laporan home visit jiwa
TRANSCRIPT
Laporan Home VisitFaktor-faktor yang
Mempengaruhi Kekambuhan Pasien Skizofrenia
Oleh: Dina YuniastutiPreceptor: Suteja, dr., SKM
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI
2012
Latar Belakang
Perkembangan zaman masalah stres
skizofrenia
Diperkirakan, sebanyak 1% dari populasi
dunia menderita skizofrenia.
Di Amerika Serikat, prevalensi skizofrenia
terentang dari 1-1,5% dengan insidensi 1 per
10000 orang per tahun.
Berdasarkan survei Kementerian Sosial (2008), ada
sebanyak 650.000 orang penderita skizofrenia di
Indonesia.
Diperkirakan sebanyak 80% penderita skizofrenia tidak
diobati dan sebagian dari penderita tersebut menjadi
tidak produktif, bahkan ditelantarkan di jalan-jalan.
Sekitar 30.000 orang penderita dipasung dengan
alasan agar tidak membahayakan orang lain atau
menutupi aib keluarga.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya kekambuhan pasien skizofrenia, di
antaranya adalah pasien tidak minum obat
dan tidak kontrol ke dokter secara teratur,
menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan
dari dokter, kurangnya dukungan dari
keluarga dan masyarakat, serta adanya
masalah kehidupan yang berat yang
membuat stress.
Identifikasi Masalah
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kekambuhan pada pasien skizofrenia?
Tujuan Penelitian
Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya
kekambuhan pada pasien skizofrenia
Manfaat Penelitian
Bagi keluarga dan pasien skizofrenia• Sebagai sarana informasi dan pengetahuan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia sehingga keluarga dapat membantu mengurangi terjadinya kekambuhan pada pasien.
Bagi Puskesmas• Sebagai sumber data sehingga puskesmas
dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan pada pasien skizofrenia.
Subyek dan Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah sebuah keluarga di
RW 9 Kelurahan Cibabat, Kecamatan Puskesmas
Cimahi Utara yang baik istri maupun suaminya
menderita skizofrenia. Penelitian ini dilakukan
dengan metode wawancara secara langsung di
rumah penderita.
Penelitian ini dilakukan di RT 2 RW 9 Kelurahan
Cibabat pada tanggal 22 Februari 2012.
Hasil dan Pembahasan
Identitas
Identitas Sasaran
Nama : Ny. Ety
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 58 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Cibabat RT 02 RW 09
Satus dalam keluarga : Isteri
Masalah sasaran : Skizofrenia
KIA : -
KB : -
Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. Priyadi
Jenis kelamin : Laki – laki
Umur : 59 tahun
Pendidikan : SMEA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Satus dalam keluarga : Suami
Identitas Keluarga
Bentuk Keluarga : Keluarga luas
Jumlah anggota : 11 orang
Lansia : 2 orang
Dewasa : 4 orang
Remaja : -
Anak sekolah : 3 orang
Balita : 1 orang
Bayi : 1 orang
Hubungan antar keluarga : baik
Status kesehatan sasaran
Anamnesis
Pasien merupakan seorang wanita berusia 58 tahun dengan tinggi
badan 162 cm dan berat badan 72 kg. Pasien merupakan seorang
yang rutin berobat ke Puskesmas untuk penyakit skizofrenia yang
dideritanya. Sejak tahun 2006, pasien sering merasa ada orang
yang mengikuti dirinya ke mana pun, bahkan hendak
membunuhnya. Selain itu, pasien juga sering melihat hal-hal yang
tidak dilihat oleh orang lain serta sering mendengar suara-suara
orang yang menjelek-jelekkan dirinya dan berniat membunuhnya.
Menurut penuturan keluarganya, sebelumnya pasien belum pernah
mengalami hal seperti itu. Keluarga beranggapan bahwa pasien
mengalami kerasukan dan mugkin telah “dijahili” oleh tetangga di sekitar
rumah yang ditinggali oleh pasien karena keluarga berpikir ada tetangga
yang kurang senang dengan keluarga mereka. Saat itu, pasien tinggal di
rumah mertuanya karena belum memiliki rumah sendiri. Untuk mengobati
gejala yang ada pada diri pasien, keluarga membawa pasien ke sebuah
pesantren dan di sana pasien dirawat selama kurang lebih 6 bulan.
Merasa tidak ada perbaikan selama dirawat di pesantren, keluarga
membawa pasien ke RSJ Cisarua dan di sana pasien dirawat selama 2
bulan. Setelah membaik, pasien dipulangkan kembali ke rumah.
Selama proses pengobatan pasien ketika di pesantren, suami
pasien selalu mendampingi bahkan bolak-balik dari rumah ke
pesantren untuk menjenguk pasien setiap harinya. Sampai saat
pasien sedang dirawat di Cisarua, suami pasien juga mengalami
hal yang serupa dengan pasien, yaitu merasa dan melihat ada
orang yang ingin membunuhnya dan mengarahkan senjata kepada
dirinya serta mendengar suara-suara yang mengatakan ingin
membunuhnya. Saat itu, keluarga menduga bahwa “Roh” yang
mengganggu pasien berpindah ke tubuh suami pasien. Kemudian,
akhirnya keluarga juga membawa suami pasien berobat ke RSJ
Cisarua dan suami pasien juga diobati secara rawat jalan.
Tidak lama setelah pasien keluar dari RSJ Cisarua, pasien dan keluarga
pindah dari rumah mertuanya dan menempati rumah di Kelurahan
Cibabat yang saat ini ditinggali oleh pasien. Setelah pindah rumah,
pasien dan suaminya tidak pernah mengalami kekambuhan, walaupun
keduanya masih sering terdengar suara-suara atau bisika-bisikan di
telinga mereka sampai saat ini. Awalnya pasien dan suaminya rajin
kontrol berobat ke RSJ Cisarua, namun karena masalah biaya transportasi
mereka pindah berobat ke Puskesmas Cimahi Utara.
Riwayat gangguan jiwa sebelumnya, baik pada pasien maupun suaminya
tidak ada. Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga tidak ditemukan.
Riwayat demam, kejang, dan trauma kepala sebelumnya tidak ada.
Pemeriksaan fisik
Status psikikus
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 150/110
Nadi : 72x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,7OC
Status generalis
Kepala : Simetris
Mata : Konjungtiva anemis -/- ; sklera ikterik -/-
THT : Tidak ada kelainan
Mulut : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Thoraks : Bentuk dan gerak simetris
cor : Bunyi jantung I dan II murni reguler
pulmo : VBS kanan = kiri, ronkhi -/-,
wheezing -/-
Abdomen : datar lembut
Bising usus (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat
Neurologi : Tidak ada kelainan
Status psikiatrikus
Roman muka : agak murung
Kontak/ Rapport : baik / adekuat
Orientasi : Tempat: baik
Waktu: baik
Orang: baik
Ingatan : Dahulu : Baik
Sekarang : Baik
Perhatian : baik
Persepsi : ilusi (-) halusinasi dengar : (+)
Pikiran : Bentuk pikiran : realistik
Jalan pikiran : koheren
Isi pikiran : waham (-)
Emosi : afek: agak murung; mood: sedih
Insight of illness : baik
Tingkah laku : kesan tidak terganggu
Bicara : kesan tidak terganggu
Dekorum : sopan santun : cukup
cara berpakaian : cukup
kebersihan : cukup
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Diagnosis
Skizofrenia
Penatalaksanaan
Farmakologi :Haloperidol 5 mg 2x1
Chlorpromazine 100 mg 0-0-1
Trihexylphenidyl 2 mg 2x1
Psikoterapi :Psikoterapi suportif individual
Konseling keluarga
Analisis Faktor Keluarga
Bentuk keluarga pasien adalah keluarga luas yang
terdiri dari 11 orang, beranggotakan ayah, ibu, 2
orang anak, 2 orang menantu, dan 5 orang cucu.
Semua anggota keluarga sehat, kecuali pasien
dan suaminya.
Hubungan pasien dengan keluarga sangatlah
baik. Pasien tinggal dengan anak-anak serta cucu
yang sangat menyayangi dan memperhatikannya
dengan baik. Keluarga sangat mendukung pasien
dan suaminya untuk sembuh dan tidak
mengalami kekambuhan.
Untuk itu, keluarga sangat mendukung penuh pasien dan
suaminya untuk selalu berobat teratur ke Puskesmas,
bukannya berobat pada dukun atau “orang pintar” supaya
pasien dan suaminya sembuh dan tidak mengalami
kekambuhan, terlebih juga karena biaya berobat di
Puskesmas sangat terjangkau bagi mereka. Selain itu,
keluarga juga memberikan perhatian penuh kepada pasien
dan suaminya dengan selalu mengingatkan mereka untuk
tidak mendengarkan suara atau bisikan yang mereka
dengar. Dalam riwayat keluarga, sebelumnya tidak pernah
ada yang menderita gangguan jiwa sebelumnya.
Analisis Faktor Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang tamatan SMP,
sedangkan suaminya adalah seorang tamatan
SMEA. Baik pasien maupun suaminya saat ini
tidak bekerja dan seluruh biaya hidup anggota
keluarga ditanggung oleh anak-anak yang
tinggal bersama mereka.
Analisis Faktor Penderita
Meskipun pasien memiliki motivasi yang
tinggi untuk berobat tetapi pasien kurang
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
penyakit skizofrenia yang dideritanya
Pasien mengganggap apa yang terjadi pada
dirinya adalah akibat dari perbuatan orang
yang tidak senang dengan dirinya
Analisis Faktor Perilaku Berobat
Sejak pindah rumah sekitar tahun 2007, pasien dan
suaminya rajin berobat ke Puskesmas Cimahi Utara.
Pasien dan suaminya memiliki kesadaran yang tinggi
dalam berobat dan tidak pernah tidak minum obat.
Menurut penuturan keluarga, berobat ke Puskesmas lebih
nyaman dibandingkan berobat ke RSJ Cisarua karena tidak
memerlukan biaya transportasi karena letak rumah pasien
berada satu RW dengan Puskesmas. Pasien dan suami
juga selalu datang bila ada kunjungan dokter spesialis
kejiwaan ke Puskesmas sekali setiap bulannya.
Analisis Faktor Sanitasi Lingkungan
RumahPasien dan keluarga tinggal di atas lahan seluas
kurang lebih 10x10 m2 yang terbagi-bagi menjadi
5 rumah. Rumah yang ditempati oleh pasien dan
suaminya memiliki 2 kamar tidur, 1 kamar mandi,
dapur, dan ruang tamu. Terdapat terdapat 5
jendela di dalam rumah, yaitu 1 jendela di
masing-masing kamar tidur, 1 jendela di dapur,
dan 2 jendela di ruang tamu.
Dinding : Tembok permanen
Atap : Tampak dari dalam rumah adalah langit-langi; tampak dari luar adalah genteng.
Lantai : keramik
Cahaya : terang
Jalan angin : ada di setiap ruangan
Jendela : 5
Jumlah ruangan : 5
Air
Asal : Air tanah
Nilai air : Bersih,tidak berbau,tidak berwarna, tidak berasa
Air minum : Air tanah dan air isi ulang
Pembuangan sampah : Ada
Seranga / Arthopoda dalam rumah : Lalat, nyamuk dan tikus
Pekarangan dan selokan
Letak : Di depan dan samping rumah
Pengaturan : Tidak teratur
Kebersihan : Kurang
Tanaman peneduh : Tidak ada
Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
Jamban dan kamar mandi
Jumlah : 1
Jenis jamban : Leher angsa
Kebersihan : Kurang baik
Kamar mandi : Tertutup dengan 1 pintu
Analisis Faktor Lingkungan dan Masyarakat Sekitar
Pasien dan keluarga tinggal di sebuah pemukiman
yang padat penduduk. Menurut penuturan
keluarga, tetangga mereka yang sekarang sangat
berbeda dengan tetangga mereka sebelumnya
ketika mereka masih tinggal di rumah mertua
pasien. Ketika masih tinggal di rumah mertuanya,
pasien selalu merasa bahwa tetangganya tidak
menyukai keluarga mereka. Hal itulah yang
menurut keluarga menjadi salah satu faktor
penyebab terjadinya gangguan jiwa pada pasien.
Berbeda dengan tetangga sebelumnya,
keluarga merasa tetangga mereka sekarang
sangatlah peduli dengan keluarga mereka
dan tidak mengucilkan pasien serta
suaminya. Selain itu, para kader di RW
mereka juga selalu sigap membantu dan
mengingatkan pasien untuk selalu minum
obat dan berobat.
Analisis Faktor Petugas Puskesmas
Usaha petugas puskesmas dalam
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit
skizofrenia masih kurang, ditandai dengan
belum adanya penyuluhan mengenai
skizofrenia di masyarakat.
Strategi yang Bisa Dilakukan
Merujuk ke Puskesmas untuk kontrol teratur
Merujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa bila pasien mengalami kekambuhan
Memberikan penyuluhan mengenai skizofrenia dan
penanganannya kepada pasien dan keluarga
Meningkatkan hubungan antara petugas puskesmas dengan
pasien dan masyarakat dalam menjalankan peranannya
untuk memberikan pembinaan kepada warganya mengenai
skizofrenia
Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan
pasien skizofrenia pada home visit ini adalah
sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan
pasien dan keluarga yang kurang mengenai
skzofrenia dan kekambuhan pasien skizofrenia,
serta hubungan yang kurang baik antara pasien
dengan tetangganya.
Saran
Membuat suasana lingkungan tempat tinggal yang
baik dengan menjaga hubungan yang baik dengan
tetangga pasien.
Masyarakat sekitar agar tidak menjauhi atau
mengucilkan pasien skizofrenia melainkan merangkul
dan memotivasi pasien untuk sembuh serta rajin
kontrol berobat.
Puskesmas mengadakan penyuluhan kepada keluarga
pasien skizofrenia mengenai skizofrenia dan faktor-
faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien
skizofrenia.
Merujuk pasien ke Rumah Sakit Jiwa Cisarua bila terjadi
kekambuhan.
TERIMA KASIH