laporan ektan

29
I. PENDAHULUAN A. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui dan menganalisis distribusi dan jenis tanaman yang dibudidayakan berdasarkan tingkat ketinggian tempat yang berbeda serta pengamatan terhadap faktor-faktor lingkungannya. B. Landasan Teori Analisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang susunan (komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat tumbuhan). Analisa vegetasi dibagi atas tiga metode yaitu : (1) mnimal area, (2) metode kuadrat dan (3) metode jalur atau transek. (Soerianegara, 1988) Salah satu metode dalam analisa vegetasi tumbuhan yaitu dengan menggunakan metode transek. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik dilakukan dengan transek.Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan. Transek juga dapat dipakai dalam studialtituide dan mengetahui perubahan komunitas yang ada. Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam

Upload: abraham-kevin

Post on 28-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ektan

I. PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui dan menganalisis distribusi dan jenis

tanaman yang dibudidayakan berdasarkan tingkat ketinggian tempat yang berbeda serta

pengamatan terhadap faktor-faktor lingkungannya.

B. Landasan Teori

Analisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang susunan

(komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat tumbuhan). Analisa vegetasi

dibagi atas tiga metode yaitu : (1) mnimal area, (2) metode kuadrat dan (3) metode jalur atau

transek. (Soerianegara, 1988)

Salah satu metode dalam analisa vegetasi tumbuhan yaitu dengan menggunakan

metode transek. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui

keadaan sebelumnya paling baik dilakukan dengan transek.Cara ini paling efektif untuk

mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi.

Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling yang

ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan. Transek juga dapat

dipakai dalam studialtituide dan mengetahui perubahan komunitas yang ada.

Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi

yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya.

Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan

dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai

kendala yang ada (Syafei, 1990).

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba.

Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu

komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu

komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak

belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh

komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara

alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai

Page 2: Laporan Ektan

faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik

(Setiadi, 1984).

Keunggulan analisis vegetasi dengan menggunakan metode transek antara lain :

akurasi data  diperoleh dengan baik karena kita terjun langsung, serta pencatatan data jumlah

individu lebih teliti. Selain itu metode ini mempunyai kekurangan, yaitu antara lain :

membutuhkan keahlian untuk mengidentifikasi vegetasi secara langsung dan dibutuhkan

analisis yang baik , waktu yang dibutuhkan cukup lama, membutuhkan tenaga peneliti yang

banyak.

Untuk jenis vegetasi tertentu seperti padang rumput, penggunaan metode plot

seringkali kurang praktis dan butuh bayak waktu. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat

diakali metode transek. Metode transek ini terdapat 3 macam metode yaitu (Umar, 2010) :

a. Line Transek

Metode ini sering digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput.

b.  Belt Transek

Metode belt transek biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan

belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari

perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Transek dibuat

memotong garis-garis topografi, dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungia atu menaiki

gunung dan menuruni lereng pegunungan.

c.  Metode Strip Sensus

Metode strip sensus sebenarnya sama dengan metode line transek, hanya saja penerapannya

untuk mempelajari ekologi vertebrata daratan. Metode ini meliputi, berjalan sepanjang garis

transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi.

Dalam luasan tertentu, individu-individu suatu populasi dapat didistribusikan secara

seragam, acak, ataupun secara merumpun. Disrtibusi seragam jarang terdapat, hanya terajdi

apabila kondisi lingkungan cukup seragam di seluruh luasan dan apabila terdapat persaingan

kuat atau antagnisme antara individu-individu misalnya pada hutan-hutan yang lebat pohon-

pohon yang tinggal hampir mempunyai  distribusi relatif atau distribusi seragam karena

kompetsi untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari yang kuat (Heddy,2011).

Analisis Transek merupakan teknik untuk memfasilitasi masyarakat

dalampengamatan langsung lingkungan dan keadaan sumber-sumberdaya dengan cara

berjalan menelusuri wilayah tempat mereka tinggal mengikuti suatu lintasan tertentu yang

disepakati. Dengan teknik analisis transek diperoleh gambaran keadaan potensi sumberdaya

Page 3: Laporan Ektan

alam masyarakat beserta masalah-masalah, perubahan-perubahan keadaan dan potensi-

potensi yang ada. Hasilnya di gambar dalam bentuk gambar atau diagram(Heddy,2011).

.Manfaat transek yaitu menimbulkan perasaan senang karena merekadapat

memperkenalkan langsung pekerjaan, keadaan, pengetahuan danketerampilan mereka kepada

sesama petani dan orang luar bagi orang dalam(Masyarakat) penelurusan lokasi ini. Manfaat

lainya adalah untuk melihat dengan jelas mengenai kondisi alam dan rumitnya sistem

pertanian dan pemeliharaansumber daya alam yang dijalankan oleh masyarakat bagi orang

luar. Kita dapat belajar tentang cara masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya

alam(Heddy, 2011).

Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan

melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan- herbivora-carnivora).

Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial hilang sebagai panas,

karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan

perkataan lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia. Ada

dua tipe dasar rantai makanan:

1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivora-

carnivora.

2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detrivora =

organisme pemakan sisa) predator.

Macam-macam rantai makanan Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai

pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.

1. Rantai Pemangsa Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau

sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai

konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai

konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai

konsumen ke-3.

2. Rantai Parasit Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang

hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.

Page 4: Laporan Ektan

3. Rantai Saprofit Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai.

Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan

satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan

Page 5: Laporan Ektan

II. METODE PRAKTIKUM

A. Analisis Vegetasi

1. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi: berukuran besar, alat

tulis seperti: pensil, bolpoin, penggaris, penghapus, spidol hitam, pensil warna,

kamera digital, altimeter, lux meter, thermohygrometer. Sedangkan bahan yang

digunakan adalah kertas manila putih berukuran besar.

2. Prosedur Kerja

a. Alat dan bahan disiapkan

b. Lokasi yang akan dianalisis vegetasinya (ditransek) ditentukan terlebih dahulu

c. Setelah lokasi transek ditentukan, segera telusuri lokasi tersebut dan diamati

kondisi vegetasi maupun unsur biotik dan abiotik lainnya seperti pH tanah,

jenis tanah, kelembapan udara, suhu udara, intensitas cahaya matahari, dan

lain sebagainya.

d. Semua data yang diperloleh disatukan, kemudian ditabelkan pada kertas

manila putih. (Untuk data jenis dan distribusi vegetasi, semua vegetasi dibuat

gambarnya diatas tabel)

B. Jaring Pangan

1. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi: berukuran besar, alat

tulis seperti: pensil, bolpoin, penggaris, penghapus, spidol hitam, pensil warna,

kamera digital. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kertas manila putih

berukuran besar.

2. Prosedur Kerja

a. Alat dan bahan disiapkan

b. Lokasi yang akan dianalisis jaring makananannya ditentukan.

c. Setelah lokasi ditentukan, lokasi ditelusuri dan diamati hewan organisme-

organisme apa saja yang ada di lokasi tersebut (baik produsen maupun

konsumen), kemudian dicatat.

d. Setelah data lengkap, kemudian disketsaan perkiraan jaring makanannya pada

kertas manila putih dengan melibatkan semua organisme yang telah dicatat

tadi.

Page 6: Laporan Ektan

C. Wawancara Dengan Petani

1. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum acara ini meliputi alat

tulis, dan recorder.

2. Prosedur Kerja

a. Ditentukan petani yang akan diwawancarai (diusahakan petani tersebut adalah

petani yang berasal/ biasa bekerja pada lokasi yang sama dengan lokasi

analisis vegetasi)

b. Petani diwawancarai untuk menambah info tentang kondisi vegetasi lokasi

tersebut

c. Dicatat/direkam setiap jawaban petani yang kira-kira penting

Page 7: Laporan Ektan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan dengan

lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia untuk

menghasilkan Pangan, pakan, serat, kayu bakar, dan produk- produk lainnya.

Pengertian lain tentang agroekosistem adalah, bahwa agroekosistem merupakan salah

satu bentuk ekosistem binaan manusia yang bertujuan menghasikan produksi pertanian guna

memenuhi kebutuhan manusia.

Konsep agroekosistem adalah sistem ekologi yang terdapat didalam lingkungan

pertanian, yang biasanya merupakan sistem alami yang terjadi setelah dibentuk oleh manusia

Atau dalam arti lain agroekosistem adalah suatu kawasan tempat membudidayakan

makhluk hidup tertentu meliputi apa saja yang hidup di dalamnya serta material lain yang

saling berinteraksi. Agar lebih mudah difahami, dapat diartikan lahan pertanian dalam arti

luas, termasuk kedalamnya hutan produksi dengan komoditas tanaman industry (HTI),

kawasan peternakan dengan lading penggembalaan serta tambak-tambak ikan.

Seperti yang kita ketahui, di dalam suatu ekosistem tentunya terdapat berbagai

komponen, dari yang abiotic sampai dengan yang biotik. Di dalam agroekosistem juga

demikian, dan antara komponen-komponen tersebut menjalin interaksi satu sama lain yang

apabila interaksi tersebut normal, akan terjadi sebuah keseimbangan ekosistem dan

sebaliknya apabila tidak normal, atau ada salah satu di ntara komponen tersebut yang

jumlahnya melampaui batas, missal meledaknya hama maka interaksinya akan terganggu dan

tidak akan seimbang.

Agroekosistem meliputi seluruh komponen ekosistem yang berada di lingkungan

pertanian, yang meliputi:

1.      Komponen abiotik.

a.       Air.

Tak kurang dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri akan air. Oleh sebab itu, air

merupakan salah satu komponen abiotic yang sangat menentukan kelangsungan hidup

organisme.

Page 8: Laporan Ektan

Jika kita perhatikan berbagai daerah di skitar kita, maka ada daerah yang kaya akan

air, tetapi ada pula yang kering. Perbedaan keadaan tersebut menyebabkan cara adaptasi

berbeda-beda

Di dalam agroekosistem, perbedaan keadaan lahan yang berair dengan lahan kering

memiliki penanganan yang berbeda dan tentunya berbeda dalam segi varietas tanaman yang

ditanam.

b.      Tanah.

Tanah merupakan tempat hidup seluruh kehidupan.Sebagian besar penyusun makhluk

hidup baik langsung maupun tidak langsung berasal dari tanah.Oleh sebab itu tak mungkin

ada kehiduan tanpa adanya tanah

Karena sebagian besar kebutuhan makhluk hidup berasal dari tanah, maka

perkembangan suatu ekosistem, khususnya ekosistem darat seperti pertanian dan sebagainya

sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanahnya.Tanah yang subur adalah tanah yang mampu

menyediakan kebutuhan organisme, yaitu banyak kandungan unsur hara makro dan mikro-

nya, cukup remah, dan mengandung biomass yang berguna bagi tanaman dan tanah itu

sendiri khususnya.

c.       Udara

Udara atau gas merupakan komponen utama dari atmosfer bumi.Gas-gas di atmosfer

ini disamping sebagai selimut bumi, juga sebagai sumber berbagai unsur zat tertentu, seperti

oksigen, karbondioksida, nitrogen dan hidrogen.

Di atmosfer, udara juga merupakan komponen utama tanah. Tanah yang cukup

pori/rongganya akan baik pertukaran udara atau aerasinya. Tanah yang baik aerasinya akan

baik proses mineralisasinya. Dengan demikian komponen udara di atmosfer maupun di tanah

sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh pada tanaman.

d.      Cahaya

Cahaya matahari merupakan komponen abiotic yang berfungsi sebagai sumber energi

primer bagi ekosistem. Seperti yang kita ketahui, pada aliran energy yang bersumber dari

matahari yang kemudian diserap dan digunakan tanaman ataupun tumbuhan dalam proses

fotosintesis. Kemudian tumbuhan dimakan oleh konsumen I, dan seterusnya sebagaimana

yang kita lihat pada rantai makanan.Penyebaran  cahaya matahari ke permukaan bumi

tidaklah merata. Oleh sebab itu, organisme mempunyai cara menyesuaikan diri dengan

lingkungan yang intensitas dan kualitas cahayanya berbeda.

Page 9: Laporan Ektan

e.       Suhu

Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu, hal itu karena pada

setiap tubuh makhluk hidup akan berlangsung proses kimia yang berkitan erat dengan suhu.

[7]Tak terkecuali pada tanaman, yang juga memerlukan suhu optimum untuk metabolisnya.

Tinggi rendahnya suhu suatu lingkungan mempengaruhi varietas apa yang cocok untuk di

tanam di sana.

Suhu tanah yang rendah akan berakibat absorpsi air dan unsur hara teganggu, karena

transpirasi meningkat. Apabila kekurangan air ini terus-menerus tanaman akan rusak. Suhu

rendah pada kebanyakan tanaman mengakibatkan rusaknya batang, daun muda, tunas, bunga

dan buah.Besarnya kerusakan organ atau jaringan tanaman akibat suhu rendah tergantung

pada keadaan air, keadaan unsur hara, morfologis dan kondisi fisiologis tanaman. Pada suhu

maksimum, jaringan tanaman akan mati. Suhu yang baik untuk tanaman dalah suhu

maksimum.

f.       Kelembapan

Kelembapan adalah kadar air pada udara. Kelembapan udara mempunyai pengaruh

yang besar terhadap keersediaan air dalam tubuh. Tersedianya air dalam tubuh berperan besar

dalam menunjang proses metabolisme. setiap organisme mempunyai kemampuan untuk

beradaptasi dengan lingkungan yang kelembapannya berbeda-beda.

Dengan begitu, tingkat kelembapan pada suatu wilayah akan mempengaruhi jenis

varietas, OPT, kondisi tanah, dan penanganannya tentunya.

g.      Arus angin

Arus angin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perikehidupan tumbuhan.Di

samping itu, arus angin juga berpengaruh dalam menjaga kesuburan tanah suatu lingkungan.

Pada daerah yang arus anginnya kencang, hanya jenis tumbuhan yang mempunai

perakaran kuat dan berbatang liat yang dapat bertahan hidup.  Sedangkan tumbuhan yang

perakarannya tidak kuat dan batangnya tidak liat, maka akan mudah terangkat atau patah oleh

kencangnya angin

h.      Derajat keasaman / pH

Derajat keasaman atau pH pada media memberi pengaruh yang besar terhadap

distribusi organisme. Pada lingkungan yang berbeda  pH-nya akan berbeda pula organisme

yang hidup disana. Hal tersebut karena ada beberapa jenis organisme yang hidup di medium

yang netral, da nada juga yang suka hidup di media masam dan ada pula yang menyukai

medium yang bersifat basa.

Page 10: Laporan Ektan

Dalam agroekosistem ataupun pertanian, berdasarkan derajat keasamannya memiliki

penanganan yang berbeda-beda.Daerah yang memiliki derajat keasaman yang tinggi biasanya

adalah daerah gambut.

i.        Iklim

Iklim merupakan komponen abiotik yang terbentuk sebagai hasil interaksi berbagai

komponenabiotik lainnya, seperti kelembapan udara, suhu, curah hujan, dan lain-lain.

Perbedaan iklim dengan cuaca adalah, cuaca merupakan keadaan atmosfer dalam

waktu tertentu dan pada area yang terbatas.Sedangkan iklim adalah rata-rata keadaan cuaca

dalam waktu yang lama dan dalam tempat yang luas.

Iklim uatu daerah sangat menentukan jenis tanaman dan hasil produksi pertaniannya.

Perubahan iklim yang tiba-tiba, akan membuat petani kewalahan terutama dalam menentukan

waktu tanam, atau bahkan bisa berakibat gagal panen. Bukan hanya itu, akibat iklim tertentu

juga dapat menyebabkan meledaknya suatu populasi hama, dan berakibat fatal pada tanaman

budidaya petani.

Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman

di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu

tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama

menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau,

vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman,

disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat

tinggi.Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim.

Sehingga tidak heran kalau pada musim hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh

masalah penyakit tanaman sperti penyakit kresek dan blas pada padi, antraknosa cabai dan

sebagainya. Sementara pada musim kemarau banyak masalah hama penggerek batang padi

dan hama belalang kembara.

Pada hakikatnya, iklim sangat berpengaruh pada kesuburan ta tanah dan tumbuhan,

banyaknya tumbuhan juga berpengaruh pada iklim, namun tanah yang subur tidak

berpengaruh pada tumbuhan.

j.        Topografi

Topografi adalah altitude dan latitude suatu tempat.Topografi mempunyai pengaruh

besar terhadap penyebaran makhluk hidup, yang tampak jelas adalah penyebaran

tumbuhannya. Demikian pada pertanian atau agroekosistem, topografi juga sangat

menentukan jenis varietas, pengelolaan lahan dan lain-lainnya.Missal pada daerag lereng

Page 11: Laporan Ektan

gunung, pengelolaan lahan biasanya dibuat perundakan pada penanaman padi, atau pada

daerah puncak yang biasanya digunakan untuk perkrbunan teh.

k.      Garam mineral

Tumbuhan mengambil zat hara dari tanah atau air di lingkungan berupa larutan ion

garam-garam mineral. Ada tanaman yang mampu menyerap unsur-unsur tertentu dari tanah

tanpa bantuan orgnisme lain. Namun ada juga tumbuhan yang untuk mendapatkan suatu

unsur memerlukan oranisme lain. Misal pada tanaman atau tumbuhan polong-polongan yang

memerlukan bantuan bakteri rhizobium untuk mmengikat unsur N dari udara.

l.        Pestisida

 Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau

mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jazat pengganggu).Pestisida juga merupakan

factor penting dalam fagroekosistem. Penggunaan pestisida dapat embantu petani dalam

melindungi tanamannya dari OPT, namun pemakaian pestisida juga ada yang memberi

dampak buruk, baik bagi tanaman atau lingkungan sekitar.

m.    Teknologi

Teknologi sangat dibutuhkan dalam pertanian.Mulai dari tahap pembenihan ada yang

disebut dengan teknologi benih, sampai dengan pemanenan dan pasca panen.Teknologi

berperan dalam menghasilkan varietas unggul demi mendaatkan haasil produksi yang

maksimal dan mampu bersaing di pasaran, serta menciptakan pertanian yang berkelanjutan.

Berdasarkan jenis sampai varietas tanaman yang ditanam, diantaranya:

a)      Monokultur, yaitu satu jenis atau satu varietas tanaman saja yang di tanam dalam

agroekosistem

b)      Polikultur, yaitu penanaman lebih dari satu jenis atau varietas tanaman dalam satu kawasan

agroekosistem. Meliputi: tumpang sari (Multiple cropping), tanam lajur (Intercropping) dan

tanam bergilir lebih dari satu jenis atau varietas tanaman (alleycropping).

Berdasarkan kondisi lahan, meliputi:

a)      Lahan kering

b)      Lahan basah

c)      Gambut

d)     Rawa

Berdasarkan penggunaan lahan, yaitu:

a)      Perkebunan

Page 12: Laporan Ektan

Perkebunan merupakan usaha penanaman tumbuhan secara teratur sesuai dengan ilmu

pertanian dan mengutamakan tanaman perdagangan. Perkebunan penting bagi bahan ekspor

dan bahan industri. Jenis-jenis tanaman perkebunan khususnya di Indonesia antara lain karet,

kelapa sawit, kopi, teh, tembakau, tebu, kelapa, cokelat, kina, kapas, cengkih (Soerjani,

2007).

Pada sistem pengairan, pertanian lahan kering, kondisi topogragfi memegang peranan

cukup penting dalam penyediaan air, serta menentukan cara dan fasilitas pengairan. Sumber –

sumber air biasanya berada pada bagian yang paling rendah, sehingga air perlu dinaikkan

terlebih dahulu agar pendistribusiannya merata dengan baik. Oleh karena itu, pengairan pada

lahan kering dapat berhasil dan efektif pada wilayah yang datar datar – berombak (Kurnia,

2004).

b)      Persawahan

Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau dengan

pengairan. Bersawah merupakan cara bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan

merupakan cara yang sempurna karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan

dibajak, diairi secara teratur, dan dipupuk (Rustiadi, 2007).

Sawah bukaan baru dapat berasal dari lahan kering yang digenangi atau lahan basah

yang dijadikan sawah. Hara N, P, K, Ca, dan Mg merupakan pembatas pertumbuhan dan

hasil padi pada lahan sawah bukaan baru. Hara N, P dan K merupakan pembatas

pertumbuhan dan hasil padi pada ultisol (Widowati et al., 1997).

Lahan untuk sawah bukaan baru umumnya mempunyai status kesuburan tanah yang

rendah dan sangat rendah.Tanah-tanah di daerah bahan induknya volkan tetapi umumnya

volkan tua dengan perkembangan lanjut, oleh sebab itu miskin hara, dengan kejenuhan basa

rendah bahkan sangat rendah.Kandungan bahan organik, hara N, P, K dan KTK umumnya

rendah (Suharta dan Sukardi, 1994).

Padi (oryza sativa l) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub- tropis.Untuk padi

sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat

penting.Oleh karena air menggenang terus- menerus maka tanah sawah harus memiliki

kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah yang lempung.

c)      Ladang

d)     Agriforestri (hutan tanaman)

Praktek agrikultur dengan intensitas rendah seperti perladangan berpindah,

pekarangan tradisional, talun, rotasi lahan, menyisakan banyak proses ekosistem alami dan

komposisi tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Sistem dengan intensitas tinggi, termasuk

Page 13: Laporan Ektan

perkebunan modern yang seragam dan peternakan besar, mungkin merubah ekosistem secara

keseluruhan sehingga sedikit sekali biota dan keistimewaan bentang alam sebelumnya yang

tersisa (Karyono, 2000).

e)      Kebun/pekarangan campuran

Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah

bangunan.Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk berkebun, ditanami bunga atau terkadang

memiliki kolam. Pekarangan bisa berada di depan, di belakang, disamping sebuah bangunan,

tergantung besar sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan utamanya

Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan yang saling

menguntungkan.Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk pakan ternak, dan sebagian lagi

untuk manusia, sedangkan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang untuk

menyuburkan tanah pekarnagn. Dengan demikian, hubungan antara tanah, tanaman, hewan

piaraan, ikan dan manusia sebagai unit-unit di pekaranagn merupakan satu kesatuan terpadu

(Pratiwi, 2004).

Komponen abiotik dan biotik di dalam agroekosistem saling berinteraksi untuk

mencapai keseibampangan ekosistem pertanian. Kebutuhan pangan atau sumber nutrisi bagi

faktor biotik tersedia dengan adanya faktor abiotik tanah, air, unsur hara, dan anasir iklim

yang mendukung nutrisi dalam tanah maupun udara menjadi tersedia. Adanya daur unsur

atau daur biogeokimiawi di alam menunjukkan keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik.

      Transek adalah penampang melintang atau pandangan samping dari suatu wilayah.

Transek merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran informasi kondisi biofisik

suatu wilayah kajian. Arti harfiah dari transek itu sendiri adalah gambar irisan muka bumi.

Pada awalnya, transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan

mengamati wilayah-wilayah ekologi, yaitu pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan

sifat khusus keadaannya (Odum, E. P., 1971).

      Tujuan dari pembuatan transek, yaitu untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi

dan perubahan lingkungan. Ada dua macam transek:

1.  Belt transect (transek sabuk)

    Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur

ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar

jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah

diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang

baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya

(Kershaw, 1979).

Page 14: Laporan Ektan

2.  Line transect (transek garis)

Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada

tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat atrau dijumpai. Pada metode garis

ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang

selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi

nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati

oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu

tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang

terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi

diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar

(Rohman, 2001).

Pada dasarnya hampir semua kegiatan pengukuran untuk analisis vegetasi dilakukan

pengukuran terhadap jenis-jenisnya, kerapatan atau jumlah individu per jenis, frekuensi

kehadirannya, diameter batang atau luas penutupan tajuk dan tinggi pohon. Walaupun

demikian, parameter vegetasi yang diukur akan tergantung pada informasi yang dikehendaki

dan tujuan penelitian (Wolf, 1990).

Rantai makanan merupakan gambar peristiwa makan dan dimakan yang sederhana. 

Kenyataannya dalam satu ekosistem tidak hanya terdapat satu rantai makanan, karena satu

produsen tidak selalu menjadi sumber makanan bagi satu jenis herbivora, sebaliknya satu

jenis herbivora tidak selalu memakan satu jenis produsen. Dengan demikian, di dalam

ekosistem terdapat rantai makanan yang saling berhubungan membentuk suatu jaring-jaring

makanan. Dengan demikian, jaring makanan dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa

rantai makanan yang ada pada suatu ekosistem.

Page 15: Laporan Ektan

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah bahwa setiap

tanaman memiliki faktor-faktor fisik lingkungan yang berbeda-beda dalam menentukan

tingkat pertumbuhan dan hasil yang dapat dicapai oleh tanaman tersebut, oleh karena itu

diadakan analisis vegetasi untuk melihat bagaimana distribusi vegetasi pada suatu tempat

pada ketinggian tempat dan faktor-faktor fisik lingkungan yang beragam. Dengan melakukan

analisa vegetasi (yang contohnya adalah transek) kita sekaligus dapat mengetahui kira-kira

kondisi fisik lingkungan yang seperti apa yang diharapkan oleh suatu tanaman agar dapat

tumbuh dan berproduksi secara optimal.

Page 16: Laporan Ektan

DAFTAR PUSTAKA

Basri Jumin, Hasan. 2002 Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis. Rajawali Pers. Jakarta

Heddy, Suwasono.2011.Analisis Vegetasi Tumbuhan. http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, pukul 20.00 WIB.

Kartasapoetra, W. A.G., 1989. Kerusakan Tanah Pertanian. Bina Aksara, Jakarta.

Kershaw, K.A. 1979. Quantitative and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold Publishers.

Michael, P. 1995. Metode   Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium . UI Press. Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press

Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta,Jawa Barat, Bogor. Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.

Soerianegara, I.  dan Indrawan, A., 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Syafei. 1990. Dinamika Populasi. Kajian Ekologi Kuantitatif.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Umar, M. Ruslan, 2010. Ekologi Umum Dalam Praltikum.Universitas Hasanuddin. Makassar.

Wolf, L. dan Mc Naughton, S. J., 1990.  Ekologi Umum. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta

Page 17: Laporan Ektan

LAMPIRAN

A. Analisis Vegetasi Kelompok

B. Analisis Vegetasi Gabungan

Page 18: Laporan Ektan

C. Jaring Pangan Kelompok

D. Jaring Pangan Gabungan

Page 19: Laporan Ektan

E. Biodata Penulis1. Nama Lengkap : Abraham Kevin Prestyo Sasongko2. Nama Panggilan : Kevin3. TTL : Purwokerto, 29 Oktober 19944. Alamat : Perumahan GKI blok Q no 115. NIM : A1L0121236. Hobi : Futsal7. Motto : Stay calm and keep moving forward

Page 20: Laporan Ektan

LAPORAN PRAKTIKUMEKOLOGI TANAMAN

AGROEKOSISTEM DAN JARING PANGAN WILAYAH SEKITAR PANTAI PANGANDARAN

Oleh:

Abraham Kevin P.SNIM A1L012123

Kelompok :Rombongan:

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2014