laporan sementar inokulasi
DESCRIPTION
inokulasiTRANSCRIPT
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TEKNOLOGI BIOPROSES
IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : Ummu Fithanah
NIM : 03031281320011
Shift/Kelompok : Kamis siang/5 (Lima)
I. JUDUL PERCOBAAN : Inokulasi
II. TUJUAN PERCOBAAN
1. Dapat menghitung jumlah mikrobia dengan alat Haemacytometer.
2. Mengetahui macam-macam inokulasi dan syarat yang harus dipenuhi agar
proses inokulasi berjalan baik.
3. Dapat mengetahui proses pembiakan jamur pada medium yang padat dan
mengetahui macam-macam media untuk inokulasi.
III. DASAR TEORI
Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan pemindahan ke
biakan segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan mikroorganisme ini di
lakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan selama
pemindahan berulangkali. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair
atau padat. Kekeruhan dalam kaldu menunjukkan terjadinya pertumbuhan
mikroorganisme. Bila mikroorganisme menumpuk pada dasar tabung maka akan
membentuk sedimen, sedangkan pada permukaan kaldu pertumbuhannya terlihat
sebagai pelikel. Pertumbuhan mikroorganisme dalam kaldu seringkali
menggambarkan aktivitas metabolismenya. Mikroba aerob obligat berkembang
biak pada lapisan permukaan karena pada bagian ini kandungan oksigen tinggi.
Selain dalam media cair, mikroorganisme juga memperlihatkan
pertumbuhan dengan ciri tertentu dalam biakan padat seperti agar miring atau
lempengan agar. Agar miring lazimnya digunakan untuk menyimpan biakan
murni sedangkan agar lempengan lazimnya digunakan untuk memurnikan
mikroorganisme. Teknik inokulasi dapat dilakukan dengan metode gores pada
1
agar datar (streak plate method) dan metode gores pada agar miring (streak plate
method). Ada beberapa tahap atau syarat-syarat yang harus dilakukan sebelum
melakukan teknik penanaman bakteri (inokulasi) yang pertama menyiapkan
ruangan, ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril
agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan dalam labotarium
pembuataan serum vaksin dan sebagainya.
Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast) udara yang
lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan agar tekena
sinar ultraviolet. Yang kedua Pemindahan dengan pipet, cara ini dilakukan dalam
penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1 ml contoh yang
akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni.
Ketiga pemindahan dengan kawat inokulasi, ujung kawat inokulasi
sebaiknya dari platina atau nikel, ujungnya boleh lurus dan boleh berupa kolongan
yang diametrnya 1-3 mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat ini
terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup hanya dengan
dilewatkan pada nyala api saja lalu setelah itu didinginkan kembali kawat itu
disentuhkan lagi dalam nyala.
3.1. Metode Inokulasi
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni
mikroorganisme yaitu:
a) Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan
waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan
latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah.
Inokulum digoreskan di permukaan media agar dalam cawaan petri dengan
jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel
yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni. Cara penggarisan
dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan
dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang
berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk
membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan.
2
b) Metode tebar
Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar dalam cawan petri
dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu
disebarkan dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat
menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri
yang merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul koloni koloni
yang terpisah-pisah.
c) Metode tuang
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar me-
lakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada
suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung.d) Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan
ujung jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke
dalam media.
3.2. Biakan Murni
Suatu biakan/piaraan murni yang disimpan bertahun-tahun mudah sekali
mengalami mutasi. Dan jika hal ini terjadi, maka piaraan ini bukan lagi
biakan/piaraan yang murni karena telah kehilangan tipe aslinya. Untuk
menghindari atau mengurangi terjadinya mutasi pada biakan/piaraan murni
tersebut, maka perlu dilakukan hal-hal di bawah ini:
1. Pada waktu-waktu tertentu biakan/piaraan dipindahkan ke medium yang
baru.
2. Biakan/piaraan disimpan di dalam tempat yang bersuhu rendah dan
terhindar dari radiasi.
3. Bakteri diliofilisasikan, yaitu dimasukkan dalam ampul berisi suhu kering
bercampur dengan CO2, kemudian disimpan di tempat yang dingin.
Ada piaraan yang sewaktu-waktu perlu diremajakan tiap dua atau tiga
bulan sekali. Untuk meremajakan itu caranya yaitu piaraan perlu dipindahkan ke
medium baru pada suhu biasa yaitu antara 25-27 oC yang kemudian dimasukkan
3
dalam lemari es untuk diperbarui dua atau tiga bulan lagi. Sedangkan untuk
penyimpanan dengan cara diliofilisasikan asal selalu ada dalam 4 oC. Dalam
keadaan sebenarnya (di alam bebas) boleh dikatakan tidak ada bakteri yang hidup
tersendiri terlepas dari spesies lainnya. Kerapkali bakteri patogen kedapatan
bersama-sama bakteri saproba. Untuk menyendirikan suatu spesies dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Dengan pengenceran
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-
macam spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari enceran ini
kemudian diambil barang 1 ml untuk dincerkan lebih lanjut. Jika dari
pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu koloni
tumbuh dalam medium tersebut, tetapi mungkin juga kita hanya memperoleh
satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satu koloni
saja. Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satu koloni murni. Kalau
kita belum yakin, bahwa koloni tunggal yang kita peroleh itu murni, kita dapat
mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
2. Dengan Penuangan
Robert koch (1943-1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan
mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan, dan
sampel ini kemudian disebarluaskan di dalam suatu medium dari kaldu dan
gelatin encer. Dengan demikian diperolehlah suatu piaraan adukan. Setelah
medium itu mengental, maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni-
koloni yang masing-masing dapat dianggap murni. Denagn mengulang
pekerjaan seperti diatas, maka akhirnya akan diperoleh piaraan murni yang
lebih terjamin.
3. Dengan Penggesekan
Metode dengan pergesekan ini sekarang banyak digunakan, karena tidak
begitu memakan waktu, tapi hanya dengan metode ini maka bakteri anaerob
tidak dapat tumbuh. Jika ujung kawat inokulasi dibengkokan, kemudian ujung
kawat inokulasi itu setelah disentuhkan suatu koloni lalu digesekkan pada
permukaan medium padat, maka beberapa waktu kemudian (kurang lebih 12
4
jam) maka akan tampaklah koloni-koloni yang dapat diliihat letaknya akan
tersebar di permukaan medium tersebut.
4. Dengan mengucilkan Satu sel (Single Cell Isolation)
Mikropipet adalah alat yang dapat memungut satu bakteri dari sekian
banyak bakteri yang ada, dengan tiada ikut sertanya bakteri lain. Mikropipet
ditempatkan pada tangan-tangan suatu mikromanipulator. Dengan mikropipet
dibuat beberapa tetesan bergantung pada suatu kaca penutup. Pekerjaan ini
dilakuan di bawah obyektif mikroskop. Jika tampak suatu tetesan hanya
mengandung satu bakteri, maka dengan lain mikropipet, tetesan tersebut
dipindahkan ke medium encer dengan tujuan utama agar bakteri tersebut
berkembang biak terlebih dahulu. Kemudian dari sini diperoleh piaraan murni.
5. Dengan Inokulasi Hewan
Metode ini di dasarkan atas suatu kenyataan, bahwa tidak semua bakteri
dapat tumbuh di dalam tubuh seekor hewan.Misal kita ambil dahak dari
seseorang yang disangka menderita TBC. Jika dahak ini disuntikkan ke dalam
tubuh tikus putih, maka bakteri-bakteri saproba yang ikut serta itu tidak akan
bertahan, sehingga kemudian kita peroleh semata-mata hasil TBC saja. Piaraan
pneumococcus murni dapat diperoleh dengan jalan demikian juga. Bakteri yang
ketinggalan dalam tubuh tikus yang sakit atau mati akhirnya dapat dipindahkan
ke dlam medium yang sesuai. Inokulasi dapat dilakukan di dalam kulit
(intracutaneous), dapat di bawah kulit (subcutaneous), dapat di dalam otot
(intramuscular), dapat di rongga tubuh atau lain-lain tempat lagi.
3.3. Sifat-Sifat Koloni dan Macam Medium
Sifat-sifat suatu koloni adalah sifat-sifat yang ada sangkut pautnya dengan
bentuk susunan, permukaan, pengkilatan, dan lain-lain. Pengamatan sifat-sifat ini
dapat dilakukan dengan pandangan mata biasa tanpa menggunakan mikroskop
atau yang biasa disebut dengan Pengamatan Makroskopis. Supaya sifat-sifat
tersebut tampak jelas, maka mikroorganisme perlu ditumbuhkan pada sebuah
media padat. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di
permukaan medium padat ini adalah sebagai berikut:
5
1. Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang berupa titik saja, ada yang
melebar ke seluruh permukaan.
2. Bentuk. Bentuk koloni bermacam-macam, ada yang bulat, memanjang,
tepinya rata atau tidak rata.
3. Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata dengan permukaan dan ada
yang timbul.
4. Halus kasar permukaan koloni
5. Wajah permukaan. Permukaan koloni ada yang berwarna mengilap dan
ada juga yang berwarna suram.
6. Warna. Kebanyakan koloni ada yang berwarna putih kekuning-kuningan,
tetapi ada juga yang berwarna coklat, kehitaman, jingga biru, ungu, dan
hijau.
7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak, ada yang keras dan juga ada yang
kering.
Sifat-sifat koloni pada medium cair memperlihatkan permukaannya yang
serabut, cincin, langit-langit atau selaput. Medium cair ini dapat dibuat dengan
tidak menambahkan atau mencampurkan agar-agar atau gelatin ke dalamnya.
Pada umumnya bakteri hanya mengenal satu cara untuk bereproduksi saja yaitu
dengan cara aseksual atau vegetatif, yang pelaksanaan pembiakannya dengan
pembelahan diri atau divisio. Sedangkan pada jamur pembiakan dapat secara
aseksual atau vegetatif maupun secara seksual atau dapat disebut juga dengan cara
generatif. Sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar lempengan, miring dan
pada tusukan gelatin, yaitu:
1. Agar-Agar Lempengan
Pada media agar-agar lempengan, bentuk koloninya dilukiskan sebagai
titik-titik, bulat, berbenang, tak teratur, serupa akar dan serupa kumparan.
Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung,
membukit, mencembung dan serupa kawah.
2. Agar-Agar Miring
Sifat-sifatnya ada yang berbentuk seperti tasbih, pedang, duri, akar, batang
dan serupa titik-titik.
6
3. Agar-Agar Tusukan
Bentuk koloni yang dapat mengencerkan gelatin bila dilihat dari samping
dapat berupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan ada yang berjonjot, serupa
batang. Sedangkan bentuk koloni yang tidak dapat mengencerkan gelatin dapat
serupa kawah, serupa mangkuk, corong, pundi-pundi dan berlapis dan harus
dipergunakan mikroskop.
3.4. Media Inokulasi
Ada beberapa macam media yang digunakan untuk inokulasi yaitu:
a) Piaraan campuran (Mixed culture)
Media piaraan campuran ini berisi dua atau lebih spesies mikroorganisme.
b) Piaraan lempengan (Plate culture)
Piaraan lempengan merupakan media padat dalam cawan petri. Piaraan
diperoleh dengan menggesek-gesekkan ujung kawat inokulasi yang membawa
jamur pada permukaan agar-agar lempengan dalam cawan petri sampai meliputi
seluruh permukaan.
c) Piaraan miring (Slant culture)
Media padat dalam tabung reaksi. Piaraan diperoleh dengan cara
menusukkan ujung kawat inokulasi yang membawa jamur dalam agar-agar
pada tabung reaksi sedangkan permukaan agar ini tidak miring.
d) Piaraan tusuk (Stab culture)
Media padat dalam tabung reaksi. Piaraan diperoleh dengan cara
menusukkan ujung kawat inokulasi yang membawa jamur dalam agar-agar
pada tabung reaksi sedangkan permukaan agar ini tidak miring.
e) Piaraan cairan (Liquid culture)
Piaraan cairan ini merupakan media cair yang ditampung di dalam tabung.
f) Piaraan adukan (Shake culture)
Media cair dalam tabung reaksi yang penanamannya dikocok. Biakan yang
ada dapat diperoleh dengan cara mencampuradukkan setetes suspensi jamur ke
dalam medium yang masih cair dan belum membeku, sehingga jamur dapat
tinggal di dalam media.
7
3.5. Perhitungan Mikroba
Seorang bakteriologi yang bekerja dalam suatu pabrik produk makanan
yang sudah jadi, harus menumbuhkan bakteri yang terdapat pada produk makanan
tersebut untuk menilai keamanan dari makanan tersebut. Seorang bakteriolog
selalu berhubungan dengan pertumbuhan mikroorganisme. Seperti halnya juga
bagi orang-orang yang bekerja di rumah sakit, harus menumbuhkan organisme
dari pasien yang terinfeksi sehingga dapat dibuat suatu diagnosa. Bakteri juga
sangat berperan aktif dalam dunia obat-obatan atau antibiotika untuk menentukan
apakah pengaruh bakteri itu sehingga menjadi peka atau tahan, sehingga pasien
dapat terobati dengan tepat.
Pada kenyataanya peningkatan suatu bakteri disebabkan terjadinya
pembelahan biner sel bakteri itu sendiri. Pembelahan biner diartikan bahwa setiap
bakteri membentuk dinding sel baru yang melintang dengan diameter pendeknya
lalu memisah menjadi dua sel. Masing-masing sel ini kemudian membelah lagi
menjadi dua sel dan seterusnya. Hasil keseluruhan pertumbuhn semacam ini
adalah pertambahan jumlah bakteri secara deret ukur. Jadi keturunan bakteri
tunggal akan berlipat dua pada setiap pembelahan, dengan menghasilkan 2, 4, 16,
32 bakteri dan seterusnya. Salah satu upaya untuk menghitung pertumbuhan
bakteri adalah dengan menggunakan suatu alat yang dikenal dengan Hemaecyto
meter yaitu alat yang khusus digunakan untuk menghitung mikrooragnisme, pada
alat ini terdapat kotak-kotak kecil untuk membatasi jumlah sel-sel mikroba yang
akan diamati. Pekerjaan ini dilakukan di bawah mikroskop. Perhitungan yang
diperoleh dengan mengalikan faktor pengenceran dengan jumlah mikroorganisme
per kotak didapatlah banyaknya jumlah sel. Perhitungan mikroba pada umumnya
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Pengenceran
2. Menggunakan ruang hitung (Hemaecytometer)
3. Menggnakan turbidometer (Nefelometer)
Pengenceran biakan dilakukan dengan air steril sampai taraf yang 1 ml
enceran mengandung cukup sedikit bakteri sehingga dapat dihitung (sebaiknya
anatar 30 - 300) kemudian larutkan dengan jumlah yang diketahui dicampur
8
dengan medium nutrien agar cair. Campuran ini dituangkan dalam cawan petri,
dibiarkan mengeras dan diinkubasi selama satu atau dua hari supaya masing-
masing sel dapat memperbanyak diri sampai membentuk koloni untuk mengetahui
berapa bakteri hidup yang ada dalam larutan itu. Ada instrumen elektronik yang
akan menghitung koloni yang memerlukan hanya satu detik untuk menghitung
koloni yang memerlukan atau pada seluruh cawan petri.
Pertumbuhan sel konstituen merupakan hal yang penting dalam
pertumbuhan hewan atau tumbuhan, dan demikian pula mikroorganisme. Jadi
apabila ditaruh 10 sel bakteri dalam 1 ml medium yang cocok dan 24 jam
kemudian didapat 10 juta bakteri setiap mm, maka terjadilah pertumbuhan bakteri.
Pada kenyataannya telah terjadi pertumbuhan sel atau pertumbuhan bakteri sejuta.
3.6. Haemacytometer
Haemacytometer adalah alat khusus yang digunakan untuk menghitung
mikroorganisme. Pada alat ini terdapat kotak-kotak kecil dengan luas 1/400 mm2
dan kedalaman 0,1 mm. Penggunaannya adalah dengan meletakkan kaca preparat
yang di atasnya dan ditutup dengan deck glass. Pengamatan ini dilakukan dengan
menggunakan mikroskop agar dapat mengamati sel-sel mikroba baik yang kecil
maupun yang besar, yang dibatasi oleh kotak-kotak haemacytometer.
Perhitungan dengan haemacytometer ini merupakan perhitungan langsung
karena sample langsung diambil dan diteteskan pada alat haemacytometer dan
diamati di bawah mikroskop. Perhitungan dengan metode ini mempunyai
beberapa keuntungan, yaitu semua sel mikroba baik yang masih hidup atau pun
sudah mati dapat dihitung. Sedangkan kelemahannya yakni apabila pengenceran
tidak homogen lagi, maka akan terjadi kesalahan dalam perhitungan. Pengenceran
yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan pengamatan karena sample kental
dapat menjarangkan sel mikroorganisme yang mengakibatkan pengamatan
menjadi sulit dilakukan.
9
IV. ALAT DAN BAHAN
IV.1. Alat
1. Tabung Reaksi
2. Jarum ose
3. Nyala Bunsen
4. Cawan petri
4.2. Bahan
1. Medium yang telah jadi
2. Kultur murni
3. Jarum/kawat
4. Alkohol
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Siapkan tabung yang berisi jamur dan tabung medium.
2. Panaskan jarum oase sampai berpijar dan diamkan sebentar.
3. Buka sumbat tabung jamur, kemudian lewatkan dekat nyala bunsen.
4. Ambillah jamur dengan menggunakan jarum oase.
5. Buka sumbat tabung medium dan mulut tabung dilewatkan pada nyala api
bunsen.
6. Masukkan ujung jarum oase tadi yang telah membawa jamur dengan
menggesek-gesekannya pada permukaan medium dari kiri ke kanan dengan
arah dari bawah ke atas medium.
7. Tabung medium kemudian disumbat lagi.
8. Simpan tabung yang tekag ditanami tadi.
9. Amatilah bentuk jamur yang terjadi.
10
VI. DATA HASIL PENGAMATAN
11
VII. PEMBAHASAN
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
12
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
13
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
VIII.1.Kesimpulan
1. Perhitungan dengan haemacytometer dilakukan dengan perhitungan
langsung karena sampel langsung diambil dan diteteskan pada alat
haemacytometer yang terdapat kotak-kotak kecil dan diamati dibawah
mikroskop. Baik yang masih hidup atau pun yang sudah mati sel mikroba
dapat dihitung dengan alat ini.
2. Inokulasi terbagi menjadi dua yaitu inokulasi jamur dan inokulasi bakteri.
Inokulasi jamur menggunakan jarum ose bentuk batang sedangkan
inokulasi bakteri menggunakan jarum ose bentuk bulat. Syarat yang harus
dipenuhi agar proses inokulasi dapat berjalan dengan baik adalah dengan
memperhatikan kesterilan medium baik pada cawan petri maupun pada
tabung reaksi dan juga kesterilan pada praktikan sendiri.
3. Proses pembiakan jamur pada medium yang padat dapat dilakukan dengan
metode gores, metode tebar, metode tuang dan metode tusuk. Media yang
digunakan untuk inokulasi yaitu piaraan campuran, piaraan lempengan,
piaraan miring, piaraan tusuk, piaraan cairan dan piaraan adukan.
4. Perhitungan mikroba dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pengenceran,
menggunakan ruang hitung (Hemaecytometer) dan menggunakan
turbidometer (Nefelometer).
5. Jamur yang dibiakan pada inokulasi ini adalah Aspergillus niger yang
menghasilkan asam sitrat.
VIII.2.Saran
1. Jarum ose yang digunakan sebaiknya didinginkan terlebih dahulu agar
inokulum yang digunakan dapat tetap hidup.
2. Jamur Aspergillus niger sangat berbahaya bagi tubuh jadi harus digunakan
masker dan sarung tangan.
3. Pada saat pensterilan dengan autoklaf cawan petri dan tabung reaksi harus
dikeluarkan setelah medium selesai dibuat karena jika dikeluarkan sebelum
medium terbuat akan menyebabkan tumbuhnya mikroba lain yang tidak
diinginkan setelah didiamkan selama beberapa hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar, M.1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Erlangga : Jakarta.
Raymond, A dkk. 2014. Inokulasi Bakteri. (online)ejournal.unpatti.ac.id%2Fp
pr_iteminfo_lnk. (Diakses pada 12 Maret 2016).
Rohimat, I. 2002. Teknik Inokulasi Mycorrhizae arbuscular pada Bibit Jambu
Mente. Buletin Teknik Pertanian Vol.7 Nomor 2. Hal : 80-83.
Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar I. Jakarta: Erlangga.
Widyati, E. 2012. Pengaruh Tiga Inokulan Bakteri. (online)
repository.unand.ac .id /pengaruh_tiga_inokulan_bakteri. (Diakses pada
12 Maret 2016).
15