laporan inokulasi
DESCRIPTION
Laporan InokulasiTRANSCRIPT
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM TEKNIK BIOPROSES
Identitas Pratikan
Nama : Vega Fresamitia Ingried
Nim : 03111403041
Kelompok : VI (enam)
I. Judul Percobaan : Penanaman dan Perhitungan Mikroba (Inokulasi)
II. Tujuan Percobaan
1) Untuk mengetahui cara pembiakan jamur pada medium padat.
2) Untuk mengetahui perhitungan jumlah mikroba dalam medium.
3) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
pada suatu medium.
III. Dasar Teori
3.1 Inokulasi
Inokulasi adalah pemindahan suatu biakan dari suatu tempat berupa tabung
reaksi ke tempat lain. Pekerjaan memindahkan mikroorganisme dari medium yang
lama ke medium yang baru memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu harus
diusahakan agar seluruh alat yang berhubungan dengan medium dan pekerjaan
inokulasi steril.
Syarat-syarat Inokulasi, yaitu:
1. Menyiapkan ruangan
Ruangan tempat inokulasi harus kecil, bersih dan bebas angin. Dinding
ruangan yang basah akan menyebabkan butiran debu menempel kepadanya. Pada
waktu mengadakan inokulasi, akan lebih baik jika meja tempat inokulasi itu
dialasi dengan kain basah.
2. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina atau nikrom. Boleh lurus atau
berupa kolongan yang berdiameter 1-3 mm. Lebih dahulu ujung kawat ini
dipijarkan, sedangkan sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan pada nyala api
saja. Setelah dingin kembali, ujung kawat itu disentuhkan ke suatu koloni, mulut
tabung tempat pembiakan dipanasi setelah sumbatnya dibuka. Ujung kawat yang
ada sampel mikroorganisme (inokulum), digesekkan pada medium.Setelah
penggesekan selesai, mulut tabung dipanasi kembali.Kemudian disumbat seperti
semula.
Bioremedasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur atau bakteri). Bioremedasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun
atau tidak beracun (karbondioksida dan air).
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremedasi:
1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan
penambahan nutrisi, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb.
2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar yaitu
mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus.
3. Penerapan immobilized enzymes.
4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau
mengubah pencemar.
Pengenceran yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan pengamatan
karena sample kental dapat menjarangkan sel mikrooranisme yang mengakibatkan
pengamatan menjadi sulit dilakukan.
3.2 Haemacytometer
Haemacytometer adalah alat khusus yang digunakan untuk menghitung
mikroorganisme. Pada alat ini terdapat kotak-kotak kecil dengan luas 1/400 mm2
dan kedalaman 0,1 mm. Penggunaannya adalah dengan meletakkan kaca preparat
yang di atasnya dan ditutup dengan deck glass. Pengamatan ini dilakukan dengan
menggunakan mikroskop agar dapat mengamati sel-sel mikroba baik yang kecil
maupun yang besar, yang dibatasi oleh kotak-kotak haemacytometer.Perhitungan
dengan haemacytometer ini merupakan perhitungan langsung karena sample
langsung diambil dan diteteskan pada alat haemacytometer dan diamati di bawah
mikroskop. Perhitungan dengan metode ini mempunyai beberapa keuntungan,
yaitu semua sel mikroba baik yang masih hidup atau pun sudah mati dapat
dihitung. Sedangkan kelemahannya yakni apabila pengenceran tidak homogen
lagi, maka akan terjadi kesalahan dalam perhitungan. Pengenceran yang dilakukan
bertujuan untuk memudahkan pengamatan karena sample kental dapat
menjarangkan sel mikrooranisme yang mengakibatkan pengamatan menjadi sulit
dilakukan.
3.3 Sifat-Sifat Koloni dan Macam Medium
Yang dimaksud dengan sifat-sifat suatu koloni adalah sifat-sifat yang ada
sangkut pautnya dengan bentuk susunan, permukaan, pengkilatan, dll.
Pengamatan sifat-sifat ini dapat dilakukan dengan pandangan mata biasa tanpa
menggunakan mikroskop atau yang disebut pengamatan makroskopis. Supaya
sifat-sifat tersebut tampak jelas, mikroorganisme perlu ditumbuhkan pada media
padat. Ada 4 (empat) cara untuk menumbuhkan mikroorganisme pada medium
padat, yaitu:
1. Piaraan Lempengan (Plate Streak Culture)
Yaitu piaraan yang diperoleh dengan menggesek-gesekkan ujung kawat
inokulasi yang membawa jamur pada permukaan agar-agar lempengan dalam
cawan petri sampai meliputi seluruh permukaan.
2. Piaraan Miring (Slant Culture)
Yaitu piaraan yang diperoleh dengan menggesek-gesekkan ujung kawat
inokulasi yang membawa jamur pada permukaan agar-agar miring.
3. Piaraan Tusukan (Stab Culture)
Yaitu piaraan yang diperoleh dengan cara menusukkan ujung kawat inokulasi
yang membawa jamur dalam agar-agar pada tabung reaksi sedangkan permukaan
agar ini tidak miring.
4. Piaraan Adukan (Shake Culture)
Piaraan yang diperoleh dengan cara mencampuradukkan setetes suspensi
jamur ke dalam medium yang masih cair.
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di permukaan
medium padat ini adalah:
1. Besar kecilnya koloni
Ada koloni yang hanya berupa titik saja, ada yang melebar ke seluruh
permukaan.
2. Bentuk Koloni
Ada yang berbentuk bulat, memanjang, tepinya rata atau tidak rata.
3. Kenaikan permukaan
Ada koloni yang rata dengan permukaan dan ada yang timbul.
4. Halus kasar permukaan koloni
5. Wajah permukaan
Koloni permukaannya ada yang mengkilap dan ada yang suram.
6. Warna
Kebanyakan koloni berwarna putih kekuningan, tapi ada juga yang berwarna
coklat, kehitaman, jingga, biru, hijau dan ungu.
7. Kepekatan
Ada koloni yang lunak, ada yang keras dan ada yang kering.
Sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar lempengan, miring dan pada
tusukan gelatin, yaitu:
1. Agar-Agar Lempengan
Bentuk koloninya dilukiskan sebagai titik-titik, bulat, berbenang, tak teratur,
serupa akar dan serupa kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul
mendatar, timbul melengkung, membukit, mencembung dan serupa kawah.
2. Agar-Agar Miring
Sifat-sifatnya ada yang serupa tasbih, pedang, duri, akar, batang dan titik-
titik.
3. Agar-Agar Tusukan
Bentuk koloni yang dapat mengencerkan gelatin bila dilihat dari samping
dapat berupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan ada yang berjonjot, serupa
batang.Sedangkan bentuk koloni yang tidak dapat mengencerkan gelatin dapat
serupa kawah, serupa mangkuk, corong, pundi-pundi dan berlapis.Selain itu,
bakteri yang mampu mencernakan gelatin, koloninya ada yang serupa kawah,
serupa mangkuk, corong, pundi-pundi dan berlapis-lapis. Untuk mengamati
bentuk dari bakteri, sehingga dapat ditentukan spesiesnya, maka harus
dipergunakan Mikroskop. Pengamatan dengan cara ini disebut pengamatan secara
mikroskopis. Sifat-sifat koloni pada medium cair memperlihatkan permukaannya
yang serabut, cincin, langit-langit atau selaput. Medium cair ini dapat dibuat
dengan tidak menambahkan atau mencampurkan agar-agar atau gelatin ke
dalamnya. Pada umumnya bakteri hanya mengenal satu macam pembiakan saja
yaitu dengan cara aseksual atau vegetatif, yang pelaksanaan pembiakannya
dengan pembelahan diri atau divisio. Sedangkan pada jamur pembiakan dapat
secara aseksual atau vegetatif maupun seksual atau generatif.
3.4 Biakan Murni
Suatu biakan atau piaraan murni yang disimpan bertahun-tahun mudah sekali
mengalami mutasi, dan jika hal ini terjadi, maka piaraan ini bukan lagi biakan atau
piaraan yang murni karena telah kehilangan tipe aslinya. Untuk menghindari atau
mengurangi terjadinya mutasi pada biakan atau piaraan murni tersebut, maka
perlu dilakukan hal-hal di bawah ini:
1. Pada waktu-waktu tertentu biakan dipindahkan ke medium yang baru.
2. Biakan atau piaraan disimpan di dalam tempat yang bersuhu rendah dan
terhindar dari radiasi.
3. Bakteri diliofilisasikan, yaitu dimasukkan dalam ampul berisi suhu kering
bercampur dengan CO2, kemudian disimpan di tempat yang dingin. Ada
piaraan yang sewaktu-waktu perlu diremajakan tiap dua atau tiga bulan
sekali. Untuk meremajakan itu caranya yaitu piaraan perlu dipindahkan ke
medium baru pada suhu biasa yaitu antara 25-27 oC yang kemudian
dimasukkan dalam lemari es untuk diperbarui dua atau tiga bulan lagi.
3.5 Cara menyelidiki Piaraan Murni
Dalam keadaan sebenarnya boleh dikatakan tidak ada bakteri yang hidup
tersendiri terlepas dari spesies lainnya. Untuk menyedirikan suatu spesies ada
beberapa cara, yaitu:
1. Dengan pengenceran
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam
spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari enceran ini kemudian
diambil barang 1 ml untuk dincerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang
ketiga ini diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu koloni tumbuh dalam
medium tersebut, tetapi mungkin juga kita hanya memperoleh satu koloni saja.
Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang
demikian ini kita memperoleh satu koloni murni. Kalau kita belum yakin, bahwa
koloni tunggal yang kita peroleh itu murni, kita dapat mengulang pengenceran
dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
2. Dengan Penuangan.
Robert koch (1943 -1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan
mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan, dan sampel
ini kemudian disebarluaskan di dalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer.
Dengan demikian diperoleh hanyalah suatu piaraan adukan. Setelah medium itu
mengental, maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni–koloni yang
masing–masing dapat dianggap murni. Denagn mengulang pekerjaan seperti
diatas, maka akhirnya akan diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin.
3. Dengan Penggesekan.
Metode ini sekarang banyak digunakan, karena tidak begitu memakan waktu.
Cara ini maka bakteri anaerob tidak dapat rumbuh. Jika ujung kawat inokulasi
dibengkokan, kemudian ujung kawat inokulasi itu setelah disentuhkan suatu
koloni lalu digesekkan pada permukaan medium padat, maka beberapa waktu
kemudian 9 kurang lebih 12 jam) akan nampaklah koloni yang letaknya tersebar
di permukaan medium. Jika diadakan pemindahan sampel dari suatu koloni yang
letaknya terpencil, maka akan diperoleh suatu piaraan murni.
4. Dengan mengucilkan Satu sel (Single Cell Isolation)
Mikropipet adalah alat yang dapat memungut satu bakteri dari sekian banyak,
dengan tiada ikut sertanya bakteri lain. Mikropipet ditempatkan pada tangan suatu
mikromanipulator. Dengan mikropipet dibuat beberapa tetesan bergantung pada
suatu kaca penutup. Pekerjaan ini dilakuan di bawah objektif mikroskop. Jika
tampak suatu tetesan hanya mengandung satu bakteri, maka dengan lain
mikropipet, tetesan tersebut dipindahkan ke medium encer dengan maksud supaya
bakteri tersebut berkembang biak dulu. Kemudian dari sini dapat diperoleh
piaraan murni.
5. Dengan Inokulasi Hewan
Metode ini didasarkan atas suatu kenyataan, bahwa tidak semua bakteri dapat
tumbuh di dalam tubuh seekor hewan. Misalnya kita ambil dahak dari seseorang
yang disangka menderita TBC. Jika dahak ini disuntikkan ke dalam tubuh tikus
putih, maka bakteri–bakteri saproba yang ikut serta itu tidak akan bertahan,
sehingga kemudian kita peroleh semata–mata hasil tbc saja. Piaraan
pneumococcus murni dapat diperoleh dengan jalan demikian juga.
3.6 Perhitungan Mikroba
Seorang bakteriologi yang bekerja dalam suatu pabrik produk makanan yang
sudah jadi, harus menumbuhkan bakteri yang terdapat pada produk makanan
tersebut untuk menilai keamanan dari makanan tersebut. Seorang bakteriologi
selalu berhubungan dengan pertumbuhan mikroorganisme.Seperti halnya juga
bagi orang-orang yang bekerja di rumah sakit, harus menumbuhkan organisme
dari pasien yang terinfeksi sehingga dapat dibuat suatu diagnosa. Bakteri juga
sangat berperan aktif dalam dunia obat-obatan atau antibiotika untuk menentukan
apakah pengaruh bakteri itu sehingga menjadi peka atau tahan, sehingga pasien
dapat terobati dengan tepat.
Pada kenyataanya peningkatan suatu bakteri disebabkan terjadinya
pembelahan biner sel bakteri itu sendiri.Pembelahan biner diartikan bahwa setiap
bakteri membentuk dinding sel baru yang melintang dengan diameter pendeknya
lalu memisah menjadi dua sel. Masing-masing sel ini kemudian membelah lagi
menjadi dua sel dan seterusnya. Hasil keseluruhan pertumbuhn semacam ini
adalah pertambahan jumlah bakteri secara deret ukur. Jadi keturunan bakteri
tunggal akan berlipat dua pada setiap pembelahan, dengan menghasilkan 2, 4, 16,
32 bakteri dan seterusnya.
Salah satu upaya untuk menghitung pertumbuhan bakteri adalah dengan
menggunakan suatu alat yang dikenal dengan Hemaecytometer yaitu alat yang
khusus digunakan untuk menghitung mikrooragnisme, pada alat ini terdapat
kotak-kotak kecil untuk membatasi jumlah sel-sel mikroba yang akan diamati.
Pekerjaan ini dilakukan di bawah mikroskop.Perhitungan yang diperoleh dengan
mengalikan faktor pengenceran dengan jumlah mikroorganisme per kotak
didapatlah banyaknya jumlah sel.
Perhitungan mikroba pada umumnya dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Pengenceran
2. Menggunakan ruang hitung (Hemaecytometer)
3. Menggnakan turbidometer (Nefelometer)
Pengenceran biakan dilakukan dengan air steril sampai taraf yang 1 ml
penceranmengandung cukup sedikit bakteri sehingga dapat dihitung (sebaiknya
anatar 30 - 300), kemudian larutkan dengan jumlah yang diketahui dicampur
dengan medium nutrien agar cair. Campuran ini dituangkan dalam cawan petri,
dibiarkan mengeras dan diinkubasi selama satu atau dua hari supaya masing-
masing sel dapat memperbanyak diri sampai membentuk koloni untuk mengetahui
berapa bakteri hidup yang ada dalam larutan itu. Ada instrumen elektronik yang
akan menghitung koloni yang memerlukan hanya satu detik untuk menghitung
koloni yang memerlukan atau pada seluruh cawan petri.Pertumbuhan sel
konstituen merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan hewan atau
tumbuhan, dan demikian pula mikroorganisme. Jadi apabila ditaruh 10 sel bakteri
dalam 1 ml medium yang cocok dan 24 jam kemudian didapat 10 juta bakteri
setiap mm, maka terjadilah pertumbuhan bakteri. Pada kenyataannya telah terjadi
pertumbuhan sel atau pertumbuhan bakteri sejuta kali. Dengan pengenceran,
disiapkan beberapa buah tabung berisi aquadest steril sebanyak 9 ml. Masing-
masing tabung kemudian ditambahkan 1 ml sampel yang akan diperiksa secara
bertahap, yaitu:
1. 1 ml sampel ke dalam tabung pertama, sehingga konsentrasi larutan di dalam
tabung pertama menjadi 10-1.
2. 1 ml dari tabung pertama ke tabung kedua, sehingga konsentrasi tabung
kedua menjadi 10-2.
3. Dan seterusnya sampai mencapai larutan dengan konsentrasi terendah. Dari
tiap-tiap tabung kemudian diambil 1 ml larutan dan ditanamkan ke dalam
cawan petri berisi media padat.
Pertumbuhan koloni yang kemudian timbul pada tiap-tiap cawan dihitung.
Cara perhitungan ini harus memperhitungkan faktor kerapatan pertumbuhan
koloni, karena jika pertumbuhan koloni terlalu rapat biasanya sulit untuk
dipertanggungjawabkan hasilnya. Juga untuk pertumbuhan yang terlalu jarang,
sehingga diperlukan adanya pemilihan cawan yang ditumbuhi koloni yang paling
tinggi kemurniannya untuk dihitung. Pada metode mikroskopis langsung, sampel
diletakkan di ruang hitung (seperti hemasiotomeyer) dan jumlah sel dapat
ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop. Pada metode ini, hasil
pengenceran tidak ditanamkan pada media, tetapi diteteskan ke dalam ruang
hitung. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik
penanaman bakteri (inokulasi) yaitu:
1. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril
agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan. Dalam
labotarium pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan
dalam sebuah kotak kaca (encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut
dilewatkan saringan melalui suatu jalan agar tekena sinar ultraviolet.
2. Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan
untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni.
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh
lurus juga boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan
penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai
cukupdilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi
dalam nyala.
IV. Alat dan Bahan
Alat
1) Tabung reaksi.
2) Cawan petri.
3) Jarum oase.
4) Burner.
Bahan
1) Medium yang telah jadi.
2) Kultur murni.
3) Jarum/kawat.
4) Alkohol.
V. Prosedur Percobaan
1) Siapkan tabung yang berisi jamur dan tabung medium.
2) Panaskan jarum oase sampai berpijar dan diamkan sebentar.
3) Buka sumbat tabung jamur, kemudian lewatkan dekat nyala bunsen.
4) Ambillah jamur dengan menggunakan jarum oase.
5) Buka sumbat tabung medium dan mulut tabung dilewatkan pada nyala api
bunsen.
6) Masukkan ujung jarum oase tadi yang telah membawa jamur dengan
menggesek-gesekkannya pada permukaan medium dari kiri ke kanan dengan
arah dari bawah ke atas medium.
7) Tabung medium kemudian disumbat lagi.
8) Simpan tabung yang telah ditanami tadi.
9) Amatilah bentuk jamur yang terjadi.
VI. Hasil Pengamatan
No.
Pengamatan Medium tegak Medium miring
1. Sebelum
dilakukan
inokulasi
2. Sesudah
dilakukan
inokulasi
3. Kondisi
permukaan
medium
Permukaan medium dipenuhi
warna hitam dan warna putih
yang cukup banyak
Permukaan medium
dipenuhi warna hitam
dan warna putih yang
lebih banyak
VII.Perhitungan
20 19
10 11
6
7
18 5
Diketahui : Jumlah bakteri = 96 selJumlah kotak = 400
Luas kotak kecil ( L ) = 1 mm2
Kedalaman kotak ( t ) = 0,1 mm
Faktor pengenceran = 100 x
Volume kotak (V) = L x t = 1 mm2 x 0,1 mm
= 0.1 mm3
Jumlah sel rata-rata =
jumlah mikrobajumlah kotak
=
96400
= 0,24
Jumlah sel =
∑ sel rata−rataV kotak kecil
×faktor pengenceran
=
0 ,240,1 mm3 ×100
= 240 sel / mm3
= 2,4x 108 sel / lt
VIII. Pembahasan
Medium yang digunakan untuk menumbuhkan jamur ialah medium agar
kentang dekstrosa dan untuk menumbuhkan bakteri ialah medium agar nutrisi.
Jamur yang tumbuh pada medium agar kentang dekstrosa tersebut adalah jamur
Aspergilus niger. Cara menumbuhkan jamur tersebut dilakukan dengan dua cara
yakni permukaan medium dimiringkan dan piaraan ini diberi nama piaraan miring
(slant culture) dan pada permukaan medium yang tegak. Pada percobaan ini
digunakan agar-agar batang dan bukan agar-agar bubuk karena agar-agar bubuk
telah ditambah bahan-bahan kimia lain sehingga telah terkontaminasi. Hal ini
menyebabkan bakteri tidak mau berkembang biak.
Pemanasan jarum hingga membara pada percobaan inokulasi ini
dimaksudkan agar jarum benar-benar steril pada waktu pengambilan jamur atau
bakteri, sehingga tidak terjadi kontaminasi dengan spesies lain. Agar koloni-
koloni tidak terbawa udara luar, maka semua prosedur inokulasi dilakukan di
dekat nyala api bunsen. Hal ini juga dimaksudkan agar koloni yang keluar dari
tabung akan mati terkena nyala api Bunsen, sehingga tidak mengotori udara di
dalam laboratorium.
Pada saat memasukkan ujung kawat oase yang telah membawa jamur, kawat
tersebut digesek-gesekkan pada permukaan medium dari kiri ke kanan dengan
arah dari bawah ke atas mulut tabung. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar jamur
tumbuh dan berkembang biak dengan merata dan tidak bergumpal dan tidak
terjadi penumpukan mikroba yang dapat menghambat kecepatan pertumbuhan
mikroba.
Setelah dilakukan proses inokulasi dan dibiarkan selama 5 hari maka akan
tampak pertumbuhan mikroba yang ditunjukkan dengan ciri khas dari Aspergillus
Niger terbentuk berupa koloni tipis berwarna kehitaman, dan pada medium datar
pertumbuhannya lebih sedikit dan tampak menumpuk dibandingkan dengan
medium pertumbuhan mikroba di medium miring yang tampak bahwsa mikroba
yang terbentuk lebih banyak. Hal ini terjadi karena pada medium miring luas
permukaan media untuk pertumbuhan mikroba lebih besar dibandingkan medium
tegak. Perhitungan haemacytometer ini merupakan perhitungan langsung karena
sample langsung diambil dan diteteskan pada alat haemacytometer dan diamati di
bawah mikroskop. Pengenceran yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan
pengamatan karena sample kental dapat menjarangkan sel mikroorganisme yang
mengakibatkan pengamatan menjadi sulit dilakukan.
Seharusnya pada percobaan ini digunakan alat yang disebut hamaecytometer.
Namun oleh karena alat tersebut tidak memadai dalam penggunaan mikroskop
elektron maka hanya diberikan data saja. Alat ini khusus digunakan untuk
menghitung jumlah mikroorganisme. Sebelum dilakukan pengamatan dengan
mikroskop terlebih dahulu dilakukan pengenceran terhadap sampel. Fungsi dari
pengenceran ini adalah untuk memudahkan kita dalam melakukan pengamatan,
karena selain sampel itu agak kental kita akan mengalami kesulitan dalam
menghitung jumlah sel yang ada, sebab jumlah sel tersebut sangat banyak. Jadi
tujuan utama pengenceran ini adalah untuk menjarangkan jumlah sel pada tiap
kotaknya.
IX. Kesimpulan dan Saran
9.1 Kesimpulan
1. Perhitungan mikroorganisme dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara:
a. Pengenceran.
b. Menggunakan ruang perhitungan.
c. Menggunakan turbidometer/ nefelometer.
2. Pembiakan jamur Aspergilus Niger termasuk piaraan murni yang diperoleh
dengan piaraan turunan.
3. Pembiakan akan berjalan baik bila semua alat dan medium yang akan digunakan dalam keadaan steril.
4. Mikroorganisme yang diletakkan pada medium yang berada pada posisi tabung reaksi yang dimiringkan akan lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan medium yang yang ditempatkan pada posisi tegak
5. Hemacytometer merupakan alat yang digunakan untuk menghitung jumlah sel
mikroba yang merupakan perhitungan langsung dan diamati di bawah
mikroskop.
6. Pemanasan jarum oase ini dilakukan untuk mensterilkan jarum tersebut dari
mikroorganime yang lain
7. Dalam melakukan penanaman benih perlu diperhatikan dua hal penting yaitu
penyiapan ruangan (media) dan pemindahan menggunakan kawat.
9.2 Saran Diharapkan prakitkan dapat dibimbing dengan baik pada saat melakukan
penanaman agar tidak terjadi kesalahan, sehingga dapat menyebabkan jamur
tersebut mati atau tidak dapat tumbuh.
X. Daftar PustakaDarnell, J., Lodish, H., Baltimore, D. 1993. Molecular Cell Biology, 2nd Edition,
Scientific American Books, USA.
Prawirahartono, S. 1991. Pelajaran SMA Biologi. Jakarta: Erlangga.
Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar I.Jakarta: Erlangga.
XI. Gambar Alat
Gambar 11.2 Jarum oase
Gambar 11.1 tabung reaksi
Gambar 11.3 Bunsen