawah suhu 25oC enzim masih dapat bekerja, tetapi tidak maksimal. Sementara itu, enzim alfa amilase akan stabil pada pH sekitar 5.5-8.0 dengan aktivitas optimum secara normal pada pH 4.8-6.5 (Fitriani et al. 2013). Sedangkan menurut Wirahadikusumah (1989) pH optium enzim amilase adalah 4 .5-4.7.

Page 8: laporan biond 1

Penambahan ion kalium dan klorida pada enzim amilase dapat meningkatkan aktivitas kerja dan kestabilan enzim. Alfa amilase memiliki beberapa sisi aktif yang dapat mengikat 4 hingga 10 molekul substrat sekaligus. Alfa amilase dapat mendegradasi besar, tapioka, dan maizena dengan pola yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa alfa amilase memiliki domain pengikat pati dan berpotensi tinggi dalam industri pemprosesan pati (Fitriani et al. 2013). Martoharsono (1994) menyatakan bahwa enzim alfa amilase akan kehilangan daya viskositas yang lebih cepat didalam larutan pari, warna iodine akan lebih cepat hilang, glukosa yang dihasilkan sedikit, dan suhu tinggi konsentrasi alfa amilase akan mempercepat proses kerja dari viskositas dan perubahan warna iodine.

Bila konsentrasi substrat (S) bertambah, sedangkan keadaan lainya tetap sama, kecepatan reaksi juga akan meningkat sampai suatu batas maksimum V. Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan subtrat. Seperti pada gambar dibawah. Pada titik-titik A dan B belum semua enzim bereaksi dengan subtrat, maka pada A dan B penambahan subtrat S akan menyebabkan jumlah EnzS bertambah dan kecepatan reaksi v akan bertambah, sesuai dengan penambahan S. Pada titik C semua enzim telah bereaksi denagn subtrat, sehingga penambahan S tidak akan menambah kecepatan reaksi, karena tidak ada lagi enzim bebas. Pada titik B kecepatan reaksi tepat setengah kecepatan maksimum. Konsentrasi subtrat yang menghasilkan setengah kecepatan maksimum dinamakan harga Km atau konstanta Michaelis (Champe 1994).

Gambar 1. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kecepatan reaksi enzim (Champe P et al. 1994)

Hasil yang diperoleh dari pengujian bahwasanya hasil nilai absorbansi berbeda pada tiap konsentrasi yang digunakan. Pada nilai absorbansi [S] =0, nilai absorbansi terukur sebesar 0. Kemudian berturut- turut pada konsentrasi 0.05, 0.1, 0.15, 0.2, 0.25, 0.3, dan 0.35 nilai absorbansi yang terukur yaitu 0.087, 0.378, 0.416, 0.541, 0.591, 0.644, 0.73. Dapat dilihat bahwa nilai absorbansi cenderung meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi yang digunakan. Dari nilai tersebut kemudian di plot data pada grafik antara nilai absorbansi (X) dengan nilai absorbansi terukur (Y). Kemudian dihitung slope dari grafik tersebut dengan regresi linear, didapatkan fungsi regresinya

Page 9: laporan biond 1

yaitu : y = 1.8829x-0.1073. Nilai slope (b) yang didapatkan dari fungsi ini sebesar 1.8829. Nilai slope ini merupakan nilai kecepatan reaksi enzimatik. Nilai slope tersebut akan digunakan untuk menghitung nilai nilai absorbansi. Setelah didapatkan nilai nilai absorbansi, nilai tersebut akan digunakan untuk pengukuran kecepatan reaksi enzim α-amilase terhadap substrat amilum pada beberapa konsentrasi substrat. 

Bila konsentrasi substrat (S) bertambah, sedangkan keadaan lainya tetap sama, kecepatan reaksi juga akan meningkat sampai suatu batas maksimum V. Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan substrat. (Champe 1994). Uji dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan nilai absorbansi dan waktu reaksi terhadap kecepatan reaksi enzim α– Amilase. Pada percobaan kali ini waktu reaksi adalah 0 menit sampai 30 menit dengan waktu pengambilan setiap 5 menit. Konsentrasi amilum yang di uji adalah 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4%, 0,5%.

Konsentrasi amilum 0,1% didapatkan nilai absorbansi dari menit ke-0 sampai menit ke-5 mengalami perubahan yang fluktuatif, yaitu pada menit ke-0 nilai absorbansi sebesar 0,025 dan pada menit ke-5 sebesar 0,623. untuk waktu ke-10 dan ke-15, nilai absorbansi cenderung stabil yaitu sebesar 0,489 dan 0,477. Pada menit ke 20 mengalami peningkatan sebesar 0,175. Pada menit ke-25 didapatkan nilai 0,68. Sedangkan pada menit ke-30 mengalami penurunan nilai absorbansi yaitu, pada menit sebesar 0,47. Nilai regresi linear yang didapatkan untuk nilai absorbansi pada amilum 0,1% ialah sebesar 0.0518. Nilai regresi linear ini masih jauh dari mendekati satu, oleh karena itu data dari nilai absorbansi ini masih jauh dari valid atau benar karena nilai errornya sangat besar.

Pada konsentrasi amilum 0,2% mengalami fluktuasi nilai nilai absorbansi. Pada waktu menit ke-0, nilai nilai absorbansi sebesar 0,058. Pada menit ke-5 nilai absorbansi mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 0,723. Nilai absorbansi pada menit ke-10 mengalami penurunan yang cukup besar yaitu 0,345. Pada menit ke-15 mengalami peningkatan kembali sebesar 0,116. Pada menit ke-20 mengalami peningkatan sebesar 0,177. Adapun pada menit ke-25, nilai absorbansi mengalami penurunan kembali yaitu sebesar 0,137 dan mengalami penurunan kembali pada menit ke-30 yaitu sebesar 0,243. Grafik kecepatan reaksi enzim α – Amilase, akan menunjukna nilai regresi linear sebesar 0,0425. Nilai tersebut jauh dari nilai satu, maka dapat dikatakn kevalidan data nilai absorbansi masih jauh dari benar.

Grafik kecepatan reaksi enzim α – Amilase dipengaruhi oleh data nilai absorbansi pada konsentrasi amilum tertentu berdasarkan waktu per menit. Oleh karena itu, sebuah data nilai absorbansi yang baik akan menunjukan nilai tersebut terus meningkat dengan konstan. Hal ini terjadi pada nilai nilai absorbansi untuk amilum 0,3%. Dari 30 menit percobaan hampir semua mengalami peningkatan kecuali pada menit ke-10 dan menit ke-15 mengalami penurunan sebesar 0,007. Pada menit ke-0, ke-5, ke-20, dan ke-25, ke-30 nilai-nilai absorbansi mengalami peningkatan yang konstan dan tidak mengalami penurunan. Nilai nilai absorbansi tersebut berturut-turut sebesar 0,459, 0,685, 0,731, 0,75 dan 0,756. Nilai regresi linear pada grafik menunjukan data sebesar 0,5286. Jika dibandingkan pada data sebelumnya, nilai tersebut sudah mendekati nilai satu. Hal ini menyatakan bahwa kurva kecepatan reaksi enzim α – Amilase sudah mendekati valid atau benar.

Nilai absorbansi pada amilum 0,4% mengalami nilai yang tidak konstan. Pada menit ke-0 dan menit ke-5 yang mengalami peningkatan. Nilai nilai absorbansi pada

Page 10: laporan biond 1

menit ke-0 sebesar 0,478% dan menit ke-5 sebesar 0,745%. Adapun untuk pada menit ke-10 nilai-nilai absorbansi mengalami peningkatan kembali sebesar 0,714.Sedangkan pada menit ke-15 dan ke-20 mengalami penurunan. Penurunan nilai nilai absorbansi pada menit ke-15 sebesar 0,025 dari menit ke-10 dan pada menit ke-25 terjadi peningkatan terjadi sebesar 0,034 dari menit ke-20. Pada menit ke-30 nilai yang didapatkan konstan sebesar 0,748%. Nilai regresi linear yang didapatkan pada kurva kecepatan reaksi enzim α – Amilase, menunjukan nilai sebesar 0,4114. Nilai tersebut cukup mendekati nilai satu, jika dibandingkan dengan data sebelumnya, maka data tersebut dapat dikatan cukup valid atau benar.

Untuk konsentrasi amilum 0,5% nilai nilai absorbansi mengalami kenaikan dan penurunan, sehingga kurva kecepatan reaksi enzim α – Amilase juga menggambarkan keadaan yang fluktuatif. Pada menit ke-0 nilai nilai absorbansi sebesar 0,583 dan pada menit ke-5 mengalami kenaikan nilai absorbansi yaitu sebesar 0,752%. Adapun pada menit ke 10 nilai absorbansi juga mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,001. Nilai absorbansi pada menit ke-15 dan menit ke-20 konstan yaitu 0,74%. Untuk menit ke-25, dan 30 nilai absorbansi mengalami kenaikan yaitu berturut-turut sebesar 0,014. Pada kurva kecepatan reaksi enzim α – Amilase dengan konsentrasi 0,5% didapatkan regresi linear sebesar 0.052. Nilai regresi linear tersebut merupakan nilai yang paling jauh dari satu, sehingga dapat disimpulkan data tersebut sangat tidak valid atau benar. Hal ini dikarenakan kelebihan kapasitas spektrofotometer. Seharusnya dalam sekali pakai maksimal 30 sampel tetapi pada pengujian ini lebih dari 30 sampel dan pengujian absorbansi konsentrasi amilum 0,5% paling terakhir. Sehingga dapat dikatakan data yang dihasilkan kurang valid.

Pada kurva Lineweaver Burk didapatkan nilai [s] dari konsentrasi amilum kemudian dikonversi ke 1/S dengan pengenceran 1000 kali, sehingga didapatkan nilai 1/S pada konsentrasi amilum 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, dan 0,5 berturut-turut sebesar 10, 5, 3,33, 2,5, dan 2. Untuk nilai V didapatkan dari nilai a. Nilai a tersebut diperoleh dari persamaan linear y = ax+b pada setiap kecepatan reaksi enzim α – Amilase. Pada konsentrasi amilum 0.1 didapatkan nilai V sebesar 0,0092, untuk konsentrasi amilum 0.2 nilai V sebesar 0,0083, konsentrasi amilum 0,3, nilai V sebesar 0,5286, konsentrasi amilum 0.4, nilai V sebesar 0,4114, dan pada konsentrasi 0,5 nilai V sebesar 0,052. Nilai V tersebut akan dikonversi menjadi 1/V, nilai tersebut berturut-turut berdasarkan konsentrasi amilumnya sebesar -108,6957, 120,4819, 1,89179, 2,430724, dan 19,23077. Nilai 1/S dan 1/V akan membentuk kurva Lineweaver Burk dengan sumbu X sebagai 1/S dan sumbu Y untuk 1/V. Nilai tersebut akan membentuk suatu persamaan Linear y = 13,925x-13,043 maka didapatkan nilai Vmax sebesar 0,077 dan nilai Km sebesar 0,00553. Berdasarkan persamaan linear tersebut akan diperoleh nilai regresi linear sebesar 0.5856, dari nilai tersebut dapat diartikan bahwa data tersebut jauh dari valid atau benar, karena nilai regresi linear cukup jauh dari satu.

Page 11: laporan biond 1

PENUTUP

Kesimpulan

Kinetika reaksi enzimatis dapat digunakan untuk menentukan kadar enzim. Kinetika reaksi enzimatik dapat diukur dengan mengukur jumlah substrat yang diubah atau produk yang dihasilkan per satuan waktu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya adalah suhu, pH, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, aktivator dan inhibitor. DNS (asam 3,5-dinitrosalisilat) merupakan senyawa aromatis yang akan bereaksi dengan gula pereduksi maupun komponen pereduksi lainnya.Metode DNS merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan total gula pereduksi dalam sampel yang mengandung karbohidrat. Reaksi dengan DNS merupakan reaksi redoks pada gugus aldehid gula dan teroksidasi menjadi gugus karboksil. Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang diserap oleh atom atau molekul.

Enzim amilase adalah suatu katalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Enzim ini berfungsi untuk memutuskan ikatan kimia dengan penambahan air. Enzim amilase dibedakan menjadi tiga berdasarkan hasil pemecahan dan letak yang dipecah yaitu α-amilase, β-amilase, dan glukoamilase. Semakin tinggi konsentrasi glukosa maka akan semakin banyak gelombang spektrofotrometri yang diserap oleh larutan. Sehingga nilai absorbannya pun semakin tinggi dan berdasarkan hasil percobaan cenderung membentuk garis linear. Sedangkan untuk mengetahui kecepatan reaksi berdasarkan konsentrasi substrat, dapat diketahui melalui persamaan Michaelis-Menten. Semakin tinggi konsentrasi substrat maka akan semakin cepat aktivitas enzimnya hingga mencapai keadaan tunak (kecepatannya tidak bertambah lagi/hanya sedikit bertambah) jika diukur dengan gelombang spektofotometri, semakin besar nilai absorbannya maka semakin banyak pati yang diubah menjadi glukosa oleh enzim.

Saran

Sebaiknya dalam melakukan pengujian suhu harus benas-benar optimal dan memperhatikan konsentrasi yang akan digunakan.

Page 12: laporan biond 1

DAFTAR PUSTAKA

Alim T. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Enzim. [internet]. [Diacu pada tanggal 01 Maret 2015]. Tersedia pada: http://www.biologi-sel.com.

Champe P C PhD , Harvey R A PhD. Lippincott’s Illustrated Reviews: Biochemistry 2nd .1994 : 47-60

Fitriani A, Supriyanti FMT, dan Heranto TE. Penentuan Aktivitas Amilase Kasar Termofil Bacillus subtiis Isolat Kawah Gunung Derajat Garut. 15 : 107-113.

Martoharsono S. 1994. Biokimia Jilid 1. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univestity Press.Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.Widiyasti E. 2002. Isolasi dan Optimasi Suhu dan Ph Pertumbuhan Bakteri Termofilik

Penghasil Alpa Amilase Termostabil. Bogor (ID): FMIPA IPB.Wirahadikusumah M. 1989. Biokimia : Protein, Enzim, dan Asam Nukleat. Bandung

(ID): ITB Press

Page 13: laporan biond 1

LAMPIRAN

REKAPAN DATA REAKSI ENZIMATIS PRAKTIKUM BIOINDUSTRI

Tabel absorbansi kurva standar

Tabel Absorbansi berbagai konsentrasi Amilum

waktu (menit)

Absorbansi pada konsentrasi amilum

0,10% 0,20% 0,30% 0,40% 0,50%0 0,025 0,058 0,459 0,478 0,5835 0,623 0,723 0,685 0,745 0,752

10 0,489 0,378 0,746 0,714 0,75315 0,477 0,494 0,739 0,739 0,74

0 0.1 0.2 0.3 0.40

0.10.20.30.40.50.60.70.8

f(x) = 1.88285714285714 x + 0.107285714285714R² = 0.904761507932375

Grafik Kurva Standar

Grafik Kurva StandarLinear (Grafik Kurva Standar)

Axis Title

Axis Title

Konsentrasi (mg/ml)

Absorbansi

0,05 0,0870,1 0,378

0,15 0,4160,2 0,541

0,25 0,5910,3 0,644

0,35 0,73

Page 14: laporan biond 1

20 0,505 0,671 0,731 0,714 0,7425 0,68 0,534 0,75 0,748 0,68130 0,21 0,291 0,756 0,748 0,695

Tabel Konsentrasi glukosa pada berbagai konsentrasi amilum

waktu (menit)

Konsentrasi glukosa pada konsentrasi amilum

0,10% 0,20% 0,30% 0,40% 0,50%0 0,154373 0,216508 0,971551 1,007326 1,2050315 1,280347 1,468637 1,397087 1,510061 1,523241

10 1,028038 0,819036 1,511943 1,451691 1,52512415 1,005443 1,037453 1,498763 1,498763 1,50064620 1,058165 1,370726 1,4837 1,451691 1,50064625 1,387672 1,112769 1,519475 1,515709 1,38955530 0,502709 0,655224 1,530772 1,515709 1,415916

0 5 10 15 20 25 30 350

0.5

1

1.5

2

f(x) = 0.00243432071428572 x + 1.40065056071429R² = 0.0519751872064983f(x) = 0.0109746171428571 x + 1.25694494285714R² = 0.411414335638411f(x) = 0.0135299814285714 x + 1.21323476428571R² = 0.528617453366317f(x) = 0.00825786142857143 x + 0.830468092857143R² = 0.0425419646516533f(x) = 0.00921276071428574 x + 0.778486603571428R² = 0.0518040586074506

Grafik waktu terhadap konsentrasi0,10%Linear (0,10%)0,20%Linear (0,20%)0,30%Linear (0,30%)0,40%Linear (0,40%)0,50%Linear (0,50%)

Axis Title

Axis Title

Page 15: laporan biond 1

0 5 10 15 20 25 30 350

0.20.40.60.8

11.21.41.6

f(x) = 0.00921276071428574 x + 0.778486603571428R² = 0.0518040586074506

Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,1%

Grafik waktu terhadai konsentrasi 0,1%Linear (Grafik waktu terhadai konsentrasi 0,1%)

Axis Title

Axis Title

0 5 10 15 20 25 30 350

0.20.40.60.8

11.21.41.6

f(x) = 0.00825786142857143 x + 0.830468092857143R² = 0.0425419646516533

Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,2%

Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,2%Linear (Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,2%)

Axis Title

Axis Title

0 5 10 15 20 25 30 350

0.20.40.60.8

11.21.41.61.8

f(x) = 0.0135299814285714 x + 1.21323476428571R² = 0.528617453366317

Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,3%

Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,3%Linear (Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,3%)

Axis Title

Axis Title

Page 16: laporan biond 1

0 5 10 15 20 25 30 350

0.20.40.60.8

11.21.41.6

f(x) = 0.0109746171428571 x + 1.25694494285714R² = 0.411414335638411

Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,4%

Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,4%Linear (Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,4%)

Axis Title

Axis Title

0 5 10 15 20 25 30 350

0.20.40.60.8

11.21.41.61.8

f(x) = 0.00243432071428572 x + 1.40065056071429R² = 0.0519751872064983

Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,5%

Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,5%Linear (Grafik waktu terhadap konsentrasi 0,5%)

Axis Title

Axis Title

Page 17: laporan biond 1

Tabel 1/s dan 1/vs (%) 1/s v 1/v

0,1 10 0,0092 108,69570,2 5 0,0083 120,48190,3 3,333333 0,5286 1,891790,4 2,5 0,4114 2,4307240,5 2 0,052 19,23077

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 110

20

40

60

80

100

120

140

f(x) = 13.9246457291465 x − 13.0430428755603R² = 0.585621772397791

Grafik 1/So dan 1/Vo

Grafik 1/So dan 1/VoLinear (Grafik 1/So dan 1/Vo)

Axis Title

Axis Title