laporan brem
DESCRIPTION
laporan brem universitas Negeri malangTRANSCRIPT
PEMBUATAN BREM DENGAN VARIASI TAPE KETAN
LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Mikrobiologi Pangan
Yang Dibina Oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd dan Sitoresmi
Prabaningtyas, S.Si, M.Si
OLEH
KELOMPOK 3
Muhammad Sholeh Al Qoyyim (130342603485)
Rizka Diah Fitri (130342615343)
Siti Aminatul Mukarromah (130342615337)
Zakiyatul Miskiyah (130342615320)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Desember 2015
1
A. TOPIK
Pembuatan Brem dengan Variasi Tape Ketan
B. WAKTU DAN TEMPAT
Pembuatan brem dengan variasi tape kentang ini
dilaksanakan pada tanggal 17 November 2015 bertempat di
ruang 305 gedung O5 biologi Universitas Negeri Malang.
C. TUJUAN
Tujuan praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan variasi ketan
terhadap tekstur brem.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan variasi ketan
terhadap aroma brem.
3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan variasi ketan
terhadap rasa brem.
D. DASAR TEORI
Brem merupakan salah satu makanan tradisional hasil fermentasi
yang enak dan bergizi yang banyak diusahakan di Indonesia. Ada 2 macam
brem yang banyak dikenal yaitu brem padat dan brem cair atau brem Bali
(Susanto dan Saneto, 1994). Menurut Kuswanto dan Sudarmadji (1989).
Brem padat dapat diperoleh dengan cara mengolah air tape ketan yang
terbentuk selama fermentasi dan dilanjutkan dengan proses pemanasan,
pengadukan, dan pencetakan. Tape ketan dapat dibuat dengan cara memasak
beras ketan sampai cukup matang yang kemudian didinginkan dan
diinokulasikan dengan ragi. Brem ini mempunyai warna putih, tekstur tidak
lembek, kering dan mudah hancur di mulut.
Brem padat adalah salah satu makanan hasil fermentasi yang
banyak diusahakan di Jawa Timur (Madiun), dapat bermanfaat untuk
kesehatan kulit, sebagai makanan suplemen alternatif, dapat menghangatkan
badan dan meningkatkan nafsu makan (Anonymous, 2008). Brem padat
2
adalah makanan tradisional yang terbuat dari cairan hasil fermentasi tape
beras ketan putih atau beras ketam hitam. Tape beras ketan tersebut
selanjutnya dikentalkan dengan pemanasan, kemudian ditambahkan dengan
starter brem padat,lalu didinginkan menjadi padat. Brem cair adalah salah
satu jenis minumam khas daerah Bali yang dibuat dari beras ketan putih atau
beras ketan hitam ataupun campuran dari kedua jenis beras ketan tersebut
selanjutnya difermentasikan dengan menggunakan ragi tape (Hastuti &
Prabaningtyas, 2010).
Ketan hitam merupakan salah satu bahan baku yang
sangat potensial sebagai bahan pengganti dalam pembuatan
brem padat, karena ketan hitam mempunyai kandungan pati
mirip ketan putih. Selama ini penggunaan ketan hitam
sebagai bahan makanan belum seluas ketan putih, dengan
dijadikannya ketan hitam sebagai bahan subtsitusi brem
padat, maka diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan
beras ketan hitam dan nilai ekonomisnya. Eksistensi brem
padat di Madiun telah menjadi produk unggulan yang yang
sangat potensial dijual dan dikembangkan dan hingga kini
mampu menyangga perekonomian banyak elemen dan
masyarakat. Hitungan selama ini brem yang dihasilkan
sekitar 600 – 1000 kg hari, namun perkembangan dari
makanan tradisional itu stagnan (Ariyanto, 2003).
Brem cair merupakan minuman dengan rasa manis agak sedikit
asam, berwarna merah, dengan kandungan alkohol 3-10 persen. Umumnya
diproduksi dari hasil fermentasi beras ketan hitam (kadang-kadang juga beras
ketan putih). Kadar alkohol dapat berubah-ubah selama penyimpanan.
Kenaikan kadar alkohol terjadi akibat proses fermentasi yang terus
berlangsung selama penyimpanan, sedangkan penurunannya karena proses
esterifikasi, oksidasi, dan penguapan. Oksidasi alkohol disebabkan suasana
aerobik yang terjadi selama waktu penyimpanan. Suasana aerobik tersebut
biasanya diikuti oleh aktivitas bakteri asetat, sehingga terbentuk asam asetat,
yang menjadikan rasa asam pada brem. Kalau pada waktu penyimpanan tidak
3
ditutup akan menyebabkan alkohol menguap. Bau asam disebabkan
terbentuknya ester etil asetat dari reaksi alkohol dengan asam asetat yang
terbentuk oleh suasana aerob dan bakteri asetat (Astawan, 2007).
Bahan baku yang sering digunakan dalam pembuatan brem adalah
beras ketan (Oryza sativa var glutinosa), baik beras ketan putih maupun
hitam. Jenis umbi-umbian jarang digunakan. Beras ketan merupakan beras
dengan kadar amilopektin yang sangat tinggi, nasinya sangat mengilap,
sangat lekat, dan kerapatan antarbutir nasi tinggi, sehingga volume nasinya
sangat kecil. Rasio antara amilosa dan amilopektin dapat menentukan tekstur,
rasa, dan lengket atau tidaknya nasi. Semakin kecil kadar amilosa atau
semakin tinggi amilopektin, semakin lengket nasinya. Sifat kelengketan beras
ketan menentukan baik buruknya produk brem padat. Brem padat yang
selama ini terdapat di pasaran adalah brem madiun dan brem wonogiri. Brem
ini sangat populer karena rasanya yang cukup enak dan kepraktisan dalam
penggunaannya. Sensasi brem akan muncul ketika makanan tersebut
dimasukkan ke dalam mulut, langsung mencair dan lenyap, kemudian
meninggalkan rasa semriwing di lidah. Hasil penelitian Winarno et al (1982)
menunjukkan bahwa zat kimia yang paling banyak terdapat dalam brem padat
adalah gula, pati terlarut, dan asam laktat. Brem padat merupakan sumber
gula yang baik. Di dalam 100 gram brem terkandung 65,18 g gula, sehingga
rasanya manis dan sekaligus sebagai sumber energi yang baik.
Ada beberapa macam cara pembuatan brem padat. Prinsipnya,
proses tersebut dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu pemilihan bahan
baku, pencucian, pengukusan, pemberian ragi, fermentasi, pengepresan,
pemasakan, pengadukan, dan pengeringan. Pada fermentasi ketan menjadi
tape, berlangsung aktivitas enzim yang dikeluarkan oleh kapang dan khamir.
Enzim tersebut akan memecah karbohidrat menjadi gula. Gula yang terbentuk
selanjutnya akan diubah menjadi alkohol dan karbondiosida (CO2). Selain
alkohol, proses fermentasi karbohidrat juga akan menghasilkan asam-asam
organik, seperti asam asetat, asam laktat, asam suksinat, dan asam malat.
Kombinasi alkohol dengan asam memberikan sensasi rasa tersendiri pada
brem yang terbentuk. Proses pemasakan sari tape akan sangat berpengaruh
4
terhadap warna brem padat yang dihasilkan. Brem padat biasanya memiliki
warna kecokelatan disebabkan karamelisasi gula dan reaksi Maillard.
Karamel terbentuk akibat pemanasan gula pereduksi pada suhu yang cukup
tinggi (Astawan, 2007). Brem padat merupakan salah satu makanan hasil
fermentasi yang banyak diusahakan di Jawa Timur dan Jawa Tengah,
khususnya di Caruban (Mediun) dan Wonogiri.
E. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Panci email 5. Beaker glass
2. Saringan 6. Kompor
3. Pengaduk 7. Mixer
4. Cetakan 8. Nampan
Bahan :
1. Tape ketan hitam
2. Tape ketan putih
3. Brem padat
F. CARA KERJA
Menyiapkan 1 kg tape ketan hitam dan 1 kg tape ketan putih, kemudian memeras dan mengambil airnya hingga masing-masing mendapat 1 liter air sari tape
Air hasil perasan dipanaskan dan diaduk selama 10-60 menit sampai mengental
Setelah mengental, kompor dimatikan dan menambahkan brem padat yang sudah jadi dan sudah dihaluskan
Adonan ini kemudian dimixer hingga rata dan menjadi adonan dengan tekstur yang lembut
Cetak adonan sesuai selera dan biarkan mongering dan memadat pada suhu ruang sekitar 25 – 30 0C selama kurang lebih 24 jam
5
G. DATA
Tabel perhitungan koloni bakteri sayur kubis
Tabel skoring tekstur brem
Jenis
Ketan
Skor tekstur brem pada ulangan
ke
Skor 1 2 3 4
Ketan
hitam
4 4 4 4
Ketan putih 4 4 4 4
Ket :
Skor 1 : sangat lembek
Skor 2 : lembek
Skor 3 : agak lembek
Skor 4 : keras, tidak lembek
Tabel skoring aroma brem
Jenis
Ketan
Skor Aroma brem pada ulangan
ke
Skor 1 2 3 4
Ketan
hitam
2 2 2 2
Ketan putih 2 2 2 2
Ket :
Skor 1 : tidak ada aroma alkohol
Skor 2 : sedikit aroma alkohol
Skor 3 : cukup aroma alkohol
Skor 4 : menyengat, banyak aroma alcohol
Tabel skoring rasa brem
Jenis
Ketan
Skor rasa brem pada ulangan ke
Brem telah siap dikonsumsi
6
Skor 1 2 3 4
Ketan
hitam
4 4 4 4
Ketan putih 3 3 3 3
Ket :
Skor 1 : sangat masam
Skor 2 : masam
Skor 3 : masam agak manis
Skor 4 : manis
H. ANALISIS DATA
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan brem dengan variasi tape
ketan. Variasi tape ketan yang digunakan yaitu tape ketan hitam dan tape
ketan putih. Pembuatan brem dilakukan dengan mengambil seluruh sari
tape dengan cari memeras tape dengan menggunakan alat pemeras. Sari
tape kemudian di panaskan hingga mengental dan setelah mengental sari
tape diangkat. Kemudian di aduk dengan menggunakan mixer dengan
ditambahkan brem solo. Setelah tapap tersebut maka brem dicetak dan di
tunggu hingga kering untuk dapat dinikmati.
Brem yang dihasilkan dengan adanya variasi tape ketan
menghasilkan beberapa perbedaan. Perbedaan dapat diketahui dari segi
warna, tekstur, aroma dan rasa. Perbedaan yang paling mencolok yakni
perbedaan warna dimana brem yang menggunakan tape ketan hitam
memiliki warna merah muda keunguan, sedangkan warna brem dengan
tepe ketan putih berwarna putih. Tekstur brem yang dihasilkan
berdasarkan data pengamatan keduanya tidak memiliki perbedaan, yaitu
bertekstur keras, tidak lembek. Aroma brem yang dihasilkan juga memiliki
persamaan diantara keduanya yaitu memiliki sedikit aroma alkohol.
Sedangkan rasa yang dihasilkan memiliki perbedaan yaitu pada brem
dengan menggunakan tape ketan hitam memiliki rasa masam agak manis,
dan brem dengan menggunakan tape ketan putih memiliki rasa manis.
Berdasarkan hasil penilitian ini dapat diketahui bahwa warna dan
rasa brem yang dihasilakn dari variasi tape ketan memiliki perbedaan.
7
Sedangkan untuk tekstur dan aroma yang dihasilkan sama. Hal tersebut
dipengaruhi oleh bahan yang digunakan yaitu variasi tape yang digunakan
dimana tape ketan hitam dan tape ketan putih memiliki kandungan amilum
yang berbeda.
I. PEMBAHASAN
Bahan yang digunakan dalam pembuatan brem ini adalah tape Ketan.
Beras ketan mempunyai kandungan amilopektin yang tinggi, bersifat lengket,
tidak mengembang selama pemasakan, tidak banyak menyerap air, dan tetap
lunak setelah dingin (Astawan, 2004). Tape ketan yang digunakan adalah tape
ketan hitam dan tape ketan putih yang memiliki banyak sekali kandungan di
dalamnya. Tape beras ketan yang digunakan adalah tape yang baik yang
memiliki tekstur lunak, berair dengan cita rasa manis, asam dan bercita rasa
alkohol. Menurut Yanuar (2009) ketan hitam merupakan salah satu komoditi
yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat, antioksidan, senyawa
bioaktif, dan serat yang penting bagi kesehatan. Ditambahkan oleh Astawan
(2004), Tape dari beras ketan putih memiliki kandungan karbohidrat 37,5
gram/100 gram. Sedangkan protein pada beras ketan putih 3,0 gram/100
gram.
Brem dari tape ketan hitam dan ketan putih sama-sama menghasilkan
tekstur yang keras dan tidak lembek. Hal ini dapat disebabkan karena dekstrin
filtrat tape ketan (4,4431g/100ml), dimana dekstrin ini berperan pada tekstur
brem yang dihasilkan, sehingga semakin banyak kandungan dekstrin pada
filtrat tape akan menghasilkan tekstur yang kuat pada brem padat (Drajati
dkk, 2013). Penyusun air tape ketan hitam dan air tape ketan putih tersebut
menghasilkan tekstur brem padat yang keras. karena kandungan gula yang
tinggi, dan adanya dekstrin akan mendukung proses pengkristalan. Dengan
demikian, semakin tinggi proporsi air tape ketan, maka semakin naik nilai
8
teksturnya. Menurut Tarigan (1983), bahwa dekstrin mempunyai sifat untuk
merekatkan komponen-komponen penyusun brem padat dan membentuk
tekstur yang kuat.
Brem dari tempe ketan hitam dan dari tape ketan
putih sama- sama menghasilkan aroma sedikit beralkohol
aroma alkohol ini didapatkan karena fermentasi yang
terjadi pada saat pembentukan tape. Menurut
Widjajaseputra (1998), selama fermentasi tape
berlangsung peruraian pati menjadi gula-gula sederhana
oleh kapang, kemudian gula-gula yang terbentuk sebagian
akan diubah menjadi asam organik, yang menjadi produk
brem padat yang dihasilkan dari pengolahan cairan tape ini
akan memiliki rasa manis berbau alkohol. Ditambahkan
lagi oleh Djutikah dkk., (1988), proses fermentasi lebih dari 7 hari, maka
rasa tape agak keras karena mulai terbentuk alkohol dan rasanya sangat asam.
Rasa brem yang dihasilkan dipengaruhi oleh kapang dan khamir yang
memfermentasi karbohidrat dan pati yang terdapat dalam air tape ketan.
Khamir dan kapang yang kerap ditemukan dalam produk brem yang terbuat
dari nasi, ketan atau gula tebu adalah Amylomyces spp., Mucor spp., Rhizopus
spp., Candida spp., dan Saccharomyces spp. (Dung, 2013). Menurut
Fardiaz dkk (1996), proses utama pada fermentasi tape
adalah pemecahan pati menjadi gula sederhana yang
dialkukan oleh khamir dengan enzim amilase yang dapat
menimbulkan rasa manis. Ditambahkan lagi oleh Gaman dan
Sherrington (1994), hidrolisis pati dapat dilakukan oleh enzim atau asam. Jika
pati dipanaskan dengan asam akan terurai menjadi molekul yang lebih kecil
secara berurutan.
Selain alkohol, proses fermentasi karbohidrat juga akan
menghasilkan asam-asam organik, seperti asam asetat, asam laktat, asam
suksinat, dan asam malat. Kombinasi alkohol dengan asam memberikan
sensasi rasa tersendiri pada brem yang terbentuk. Proses pemasakan sari
tape akan sangat berpengaruh terhadap warna brem padat yang dihasilkan.
Brem padat biasanya memiliki warna kecokelatan disebabkan karamelisasi
9
gula dan reaksi Maillard. Karamel terbentuk akibat pemanasan gula
pereduksi pada suhu yang cukup tinggi (Astawan, 2007).
Brem dari tempe ketan hitam dan dari tape ketan
putih menghasilkan rasa yang berbeda, dimana tape ketan
hitam menghasilkan rasa yang manis dan tape ketan putih
yang menghasilkan rasa masam agak manis. Rasa yang
dihasilkan ini dipengaruhi oleh kadar karbohidrat yang
terdapat pada ketan. Tape dari beras ketan putih memiliki kandungan
karbohidrat 37,5 gram/100 gram (Astawan, 2004). Tape dari beras ketan
hitam memiliki kandungan karbohidrat (74,9-77,8%) atau 78 gram/100
(Kusmiadi, 2008). Dapat dilihat bahwa ketan hitam memiliki karbohidrat
yang lebih banyak dari pada ketan putih yang menyebabkan perbedaan rasa
pada olahan brem yang telah dibuat. Karbohidrat yang lebih banyak akan
dipecah menjadi senyawa gula sederhana yang lebih banyak pula yang
menyebabkan rasa manis di bahan olehan menjadi lebih banyak.
Ketan tersusun secara dominan oleh pati (polisakarida). Polisakarida
tersusun atas dua komponen molekul besar yaitu amilosa linear (ikatan α-1,4
residu D-glukosa) dan amilopektin bercabang (terdiri atas ikatan α 1,4 dan α-
1,6 residu glukosa) yang didegradasi secara dominan oleh enzim hidrolitik
yang bernama enzim amilolitik (Hostinova, 2002). Saccharomycopsis spp
adalah sekretor protein kuat yang menghasilkan dua enzim ekstraseluler yaitu
glukoamilase dan α-amilase. Enzim α-amilase memecah pati menjadi maltosa,
sementara glukoamilase menghasilkan glukosa. Kedua enzim ini penting
dalam industri dalam pencairan pati dan fermentasi etanol (Yuan, 2010).
J. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :
1. Variasi ketan tidak mempengaruhi tekstur dari brem yang dibuat
karena tekstur dipengaruhi oleh destrin.
2. Variasi ketan tidak mempengaruhi aroma dari brem yang dibuat karena
aroma dari brem sama-sama dipengaruhi oleh fermentasi yang
dihasilkan.
10
3. Variasi ketan berpengaruh pada rasa brem yang dihasilkan karena rasa
dari brem didapatkan dari kadar glukosa yang terdapat pada ketan itu
sendiri dan fermentasi yang terjadi.
K. DISKUSI
1. Adakah perbedaan dari tekstur brem yang terbuat dari tape ketan hitam
dan tape ketan putih? Jelaskan mengapa dapat terjadi?
Jawab : tidak ada perbedaan, karena Penyusun air tape ketan hitam
dan air tape ketan putih tersebut menghasilkan tekstur brem padat yang
keras. karena kandungan gula yang tinggi, dan adanya dekstrin akan
mendukung proses pengkristalan. Dengan demikian, semakin tinggi
proporsi air tape ketan, maka semakin naik nilai teksturnya. Menurut
Tarigan (1983), bahwa dekstrin mempunyai sifat untuk merekatkan
komponen-komponen penyusun brem padat dan membentuk tekstur yang
kuat.
2. Adakah perbedaan dari aroma brem yang terbuat dari tape ketan hitam
dan tape ketan putih? Jelaskan mengapa dapat terjadi?
Jawab : tidak ada perbedaan, karena yang menentukan
aroma brem adalah fermentasi yang terjadi pada saat
pembentukan tape. Menurut Widjajaseputra (1998),
selama fermentasi tape berlangsung peruraian pati
menjadi gula-gula sederhana oleh kapang, kemudian
gula-gula yang terbentuk sebagian akan diubah menjadi
asam organik, yang menjadi produk brem padat yang
dihasilkan dari pengolahan cairan tape ini akan memiliki
rasa manis berbau alkohol. Ditambahkan lagi oleh
Djutikah dkk., (1988), proses fermentasi lebih dari 7 hari, maka rasa tape
agak keras karena mulai terbentuk alkohol dan rasanya sangat asam.
3. Adakah perbedaan dari rasa brem yang terbuat dari tape ketan hitam
dan tape ketan putih? Jelaskan mengapa dapat terjadi?
11
Jawab : ada perbedaan, karena rasa yang dihasilkan ini
dipengaruhi oleh kadar karbohidrat yang terdapat pada
ketan. Tape dari beras ketan putih memiliki kandungan karbohidrat
37,5 gram/100 gram (Astawan, 2004). Tape dari beras ketan hitam
memiliki kandungan karbohidrat (74,9-77,8%) atau 78 gram/100
(Kusmiadi, 2008). Dapat dilihat bahwa ketan hitam memiliki karbohidrat
yang lebih banyak dari pada ketan putih yang menyebabkan perbedaan
rasa pada olahan brem yang telah dibuat. Karbohidrat yang lebih banyak
akan dipecah menjadi senyawa gula sederhana yang lebih banyak pula
yang menyebabkan rasa manis di bahan olehan menjadi lebih banyak.
L. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Brem Padat. https://permimalang.wordpress.com
/2008/04/01/ brem-padat/. Diakses 4 Desember 2015.
Ariyanto, G. 2003. Brem Khas tapi Berkendala. Kompas edisi Selasa di
akses 4 Desember 2015.
Astawan, Made. 2004. Kandungan Gizi Aneka Bahan Makanan. Jakarta:
PT Gramedia
Astawan, M. 2007. 2007. Tetap sabar dengan produk makanan olahan.
Solo: TigaSerangkai.
Drajati, S., Jariyah, dan Mawarti, T.I. 2013. Pembuatan Brem Padat
Dengan Substitusi Filtrat Tape Umbi Talas. Surabaya: UPN
Djutikah, E., Bintarawati, B. D., dan Pattinggi, R. 1998. Pengembangan
Proses dan Peralatan Pembuatan Kue dan Minuman Brem dari
Buah-buahan Tropis. Balai Penelitian dan Pengembangan
Industri, Surabaya.
Dung, N.T.P. 2013. Vietnamese Rice-based Alcoholic Beverages.
International Food Research Journal 20(3):1035-1041.
12
Fardiaz, S., Sasmito, Y.A. dan Sugiyono. 1996. Studi Fermentasi Tape
Rendah Alkohol. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 1 (1) : 27 –
33.
Gaman, P. M., K. B. Sherrington. 1994. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi,
dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hastuti, U.S., dan Prabaningtyas, S. 2010. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Pangan. Malang : Universitas Negeri Malang.
Hostinova, E. (2002). Amylolytic enzymes produced by The yeast
Saccharomyces fibuligera. Review: Biologia Bratislava 57(11):
247-251
Kusmiadi, Riwan. 2008. ”Varietas Beras dengan Komposisi Kimiawi Zat
Penyusunnya”. (Artikel Pertanian, Perikanan dan Biologi). Bangka
Belitung: FPPB UBB.
Kuswanto, R. K., Sudarmadji, Slamet. 1989. Mikrobiologi Pangan.
Yogyakarta: UGM.
Susanto, T. Dan B. Saneto. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.
Bina Ilmu. Surabaya
Tarigan, DR. Ponis. 1983. Kimia Organik Bahan Makanan. Bandung:
Alumni.
Yanuar, Willy. 2009. Aktivitas Antioksidan dan Imunodulator Serealia nun
Beras. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/5908
/Tinjauan%20Pustaka_2009wya-3.pdf?sequence=8. Diakses 4
Desember 2011.
Yuan, L. C. 2010. Investigating the Extracellular Amylases of
Saccharomycopsis fibuligera. http://projectsday.hci.edu.sg/2010/15
FinalsWeb/Cat-01/1-47/ introduction.html. Diakses 4 Desember
2015 .
Widjajaseputra, A.I. 1998. Kajian Bahan Pensubstitusi Beras ketan Pada
Produk Brem Padat. Jurnal Ilmiah Widya Mandala, Tahun V. No.
004.
Winarno, F.G., dan Fardiaz, S. 1980. Pengantar teknologi pangan.
Gramedia. Jakarta.