laporan dormansi
DESCRIPTION
laporan fisiologi tumbuhanTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PEMATAHAN DORMANSI BIJI DAN PERKECAMBAHAN
NAMA : MUHAMMAD RIZKI
NIM : J1C111008
KELOMPO : I (SATU)
ASISTEN : KARTIKA NOVIASARI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI
BANJARBARU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses-proses perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktor-
faktor lingkungan seperti air, O2, cahaya dan suhu. Air berperan dalam
melunakkan kulit biji, memfasilitasi masuknya O2, pengenceran protoplasma
untuk aktivasi fungsi, dan alat trasnportasi makanan. Suhu berperan dalam
pematahan dormansi: aplikasi fluktuasi suhu yang tinggi berhasil mematahkan
dormansi pada banyak spesies, terutama yang mengalami termodormansi.
Aplikasi fluktuasi suhu ini dapat berupa pembakaran permukaan. O2 dibutuhkan
pada proses oksidasi untuk membentuk energi perkecambahan. Cahaya
mempengaruhi perkecambahan melalui tiga macam bentuk yaitu intensitas
cahaya, panjang gelombang, dan fotoperiodisitas (Hildayani, 2010).
Dormansi merupakan suatu kondisi biji saat perkecambahan ditunda
sementara. Biji mempertahankan diri terhadap kondisi yang tidak sesuai.
Sehingga, dormansi merupakan mekanisme biologis untuk menjamin
perkecambahan berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat. Hal ini perlu
dalam upaya adaptasi. Dormansi memberikan kesempatan tumbuhan
menyebarkan bijinya serta memberikan peluang hidup lebih besar bagi individu
baru, sebab biji baru berkecambah setelah mendapatkan keadaan, suhu, dan
kelembaban yang sesuai (Djarot,2006).
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan benih menjadi
kecambah pada perlakuan yang berbeda, mengetahui persentase perkecambahan
benih dari setiap perlakuan serta mengetahui perlakuan yang menunjukkan
persentase perkecambahan terbaik, hari mulai berkecambah tercepat, hari ke
berapa benih berkecambah terbanyak dan jumlah hari yang diperlukan untuk
berkecambah dari perlakuan yang diberikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan adalah keadaan biji yang ditandai dengan munculnya
calon akar (radicle) dan calon daun (plumule) yang menonjol keluar biji, hal ini
selalu didahului proses fisiologis atau aktivitas kimiawi, meliputi beberapa
tahapan yang runtut, antara lain: imbibisi, pengaktivan enzim, hidrolisa cadangan
makanan, absorbsi oksigen, translokasi molekul terhidrolisis ke sumbu embrio.
Dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji.
Contohnya biji buah apel hanya dapat berkecambah setelah masa dingin yang
lama. Ada bukti bahwa pencegah kimia terdapat di dalam bijinya ketika terbentuk.
Pencegahan ini lambat laun dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai
untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik (Manare,
2006).
Dormansi adalah suatu keadaan biji yang mati suri tetapi tetap hidup,
meskipun tidak tumbuh selama jangka waktu yang lama, dan baru mulai tumbuh
aktif bila kondisinya sudah sesuai. Hal ini bisa disebabkan kondisi luar yang tidak
sesuai atau kondisi biji yang gagal berkecambah karena kondisi dalam, walaupun
kondisi luar misalnya suhu, kelembaban dan atmosfer sudah sesuai. Dormansi
sebagai kondisi biji saat biji gagal untuk berkecambah walaupun tersedia cukup
banyak kelembaban luar, mempunyai kondisi atmosfer yang lazim, suhu dalam
keadaan normal fisiologis. Untuk menghilangkan dormansi dilakukan skarifikasi
agar biji dapat berkecambah dan masuknya unsur-unsur gas ke dalam. Skarifikasi
(penggoresan) yaitu pemecahan penghalang kulit biji. Untuk itu menggunakan
kikir, pisau dan kertas amplas. Di alam goresan tersebut mungkin terjadi akibat
kerja mikroba, ketika biji melewati alat pencernaan pada burung atau hewan lain,
biji terpajan pada suhu yang berubah-ubah, atau terbawa air melintasi pasir atau
cadas. Di laboratorium dan di bidang pertanian digunakan alkohol atau pelarut
lemak lain (Hildayani, 2010).
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori
berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.
A. Berdasarkan faktor penyebab dormansi
- Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan.
- Imnate dormancy (rest): dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau
kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri.
B. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
- Mekanisme fisik
Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh
organ biji itu sendiri, terbagi menjadi 3 faktor yakni mekanis (embrio tidak
berkembang karena dibatasi secara fisik), fisik (penyerapan air terganggu karena
kulit biji yang impermeabel) dan kimia (bagian biji/buah mengandung zat kimia
penghambat).
- Mekanisme fisiologis
Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam
proses fisiologis; terbagi menjadi 3 faktor, yakni photodormancy (proses fisiologis
dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya), immature embryo (proses fisiologis
dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang) dan
thermodormancy (proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu).
C. Berdasarkan bentuk dormansi.
Kulit biji impermeabel terhadap air / O2. Bagian biji yang impermeabel:
membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp. Kulit biji yang keras dapat
disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit
biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik. Keluar masuknya O2 pada
biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan
keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan
temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat. Embrio belum masak (immature
embryo). Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan temperatur rendah dan zat kimia (Campbell, 2004).
Perkecambahan dapat diartikan sebagai kejadian yang dimulai dengan
imbibisi dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga atau pada beberapa biji,
kotiledon /hipokotil) memanjang atau muncul melewati kulit biji. Sebelum embrio
memulai aktifitasnya selalu didajului proses fisiologis atau reaksi kimia. Proses
fisiologis dan aspek kimiawi meliputi beberapa tahapan yang runut, yaitu
imbibisi, pengaktifan enzim, hidrolisa cadangan makanan, absorbsi oksigen, dan
translokasi molekul terhidrolisa ke sumbu embrio Pertumbuhan dan hasil
tumbuhan bergantung pada ketersediaan hara dan air di dalam tanah tempat
tumbuhan tersebut tumbuh, dan pemeliharaan dalam kisaran faktor-faktor
lingkungan tertentu, seperti suhu,kelembapan dan cahaya. Selain itu pertumbuhan
dan perkembangan juga dipengaruhi oleh hormon, yaitu hormon tumbuh atau
auksin., giberali, sitokinin dan asam absitat. Biasanya fase awal perkembangan
kecambah meliputi produksi sejumlah sel baru melalui pembelahan sel somatis
(pembelahan inti), dilanjutkan dengan sitokinesis (pembelahan sel), tapi
kecambah yang tampak normal dapat juga dihasilkan dari biji beberapa spesies,
tanpa ada mitosis atau pembelahan sel (Manare, 2010).
Proses perkecambahan biji merupakan suatu rangkaian kompleks dari
perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap-tahap yang terjadi
pada proses perkecambahan benih adalah:
1. Hidrasi atau imbibisi, selama kedua periode tersebut, air masuk ke dalam embrio dan membasahi protein dan koloid lain. Penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma.
2. Pembentukan atau pengaktifan enzim, yang menyebabkan peningkatan aktivitas metabolik. Terjadi kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih.
3. Terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titk tumbuh.
4. Asimilasi dari bahan-bahan tersebut di atas pada daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi pertumbuhan sel-sel baru.
5. Pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh. Pemanjangan sel radikel, diikuti munculnya radikel dari kulit biji (perkecambahan yang sebenarnya).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu 20 Maret 2013, pukul 14.00-
16.00 WITA, di Laboratorium Dasar FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cawan petri
dengan tutupnya, gelas ukur, pipet tetes, termometer larutan.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah benih kacang
hijau, larutan 0,1 M H2SO4, 0,1 M NaOH, 0,1 M NaCl atau air panas dengan suhu
+ 80oC, air biasa, alkohol 70% dan kapas.
3.3 Prosedur Kerja
Cara kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Dibersihkan alat-alat yang akan digunakan seperti gelas ukur dan
petridish, kemudian ditetesi dengan alkohol secukupnya, ratakan dan
dibiarkan kering
2. Disiapkan benih yang akan digunakan sebanyak 120 biji, kemudian dibagi
menjadi 3 bagian masing-masing 40 biji
3. Diperlakukan benih tersebut dalam 3 dari 4 perlakuan berikut :
A = Rendam dalam air panas 80OC
B = Rendam dalam 0,1 M larutan H2SO4
C = Rendam dalam larutan 0,1 M NaOH
D = Rendam dalam larutan 0,1 M NaCl
4. Disiapkan 12 petridish, Dilapisi dengan media berupa kapas, 2 lapis
kertas tissue sehingga dasar cawan tertutup seluruhnya.
5. Diletakkan benih didalamnya, kemudian ditutup.
6. Diamati setiap hari proses perkecambahannya selama 3 hari
.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel pengamatan jumlah benih yang berkecambah
Hari ke- Jumlah Benih yang Berkecambah Setiap Perlakuan
A (Air Panas) B (H2SO4) C (NaOH) D (NaCl)
1 0 0 0 0
2 0 0 0 0
3 8 10 10 10
4 10 10 10 10
Jumlah 18 20 20 20
Rata - rata 9 10 10 10
Persentase 180% 200% 200% 200%
Perhitungan
Persentase perkecambahan perlakuan Air Panas (A)
PPA = = 180 %
Persentase perkecambahan perlakuan H2SO4 (B)
PPB = = 200 %
Persentase perkecambahan perlakuan NaOH (C)
PPC = = 200 %
Persentase perkecambahan perlakuan NaCl (D)
PPD = = 200 %
Rata-rata perkecambahan setiap perlakuan (PPa) :
4.2 Pembahasan
Dormansi adalah suatu keadaan biji yang mati suri tetapi tetap hidup,
meskipun tidak tumbuh selama jangka waktu yang lama, dan baru mulai tumbuh
aktif bila kondisinya sudah sesuai Hal ini bisa disebabkan kondisi luar yang tidak
sesuai atau kondisi biji yang gagal berkecambah karena kondisi dalam, walaupun
kondisi luar misalnya suhu, kelembaban dan atmosfer sudah sesuai. Dormansi
pada biji dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji, keadaan fisiologis
dari embryo atau kombinasi keduanya. Dormansi fisiologis sering disebut juga
dormansi embrio.
Praktikum kali ini mencoba mematahkan dormansi pada biji kacang hijau
(Phaseolus vulgaris) dengan melakukan perlakuan yaitu perendaman biji pada 4
larutan berbeda, yaitu air panas 80oC, H2SO4 0,1 M, NaOH dan NaCl 0,1 M dari
tiap perlakuan ditumbuhkan masing-masing 10 biji kacang hijau. Perendaman
dalam air dilakukan dengan tujuan untuk membasahi kulit biji kacang hijau yang
kering sehingga akan lebih mudah untuk berkecambah. Air ini akan masuk
kedalam kulit biji sehingga menyebabkan terbukanya pleuogram dan terjadi
imbibisi yang merupakan tahap awal dalam perkecambahan. Imbibisi terjadi pada
waktu biji kering yang tidak mempunyai kulit biji yang kedap diletakkan dalam
kontak dengan air seperti biji dalam tanah. Sementara air masuk, bahan-bahan
koloid terutama protein cenderung untuk menggembung dan penggembungan ini
sering kali bertanggung jawab dalam pemecahan kulit biji.
Pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil yang tidak terlalu bervariasi
untuk tiap perlakuan. Perkecambahan biji yang direndam dengan air panas dengan
suhu 80oC pada hari pertama dan kedua tidak didapat biji yang berkecembah.
Pada hari ketiga biji yang berkecambah berjumlah 8 dan pada hari keempat
berjumlah 10 hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa suhu yang
panas dapat mempercepat perkecambahan dan didapat persentase 180%
Perlakuan kedua dengan merendam biji dalam larutan asam kuat yaitu
H2SO4, dimana proses perkecambahan dimulai pada ketiga dengan jumlah biji
berkecambah sebanyak 10 kecambah. Sehingga persentase perkecambahan biji
pada perlakuan ini sebesar 200%. Hal ini disebabkan oleh air yang digunakan biji
berlebih untuk menjaga kelembabannya dan menyerap air tersebut untuk proses
perkecambahan, suhu udara di sekitarnya yang berfluktuasi atau karena adanya
satu benih yang terkontaminasi pada media tumbuhnya.
Biji pada perlakuan ketiga, yaitu dengan perendaman NaCl didapatkan
persentase perkecambahan sebesar 200%. Perkecambahan pertama di mulai pada
hari ketiga, yaitu sebanyak 10 kecambah. Biji pada perlakuan ketiga, yaitu dengan
perendaman NaOH didapatkan persentase perkecambahan sebesar 200%.
Perkecambahan pertama di mulai pada hari ketiga yaitu sebanyak 10 kecambah
Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan
dalam: faktor lingkungan eksternal (seperti cahaya, temperatur, dan air), faktor
internal (seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor, dan rendahnya
zat perangsang tumbuh) dan faktor waktu (yaitu waktu setelah pematangan,
hilangnya inhibitor, dan sintesis zat perangsang tumbuh). Dormansi pada biji
dapat dipatahkan dengan perlakuan mekanis, cahaya, temperatur, dan bahan
kimia. Proses perkecambahan dalam biji dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu proses perkecambahan fisiologis dan proses perkecambahan morfologis.
Perlakuan A (perendaman dengan air panas) didapatkan biji yang
berkecambah sebanyak 10 biji sehingga persentaenya 200%. Perlakuan B
(perendaman di H2SO4) didapatkan hasil 10 biji sehingga persentasenya adalah
100 %. H2SO4 bersifat asam kuat, sehingga dapat mematahkan kulit biji yang
keras. Perlakuan C (perendaman dengan NaOH) didapatkan hasil 10 biji yang
dapat tumbuh. Semua biji dapat tumbuh pada keadaan ini, maka dapat dikatakan
bahwa pada pH basa cocok untuk pertumbuhan biji. Perlakuan D (perendaman
dengan NaCl) didapatkan hasil 10 biji dapat tumbuh. Pada kadar garam yang
tinggi peresentase perkecambahannya adalah 200%. Hal ini dimungkinkan karena
pada larutan yang bersifat garam, ion Cl masih bisa dimanfaatkan oleh biji untuk
sumber pertumbuhan nutrisinya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain :
1. Adanya air sangat diperlukan untuk melakukan imbibisi yang merupakan
permulaan dari proses perkecambahan
2. Pematahan dormansi lebih efektif dengan perendaman dalam larutan asam
kuat.
3. Pemberian perlakuan yang berbeda-beda bertujuan untuk mematahkan
dormansi akibat kulit biji impermeabel terhadap air dan embrio belum
masak.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan
dalam: faktor lingkungan eksternal (cahaya, temperatur, dan air), faktor
internal (seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor, dan
rendahnya zat perangsang tumbuh) dan faktor waktu (yaitu waktu setelah
pematangan, hilangnya inhibitor, dan sintesis zat perangsang tumbuh).
5.2 Saran
Hendaknya kebersihan tetap terjaga sehabis praktikum, dan bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum terlebih dahulu dipersiapkan. Saat melakukan
perlakuan hendaknya asisten benar-benar menjelaskan detailnya sehingga
praktikan tidak kebingungan dan hasilnya pun sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A, et all. 2004. Biologi. Edisi ke-5 Jilid 3. Terjemahan Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu. Erlangga, Jakarta.
Djarot. 2006. Adaptasi Tumbuhan terhadap Faktor Eksternal.http://www. Adaptasi .htm lDiakses pada tanggal 5 April 2012.
Hildayani.2010. Dormansi Pada Biji.http://www.21ildahsiro.blogspot.com/dormasi pada biji Diakses tanggal 5 April 2012.
Lakitan, B. 2001. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafinda Persada, Jakarta.
Manare. 2006. Perkecambahan Benih/Biji.http://www.PerkecambahanBenih-Biji.htmlDiakses tanggal 5 April 2012.
Manare. 2010. Perkecambahan Biji II.http://www.manare.blogspot.com// Perkecambahan Biji IIDiakses tanggal 5 April 2012.