laporan ektan
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui dan menganalisis distribusi dan jenis
tanaman yang dibudidayakan berdasarkan tingkat ketinggian tempat yang berbeda serta
pengamatan terhadap faktor-faktor lingkungannya.
B. Landasan Teori
Analisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang susunan
(komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat tumbuhan). Analisa vegetasi
dibagi atas tiga metode yaitu : (1) mnimal area, (2) metode kuadrat dan (3) metode jalur atau
transek. (Soerianegara, 1988)
Salah satu metode dalam analisa vegetasi tumbuhan yaitu dengan menggunakan
metode transek. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui
keadaan sebelumnya paling baik dilakukan dengan transek.Cara ini paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi.
Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling yang
ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan. Transek juga dapat
dipakai dalam studialtituide dan mengetahui perubahan komunitas yang ada.
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi
yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya.
Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan
dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai
kendala yang ada (Syafei, 1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba.
Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu
komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu
komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak
belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh
komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara
alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai
faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik
(Setiadi, 1984).
Keunggulan analisis vegetasi dengan menggunakan metode transek antara lain :
akurasi data diperoleh dengan baik karena kita terjun langsung, serta pencatatan data jumlah
individu lebih teliti. Selain itu metode ini mempunyai kekurangan, yaitu antara lain :
membutuhkan keahlian untuk mengidentifikasi vegetasi secara langsung dan dibutuhkan
analisis yang baik , waktu yang dibutuhkan cukup lama, membutuhkan tenaga peneliti yang
banyak.
Untuk jenis vegetasi tertentu seperti padang rumput, penggunaan metode plot
seringkali kurang praktis dan butuh bayak waktu. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat
diakali metode transek. Metode transek ini terdapat 3 macam metode yaitu (Umar, 2010) :
a. Line Transek
Metode ini sering digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput.
b. Belt Transek
Metode belt transek biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan
belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari
perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Transek dibuat
memotong garis-garis topografi, dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungia atu menaiki
gunung dan menuruni lereng pegunungan.
c. Metode Strip Sensus
Metode strip sensus sebenarnya sama dengan metode line transek, hanya saja penerapannya
untuk mempelajari ekologi vertebrata daratan. Metode ini meliputi, berjalan sepanjang garis
transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi.
Dalam luasan tertentu, individu-individu suatu populasi dapat didistribusikan secara
seragam, acak, ataupun secara merumpun. Disrtibusi seragam jarang terdapat, hanya terajdi
apabila kondisi lingkungan cukup seragam di seluruh luasan dan apabila terdapat persaingan
kuat atau antagnisme antara individu-individu misalnya pada hutan-hutan yang lebat pohon-
pohon yang tinggal hampir mempunyai distribusi relatif atau distribusi seragam karena
kompetsi untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari yang kuat (Heddy,2011).
Analisis Transek merupakan teknik untuk memfasilitasi masyarakat
dalampengamatan langsung lingkungan dan keadaan sumber-sumberdaya dengan cara
berjalan menelusuri wilayah tempat mereka tinggal mengikuti suatu lintasan tertentu yang
disepakati. Dengan teknik analisis transek diperoleh gambaran keadaan potensi sumberdaya
alam masyarakat beserta masalah-masalah, perubahan-perubahan keadaan dan potensi-
potensi yang ada. Hasilnya di gambar dalam bentuk gambar atau diagram(Heddy,2011).
.Manfaat transek yaitu menimbulkan perasaan senang karena merekadapat
memperkenalkan langsung pekerjaan, keadaan, pengetahuan danketerampilan mereka kepada
sesama petani dan orang luar bagi orang dalam(Masyarakat) penelurusan lokasi ini. Manfaat
lainya adalah untuk melihat dengan jelas mengenai kondisi alam dan rumitnya sistem
pertanian dan pemeliharaansumber daya alam yang dijalankan oleh masyarakat bagi orang
luar. Kita dapat belajar tentang cara masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya
alam(Heddy, 2011).
Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan
melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan- herbivora-carnivora).
Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial hilang sebagai panas,
karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan
perkataan lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia. Ada
dua tipe dasar rantai makanan:
1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivora-
carnivora.
2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detrivora =
organisme pemakan sisa) predator.
Macam-macam rantai makanan Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai
pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
1. Rantai Pemangsa Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau
sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai
konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai
konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai
konsumen ke-3.
2. Rantai Parasit Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang
hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
3. Rantai Saprofit Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai.
Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan
satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan
II. METODE PRAKTIKUM
A. Analisis Vegetasi
1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi: berukuran besar, alat
tulis seperti: pensil, bolpoin, penggaris, penghapus, spidol hitam, pensil warna,
kamera digital, altimeter, lux meter, thermohygrometer. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah kertas manila putih berukuran besar.
2. Prosedur Kerja
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Lokasi yang akan dianalisis vegetasinya (ditransek) ditentukan terlebih dahulu
c. Setelah lokasi transek ditentukan, segera telusuri lokasi tersebut dan diamati
kondisi vegetasi maupun unsur biotik dan abiotik lainnya seperti pH tanah,
jenis tanah, kelembapan udara, suhu udara, intensitas cahaya matahari, dan
lain sebagainya.
d. Semua data yang diperloleh disatukan, kemudian ditabelkan pada kertas
manila putih. (Untuk data jenis dan distribusi vegetasi, semua vegetasi dibuat
gambarnya diatas tabel)
B. Jaring Pangan
1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi: berukuran besar, alat
tulis seperti: pensil, bolpoin, penggaris, penghapus, spidol hitam, pensil warna,
kamera digital. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kertas manila putih
berukuran besar.
2. Prosedur Kerja
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Lokasi yang akan dianalisis jaring makananannya ditentukan.
c. Setelah lokasi ditentukan, lokasi ditelusuri dan diamati hewan organisme-
organisme apa saja yang ada di lokasi tersebut (baik produsen maupun
konsumen), kemudian dicatat.
d. Setelah data lengkap, kemudian disketsaan perkiraan jaring makanannya pada
kertas manila putih dengan melibatkan semua organisme yang telah dicatat
tadi.
C. Wawancara Dengan Petani
1. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum acara ini meliputi alat
tulis, dan recorder.
2. Prosedur Kerja
a. Ditentukan petani yang akan diwawancarai (diusahakan petani tersebut adalah
petani yang berasal/ biasa bekerja pada lokasi yang sama dengan lokasi
analisis vegetasi)
b. Petani diwawancarai untuk menambah info tentang kondisi vegetasi lokasi
tersebut
c. Dicatat/direkam setiap jawaban petani yang kira-kira penting
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Terlampir
B. Pembahasan
Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan dengan
lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia untuk
menghasilkan Pangan, pakan, serat, kayu bakar, dan produk- produk lainnya.
Pengertian lain tentang agroekosistem adalah, bahwa agroekosistem merupakan salah
satu bentuk ekosistem binaan manusia yang bertujuan menghasikan produksi pertanian guna
memenuhi kebutuhan manusia.
Konsep agroekosistem adalah sistem ekologi yang terdapat didalam lingkungan
pertanian, yang biasanya merupakan sistem alami yang terjadi setelah dibentuk oleh manusia
Atau dalam arti lain agroekosistem adalah suatu kawasan tempat membudidayakan
makhluk hidup tertentu meliputi apa saja yang hidup di dalamnya serta material lain yang
saling berinteraksi. Agar lebih mudah difahami, dapat diartikan lahan pertanian dalam arti
luas, termasuk kedalamnya hutan produksi dengan komoditas tanaman industry (HTI),
kawasan peternakan dengan lading penggembalaan serta tambak-tambak ikan.
Seperti yang kita ketahui, di dalam suatu ekosistem tentunya terdapat berbagai
komponen, dari yang abiotic sampai dengan yang biotik. Di dalam agroekosistem juga
demikian, dan antara komponen-komponen tersebut menjalin interaksi satu sama lain yang
apabila interaksi tersebut normal, akan terjadi sebuah keseimbangan ekosistem dan
sebaliknya apabila tidak normal, atau ada salah satu di ntara komponen tersebut yang
jumlahnya melampaui batas, missal meledaknya hama maka interaksinya akan terganggu dan
tidak akan seimbang.
Agroekosistem meliputi seluruh komponen ekosistem yang berada di lingkungan
pertanian, yang meliputi:
1. Komponen abiotik.
a. Air.
Tak kurang dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri akan air. Oleh sebab itu, air
merupakan salah satu komponen abiotic yang sangat menentukan kelangsungan hidup
organisme.
Jika kita perhatikan berbagai daerah di skitar kita, maka ada daerah yang kaya akan
air, tetapi ada pula yang kering. Perbedaan keadaan tersebut menyebabkan cara adaptasi
berbeda-beda
Di dalam agroekosistem, perbedaan keadaan lahan yang berair dengan lahan kering
memiliki penanganan yang berbeda dan tentunya berbeda dalam segi varietas tanaman yang
ditanam.
b. Tanah.
Tanah merupakan tempat hidup seluruh kehidupan.Sebagian besar penyusun makhluk
hidup baik langsung maupun tidak langsung berasal dari tanah.Oleh sebab itu tak mungkin
ada kehiduan tanpa adanya tanah
Karena sebagian besar kebutuhan makhluk hidup berasal dari tanah, maka
perkembangan suatu ekosistem, khususnya ekosistem darat seperti pertanian dan sebagainya
sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanahnya.Tanah yang subur adalah tanah yang mampu
menyediakan kebutuhan organisme, yaitu banyak kandungan unsur hara makro dan mikro-
nya, cukup remah, dan mengandung biomass yang berguna bagi tanaman dan tanah itu
sendiri khususnya.
c. Udara
Udara atau gas merupakan komponen utama dari atmosfer bumi.Gas-gas di atmosfer
ini disamping sebagai selimut bumi, juga sebagai sumber berbagai unsur zat tertentu, seperti
oksigen, karbondioksida, nitrogen dan hidrogen.
Di atmosfer, udara juga merupakan komponen utama tanah. Tanah yang cukup
pori/rongganya akan baik pertukaran udara atau aerasinya. Tanah yang baik aerasinya akan
baik proses mineralisasinya. Dengan demikian komponen udara di atmosfer maupun di tanah
sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh pada tanaman.
d. Cahaya
Cahaya matahari merupakan komponen abiotic yang berfungsi sebagai sumber energi
primer bagi ekosistem. Seperti yang kita ketahui, pada aliran energy yang bersumber dari
matahari yang kemudian diserap dan digunakan tanaman ataupun tumbuhan dalam proses
fotosintesis. Kemudian tumbuhan dimakan oleh konsumen I, dan seterusnya sebagaimana
yang kita lihat pada rantai makanan.Penyebaran cahaya matahari ke permukaan bumi
tidaklah merata. Oleh sebab itu, organisme mempunyai cara menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang intensitas dan kualitas cahayanya berbeda.
e. Suhu
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu, hal itu karena pada
setiap tubuh makhluk hidup akan berlangsung proses kimia yang berkitan erat dengan suhu.
[7]Tak terkecuali pada tanaman, yang juga memerlukan suhu optimum untuk metabolisnya.
Tinggi rendahnya suhu suatu lingkungan mempengaruhi varietas apa yang cocok untuk di
tanam di sana.
Suhu tanah yang rendah akan berakibat absorpsi air dan unsur hara teganggu, karena
transpirasi meningkat. Apabila kekurangan air ini terus-menerus tanaman akan rusak. Suhu
rendah pada kebanyakan tanaman mengakibatkan rusaknya batang, daun muda, tunas, bunga
dan buah.Besarnya kerusakan organ atau jaringan tanaman akibat suhu rendah tergantung
pada keadaan air, keadaan unsur hara, morfologis dan kondisi fisiologis tanaman. Pada suhu
maksimum, jaringan tanaman akan mati. Suhu yang baik untuk tanaman dalah suhu
maksimum.
f. Kelembapan
Kelembapan adalah kadar air pada udara. Kelembapan udara mempunyai pengaruh
yang besar terhadap keersediaan air dalam tubuh. Tersedianya air dalam tubuh berperan besar
dalam menunjang proses metabolisme. setiap organisme mempunyai kemampuan untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang kelembapannya berbeda-beda.
Dengan begitu, tingkat kelembapan pada suatu wilayah akan mempengaruhi jenis
varietas, OPT, kondisi tanah, dan penanganannya tentunya.
g. Arus angin
Arus angin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perikehidupan tumbuhan.Di
samping itu, arus angin juga berpengaruh dalam menjaga kesuburan tanah suatu lingkungan.
Pada daerah yang arus anginnya kencang, hanya jenis tumbuhan yang mempunai
perakaran kuat dan berbatang liat yang dapat bertahan hidup. Sedangkan tumbuhan yang
perakarannya tidak kuat dan batangnya tidak liat, maka akan mudah terangkat atau patah oleh
kencangnya angin
h. Derajat keasaman / pH
Derajat keasaman atau pH pada media memberi pengaruh yang besar terhadap
distribusi organisme. Pada lingkungan yang berbeda pH-nya akan berbeda pula organisme
yang hidup disana. Hal tersebut karena ada beberapa jenis organisme yang hidup di medium
yang netral, da nada juga yang suka hidup di media masam dan ada pula yang menyukai
medium yang bersifat basa.
Dalam agroekosistem ataupun pertanian, berdasarkan derajat keasamannya memiliki
penanganan yang berbeda-beda.Daerah yang memiliki derajat keasaman yang tinggi biasanya
adalah daerah gambut.
i. Iklim
Iklim merupakan komponen abiotik yang terbentuk sebagai hasil interaksi berbagai
komponenabiotik lainnya, seperti kelembapan udara, suhu, curah hujan, dan lain-lain.
Perbedaan iklim dengan cuaca adalah, cuaca merupakan keadaan atmosfer dalam
waktu tertentu dan pada area yang terbatas.Sedangkan iklim adalah rata-rata keadaan cuaca
dalam waktu yang lama dan dalam tempat yang luas.
Iklim uatu daerah sangat menentukan jenis tanaman dan hasil produksi pertaniannya.
Perubahan iklim yang tiba-tiba, akan membuat petani kewalahan terutama dalam menentukan
waktu tanam, atau bahkan bisa berakibat gagal panen. Bukan hanya itu, akibat iklim tertentu
juga dapat menyebabkan meledaknya suatu populasi hama, dan berakibat fatal pada tanaman
budidaya petani.
Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman
di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu
tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama
menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau,
vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman,
disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat
tinggi.Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim.
Sehingga tidak heran kalau pada musim hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh
masalah penyakit tanaman sperti penyakit kresek dan blas pada padi, antraknosa cabai dan
sebagainya. Sementara pada musim kemarau banyak masalah hama penggerek batang padi
dan hama belalang kembara.
Pada hakikatnya, iklim sangat berpengaruh pada kesuburan ta tanah dan tumbuhan,
banyaknya tumbuhan juga berpengaruh pada iklim, namun tanah yang subur tidak
berpengaruh pada tumbuhan.
j. Topografi
Topografi adalah altitude dan latitude suatu tempat.Topografi mempunyai pengaruh
besar terhadap penyebaran makhluk hidup, yang tampak jelas adalah penyebaran
tumbuhannya. Demikian pada pertanian atau agroekosistem, topografi juga sangat
menentukan jenis varietas, pengelolaan lahan dan lain-lainnya.Missal pada daerag lereng
gunung, pengelolaan lahan biasanya dibuat perundakan pada penanaman padi, atau pada
daerah puncak yang biasanya digunakan untuk perkrbunan teh.
k. Garam mineral
Tumbuhan mengambil zat hara dari tanah atau air di lingkungan berupa larutan ion
garam-garam mineral. Ada tanaman yang mampu menyerap unsur-unsur tertentu dari tanah
tanpa bantuan orgnisme lain. Namun ada juga tumbuhan yang untuk mendapatkan suatu
unsur memerlukan oranisme lain. Misal pada tanaman atau tumbuhan polong-polongan yang
memerlukan bantuan bakteri rhizobium untuk mmengikat unsur N dari udara.
l. Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jazat pengganggu).Pestisida juga merupakan
factor penting dalam fagroekosistem. Penggunaan pestisida dapat embantu petani dalam
melindungi tanamannya dari OPT, namun pemakaian pestisida juga ada yang memberi
dampak buruk, baik bagi tanaman atau lingkungan sekitar.
m. Teknologi
Teknologi sangat dibutuhkan dalam pertanian.Mulai dari tahap pembenihan ada yang
disebut dengan teknologi benih, sampai dengan pemanenan dan pasca panen.Teknologi
berperan dalam menghasilkan varietas unggul demi mendaatkan haasil produksi yang
maksimal dan mampu bersaing di pasaran, serta menciptakan pertanian yang berkelanjutan.
Berdasarkan jenis sampai varietas tanaman yang ditanam, diantaranya:
a) Monokultur, yaitu satu jenis atau satu varietas tanaman saja yang di tanam dalam
agroekosistem
b) Polikultur, yaitu penanaman lebih dari satu jenis atau varietas tanaman dalam satu kawasan
agroekosistem. Meliputi: tumpang sari (Multiple cropping), tanam lajur (Intercropping) dan
tanam bergilir lebih dari satu jenis atau varietas tanaman (alleycropping).
Berdasarkan kondisi lahan, meliputi:
a) Lahan kering
b) Lahan basah
c) Gambut
d) Rawa
Berdasarkan penggunaan lahan, yaitu:
a) Perkebunan
Perkebunan merupakan usaha penanaman tumbuhan secara teratur sesuai dengan ilmu
pertanian dan mengutamakan tanaman perdagangan. Perkebunan penting bagi bahan ekspor
dan bahan industri. Jenis-jenis tanaman perkebunan khususnya di Indonesia antara lain karet,
kelapa sawit, kopi, teh, tembakau, tebu, kelapa, cokelat, kina, kapas, cengkih (Soerjani,
2007).
Pada sistem pengairan, pertanian lahan kering, kondisi topogragfi memegang peranan
cukup penting dalam penyediaan air, serta menentukan cara dan fasilitas pengairan. Sumber –
sumber air biasanya berada pada bagian yang paling rendah, sehingga air perlu dinaikkan
terlebih dahulu agar pendistribusiannya merata dengan baik. Oleh karena itu, pengairan pada
lahan kering dapat berhasil dan efektif pada wilayah yang datar datar – berombak (Kurnia,
2004).
b) Persawahan
Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau dengan
pengairan. Bersawah merupakan cara bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan
merupakan cara yang sempurna karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan
dibajak, diairi secara teratur, dan dipupuk (Rustiadi, 2007).
Sawah bukaan baru dapat berasal dari lahan kering yang digenangi atau lahan basah
yang dijadikan sawah. Hara N, P, K, Ca, dan Mg merupakan pembatas pertumbuhan dan
hasil padi pada lahan sawah bukaan baru. Hara N, P dan K merupakan pembatas
pertumbuhan dan hasil padi pada ultisol (Widowati et al., 1997).
Lahan untuk sawah bukaan baru umumnya mempunyai status kesuburan tanah yang
rendah dan sangat rendah.Tanah-tanah di daerah bahan induknya volkan tetapi umumnya
volkan tua dengan perkembangan lanjut, oleh sebab itu miskin hara, dengan kejenuhan basa
rendah bahkan sangat rendah.Kandungan bahan organik, hara N, P, K dan KTK umumnya
rendah (Suharta dan Sukardi, 1994).
Padi (oryza sativa l) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub- tropis.Untuk padi
sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat
penting.Oleh karena air menggenang terus- menerus maka tanah sawah harus memiliki
kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah yang lempung.
c) Ladang
d) Agriforestri (hutan tanaman)
Praktek agrikultur dengan intensitas rendah seperti perladangan berpindah,
pekarangan tradisional, talun, rotasi lahan, menyisakan banyak proses ekosistem alami dan
komposisi tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Sistem dengan intensitas tinggi, termasuk
perkebunan modern yang seragam dan peternakan besar, mungkin merubah ekosistem secara
keseluruhan sehingga sedikit sekali biota dan keistimewaan bentang alam sebelumnya yang
tersisa (Karyono, 2000).
e) Kebun/pekarangan campuran
Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah
bangunan.Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk berkebun, ditanami bunga atau terkadang
memiliki kolam. Pekarangan bisa berada di depan, di belakang, disamping sebuah bangunan,
tergantung besar sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan utamanya
Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan yang saling
menguntungkan.Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk pakan ternak, dan sebagian lagi
untuk manusia, sedangkan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang untuk
menyuburkan tanah pekarnagn. Dengan demikian, hubungan antara tanah, tanaman, hewan
piaraan, ikan dan manusia sebagai unit-unit di pekaranagn merupakan satu kesatuan terpadu
(Pratiwi, 2004).
Komponen abiotik dan biotik di dalam agroekosistem saling berinteraksi untuk
mencapai keseibampangan ekosistem pertanian. Kebutuhan pangan atau sumber nutrisi bagi
faktor biotik tersedia dengan adanya faktor abiotik tanah, air, unsur hara, dan anasir iklim
yang mendukung nutrisi dalam tanah maupun udara menjadi tersedia. Adanya daur unsur
atau daur biogeokimiawi di alam menunjukkan keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik.
Transek adalah penampang melintang atau pandangan samping dari suatu wilayah.
Transek merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran informasi kondisi biofisik
suatu wilayah kajian. Arti harfiah dari transek itu sendiri adalah gambar irisan muka bumi.
Pada awalnya, transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan
mengamati wilayah-wilayah ekologi, yaitu pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan
sifat khusus keadaannya (Odum, E. P., 1971).
Tujuan dari pembuatan transek, yaitu untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi
dan perubahan lingkungan. Ada dua macam transek:
1. Belt transect (transek sabuk)
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur
ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar
jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah
diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang
baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya
(Kershaw, 1979).
2. Line transect (transek garis)
Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada
tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat atrau dijumpai. Pada metode garis
ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang
selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi
nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati
oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu
tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang
terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi
diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar
(Rohman, 2001).
Pada dasarnya hampir semua kegiatan pengukuran untuk analisis vegetasi dilakukan
pengukuran terhadap jenis-jenisnya, kerapatan atau jumlah individu per jenis, frekuensi
kehadirannya, diameter batang atau luas penutupan tajuk dan tinggi pohon. Walaupun
demikian, parameter vegetasi yang diukur akan tergantung pada informasi yang dikehendaki
dan tujuan penelitian (Wolf, 1990).
Rantai makanan merupakan gambar peristiwa makan dan dimakan yang sederhana.
Kenyataannya dalam satu ekosistem tidak hanya terdapat satu rantai makanan, karena satu
produsen tidak selalu menjadi sumber makanan bagi satu jenis herbivora, sebaliknya satu
jenis herbivora tidak selalu memakan satu jenis produsen. Dengan demikian, di dalam
ekosistem terdapat rantai makanan yang saling berhubungan membentuk suatu jaring-jaring
makanan. Dengan demikian, jaring makanan dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa
rantai makanan yang ada pada suatu ekosistem.
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah bahwa setiap
tanaman memiliki faktor-faktor fisik lingkungan yang berbeda-beda dalam menentukan
tingkat pertumbuhan dan hasil yang dapat dicapai oleh tanaman tersebut, oleh karena itu
diadakan analisis vegetasi untuk melihat bagaimana distribusi vegetasi pada suatu tempat
pada ketinggian tempat dan faktor-faktor fisik lingkungan yang beragam. Dengan melakukan
analisa vegetasi (yang contohnya adalah transek) kita sekaligus dapat mengetahui kira-kira
kondisi fisik lingkungan yang seperti apa yang diharapkan oleh suatu tanaman agar dapat
tumbuh dan berproduksi secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Basri Jumin, Hasan. 2002 Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis. Rajawali Pers. Jakarta
Heddy, Suwasono.2011.Analisis Vegetasi Tumbuhan. http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, pukul 20.00 WIB.
Kartasapoetra, W. A.G., 1989. Kerusakan Tanah Pertanian. Bina Aksara, Jakarta.
Kershaw, K.A. 1979. Quantitative and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold Publishers.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium . UI Press. Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta,Jawa Barat, Bogor. Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Soerianegara, I. dan Indrawan, A., 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syafei. 1990. Dinamika Populasi. Kajian Ekologi Kuantitatif.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Umar, M. Ruslan, 2010. Ekologi Umum Dalam Praltikum.Universitas Hasanuddin. Makassar.
Wolf, L. dan Mc Naughton, S. J., 1990. Ekologi Umum. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta
LAMPIRAN
A. Analisis Vegetasi Kelompok
B. Analisis Vegetasi Gabungan
C. Jaring Pangan Kelompok
D. Jaring Pangan Gabungan
E. Biodata Penulis1. Nama Lengkap : Abraham Kevin Prestyo Sasongko2. Nama Panggilan : Kevin3. TTL : Purwokerto, 29 Oktober 19944. Alamat : Perumahan GKI blok Q no 115. NIM : A1L0121236. Hobi : Futsal7. Motto : Stay calm and keep moving forward
LAPORAN PRAKTIKUMEKOLOGI TANAMAN
AGROEKOSISTEM DAN JARING PANGAN WILAYAH SEKITAR PANTAI PANGANDARAN
Oleh:
Abraham Kevin P.SNIM A1L012123
Kelompok :Rombongan:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2014