laporan farter ii ht 2, snh

Upload: riri-fauziyya

Post on 17-Oct-2015

95 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Farter II HT 2, SNH

TRANSCRIPT

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    1/32

    LAPORAN AKHIR FARMAKOTERAPI II

    PRAKTIKUM I

    FARMAKOTERAPI PENYAKIT SNH DAN HIPERTENSI STAGE II

    disusun oleh:Awaliyatun Nikmah (G1F011018)

    Sintya Utami (G1F011020)

    Nurina Khimatus S. (G1F011022)

    Heppi Purnomo (G1F011024)

    Ayu Wikha N. (G1F011026)

    Riri Fauziyya (G1F011028)

    Garnisha Utamas N. (G1F011030)

    Erna Tugiarti B. (G1F011034)

    Kelas / Kelompok : B / II

    Asisten : KAK AI

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    JURUSAN FARMASI

    PURWOKERTO

    2014

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    2/32

    PRAKTIKUM I

    FARMAKOTERAPI PENYAKIT SNH DAN HIPERTENSI STAGE II

    A. KASUSProfil pasienNama pasien : Ny. Rh

    No. Rekam medik : 921045

    Alamat : Pemalang

    Umur : 62 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    MRS : 21Februari 2013

    KRS : 25 Februari 2013

    Riwayat MRS : Pasien datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak kiri 3

    hari SMRS, nyeri kepala berputar, riwayat trauma kepala 2 tahun

    lalu, HT (+)

    Riwayat penyakit : SNH (stroke non hemoragic), dislipidemia, hiperurisemia, HT II

    Riwayat obat : -

    Riwayat lifestyle : -

    Alergi : -

    Diagnosa : SNH + HT II

    Data laboratorium pasien

    PARAMETER SATUAN 22 Februari

    Kolesterol Mg/dl 223

    Trigliserid Mg/dl 112

    HDL Mg/dl 37

    LDL Mg/dl 163,6

    Asam Urat Mg/dl 7,5

    Hb g/dl 16,7

    Leukosit /L 21040

    Ht % 51

    Eritrosit 10 / L 7,8

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    3/32

    B. DASAR TEORI1. Patofisiologi

    Berdasarkan patofisiologinya stroke terdiri dari stroke non hemoragik dan stroke

    hemoragik. Stroke non hemoragik adalah tipe stroke yang paling sering terjadi, hampir

    80% dari semua stroke. Disebabkan oleh gumpalan atau sumbatan lain pada arteri yang

    mengalir ke otak. Pada pasien terdapat kelemahan anggota gerak, dan parese nervus VII

    dan XII yang mengarah pada stroke non hemoragik. Sehingga diperlukan penaganan

    segera untuk menghindari komplikasi lebih lanjut(Lloyd-Jones et al, 2009). Gejala

    neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah otak bergantung pada berat

    ringannya gangguan dan lokasi.Gejala utama stroke non hemoragik ialah timbulnya

    defisit neurologik secara mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat

    atau bangun tidur dan kesadaran biasanya tidak munurun (Lumbantobing, 2004).Salah

    satu faktor resiko terjadinya stroke non hemoragik adalah hipertensi (Mardjono, 2006).

    Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibatgangguan fungsi

    otak lokal (atau global), dengan gejala-gejala yangberlangsung selama 24 jam atau lebih,

    atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang selain vaskuler (

    Kelompok Studi Serebrovaskuler & Neurogeriatri Perdossi, 1999).

    Sejumlah faktor resiko stroke telah diindentifikasi dan dapat d ikelompokan atas (

    Widjaja, 1999):

    1. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah.Termasuk didalamnya adalah usia, jenis kelamin, keturunan,ras/suku

    2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi.Di antaranya hipertensi, penyakit jantung, Diabetes Mellitus, hiperkolesterolemia,

    penyakit arteri karotis, merokok, konsumsi alkohol yang banyak, dan TIA.

    3. Faktor yang dalam taraf penyelidikan epidermiologik.Beberapa di antaranya adalah inaktifitas fisik, obesitas, stress, hiperhomosisteinemi,

    antibody antifosfolipid dan Lipoprotein

    Mekanisme terjadi iskemi dapat dibagi atas 3, yaitu trombosis, emboli dan

    berkurangnya perfusi sitemik.Diantara ketiganya, thrombosis merupakan mekanisme

    yang mendasari terjadinya stroke iskemik paling sering dijumpai. Menurut konsensus,

    trombosis adalah obstruksi aliran darah yang diakibatkan oleh proses oklusi pada satu

    atau lebih pembuluh darah. Proses patologis pada pembuluh darah yang paling sering

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    4/32

    terjadi adalah aterosklerosis ( Caplan, 2000).Karena Lipoprotein berperan dalam proses

    aterosklerosis dan trombosis, maka Lipoprotein berperan sehingga salah satu faktor

    resiko penyakit jantung koroner dan stroke iskemik (Japimoru, 1999).

    Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial. Hipertensi dapat

    mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak yang

    mengakibatkan perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran

    darah ke otak akan terganggu dan sel sel otak akan mengalami kematian (Goldstein et

    al., 2006). Peningkatan tekanan darah pada stroke iskemik merupakan respon otak yang

    bertujuan untuk meningkatkan tekanan perfusi otak sehingga aliran darah akan

    meningkat. Diharapkan dengan respon tersebut kerusakan di area penumbra tidak

    bertambah berat.Akibatnya, penurunan tekanan darah yang terlalu cepat pada stroke

    iskemik akut dapat memperluas infark dan perburukan neurologis (Mardjono, 2006).

    Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak

    pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia,

    sehingga tiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Hipertensi padalanjut usia

    sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), dan pada umumnya

    merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik HST maupunkombinasi sistolik

    dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia.

    Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung dan penyakitkoroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang

    lebih muda.

    Baik tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

    meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.TDS meningkat secara progresif sampai

    umur 70-80 tahun, sedangkan TDD meningkat sampai umur 50-60 tahundan kemudian

    cenderung menetap atau sedikit menurun.Kombinasi perubahan ini sangat mungkin

    mencerminkan adanya penebalan pembuluh darah dan penurunan kelenturan

    (compliance) arteri dan ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan

    umur.Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas

    pembuluh darah menurun sesuai umur.Perubahan ini menyebabkan penurunan kerja aorta

    dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan pcningkatan TDS.Penurunan elastisitas

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    5/32

    pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer.Sensitivitas

    baroreseptor juga berubah dengan umur.

    (JNC7,2004).

    2. Guideline terapi

    (JNC 7, 2004)

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    6/32

    C. PENATALAKSANAAN KASUS DAN PEMBAHASAN(SOAP)

    1. SUBJECTIVENama pasien : Ny. Rh

    No. Rekam medik : 921045

    Alamat : Pemalang

    Umur : 62 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    MRS : 21Februari 2013

    KRS : 25 Februari 2013

    Riwayat MRS : Pasien datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak kiri 3

    hari SMRS, nyeri kepala berputar, riwayat trauma kepala 2 tahun

    lalu, HT (+)

    Riwayat penyakit : SNH (stroke non hemoragic), dislipidemia, hiperurisemia, HT II

    Riwayat obat : -Riwayat lifestyle : -

    Alergi : -

    Diagnosa : SNH + HT II

    2. OBJECTIVEParameter penyakit

    (Nicoll, 2001)

    Data Laboratorium

    PARAMET

    ERSATUAN 22 Februari NORMAL Keterangan

    Kolesterol Mg/dl 223

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    7/32

    diberi anti-

    dislipidemia

    Trigliserid Mg/dl 112 65 Turun, indikasi

    dislipidemiaLDL Mg/dl 163,6

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    8/32

    (Anonim, 2003)

    Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pasien pada tanggal 21/2

    tekanan darah pasien adalah 160/90. Menurut klasifikasi tekanan darah, pasien

    menderita hipertensistage2 yaitu tekanan darah sistole 160 mmHg dan diastole

    100 mmHg.

    (Anonim, 2003)

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    9/32

    Berdasarkan diagnosa, pasien mengidap stroke non haemorhargik

    sehingga terapi hipertensi yang digunakan yaitu obat hipertensi dari golongan

    diuretik dan dikombinasi dari golongan ACEI.

    Berdasarkan diagnosa pasien menderita hipertensi stage2 dan stroke non

    haemoraghik (compelling indication)sehingga menggunakan terapi obat yang

    mengatasi compelling indication dan obat antihipertensi kombinasi.

    b. Hubungan Riwayat MRS dengan Diagnosa Pasien datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak kiri 3 hari SMRS.

    Kelemahan anggota gerak kiri merupakan gejala dari serangan

    stroke.Kelemahan pada anggota gerak terjadi karena adanya gangguan di

    otak.Saat terjadi stroke, aliran darah ke otak berkurang atau sama sekali

    tertutup. Sel-sel saraf otak yang tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi

    akan rusak dan kemudian mati sehingga terjadi kelemahan pada anggota

    gerak kiri (Hoesodo, 2014).

    Nyeri kepala berputar

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    10/32

    Nyeri kepala berputar merupakan gejala dari hipertensi.Hal ini

    dikarenakan aliran darah menuju otak tidak lancar.

    c. Hubungan Data Laboratorium dengan Diagnosa Kolesterol meningkat

    Berdasarkan data laboratorium diperoleh data adanya kenaikan kolesterol

    menjadi 223 mg/dL dari kadar normal kolesterol seharusnya

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    11/32

    vaskular, dan pelepasan laktat. Penurunan aliran darah ginjal mendorong

    reabsorpsi asam urat; mikrovaskular menyebabkan iskemia jaringan; dan

    pelepasan laktat yang menahan sekresi asam urat di tubulus

    proksimal.Pada iskemia, ATP didegradasi menjadi adenin dan xantin,

    selanjutnya xantin oksidase meningkatkan pembentukan asam urat

    (Anonim, 2011).

    Leukosit meningkatKadar leukosit meningkat mengindikasikan adanya infeksi, inflamasi,

    malignan hematologi, leukimia, limfoma (Nicoll et al. 2001).

    Ureum darah meningkatUreum darah meningkat mengindikasikan adanya gangguan di

    ginjal.Kadar asam urat pasien meningkat dapat menyebabkan penurunan

    aliran darah ginjal pada pasien hipertensi sehingga mengganggu kerja

    ginjal (Nicoll et al. 2001).

    Hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan eritrosit meningkatHemoglobin, hematokrit, trombosit, dan eritrosit meningkat

    mengindikasikan adanya polisitemia.Polisitemia disebabkan karena

    pasokan O2 ke dalam sel-sel tubuh berkurang akibat adanya hipertensi

    sehingga tubuh merespon dengan memproduksi lebih banyak sel darahmerah yang membawa oksigen ke sel-sel dalam tubuh (Nicoll et al.,

    2001).

    Problem medik yang perlu diterapi yaitu hiperkolesterol, dislipidemia, dan

    hiperurisemia.

    Pengobatan Yang Telah Diterima PasienObat Dosis Frekuensi

    Tanggal

    21/2 22/2 23/2 24/2 25/2

    Infus IVFD

    Asering

    20 tdm

    Ceftriaxon 2x1

    Rantin 2x1

    Citicolin 250 mg 2x1

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    12/32

    Simvastatin 10 mg 0-0-1

    Aspilet 80 mg 2x1

    Alopurinol 100 mg 1x1

    Assesment Drp Pada PasienObat Subjektif Objektif Assessment DRP

    Infus IVFD

    Asering

    - - Obat tanpa indikasi Melihat data subjektif

    dan objektif pasien, pasien tidak memiliki

    indikasi untuk memakai infus. Infus ini dapat

    digunakan setelah penggunaan diuretik

    diputuskan, berfungsi untuk mengganti cairan

    yang hilang akibat dari penggunaan diuretik.

    Ceftriaxon - - Obat tanpa indikasi Perlu kultur terlebih

    dahulu untuk memastikan penggunaan

    antibiotik. Meskipun ceftriaxon yang

    merupakan golongan sefalosporin turunan

    ketiga yang dapat menembus saraf, namun

    untuk penggunaannya harus didahului kultur

    bakteri.

    Dosis tidak jelas Tidak ada keterangan dosis

    Rantin - - Obat tanpa indikasi Tidak ada keluhan

    pasien yang menunjukkan adanya gangguan

    pada lambung pasien. Jika tujuannya adalah

    untuk menghindari efek samping akibat

    penggunaan obat yang banyak oleh pasien,

    aturan pakai Rantin sebaiknya s.p.r.n (signa

    pro re nata, yang artinya digunakan jika perlu).

    Dosis tidak jelas Tidak ada keterangan dosis

    Citicolin Riwayat

    trauma

    kepala 2

    HT II

    dengan

    tekanan

    Berpotensi DRP Bentuk sediaan tidak

    disebutkan, sedangkan citicolin tersedia dalam

    berbagai macam bentuk sediaan (Hexpharm,

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    13/32

    tahun

    lalu.

    darah 150-

    160 per 80-

    90

    2012).

    Simvastatin - Kadar

    Kolesterol

    223 mg/dL

    -

    Aspilet Riwayat

    penyakit

    SNH

    Diagnosa

    SNH

    -

    Alopurinol - Kadar Asam

    Urat 7,5 mg/

    dL

    -

    - Riwayat

    penyakit

    HT II

    HT II Indikasi yang tidak diobati Berdasarkan

    data yang diperoleh, pasien mengalami

    komplikasi akibat hipertensi yang dialaminya,

    yakni komplikasi gangguan saraf. Seharusmya

    hipertensi diobati dan ditangani karena SNH

    yang dialami pasien berasal dari hipertensinya,

    menyebabkan berkurangnya aliran darah keotak. Penyumbatan bisa dikarenakan kadar

    kolesterol yang tinggi yang menyumbat

    pembuluh darah. Penyumbatan inilah yang

    menyebabkan adanya resistensi dari pembuluh

    darah pasien, sehingga tekanan darah

    meningkat. Sehingga, bukan saja kolesterolnya

    yang harus ditangani, tetapi hipertensinya juga

    (

    - Nyeri

    kepala

    berputar

    - Indikasi yang tidak diobati Dengan sakit

    kepalanya, pasien menjadi tidak nyaman.

    Adapun aspilet yang digunakan, dosisnya

    sebagai antiplatelet, bukan pereda nyeri. Rasa

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    14/32

    nyaman harus didapatkan pasien selagi pasien

    menunggu HT II nya normal kembali.

    4. PLANa. Tujuan Terapi

    Memelihara agar tekanan darah kurang dari 140/90 Memperbaiki aliran darah de ngan mencegah terjadinya klot kembali. Mengurangi kerusakan neurologis, mengurangi mortalitas dan kecacatan dalam

    waktu yang lama

    Mencegah komplikasi dengan cara mencegah terbentuknya trombus karenapenggumpalan trombosit darah.

    Memperbaiki angka kadar kolesterol pasien Memperbaiki angka kadar asam urat pasien Menghilangkan keluhan-keluhan pasien, seperti nyeri kepala

    b. Pengobatan non-farmakologis HipertensiLangkah awal pengobatan hipertensi secara non-farmakologis adalah dengan

    menjalani gaya hidup sehat :

    1. Penderita hipertensi yang kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkanbobotnyasampai batas ideal dengan cara membatasi makan dan mengurangimakanan berlemak. Lemak dapat menyumbat aliran darah sehingga memperparah

    hipertensi.

    2. Mengurangi penggunaan garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gramnatrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan

    kalium yang cukup). Intake garam natrium akan meningkatkan intake air,

    sehingga volume darah meningkat dan menyebabkan tekanan darah yang makin

    naik.

    3. Melakukan olahraga yang tidak terlalu berat secara teratur. Penderita hipertensiesensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.

    4. Berhenti merokok. Rokok mengandung nikotin yang sifatnya vasokonstriktor bagipembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi meningkat.

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    15/32

    5. Pandai menyiasati dan mengelola stres. Pada pasien stress, hormon norepinefrinakan terstimulasi, dan menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah.

    6. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalium. Kalium merupakan mineralyang baik untuk menurunkan atau mengendalikan tensi. Kalium (atau potasium)

    membantu menjaga keseimbangan air, tekanan darah, keseimbangan asam-basa,

    fungsi kontraksi otot, sel saraf, jantung, ginjal, dan kelenjar adrenal. Selain itu,

    peranan kalium juga sangat penting dalam mengubah gula darah menjadi gula

    otot (glikogen), yang disimpan dalam otot dan hati.

    7. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan magnesium. Jika kadar magnesiumdalam sel darah rendah, kadar kalium pun rendah. Magnesium dapat menurunkan

    tekanan darah sekitar 9 mmHg

    (Anonim, 2013).

    c. Pengobatan farmakologis Hipertensi:1. Infus IVFD Asering

    Indikasi:

    Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,

    demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat,

    trauma.

    Komposisi:Setiap liter asering mengandung:

    Na 130 mEq

    K 4 mEq

    Cl 109 mEq

    Ca 3 mEq

    Asetat (garam) 28 mEq

    Keunggulan:

    Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yangmengalami gangguan hati

    Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebihbaik dibanding RL pada neonatus

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    16/32

    Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral padaanestesi dengan isofluran

    Mempunyai efek vasodilator Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada

    1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga

    memperkecil risiko memperburuk edema serebral

    (Anonim, 2008)

    Alasan penggunaan obat:

    Infus ini berfungsi sebagai asupan cairan untuk menghindari dehidrasi akibat

    penggunaan obat diuretik yang diberikan kepada pasien. Infus ini tidak

    mengandung laktat sehingga aman untuk pasien yang memiliki kadar asam urat

    yang tinggi. Infus ini juga memiliki keunggulan sebagai efek vasodilator yang

    dapat membantu melancarkan peredaran darah pada pasien yang menderita

    hipertensi (Anonim, 2008).

    2. AspiletAksi :

    Menghambat sintesis prostaglandin, aktivitas antiinflamasi, dan penghambatan

    agregasi platelet.

    Indikasi :Pengobatan nyeri ringan sampai sedang, demam, berbagai kondisi inflamasi,

    mengurangi risiko kematian, MI pada pasien dengan infark sebelumnya, angina

    pectoris yang tidak stabil, serangan iskemia transien berulang, stroke pada pria

    yang memiliki iskemia otak transien yang disebabkan oleh emboli trombosit .

    Kontraindikasi :

    hipersensitifitas pada salisilat atau NSAID, hemofili, perdarahan atau status

    hemoragik.

    Dosis :

    Analgesik/antipiretik :

    DEWASA: PO325-650mgq4jamprn, 500mgq3jamprn, 1000 mgq6jamprn.

    Arthritisrematikdan KetentuanLain

    DEWASA: PO3,2-6g /hari dalam dosis terbagi.

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    17/32

    Demam rematikakut

    DEWASA: PO5 sampai 8g/ hari, pada awalnya, sampai 2minggu. Dosis

    berikutnyadidasarkan padarespon pasien.

    Seranganiskemiktransiendalam Pria

    DEWASA: PO1300mg/ haridalam 2 sampai4 dosis.

    Myocardial InfarctionProfilaksis

    DEWASA: PO160-325mg/ hari.

    Interaksi :

    Alkohol: meningkatkan risiko ulserasi GI dan memperpanjang waktu perdarahan.

    Antasida, alkalinizers kemih, dan kortikosteroid: Dapat menurunkan kadar

    aspirin. Antikoagulan oral dan heparin: Dapat meningkatkan risiko perdarahan.

    Inhibitor karbonat anhidrase (misalnya, acetohexamide), methotrexate, asam

    valproik:Dapat meningkatkan kadar obat ini. Probenesid, sulfinpyrazone: Dapat

    mengurangi efek urikosurik. Sulfonilurea, insulin: Aspirin (> 2 g / hari) dapat

    menurunkan glukosa mempotensiasi.

    Efek Samping :

    EENT : Pening ; tinnitus . GI :Mual , dispepsia , mulas , perdarahan . HEMA :

    Peningkatan kali perdarahan , anemia , konsentrasi besi menurun . LAIN: Reaksi

    hipersensitivitas mungkin termasuk urtikaria , gatal-gatal , ruam , angioedema danshock anafilaksis .

    Kewaspadaan

    Kehamilan :Kategori D.Laktasi: diekskresikan dalam ASI .Anak-anak: Sindrom

    Reye telah dikaitkan dengan pemberian aspirin pada anak ( termasuk remaja )

    dengan penyakit demam akut . Jangan gunakan tanpa konsultasi dokter

    .Gangguan GI : Dapat menyebabkan iritasi lambung dan perdarahan . Gangguan

    hati : Dapat menyebabkan hepatotoksisitas pada pasien dengan gangguan fungsi

    hati . Hipersensitivitas : Reaksi mungkin termasuk bronkospasme dan urtikaria

    umum atau angioedema , pasien dengan asma atau polip hidung memiliki risiko

    terbesar . Gangguan ginjal: Dapat menurunkan fungsi ginjal atau memperburuk

    penyakit ginjal . Pasien bedah : Aspirin dapat meningkatkan risiko perdarahan

    pasca operasi . Jika mungkin, hindari penggunaan 1 minggu sebelum operasi .

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    18/32

    Administration / Storage :

    Berikan sesudah makan , dengan makanan atau antasida untuk mengurangiiritasi lambung .

    Jangan menghancurkan atau mengunyah obat karena merupakan salut enterikatau time- release.

    Menyimpan pada suhu kamar dalam wadah tertutup rapat. Pastikan bahwa waktu perdarahan dan waktu protrombin telah dievaluasi

    sebelum memulai dosis besar terapi jangka panjang.

    Memantau hemoglobin atau tinja secara periodik selama terapi Memantau selama terapi jangka panjang untuk tinnitus , gangguan GI ,

    perdarahan dari gusi , tinja berwarna hitam , atau demam yang

    berkepanjangan yang berlangsung > 3 hari

    Jika tanda-tanda perdarahan , kotoran berwarna hitam , atau tinnitus terjadi ,menahan pengobatan dan memberitahu dokter

    Amati untuk ruam , urtikaria , dyspnea , atau reaksi anafilaksis . Jika initerjadi , beri tahu dokter segera.

    Pasien/PendidikanKeluarga

    Anjurkan pasienuntuk meminumobatdengan makananatau sesudahmakandandengansegelaspenuh air. Jelaskan bahwaantasidaharus

    dihindaridalam 1 sampai 2jamsetelah konsumsitablet salutenterik.

    Beritahu pasienuntukmembuangaspirinyang memilikibauseperti cuka. Anjurkan pasien untuk melaporkanderingditelingaatauperdarahan yang tidak

    biasa, memar, atau sakitGIpersisten.

    Beritahu pasienpadadietnatriumdibatasiuntukmembatasipenggunaanpreparataspirineffervescentataubuffer.

    Perhatianorang tuauntuk menghindari memberikanaspirinkepada anak-anakatauremajadengangejala seperti fluataucacartanpakonsultasidokterterlebih

    dahulu.

    Anjurkan pasienuntuk menghindariasupanminumanberalkoholataudepresanSSP lainnya.

    (Tatro, 2013)

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    19/32

    Alasan penggunaan obat:

    Obat ini digunakan karena memiliki mekanisme kerja sebagai antiplatelet yang

    dapat mengencerkan dan memperlancar peredaran darah sehingga kekentalan

    darah dapat menurun dan aliran darah pada pasien tetap lancar sehingga dapat

    menurunkan tekanan darah pasien dan dapat mencegah penggumpalan darah di

    otak yang dapat memperparah SNH.Obat ini juga diindikasikan untuk serangan

    iskemia transien berulang, stroke pada pria yang memiliki iskemia otak transien

    yang disebabkan oleh emboli trombosit (Tatro, 2003).

    3. CiticolinIndikasi

    Gangguan kesadaran yang diikuti kerusakan atau cedera serebral, operasiotak dan infark selebral.

    Mempercepat rehabilitasi tungkai atas dan bawah pada pasien hemiplegiaapopleksi.

    Perhatian

    Pasien dengan kesadaran akut, berat dan progresif. Hemostasis, Tekanan Intra

    Kanial. Injeksi Intra Vena perlahan-lahan . Jangan diberikan dosis tinggi pada

    perdarahan intrakranial.

    Efek samping : Hipotensi, ruam, insomnia, sakit kepala, diplopia.

    Dosis

    Gangguan kesadaran karena cedera kepala atau operasi otak : 1 2 kali sehari100500 mg secara intra vena drip atau injeksi.

    Gangguan kesadaran karena infark selebral : 1 kali sehari 1000 mg, secarainjeksi Intra Vena.

    Hemiplegia apopleksi : 1 kali sehari 1000 mg secara oral atau injeksi IntraVena.

    Penyajian: Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    20/32

    (Abdullah, 2013).

    Alasan penggunaan obat:

    Obat ini diindikasikan untuk gangguan kesadaran yang diikuti kerusakan atau

    cedera serebral, operasi otak dan infark selebral (Abdullah, 2013).Citicolin

    bekerja sebagai agen yang memperbaiki kondisi iskemik pada pasien

    stroke.Mekanisme aksi dari citicolin ini adalah sebagai donor kolin dan penyedia

    jalur biosintesis intermediet dari fosfolipid dan asetilkolin.Terapi ini terbukti

    memperbaiki fungsi kognitif dan sistem memori. Obat ini sangat cocok untuk

    pasien usia lanjut karena terbukti mempunyai toksisitas yang rendah pada

    pemakaian jangka panjang dan mempunyai efek minimal pada sistem kardiovas

    (Conant R. dan Alexander G.S., 2004).

    4. SimvastatinAksi :

    Menghilangkan kolesterol dari darah dan mengurangi produksi kolesterol dengan

    menghambat enzim yang mengkatalis sintesis kolesterol.

    Indikasi

    Mengurangi kolesterol total dan kolesterol LDL meningkat pada pasien dengan

    hiperkolesterolemia primer ( tipe IIa dan IIb ) ketika respon terhadap diet dan

    tindakan nonfarmakologis lainnya saja tidak memadai , untuk mengurangi risikostroke atau transient ischemic attack. Kadar kolesterol tinggi pada pasien dengan

    hiperkolesterolemia familial heterozigot , familial gabungan hiperlipidemia ,

    dislipidemia diabetik pada pasien diabetes yang tergantung noninsulin ,

    hiperlipidemia sekunder untuk sindrom nefrotik , dan hiperkolesterolemia familial

    homozigot pada pasien yang memiliki cacat , reseptor LDL .

    Kontraindikasi

    Penyakit hati aktif atau peningkatan persisten yang tidak dapat dijelaskan dari

    nilai fungsi hati, kehamilan, dan menyusui.

    Dosis

    DEWASA : PO 5 sampai 40 mg / hari di malam hari.

    Interaksi

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    21/32

    agen antijamur azol (misalnya ketoconazole), siklosporin, antibiotik makrolida

    (misalnya eritromisin), gemfibrozil, jus jeruk, niacin, verapamil : miopati berat

    atau rhabdomyolysis mungkin terjadi.

    Efek Samping

    SSP : Sakit kepala, asthenia, paresthesia, neuropati perifer. EENT : Disfungsi

    saraf kranial tertentu (termasuk perubahan rasa, gangguan gerakan ekstraokular,

    paresis wajah); perkembangan katarak. GI : Mual , muntah, diare , sakit perut ,

    sembelit , perut kembung , dispepsia , pankreatitis. Hati: Hepatitis , sakit kuning ,

    perubahan lemak dalam hati , sirosis , nekrosis hati fulminan , hepatoma ,

    peningkatan transaminase serum. Pernapasan: infeksi saluran pernapasan atas

    .Kewaspadaan

    Kehamilan :Kategori X. Disfungsi hati : Gunakan obat dengan hati-hati pada

    pasien yang mengkonsumsi sejumlah besar alkohol atau yang memiliki riwayat

    penyakit hati . Ditandai dengan meningkatnya serum transaminase.Gangguan

    ginjal : dosis tinggi dapat menyebabkan insufisiensi ginjal berat. Efek otot

    rangka : Rhabdomyolysis dengan disfungsi ginjal sekunder mioglobinuria telah

    terjadi dalam kelas obat ini. Pertimbangkan miopati pada pasien dengan mialgia

    difus, nyeri otot, atau kelemahan, atau ditandai elevasi CPK .

    Administration / Storage Sesuaikan dosis seperti yang ditunjukkan , biasanya pada interval 4minggu Berikan pada waktu tidur untuk hasil terbaik . Produksi kolesterol hati

    tertinggi pada malam hari.

    Simpan pada suhu kamar.Pasien / Pendidikan Keluarga

    Perhatian pasien bahwa obat ini tidak harus diambil selama kehamilan atausaat kehamilan adalah mungkin . Menyarankan pasien untuk menggunakan

    bentuk yang dapat diandalkan kontrol kelahiran saat mengambil obat ini .

    Pasien Advise untuk mengendalikan berat badan dan untuk mematuhidiresepkan rejimen diet.

    Beritahu pasien untuk memberitahu dokter atau apoteker jika akanmenghentikan setiap resep atau akan menggunakan obat OTC .

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    22/32

    perbanyak olahraga dan diet yang mengurangi asupan kolesterol dan lemakjenuh.

    Anjurkan pasien untuk melaporkan gejala berikut dengan dokter : sakit ototyang tidak dapat dijelaskan, disertai demam atau malaise , kulit atau mata

    menguning .

    Beritahu pasien untuk menghindari minuman beralkohol .Alasan penggunaan obat:

    Obat ini digunakan untuk mengurangi kadar kolesterol total dan kolesterol LDL

    yang meningkat pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer ( tipe IIa dan IIb

    ), selain itu, obat ini juga berfungsi untuk mengurangi risiko stroke atau transient

    ischemic attack (Tatro, 2003).

    5. AllopurinolIndikasi

    Gout dan hiperurisemia

    Kontra Indikasi

    Alergi terhadap Alopurinol.Penderita dengan penyakit hati dan "bone marrow

    suppression".

    Komposisi

    Tiap tablet mengandung Alopurinol 100 mg

    Cara Kerja Obat:

    Alopurinol adalah obat penyakit priai (gout) yang dapat menurunkan kadar asam

    urat dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin oksidase yaitu

    enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin, selanjutnya mengubah

    xantin menjadi asam urat.Dalam tubuh Alopurinol mengalami metabolisme

    menjadi oksipurinol (alozantin) yang juga bekerja sebagai penghambat enzim

    xantin oksidase.Mekanisme kerja senyawa ini berdasarkan katabolisme purin dan

    mengurangi prosuksi asam urat, tanpa mengganggu biosintesa purin.

    Dosis

    Dewasa: Dosis awal 100 mg sehari dan ditingkatkan setiap minggu sebesar 100

    mg sampai dicapai dosis optimal. Dosis maksimal yang dianjurkan 800 mg

    sehari.Pasien dengan gangguan ginjal 100 - 200 mg sehari.

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    23/32

    Dosis tergantung individu, sebaiknya diminum sesudah makan. Pemeriksaan

    kadar asam urat a dan fungsi ginjal membantu penetapan dosis efektif minimum,

    untuk memelihara kadar asam urat serum

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    24/32

    allopurinol juga dapat menurunkan tekanan darah, hal ini berdasarkan hasil

    penelitian Dr. Daniel I. Feig dkk. dari Department of Pediatrics, Renal Section,

    Baylor College of Medicine, Houston, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini telah

    dipublikasikan dalam Journal of American Medical Association dimana

    dijelaskan bahwa penurunan asam urat disertai dengan penurunan tekanan darah

    pada pasien dewasa yang menderita hipertensi (Feig, 2008).

    6. HCT (Tiazid)Cara Kerja Obat:

    Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal,

    yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena

    efeknya yang boros kalium.

    Indikasi:

    Edema, hipertensi

    Kontraindikasi:

    Hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, gangguan ginjal dan

    hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatik, penyakit adison.

    Dosis:

    Hipertensi: 12,525 mg perhari dosis tunggal pada pagi hari

    Peringatan dan Perhatian: Berkontraindikasi dengan bradycardia, sebelumnya ada tingkatan AV

    block yang dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk diabetes dan

    pirai;

    Mungkin memperburuk SLE (eritema lupus sistemik); Usia lanjut; Kehamilan dan menyusui; Gangguan hati dan ginjal yang berat; Porfiria.

    Efek Samping:

    hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan; impotensi (reversibel

    bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia,

    hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    25/32

    peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit, fotosensitivitas,

    ganggan darah (termasuk neutropenia dan trombositopenia, bila diberikan pada

    masa kehamilan akhir); pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi

    hipersensitivitas.

    (Tatro, 2003).

    Alasan penggunaan obat:

    Obat ini merupakan golongan obat diuretik yang paling aman digunakan untuk

    menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, karena menurut JNC 7 diuretik

    tipe tiazid digunakan sebagai terapi lini pertama untuk kebanyakan pasien, baik

    sendiri atau dikombinasi dengan salah satu dari kelas lain (ACEI, ARB, penyekat

    beta, CCB). Diuretik tipe thiazide sudah menjadi terapi utama antihipertensi pada

    kebanyakan trial. Pada trialini, termasuk yang baru diterbitkan Antihypertensive

    and Lipid Lowering Treatment to Prevent Heart Attack Trial (ALLHAT), diuretik

    tidak tertandingi dalam mencegah komplikasi kardiovaskular akibat hipertensi.

    Diuretik meningkatkan efikasi antihipertensi dari banyak regimen obat, berguna

    dalam mengontrol tekanan darah, dan harganya lebih dapat dijangkau dibanding

    obat antihipertensi lainnya.Diuretic bekerja pada ginjal untuk mengeluarkan

    kelebihan garam dari darah. Hal ini menaikkan aliran urin dan keinginan untuk

    urinasi, sehingga menurunkan jumlah air dalam tubuh yang akan membantumenurunkan tekanan darah.

    7. Captopril (ACE Inhibitor)Indikasi:

    Pengobatan hipertensi ringan sampai sedang.Pada hipertensi berat digunakan bila

    terapi standar tidak efektif atau tidak dapat digunakan.

    Mekanisme kerja obat:

    Captopril merupakan penghambat yang kompetitif terhadap enzim pengubah

    angiotensin-I menjadi angiotensin-II / angiotensin converting enzyme

    (ACE).Captopril mencegah terjadinya perubahan dari angiotensin-I menjadi

    angiotensin II, salah satu senyawa yang dapat menaikkan tekanan darah.Captopril

    dan metabolitnya diekskresi terutama melalui urin.Eliminasi waktu paruh

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    26/32

    Captopril meningkat dengan menurunnya fungsi ginjal dimana kecepatan

    eliminasi berhubungan dengan bersihan kreatinin.

    Kontraindikasi:

    Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril atau penghambat ACE lainnya

    (misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat

    ACE lainnya).Wanita hamil atau yang berpotensi hamil.Wanita menyusui.Gagal

    ginjal.Stenosis aorta.

    Dosis:

    Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan bertahap menjadi

    maksimum 50 mg , 3 kali sehari.Captopril harus digunakan bersama obat anti

    hipertensi lain dengan dilakukan penyesuaian dosis. Dosis Captopril jangan

    melebihi 150 mg sehari.

    Efek samping:

    Proteinuria, peningkatan ureum darah dan kreatinin, Idiosinkrasi, rash, terutama

    pruritus, Neutropenia, anemia, trombositopenia, Hipotensi.

    Interaksi:

    Obat-obat imunosupresan dapat menyebabkan diskrasia darah pada penggunaCaptopril dengan gagal ginjal.

    Suplemen potassium atau obat diuretik yang mengandung potassium, dapatterjadi peningkatan yang berarti pada serum potassium.

    Probenesid, dapat mengurangi bersihan ginjal dari Captopril. Obat antiinflamasi non steroid, dapat mengurangi efektivitas antihipertensi. Obat diuretik meningkatkan efek antihipertensi Captopril. Captopril dilaporkan bekerja sinergis dengan vasodilator perifer seperti

    minoxidil.

    (Tatro, 2003).

    Alasan penggunaan obat:

    Hasil penelitian dari The Captopril Prevention Project (CAPPP) Randomised

    Trial menyatakan bahwa captopril efektif digunakan dalam pencegahan

    morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular, namun mungkin kurang

    efektif dalam pencegahan stroke jika dibandingkan dengan terapi konvensional

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    27/32

    menggunakan diuretik, -blocker, atau keduanya (Hansson et al, 1999). Sehingga

    penggunaan ACEI dalam penanganan stroke iskemik direkomendasikan dalam

    bentuk kombinasi dengan diuretik untuk memberikan hasil yang optimal dalam

    pencegahan stroke iskemik ulang (Fagan dan Hess, 2008; Furie et al, 2011).

    d. MONITORINGUntuk mengukur efektivitas terapi, hal-hal berikut harus di monitor :

    1. Tekanan darahMemonitor tekanan darah di klinik tetap merupakan standar untuk pengobatan

    hipertensi. Respon terhadap tekanan darah harus di evaluasi 2 sampai 4 minggu

    setelah terapi dimulai atau setelah adanya perubahan terapi Pada kebanyakan

    pasien target tekanan darah < 140/90 mmHg, dan pada pasien diabetes dan pasien

    dengan gagal ginjal kronik < 130/80 mmHg.

    2. Kerusakan target organ: jantung, ginjal, mata, otakPasien hipertensi harus di monitor secara berkala untuk melihat tanda-tanda dan

    gejala adanya penyakit target organ yang berlanjut. Sejarah sakit dada (atau

    tightness), palpitasi, pusing, dyspnea, orthopnea, sakit kepala, penglihatan tiba-

    tiba berubah, lemah sebelah, bicara terbata-bata, dan hilang keseimbangan harus

    diamati dengan seksama untuk menilai kemungkinan komplikasi kardiovaskulardan serebrovaskular.Ditambah lagi pasien memiliki riwayat penyakit stroke

    sehingg perlu dilakukan monitoring pada organ-organ tersebut agar stroke pasien

    tidak bertambah parah.

    3. Interaksi obat dan efek sampingUntuk melihat toksisitas dari terapi, efek samping dan interaksi obat harus di

    nilai secara teratur.Efek samping bisanya muncul 2 sampai 4 minggu setelah

    memulai obat baru atau setelah menaikkan dosis. Kejadian efek samping

    mungkin memerlukan penurunan dosis atau substitusi dengan obat antihipertensi

    yang lain. Monitoring yang intensif diperlukan bila terlihat ada interaksi obat;

    misalnya apabila pasien mendapat diuretik tiazid atau loop dan pasien juga

    mendapat digoksin; yakinkan pasien juga dapat supplemen kalium atau ada obat-

    obat lain menahan kalium dan yakinkan kadar kalium diperiksa secara berkala.

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    28/32

    4. Kepatuhan (adherence) pasien dalam minum obatDiperlukan usaha yang cukup besar untuk meningkatkan kepatuhan pasien

    terhadap terapi obat demi mencapai target tekanan darah yang dinginkan. Paling

    sedikit 50 % pasien yang diresepkan obat antihipertensi tidak meminumnya

    sesuai dengan yang di rekomendasikan. Satu studi menyatakan kalau pasien yang

    menghentikan terapi antihipertensinya lima kali lebih besar kemungkinan terkena

    stroke. Apalagi pasien telah menderita stroke sehingga perlu dilakukan

    monitoring secara ketat terhadap kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat.

    (tolong Tambahin monitoring yg di ppt ya)

    e. KIETenaga kesehatan

    Sediaan infus IVFD Asering diberikan kepada pasien dengan kecepatan infus 20tpm.

    Sediaan obat yang diberikan secara peroral adalah aspilet, citicolin, simvastatin,allopurinol, tiazid, dan captopril.

    Perlu dilakukan pengecekan tekanan darah setiap hari. Segera laporkan ke dokter apabila terjadi efek samping dan alergi.

    Keluarga pasien

    Meningkatkan motivasi untuk melaksanakan pola hidup sehat pada pasien. Cara minum obat pasien dan frekuensinya

    Nama obat Jadwal

    minum

    jumlah manfaat Hal yang perlu diperhatikan

    Aspilet Pagi

    dan

    malam

    1

    tablet

    80 mg

    mengencerkan

    dan

    memperlancar

    peredaran

    darah

    Diminum setelah makan

    Dikonsumsi dalam keadaan utuh,

    jangan dihancurkan atau

    dikunyah

    Obat jangan dikonsumsi apabila

    berbau seperti cuka.

    Citicolin Pagi 1 memperbaiki Diminum setelah makan

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    29/32

    dan

    malam

    tablet

    250

    mg

    kondisi

    iskemik pada

    pasien stroke

    Efek samping dari obat ini

    adalah insomnia, sakit kepala,

    diare

    Simvastatin malam 1

    tablet

    10 mg

    mengurangi

    kadar

    kolesterol

    total dan

    kolesterol

    LDL

    Batasi konsumsi makanan yang

    banyak mengandung kolesterol

    dan lemak.

    Allopurinol pagi 1

    tablet

    100

    mg

    menurunkan

    kadar asam

    urat

    Diminum setelah makan

    Saat mengkonsumsi obat, jangan

    dilarutkan

    Hentikan pemakaian apabila

    terjadi efek samping, contohnya

    ruam

    Obat ini dapat menyebabkan

    kantuk

    HCT pagi 1

    tablet25 mg

    Penurun

    tekanan darah

    Diminum setelah makan

    Konsumsi cairan 2-3 l / hariDiet rendah garam

    captopril malam 1

    tablet

    12,5

    mg

    Penurun

    tekanan darah

    Diminum 1 jam sebelum atau 2

    jam setelah makan

    Diet rendah garam

    Obat ini memiliki efek samping

    batuk

    Pasien

    Meningkatkan motivasi untuk melaksanakan pola hidup sehat pada pasien. Memberikan jadwal minum obat pada pasien seperti yang diberikan pada

    keluarganya.

    Jangan mengkonsumsi obat-obat selain yang diresepkan oleh dokter.

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    30/32

    Menjaga berat badan tetap ideal. Mengkonsumsi banyak cairan.

    D. KESIMPULAN1. Problem medik pasien sesuai diagnosa adalah SNH dan HT II, sedangkan problem medik

    diluar diagnosa adalah hiperurisemia danhiperkolesterol. Beberapa DRP yang terjadi

    diantaranya obat tanpa indikasi pada pemberian obat infus ivfd asering, ceftriaxon, dan

    rantin, dan indikasi yang tidak diobati pada penyakit hipertensi.

    2. Penetalaksanaan terapi yang diberikan adalah aspilet sebagai antiplatelet, citicolinmemperbaiki kondisi iskemik pada pasien stroke, simvastatin untuk mengurangi kadar

    kolesterol total dan kadar LDL, Alopurinol untuk menurunkan kadar asam urat, HCT dan

    captopril untuk menurunkan tekanan darah pasien.

  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    31/32

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,

    Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure(JNC 7).JAMA.

    Anonin, 2013, Penanganan Hipertensi, http://www.purtierplacenta.com/penanganan-hipertensi/,

    diakses pada 21 Maret 2014.

    Anonim, 2011, Hubungan Hiperurisemia dan Hipertensi, Available at:

    http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-01-vol-xxxvii-2011/271-

    editorial/492-asam-urat-faktor-pencegah-atau-faktor-prognosis-penyakit-kardiovaskular-

    dan-penyakit-ginjal,Accessed : March 21, 2014.

    Hoesodo, A., 2014, Apa itu Stroke? , Available at :

    www.sumbersehatwaras.com, Accessed:

    March 21, 2014.

    Nicoll et al., 2001, Pocket Guide to Diagnostic Test, Third Edition, Mc Graw Hill Company,

    United States America.

    Caplan, L.R. 2000.Caplans Stroke : A Clinical Approach. Boston : Butterworth Heinemann.

    Goldstein,L.B., Adams,R.,Alberts,M.J., Appel,L.J., et al. 2006.Primary Prevention of Ischemic

    Stroke: A Guideline From the American Heart Association/American Stroke Association

    Stroke Counsil.Stroke.37:1583-1633.

    Japimoru,J. 1999.Parameter Risiko Trombosis Pada Penyakit Kardio dan Serebrovascular.

    Forum Diagnosticum ; 4 : 1-15.

    Kelompok Studi Serebrovasculat & Neurogeriatri Perdossi, 1999,Konsensus Nasional

    Pengelolaan Stroke di Indonesia. Jakarta.

    http://www.purtierplacenta.com/penanganan-hipertensi/http://www.purtierplacenta.com/penanganan-hipertensi/http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-01-vol-xxxvii-2011/271-editorial/492-asam-urat-faktor-pencegah-atau-faktor-prognosis-penyakit-kardiovaskular-dan-penyakit-ginjalhttp://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-01-vol-xxxvii-2011/271-editorial/492-asam-urat-faktor-pencegah-atau-faktor-prognosis-penyakit-kardiovaskular-dan-penyakit-ginjalhttp://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-01-vol-xxxvii-2011/271-editorial/492-asam-urat-faktor-pencegah-atau-faktor-prognosis-penyakit-kardiovaskular-dan-penyakit-ginjalhttp://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-01-vol-xxxvii-2011/271-editorial/492-asam-urat-faktor-pencegah-atau-faktor-prognosis-penyakit-kardiovaskular-dan-penyakit-ginjalhttp://www.sumbersehatwaras.com/http://www.sumbersehatwaras.com/http://www.sumbersehatwaras.com/http://www.sumbersehatwaras.com/http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-01-vol-xxxvii-2011/271-editorial/492-asam-urat-faktor-pencegah-atau-faktor-prognosis-penyakit-kardiovaskular-dan-penyakit-ginjalhttp://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-01-vol-xxxvii-2011/271-editorial/492-asam-urat-faktor-pencegah-atau-faktor-prognosis-penyakit-kardiovaskular-dan-penyakit-ginjalhttp://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-01-vol-xxxvii-2011/271-editorial/492-asam-urat-faktor-pencegah-atau-faktor-prognosis-penyakit-kardiovaskular-dan-penyakit-ginjalhttp://www.purtierplacenta.com/penanganan-hipertensi/
  • 5/27/2018 Laporan Farter II HT 2, SNH

    32/32

    Lloyd-Jones D., Adams R., Carnethon M., Simone G., Ferguson B., Flegal K. 2009.Heart

    Disease and Stroke Statistics-2009 Update : A Report From the American Heart

    Association Statistics Committee and Stroke Statistics Subcommittee. Circulation.

    119:e21-e181

    Lumbantobing, 2004, Gangguan tidur, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

    Mardjono, Mahar. 2006.Mekanisme gangguan vascular susunan saraf dalam Neurologi klinis

    dasar edisi kesebelas.Dian Rakyat. 270-93

    Wijaya, A. 1999.Gangguan Metabolisme Lemak & Penyakit Jantung Koroner.Diagnosis,

    Pencegahan, Penanggulangan.Program Pustaka Prodia Seri Lipid 01.

    Anonim, 2012, Allopurinol,http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a682673.html,

    diakses tanggal 20 maret 2014.

    http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a682673.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a682673.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a682673.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a682673.html