laporan kasus ca tiroid
TRANSCRIPT
1
Bagian Ilmu Penyakit DalamLaporan Kasus
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
KARSINOMA TIROID
Oleh:
Sri Handaryati
04.45421.00211.09
Pembimbing:
dr. Latif. Ch. Caropeboka, Sp.PD-KEMD FINASIM
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
LAB/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2010
2
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI LAPORAN KASUS
KARSINOMA TIROID
Dipresentasikan pada tanggal : 17 Desember 2010
Oleh:
Sri Handaryati04.45421.00211.09
Mengetahui
Pembimbing:
dr.Latif Ch.Caropeboka, Sp.PD-KEMD FINASIM
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. 1
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................…….. 4
BAB II LAPORAN KASUS..................................................................................5
2.1 Anamnesis......................................................................................................5
2.2 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................7
2.3 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................9
2.4 Diagnosis .....................................................................................................11
2.5 Penatalaksanaan............................................................................................11
2.6 Follow up......................................................................................................12
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................16
3.1 Definisi..........................................................................................................16
3.2 Etiologi..........................................................................................................16
3.3 Klasifikasi.....................................................................................................19
3.4 Patogenesis....................................................................................................19
3.5 Manifestasi Klinis.........................................................................................20
3.6 Diagnosis.......................................................................................................24
3.7 Penatalaksanaan............................................................................................25
3.8 Prognosis.......................................................................................................25
BAB IV TEORI DAN ANALISA KASUS.........................................................29
BAB V PENUTUP38
5.1 Kesimpulan38
5.2 Saran38
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..39
4
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma tiroid merupakan suatu keganasan (pertumbuhan tidak terkontrol
dari sel) yang terjadi pada kelenjar tiroid. Karsinoma tiroid menempati urutan ke-9
dari sepuluh keganasan tersering. Lebih banyak pada wanita dengan distribusi
berkisar antara 2 : 1 sampai 3 : 1. Insidensnya berkisar antara 5,4-30%. Berdasarkan
jenis histopatologi, sebarannya adalah kanker tiroid jenis papilar (71,4%); kanker
tiroid jenis folikular (16,7%); kanker tiroid jenis anaplastik (8,4%); dan kanker tiroid
jenis medular (1,4%). Berdasarkan usia kanker tiroid jenis papilar biasanya pada
pasien yang berusia kurang dari 40 tahun, berbeda dengan kanker tiroid folikular
yang banyak pada usia di atas itu. Sedangkan kanker jenis medular sering ditemukan
pada usia tua (50-60 tahun).1,2
Angka insidensi tahunan kanker tiroid bervariasi di seluruh dunia, yaitu dari
0,5-10 per 100.000 populasi. Karsinoma tiroid ini merupakan jenis keganasan
jaringan endokrin yang terbanyak, yaitu 90% dari seluruh kanker endokrin.
American Cancer Society memperkirakan bahwa sekitar 17.000 kasus baru muncul
setiap tahunnya di Amerika Serikat dan sekitar 1.300 diantaranya mengakibatkan
kematian. Tetapi dengan pengobatan yang adekuat, sekitar 190.000 penderita tetap
dapat hidup normal dan beberapa dapat bertahan lebih dari 40 tahun. Karsinoma
tiroid dapat menyebabkan kematian 10% pada yang berdiferensiasi baik, 50% pada
yang berdiferensiasi buruk dan 100% pada anaplastik.1,2
Modalitas terapi karsinoma tiroid adalah operasi, ablasi iodium radioaktif dan
terapi substitusi/ supresi L-tiroksin. Masing-masing modalitas tersebut didasarkan
atas jenis, besar massa tumor, ada tidaknya metastase dan tingkat risiko untuk
kekambuhan. Karsinoma tiroid umumnya tergolong keganasan yang pertumbuhan
dan perjalanan penyakitnya lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah,
walau sebagian kecil ada yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan prognosis
yang buruk. Tentunya hal ini merupakan tantangan bagi dokter untuk menentukan
secara cepat apakah nodul tersebut jinak atau ganas.3
5
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS (Autoanamnesis & Heteroanamnesis pada tanggal 26 Nopember
2010)
Identitas :
Nama : Ny. J
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. P. Antasari RT 05
Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Tidak sekolah
Status Kawin : Belum Kawin
Masuk Rumah Sakit : 8 Nopember 2010
Keluhan Utama : benjolan pada leher
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada leher yang dirasakan semakin
membesar sejak 3 bulan terakhir, benjolan telah disadari pasien sejak 20 tahun
terakhir namun selama ini hanya berukuran sebesar telur puyuh, tidak nyeri dan tidak
menyebabkan keluhan sehingga pasien tidak pernah memeriksakannya. Dalam 3
bulan terakhir lama kelamaan benjolan dirasakan semakin membesar meskipun tidak
terasa nyeri, sehingga menyebabkan suara pasien mulai serak bahkan hilang, sesak
nafas mulai dirasakan sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, sulit menelan
sehingga tidak bisa makan ataupun minum, tidak ada demam, sering gemeteran tidak
ada, mata melotot tidak ada, jantung berdebar tidak ada, berkeringat banyak tidak
ada, Saat ini pasien mengeluhkan sesak nafas, tidak dapat makan dan minum, batuk
berdahak yang terkadang berdarah dan pusing. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
6
Riwayat Penyakit dahulu :
Riwayat mendapat radiasi pada leher disangkal.
Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disangkal
Riwayat mondok sebelumnya disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dan keluhan serupa
Riwayat Sosio Ekonomi :
Tidak ada tetangga pasien atau orang-orang yang tinggal satu daerah dengan
pasien dengan penyakit yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 26 Nopember 2010)
Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Keadaan sakit : sakit sedang
Tanda Vital
Tekanan Darah : berbaring : 180/100 mmHg; duduk : 160/90
Nadi : 84 x / menit
Pernafasan : 26 x / menit
Suhu tubuh : 37,2 °C
Status Gizi
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 55 kg
Status gizi : Berat badan cukup
Kepala dan leher: konjunctiva pucat (-), sklera ikterik (-), eksoftalmus (-),
pembesaran kelenjar getah bening cervikal (-), massa diregio coli anterior dekstra,
tidak terdapat deviasi trakhea
7
Thoraks :
Paru:
o Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris
o Palpasi : tidak ada pelebaran ICS, fremitus vokal (dekstra =
sinistra)
o Perkusi : sonor di semua lapangan paru
o Auskultasi: vesikuler, wheezing (+) diseluruh lapangan paru
dan tidak ada ronkhi
Jantung:
o Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi: ictus cordis tidak teraba
o Perkusi: batas jantung kanan: para sternal line ICS III dekstra
batas jantung kiri: mid clavicula line ICS V sinistra
o Auskultasi: S1/S2 tunggal reguler, tidak ada gallop, tidak ada murmur
Abdomen:
o Inspeksi: flat
o Palpasi: supel, hepar/ lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
o Perkusi: timpani di seluruh lapangan abdomen
o Auskultasi : bising usus (+ ) normal
Ekstremitas
o Edema: superior (-/-), inferior (-/-)
o Sensorik: superior (+/+), inferior (+/+)
o Motorik : superior (5/5), inferior (5/5)
Status lokalis :
Regio colli anterior dekstra:
o Inspeksi : tampak benjolan diregio coli dekstra ukuran 10 cm x 5 cm,
warna kulit sama dengan sekitarnya, massa tidak ikut bergerak saat
menelan.
8
o Palpasi: tumor berbatas tidak tegas, soliter, permukaan rata,
konsistensi padat keras, terfiksir pada jaringan dibawahnya, tidak ada
nyeri tekan
o Auskultasi : Bruit (-)
Hasil Pemeriksaan FNAB :
Tanggal 13/11/2010 :
Mikroskopik : Hasil FNAB menunjukkan sel-sel epithelial tersebar pada sediaan,
ukuran sel sedang sampai besar, sitoplasma sedikit inti bulat, oval, spindel, bizzare
(polimorfi), eksentrik, kromatin inti kasar diantaranya didapatkan sel-sel raksasa
berinti lebih dari satu.
Latar belakang : eritrosit merata dan massa amorf eosinofil
Kesimpulan : FNAB tiroid, ditemukan sel ganas
Pendapat : Anaplastic giant cell carcinoma thyroid
Foto Ny.J
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
8/11/2010 9/11/2010
Darah Lengkap
-Hb 12.2 11.5
-Ht 38.2 37.0
-Leukosit 18600 22000
-Trombosit 452000 363000
-LED - 25
9
Kimia Darah
-GDS 146 77
-SGOT 15 10
-SGPT 14 13
-Bilirubin total 0.6 0.5
-Bilirubin direct 0.2 0.2
-Bilirubin indirect 0.4 0.2
-Protein total 7.6 7.9
-Albumin 4.3 3.6
-Globulin 3.3 4.3
-Kolesterol 216 204
-Trigliserida 79 121
-Asam urat 3.7
-Ureum 21.3 24.12
-Kreatinin 0.7 0.5
Elektrolit :
-Natrium 141
-Kalium 4.2
-Chloride 103
T3 0.96
T4 8.31
TSH 0.47
10
RADIOLOGIS
Foto Thorax dan soft tissue AP-lateral (tgl 11-11-2010)
a. Foto thorax PA :sinus, diafragma dan cor normalPulmo : corakan bronchovaskuler agak ramai, terutama paracardial hili agaknya banyak ; tidak tampak cavitas, bercak ataupun pleural effusion; tidak tampak kelainan ossa thoracisKESAN : thorax foto dalam batas normal
Foto soft tissue leher AP-Lateral :ada soft tissue swelling pada leher inferior, terutama dextra dengan kalsifikasi didalamnya; ada kalsifikasi pada ligamentum nuchae di posterior vertebra servikal V ; tidak tampak fraktur kompresi, spondylolisthesis ataupun scoliosis pada corpus vertebra servikalesKesan : Soft tissue mass leher inferior, terutama dextra dengan kalsifikasi suspek thyroid mass
11
ELEKTROKARDIOGRAFI
b. Foto thorax PA (tgl 16/112010)sinus, diafragma dan cor normalPulmo : multiple metastase lesi pada parenkim paruKESAN : suspek metastase
Tidak ada kelainan pada hasil EKG.
12
USG Abdomen
DIAGNOSIS
Karsinoma tiroid anaplastik
PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 16 tpm- Inj. Cefotaxim 3x1 gr iv (skin test)- Sanmol tab 3x1- Inj. Ranitidin 2x1 amp iv- Inj. Ondansetron 3x1 amp iv (k/p)- Cek DL,KDL
PROGNOSIS
Dubia ad Malam
Liver, gall bladder, pancreas, spleen, kedua kidney, urinary bladder, uterus dan caecum tidak tampak kelainan. Tidak ada ascites intra abdomen et pelvis.Kesan: tidak tampak kelainan pada organ intra abdomen.
saat ini tidak tampak gambaran metastase
13
FOLLOW UP
Perawatan S O A P
Hari I9/11/2010
Demam(-), nyeri saat menelan (+), saat makan terasa nyeri, suara mengalami perubahan (+)
CM, TD = 150/100 mmHg, N = 80 x/mnt, RR = 20 x /mntT° = 36,8°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)NTE (-)
SNNT
IVFD RL 16 tpmInj. Cefotaxim 3x1 gr ivSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivInj. Ondansetron 3x1 amp ivInj. Antrain 3x1 amp ivDiet lunakPeriksa lab lengkap
Hari II10/11/2010
Nyeri menelan (+), demam (-)
CM, TD = 150/90 mmHg, N = 82 x/mnt, RR = 24 x /mntT° = 36,5°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)NTE (-)BU (+) normal
SNNT
IVFD RL 16 tpmInj. Cefotaxim 3x1 gr ivSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivInj. Ondansetron 3x1 amp ivInj. Antrain 3x1 amp ivDiet lunakR/ FNAB dan thorax foto AP
Hari III11/11/2010
Nyeri menelan (+), batuk berdahak
CM, TD = 140/80 mmHg, N = 80 x/mnt, RR = 20 x /mntT° = 36,8°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Ronki (-/-)Wheezing (-/-)NTE (-)
SNNT
IVFD RL 16 tpmInj. Cefotaxim 3x1 gr ivSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivInj. Ondansetron 3x1 amp ivInj. Antrain 3x1 amp ivDiet lunak
Hari IV12/11/2010
Sulit menelan (+),Batuk (+)
CM, TD = 150/80 mmHg, N = 82 x/mnt, RR = 24 x /mntT° = 36,8°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Ronki (-/-)Wheezing (-/-)NTE (-)
SNNT
IVFD RL 16 tpmInj. Cefotaxim 3x1 gr ivSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivInj. Ondansetron 3x1 amp ivInj. Antrain 3x1 amp ivDiet lunak
Hari V13/11/2010
Sesak (+)
CM, TD = 150/100 mmHg, N = 82 x/mnt, RR = 24 x /mntT° = 36,8°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Ronki (-/-)Wheezing (-/-)NTE (-)
SNNT
IVFD RL 16 tpmInj. Cefotaxim 3x1 gr ivSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivInj. Ondansetron 3x1 amp ivInj. Antrain 3x1 amp ivDiet lunakKonsul PAFNAB
14
Hari VI14/11/2010
Sesak (+), sulit menelan (+), batuk berdahak (+)
CM, TD = 170/100 mmHg, N = 82 x/mnt, RR = 24 x /mntT° = 36,8°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Ronki (-/-)Wheezing (-/-)NTE (-)
SNNT
IVFD RL 16 tpmInj. Cefotaxim 3x1 gr ivSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivInj. Ondansetron 3x1 amp ivInj. Antrain 3x1 amp ivDiet haruan
Hari VII15/11/2010
Sesak (+), sulit menelan (+), batuk berdahak (+), mual(-), muntah (-), sulit tidur (+), pusing (+)
CM, TD = 170/90 mmHg, N = 96 x/mnt, RR = 28 x /mntT° = 36,8°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Ronki (-/-)Wheezing (-/-)NTE (-)
SNNTHasil PA : Ca thyroid
IVFD RL 26 tpmInj. Cefotaxim 3x1 gr ivSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivInj. Ondansetron 3x1 amp ivInj. Antrain 3x1 amp ivDiet haruanCo bedah, advice :Ro thoraxUSG abdomen
a. rencana trakeostomi dengan risiko tinggi jika sesak bertambah (paliatif)
Hari VIII16/11/2010
Sesak (+), sulit menelan (+), batuk berdahak (+), suara serak (+)
CM, TD = 160/90 mmHg, N = 88 x/mnt, RR = 26 x /mntT° = 37°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Ronki (-/-)Wheezing (-/-)Status lokalis : region coli anterior massa padat keras uk Ø 10 cm, ikut menelan (+)
Ca tiroid
IVFD RL 26 tpmInj. Cefotaxim 3x1 gr ivSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivInj. Ondansetron 3x1 amp ivInj. Antrain 3x1 amp ivDiet haruan
Hari XII20/11/2010
Sesak (+), sulit menelan (+), batuk berdahak (+), suara serak (+)
CM, TD = 180/100 mmHg, N = 88 x/mnt, RR = 24 x /mntT° = 37°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Ronki (-/-)Wheezing (+/+)NTE (-)
Ca tiroid
IVFD RL 26 tpmInj. Cefotaxim 3x1 gr ivSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivInj. Ondansetron 3x1 amp ivInj. Antrain 3x1 amp ivDiet haruanInj. dexametason 3x1 amp iv
Hari XV Sesak (+), sulit CM, TD = 180/100 Ca tiroid IVFD RL 26 tpm
15
23/11/2010
menelan (+), batuk berdahak (+), darah (+)suara serak (+), mual (+), muntah (-), makan sedikit
mmHg, N = 96 x/mnt, RR = 28 x /mntT° = 36,8°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Rhonki (-/-)Wheezing (+/+)NTE (+)
Sanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivDiet haruanInj. Dexametason 3x1 amp
Hari XVII26/11/2010
Sesak (+), sulit menelan (+), batuk berdahak , darah (+)(-), suara serak (+), mual (+), muntah (-), makan (-)
CM, TD = 180/100 mmHg, N = 100 x/mnt, RR = 30 x /mntT° = 36,8°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Rhonki (-/-)Wheezing (+/+)NTE (+)
Ca tiroid
IVFD RL 26 tpmSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivDiet haruanInj. Dexametason 3x1 amp Konsul THT utk perbaikan jalan napas
Hari XVIII27/11/2010
Sesak (+), sulit menelan (+), batuk berdahak (+), darah (+), suara serak (+), mual (+), muntah (-), makan (-)
CM, TD = 180/100 mmHg, N = 100 x/mnt, RR = 30 x /mntT° = 36,8°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Rhonki (-/-)Wheezing (+/+)NTE (+)
Ca tiroid IVFD RL 26 tpmSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivDiet haruanInj. Dexametason 3x2 amp
Co ulang ke bedah :Tumor besarTidak memungkinkan utk tindakan trakeostomi
Hari XIX 28/11/2010
Sesak (+), sulit menelan (+), batuk berdahak (+), darah(+), suara serak (+), mual (+), muntah (-), makan (-)
CM, TD = 170/110 mmHg, N = 120 x/mnt, RR = 28 x /mntT° = 36,9°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Rhonki (-/-)Wheezing (+/+)Stridor +NTE (-)
Ca tiroid
IVFD RL 26 tpmSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivDiet haruanInj. Dexametason 3x2 amp iv
Hari XX29/11/2010
Sesak (+), sulit menelan (+), batuk berdahak (-),suara serak (+), mual (+), muntah (-), makan (-)
CM, TD = 170/100 mmHg, N = 80 x/mnt, RR = 28 x /mntT° = 36,8°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Rhonki (-/-)Wheezing (+/+)
Ca tiroid
IVFD RL 26 tpmSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp ivDiet haruanInj. Dexametason 3x2 amp iv
Hari XXI30/11/2010
Sesak (+), sulit menelan (+), batuk berdahak
CM, TD = 160/100 mmHg, N = 82 x/mnt,
IVFD RL 26 tpmSanmol tab 3x1Inj. Ranitidin 2x1 amp iv
16
(-) suara serak (+), mual (+), muntah (-), makan (-)
RR = 28 x /mntT° = 36,8°CAnemi (-/-)Ikterik (-/-)Rhonki (-/-)Wheezing (+/+)
Ca tiroid
Diet haruanInj. Dexametason 3x2 amp iv
Hari XXII1/12/2010
Pukul 01.00 pasien meninggal
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Kelenjar Tiroid
Karsinoma tiroid adalah suatu keganasan (pertumbuhan tidak terkontrol dari
sel) yang terjadi pada kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid berasal dari evaginasi epitelium
farings. Evaginasi ini berjalan turun dari dasar lidah ke daerah leher sampai akhirnya
mencapai letak anatomisnya. Sebagian jaringan tiroid ini kadang tertinggal di
sepanjang lintas tersebut sehingga membentuk duktus thyroglossus. Dalam keadaan
normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10-20 gram.4,5
Kelenjar tirod terletak pada leher, bagian anterior daripada trakea, dan terdiri
dari 2 lobus konikal yang dihubungkan oleh suatu jaringan yang disebut isthmus
tiroid. Kadang-kadang ditemukan juga lobus ke 3, terdapat pada isthmus ke atas atau
di bagian depan larings yang disebut lobus piramidalis. Lobus-lobus ini dibagi atas
septa-septa jaringan ikat fibrous menjadi lobulus-lobulus, yang masing-masing terdiri
dari 30-40 folikel. Kelenjar tiroid ini mengandung banyak pembuluh darah dan
mempunyai kecepatan arus darah yang tinggi.3,4
Gambar 1. Tiroid Manusia1
Kelenjar tiroid berperanan mempertahankan derajat metabolisme dalam
jaringan pada titik optimal. Hormon tiroid merangsang penggunaan O2 pada
kebanyakan sel tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan hidrat arang, dan
sangat diperlukan untuk pertumbuhan serta maturasi normal. Apabila tidak terdapat
18
kelenjar tiroid, orang tidak akan tahan dingin, akan timbul kelambanan mental dan
fisik, dan pada anak-anak terjadi retardasi mental dan dwarfisme. Sebaliknya, sekresi
tiroid yang berlebihan meninbulkan penyusutan tubuh, gugup, takikardi, tremor, dan
terjadi produksi panas yang berlebihan.5,6
3.2 Etiologi
Etiologi yang pasti dari tumor ini belum diketahui; yang berperan khususnya
untuk karsinoma dengan diferensiasi baik (papiler dan folikular) adalah radiasi dan
goiter endemis sedangkan untuk jenis medular adalah faktor genetik. Belum
diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk kanker anaplastik dan medular.
Diperkirakan kanker tiroid anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid
berdiferensiasi baik (papiler dan folikular) dengan kemungkinan jenis folikular dua
kali lebih besar.2,4
3.3 Klasifikasi
Klasifikasi WHO 1988 membedakan neoplasma tiroid menjadi :6,7
1. Tumor-tumor epitelial
o Adenoma folikuler
o Karsinoma papilari
o Karsinoma folikuler
o Karsinoma medulari
o Karsinona undiferensiasi
2. Tumor-tumor non-epitelial
• Limfoma malignan
• Tumor-tumor miselaneous
Adenoma Folikular4
Merupakan neoplasma jinak yang berasal dari epitel folikel. Lesi biasanya
soliter. Tumor ini sulit dibedakan dengan karsinoma folikular pada pemeriksaan
sitologi biopsi jarum halus, maka pendiagnosaannya disebut dengan neoplasma
folikular. Merupakan tumor yang berbatas tegas dan berkapsul jaringan ikat fibrous
19
dengan diferensiasi sel folikel yang menunjukkan gambaran yang seragam. Pada
pemotongan tampak massa yang homogen tapi kadang-kadang disertai perdarahan
dan berkistik. Secara mikroskopis, sel-sel tersusun dalam folikel-folikel yang
mengandung massa koloid dengan dinding kapsulnya yang tebal.
Karsinoma Papilari4,5
Karsinoma papilari adalah jenis keganasan tiroid yang paling sering
ditemukan (75-85%) yang timbul pada akhir masa kanak- kanak atau awal kehidupan
dewasa. Merupakan karsinoma tiroid yang terutama berkaitan dengan riwayat
terpapar radiasi pengion. Tumor ini tumbuh lambat, penyebaran melalui kelenjar
limfe dan mempunyai prognosis yang lebih baik diantara jenis karsinoma tiroid
lainnya. Faktor yang mempengaruhi prognosis baik adalah usia dibawah 40 tahun,
wanita dan jenis histologik dominan papilari. Sifat biologik daripada tumor jenis
papilari ini yakni tumor atau lesi primer yang kecil bahkan mungkin tidak teraba
tetapi metastasis ke kelenjar getah bening dengan massa atau tumor yang besar atau
nyata. Lesi ini sering tampil sebagai nodul tiroid soliter dan biasanya diagnosis dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan sitologi biopsi jarum halus, dengan angka ketahanan
hidup 10 tahun mencapai 95%.
Mikroskopis, karsinoma papilari berupa tumor yang tidak berkapsul dengan
struktur berpapil dan bercabang. Sel karakteristik dengan inti sel yang berlapis-lapis
dan sitoplasma yang jernih. Ada beberapa varian dari karsinoma papilari yaitu
microcarcinoma, encapsulated, follicular, tall-cell, columnar-cell, clear-cell dan
diffuse sclerosing carcinoma. Dua puluh sampai delapan puluh persen berupa tumor
yang multisentrik dan bilateral pada 1/3 kasus.
Karsinoma Folikular4
Karsinoma folikular meliputi sekitar 10-20% keganasan tiroid dan biasa
ditemukan pada usia dewasa pertengahan atau diatas 40 tahun. Pada kasus yang
jarang, tumor ini mungkin hiperfungsional (tirotoksikosis). Insiden karsinoma
folikular meningkat di daerah dengan defisiensi yodium. Diagnosa tumor ini secara
sitologi sulit dibedakan dengan adenoma folikular, diagnosa pasti dengan
pemeriksaan frozen section pada durante operasi atau dengan pemeriksaan
20
histopatologi untuk melihat adanya invasi ke kapsul atau pembuluh darah.
Karsinoma folikular bermetastasis terutama melalui pembuluh darah ke paru, tulang,
hati dan jaringan lunak. Karsinoma folikular diterapi dengan tiroidektomi total
diikuti pemberian iodine radioaktif. Juga karena sel karsinoma ini menangkap
yodium, maka radioterapi dengan Y 131 dapat digunakan dengan pengukuran kadar
TSH sebagai follow up bahwa dosis yang digunakan bersifat supresif dan untuk
memantau kekambuhan tumor. Angka ketahanan hidup 10 tahun mencapai 85%.
Karsinoma Medular4,5
Karsinoma medular meliputi sekitar 5 % keganasan tiroid dan berasal dari sel
parafolikuler, atau sel C yang memproduksi kalsitonin. Karsinoma ini timbul secara
sporadik (80%) dan familial (20%), dimana tumor ini diturunkan sebagai sifat
dominan autosom; apakah berhubungan dengan MEN-2a atau MEN-2b atau
endokrinopati lainnnya. Karsinoma medular terutama ditemukan pada usia 50-60
tahun tetapi pernah juga ditemukan pada usia yang lebih muda bahkan anak.
Penyebarannya terutama melalui kelenjar limfe. Bila dicurigai adanya karsinoma
medular maka perlu diperiksa kadar kalsitonin darah. Angka ketahanan hidup 10
tahun mencapai 40%.
Massa tumor berbatas tegas dan keras pada perabaan, pada lesi yang lebih
luas tampak daerah nekrosis dan perdarahan dan dapat meluas sampai ke kapsul.
Mikroskopis, tampak kelompokan sel-sel bentuk poligonal sampai lonjong dan
membentuk folikel atau trabekula. Tampak adanya deposit amiloid pada stromanya
yang merupakan gambaran khas pada karsinoma tipe medular ini.
Karsinoma Anaplastik4,5
Karsinoma anaplastik tiroid merupakan salah satu keganasan pada manusia
yang paling agresif dan jarang dijumpai yaitu kurang dari 5%. Karsinoma anaplastik
ini berkembang dengan menginfiltrasi ke jaringan sekitarnya. Tumor ini terutama
timbul pada usia lanjut, terutama di daerah endemik gondok dan lebih banyak pada
wanita. Sebagian besar kasus muncul dengan riwayat pembengkakan yang cepat
membesar pada leher, disertai dengan adanya kesulitan bernafas dan menelan, serta
suara serak karena infiltrasi ke nervus rekurens. Pertumbuhannya sangat cepat
21
walaupun diterapi. Metastasis ke tempat jauh sering terjadi, tetapi umumnya
kematian terjadi dalam waktu kurang dari setahun. Angka ketahanan hidup 5 tahun
<5%.
Tampak massa tumor yang tumbuh meluas ke daerah sekitarnya.
Mikroskopis, tampak sel-sel anaplastik (undifferentiated) dengan gambaran
morfologi yang sangat pleomorfik, serta tidak terbentuknya gambaran folikel, papil
maupun trabekula.
3.4 Patogenesis2,6
Tumor dapat berupa nodul lunak, tetapi sering berupa tumor keras.
Adenokarsinoma papiler (60%) biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita
dengan ada sarang ganas di lobus homolateral. Metastasis mula-mula kelenjar limfe
regional dan akhirnya terjadi metastasis hematogen. Umumnya adenokarsinoma
folikular bersifat unifokal, dengan metastasis juga ke kelenjar limfe leher tetapi
kurang sering dan kurang banyak. Karsinoma ini lebih sering menyebar secara
hematogen, antara lain ke tulang dan paru.
Adenokarsinoma anaplastik, yang jarang ditemukan (10%), merupakan tumor
yang agresif, pertumbuhan cepat, dan menyebabkan penyusupan ke jaringan sekitar.
Pada tahap dini terjadi penyebaran hematogen, Penyembuhan jarang dicapai.
Karsinoma anaplastik sering menyebabkan kesulitan bernafas karena penyusupan ke
trakea sehingga terjadi stenosis yang mengakibatkan dispnoe dengan stridor
inspirasi.
Penyusupan karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakea, laring, faring,
esophagus, n.rekurens, pembuluh darah karotis, struktur lain dalam leher dan kulit.
Metastasis limfogen dapat meliputi semua region leher, sedangkan metastasis
hematogen ditemukan terutama di paru, tulang, otak dan hati.
3.5 Manifestasi Klinis
Gejala karsinoma tiroid adalah sebagai berikut :
1. Nodul jinak perlahan, sedang nodul ganas lebih cepat dan nodul anaplastik cepat
sekali (dihitung dalam minggu) tanpa nyeri.
2. Terdapat faktor risiko :
22
a. Masa anak-anak pernah mendapat terapi sinar didaerah leher atau sekitarnya.
b. Anggota keluarga lain menderita kelainan kelenjar gondok
c. Tetangga atau penduduk sekampung ada yang menderita kelainan kelenjar
gondok (endemis)
3. Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher, seperti gangguan menelan
yang menunjukkan adanya desakan esophagus atau perasaan sesak yang
menunjukkan adanya desakan/ infiltrasi ke trakea.
4. Pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher (mungkin metastasis)
5. Penonjolan kelainan pada tulang cranium
6. Perasaan sesak dan batuk-batuk yang disertai dahak berdarah (metastasis di paru-
paru bagi jenis folikuler).2,3,6
3.6 Diagnosis
Pada anamnesis awal, kita berusaha mengumpulkan data untuk menentukan
apakah nodul tiroid tersebut toksik atau non toksik. Biasanya nodul tiroid tidak
disertai rasa nyeri kecuali pada kelainan tiroiditis akut/subakut. Sebagian besar
keganasan pada tiroid tidak memberikan gejala yang berat, kecuali jenis anaplastik
yang sangat cepat membesar bahkan dalam hitungan minggu. Pada pasien dengan
nodul tiroid yang besar, kadang disertai dengan adanya gejala penekanan pada
esofagus dan trakea.4,7
Nodul diidentifikasi berdasarkan konsistensinya keras atau lunak, ukurannya,
terdapat tidaknya nyeri, permukaan nodul rata atau berbenjol-benjol, berjumlah
tunggal atau ganda, memiliki batas yang tegas atau tidak, dan keadaan mobilitas
nodul.6,7
Prosedur diagnostik dari karsinoma tiroid adalah:
1. Anamnesis
a. Pengaruh usia dan jenis kelamin
Apabila nodul tiroid terjadi pada usia dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun
dan jenis kelamin laki-laki mempunyai resiko malignansi lebih tinggi
b. Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala
Radiasi pada masa anak-anak dapat menyebabkan malignansi pada tiroid ± 33-
37 %.
23
c. Kecepatan tumbuh tumor
• Nodul jinak membesar dalam waktu yang tidak terlalu cepat
• Nodul ganas membesar dalam waktu yang cepat
• Nodul anaplastik membesar dengan sangat cepat
• Kista dapat membesar dengan cepat
d. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher
Keluhan gangguan menelan, perasaan sesak, perubahan suara dan nyeri dapat
terjadi akibat desakan dan/atau infiltrasi tumor.
e. Riwayat penyakit serupa pada keluarga3,5,7
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan
konsistensi yang bervariasi dari kistik sampai dengan keras bergantung
kepada jenis patologi anatominya.
b. Perlu diketahui ada atau tidaknya pembesaran kelenjar getah bening regional.
c. Perlu dicari ada tidaknya benjolan pada kalvaria, tulang belakang, klavikula,
sternum, dll, serta tempat metastasis jauh lainnya yaitu paru-paru, hati dan
otak.3,6
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
• Human Thyroglobulin (HTG) ; suatu tumor marker untuk keganasan tiroid ;
jenis yang berdiferensiasi baik, terutama untuk follow up.
• Pemeriksaan kadar FT4 dan TSHS untuk menilai fungsi tiroid
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas
tiroid belum ada yang khusus. Kecuali karsinoma meduler, yaitu pemeriksaan
kalsitonin (tumor marker) dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-
kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tirotoksikosis
walaupun jarang. HTG Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker
terutama pada karsinoma berdiferensiasi baik.Walaupun pemeriksaan ini
24
tidak khas untuk karsinoma tiroid, namun peninggian HTG setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif. 3,7
b. Pemeriksaan radiologis
• Dilakukan pemeriksaan foto paru posterior anterior, untuk menilai ada
tidaknya metastasis, foto polos leher antero-posterior dan lateral dengan
posisi leher hiper ekstensi, bila tumor besar. Untuk melihat ada atau
tidaknya mikrokalsifikasi.
• Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esophagus
• Pembuatan foto tulang dilakukan bila ada tanda-tanda metastasis ke tulang
yang bersangkutan.3,7
c. Pemeriksaan Sidik tiroid
Pemeriksaan sidik tiroid : bila nodul menangkap lebih sedikit dari jaringan
tiroid yang normal disebut nodul dingin (cold nodule), bila sama afinitasnya
maka disebut nodul panas (warm nodule) dan bila afinitasnya lebih maka
disebut nodul panas (Hot nodule).4,6
d. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Diperlukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul posterior yang
secara klinis belum dapat dipalpasi. Disamping itu dapat dipakai untuk
membedakan nodul yang padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk
penuntun dalam tidakan biopsi.4,6
d. Pemeriksaan sitologi BAJAH.
Keberhasilan dan ketepatan hasil BAJAH tergantung atas 2 hal yaitu faktor
kemampuan pengambilan sampel dan faktor ketepatan interpretasi oleh
seorang sitolog sehingga angka akurasinya sangat bervariasi. Ketepatan
pemeriksaan ini pada karsinoma tiroid anaplastik, medulare dan papilare
hampir mendekati 100%, tetapi jenis folikulare hampir tidak dapat dipakai
karena gambaran sitologi untuk adenomatosus goiter, adenoma folikulare dan
adeno karsinoma folikuler adalah sama, tergantung dari gambaran invasinya
ke kapsul dan vaskular yang hanya dapat dilihat dari gambaran histopatologi.7
25
e. Pemeriksaan histopatologi
• Merupakan pemeriksaan diagnostik utama jaringan diperiksa, setelah
ilakukan tindakan lobektomi atau isthmolobektomi
• Untuk kasus inoperabel, jaringan yang diperiksa diambil dari tindakan biopsi
insisi.6
Staging Karsinoma Tiroid
Banyak system staging yang bisa ditemukan dalam literature yang bertujuan
untuk menentukan prognosis penderita dan menentukan agresifitas terapi pada tipe
keganasan tertentu.
Stadium Klinik Berdasarkan Sistem TNM :6
T- (Tumor primer)
• Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
• T0 Tidak didapat tumor primer
• T1 Tumor dengan ukuran 1 cm atau kurang masih terbatas pada tiroid
• T2 Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm namun tidak lebih dari 4cm masih
terbatas pada tiroid
• T3 Tumor dengan ukuran lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid
• T4 Tumor dengan ukuran berapa saja yang telah berekstensi keluar kapsul tiroid,
T4a tumor telah berekstensi keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke: jaringan
lunak subkutan, laring, trakea, esophagus, n.Laringeus recurren atau karsinoma
anaplastik terbatas pada tiroid (intra tiroid) ;
T4b tumor telah menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal atau arteri
carotis atau karsinoma anaplastik berekstensi keluar kapsul (ekstra tiroid).
N- (Kelenjar getah bening regional)
• Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
• N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening
• N1 Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
• N1a Metastasis ke kelenjar getah bening cervical ipsilateral
• N1b Metastasis pada kelenjar getah bening cervical bilateral, midline, contralateral
atau ke kelenjar getah bening mediastinal.
26
M- (Metastasis jauh)
• Mx Metastasis jauh belum dapat dinilai
• M0 Tidak terdapat metastasis jauh
• M1 Terdapat metastasis jauh.
Berdasarkan atas temuan klinis dan klasifikasi TNM, karsinoma tiroid dapat
dibedakan atas beberapa stadium :4
3.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan karsinoma tiroid tergantung pada jenis, penyebaran sel
kanker, ketersedian alat, dan ketersedian sumber daya manusia yang mengerjakanya.
Pada penderita karsinoma thyroid dilakukan tindakan pembedahan yang bisa dikuti
dengan radioterapi tergantung jenis histopatologis dan stadiumnya. Pemeriksaan
27
klinis penting untuk menentukan apakah nodul tiroid tersebut suspek maligna atau
suspek benigna.3,8
Bila nodul tersebut suspected maligna maka akan dibedakan berdasarkan
apakah kasus tersebut operabel atau inoperabel. Bila kasus yang dihadapi inoperabel
maka dilakukan tindakan biopsi insisi dengan pemeriksaan histopatologi secara blok
parafin. Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan radiasi eksterna atau
kemoradioterapi. Bila nodul tiroid suspected maligna tersebut operabel dilakukan
tindakan isthmolobektomi dan pemeriksaan potong beku (VC). Ada 5 kemungkinan
hasil yang didapat:
1. Lesi jinak maka tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi
2. Karsinoma papilare.8,9
Dibedakan atas risiko tinggi dan risiko rendah berdasarkan klasifikasi AMES.
Bila risiko rendah tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi. Bila risiko
tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
3. Karsinoma Folikulare dilakukan tindakan tiroidektomi total
4. Karsinoma Medulare dilakukan tindakan tiroidektomi total
5. Karsinoma Anaplastik.9
Bila memungkinkan dilakukan tindakan tiroidektomi total. Bila tidak
memungkinkan, cukup dilakukan tindakan debulking dilanjutkan dengan radiasi
eksterna atau kemoradioterapi.9
Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan
FNAB/BAJAH. Ada 2 kelompok hasil yang mungkin didapat yaitu :
1. Hasil FNAB suspek maligna, “foliculare Pattern” dan “Hurthle Cell”.
Dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku seperti
diatas.
2. Hasil FNAB benigna.
Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet Thyrax selama 6 bulan kemudian
dievaluasi, bila nodul tersebut mengecil diikuti dengan tindakan observasi dan
apabila nodul tersebuttidak ada perubahan atau bertambah besar.sebaiknya.dilakukan
tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku seperti diatas.9
28
1. Operasi
Bila diagnosis telah ditegakkan dan operabel, operasi yang dilakukan adalah
lobektomi sisi yang patologik (kaplan), atau lobektomi subtotal dengan resiko bila
ganas kemungkinan ada sel-sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya
berupa tiroidektomi total. Bila hasilnya jinak, lobektomi tersebut cukup. Bila ganas,
lobus kontralateral diangkat seluruhnya (tiroidektomi totalis). Dapat pula dilakukan
near total thyroidectomy. Bila dari hasil pemeriksaan kelenjar getah bening dicurigai
adanya metastasis, dilakukan diseksi radikal kelenjar getah bening pada sisi yang
bersangkutan. Komplikasi-komplikasi operasi antara lain terputusnya nervus
laringeus superior, hipoparatirodisme, dan ruptur esofagus.10
2. Radiasi
Bila tumor sudah inoperabel atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus
kontralateral, dilakukan :
a. Radiaoactive Iodine (RAI)
Hanya tumor-tumor berdeferensiasi baik yang mempunyai afinitas terhadap
I131 terutama yang folikular. Radiasi interna dilakukan dengan syarat jaringan tiroid
normal yang afinitasnya lebih besar harus dihilangkan dulu dengan operasi atau
ablasio dengan pemberian I131 dosis yang lebih tinggi sehingga jaringan tiroid normal
29
rusak semua, baru sisa I131 bisa merusak jaringan tumor. Radiasi interna juga
diberikan pada tumor-tumor yang telah bermetastasis atau terdapat sisa tumor.
b. External – beam Radiotherapy (EBRT)
Memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor-tumor inoperabel atau
anaplastik yang tidak berafinitas I131. Sebaiknya dengan sinar elektron 15 – 20 MW
dengan dosis 4000 rad. Sumsum tulang harus dilindungi. Radiasi eksterna diberikan
juga untuk terapi paliatif bagi tumor yang telah bermetastasis.10
3.8 Prognosis
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa umur, jenis kelamin, ukuran
tumor, jenis histopatologis, invasi lokal, keterlibatan KGB regional, metastase jauh
dan kadar thyroglobulin (Tg) merupakan faktor prognostik yang sangat penting
untuk penderita tiroid.3,7
Prognosis pasien dengan karsinoma tiroid berdiferensiasi baik tergantung
pada umur (semakin buruk dengan bertambahnya umur), adanya ekstensi
(menurunkan survival rate 20 yahun dari 91% menjadi 46%); adanya lesi metastasis
(menurunkan survival rate 20 tahun dari 90% menjadi 46%); diameter tumor dan
jenis histopatologi (pada papilar survival rate 20 tahunnya 93% dan folikular survival
rate 20 tahunnya 83%). Prognosis juga tergantung pada luasnya invasi pada waktu
pembedahan. Prognosis untuk tumor dengan invasi minimal adalah sangat baik.
Dengan invasi yang lebih luas secara progresif menjadi jelek. Dengan invasi yang
lebih luas kelangsungan hidup 5 tahun 65,7%. Secara keseluruhan angka kematian
pada 5 tahun adalah 70%. Kematian terjadi pada penyakit lokal atau komplikasi dari
metastase jauh.4
\
BAB IV
TEORI DAN ANALISA KASUS
Anamnesis
30
TEORI FAKTA PASIENa. Pengaruh usia dan jenis kelamin
Apabila nodul tiroid terjadi pada usia
dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun
dan jenis kelamin laki-laki mempunyai
resiko malignansi lebih tinggi
b. Pengaruh radiasi di daerah leher
dan kepala : Radiasi pada masa anak-
anak dapat menyebabkan malignansi
pada tiroid ± 33-37 %.
c. Kecepatan tumbuh tumor
• Nodul jinak membesar dalam waktu
yang tidak terlalu cepat
• Nodul ganas membesar dalam waktu
yang cepat
• Nodul anaplastik membesar dengan
sangat cepat bahkan dalam hitungan
minggu
• Kista dapat membesar dengan cepat
d. Riwayat gangguan mekanik di
daerah leher : Keluhan gangguan
menelan, perasaan sesak, perubahan
suara dan nyeri dapat terjadi akibat
desakan dan/atau infiltrasi tumor.
e. Riwayat penyakit serupa pada
keluarga
a. usia pasien saat ini adalah 57 tahun,
nodul awalnya disadari sejak ± 20 tahun
lalu sebesar telur puyuh
jenis kelamin : perempuan
b. riwayat radiasi pada leher disangkal
c. nodul yang awalnya sebesar telur puyuh
dalam 3 bulan terakhir membesar
progresif
d. pembesaran nodul menyebabkan pasein
sulit untuk menelan, suara menjadi serah
bahkan hilang dan sejak tiga minggu
terakhir pasien mulai mengeluh sesak
nafas, keluhan nyeri tidak ada.
Dari anamnesis didapatkan adanya beberapa keluhan yang mendukung pada
suatu diagnosis malignansi pada nodul tiroid yang tidak berdiferensiasi yaitu Pasien
saat ini berumur 57 tahun datang dengan keluhan utama adanya benjolan pada leher
31
sebelah kanan. Benjolan ini dialami penderita sejak sekitar ± 20 tahun yang lalu.
Awalnya benjolan berukuran kecil sebesar telur puyuh, namun dalam 3 bulan
terakhir benjolan membesar secara progresif sehingga menyebabkan gejala-gejala
gangguan mekanis seperti perubahan pada suara menjadi serak bahkan menghilang,
kesulitan dalam menelan makanan sehingga pasien sulit makan ataupun minum dan
menimbulkan perasaan sesak, sesak bertambah berat jika pasien berbaring sehingga
menyebabkan pasien tidur dalam posisi setengah duduk. Hal ini menandakan adanya
pembesaran nodul yang menyebabkan desakan/infiltrasi ke trakea.
Riwayat takikardi, tremor, eksoftalmus, insomnia, sensitif terhadap suhu
dingin, hiperhidrosis, nafsu makan menurun, penurunan berat badan disangkal oleh
penderita. Hal ini menandakan tidak adanya gejala-gejala klinis hipertiroid.
Dari riwayat keluarga tidak ada anggota keluarga/saudara yang menderita
penyakit yang serupa dengan pasien. Dan pasien tinggal bukan pada daerah yang
endemis tiroid dimana tidak tidak ada tetangga atau penduduk sekampung di sekitar
lingkungan pasien yang mengalami pembesaran kelenjar tiroid seperti pasien. Pada
anamnesis juga didapatkan adanya keluhan batuk berdahak yang disertai darah, hal
ini dapat menjadi suatu pertanda adanya metastase pada paru-paru.
Pemeriksaan Fisik
TEORI FAKTA PASIENa. Pada tumor primer dapat berupa suatu
nodul soliter atau multipel konsistensi
nodul keras dan melekat pada
jaringan sekitar.
b. pembesaran kelenjar getah bening
regional.
c. Perlu dicari ada tidaknya benjolan
pada kalvaria, tulang belakang,
klavikula, sternum, dll, serta tempat
metastasis jauh lainnya yaitu paru-
paru, hati dan otak.
a. Nodul didapatkan di regio colli anterior
dekstra berukuran ± 10 cm, tumor
berbatas tidak tegas, soliter, permukaan
rata, konsistensi padat keras, terfiksir
pada jaringan dibawahnya, tidak ada
nyeri tekan
b. tidak didapatkan pembesaran pada
kelenjar getah bening regional ataupun
benjolan pada kalvaria, tulang belakang,
klavikula, sternum.
32
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya nodul yang sesuai gambaran suatu
malignansi pada nodul tiroid yaitu nodul soliter yang berbatas tidak tegas dengan
konsistensi padat keras dan terfiksir pada jaringan sekitar. Pada palpasi tidak
didapatkan nyeri tekan dan juga tidak didapatkan adanya pembesaran kelenjar getah
bening regional pada daerah leher ataupun daerah lainnya.
Pemeriksaan Penunjang
TEORI FAKTA PASIEN
a. Pemeriksaan laboratorium
• Human Thyroglobulin tumor
marker untuk keganasan tiroid
jenis yang berdiferensiasi baik,
terutama untuk follow up.
• Pemeriksaan kadar FT4 dan TSHS
untuk menilai fungsi tiroid
b. Pemeriksaan radiologis
• foto thoraks posterior anterior,
untuk menilai ada tidaknya
metastasis, foto polos leher antero-
posterior dan lateral dengan posisi
leher hiper ekstensi, bila tumor
besar. Untuk melihat ada atau
tidaknya mikrokalsifikasi.
• Esofagogram dilakukan bila secara
klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esophagus
• Pembuatan foto tulang dilakukan
bila ada tanda-tanda metastasis ke
tulang yang bersangkutan
a. Pemeriksaan kadar T3, T4 dan
TSH dalam batas normal
b. Pemeriksaan foto thoraks PA
didapatkan adanya gambaran
multiple metastase pada
parenchyma paru yang mengarah
pada suatu metastase malignansi
Pada foto soft tissue leher AP
lateral didapatkan adanya Soft
tissue mass leher inferior, terutama
dextra dengan kalsifikasi suspek
thyroid mass
c. USG abdomen tidak didapatkan
kelainan
d. Pemeriksaan FNAB :
Mikroskopik : sel-sel epithelial
tersebar pada sediaan, ukuran sel
sedang sampai besar, sitoplasma
sedikit inti bulat, oval, spindel,
bizzare (polimorfi), eksentrik,
kromatin inti kasar diantaranya
33
c. Ultrasonografi (USG)
untuk mendeteksi nodul yang kecil
atau nodul posterior yang secara
klinis belum dapat dipalpasi dan
membedakan nodul yang padat dan
kistik
d. Pemeriksaan sitologi BAJAH/FNAB
Pada karsinoma jenis anaplastik:
Mikroskopis, tampak sel-sel
anaplastik (undifferentiated) dengan
gambaran morfologi yang sangat
pleomorfik, serta tidak terbentuknya
gambaran folikel, papil maupun
trabekula.
e. Pemeriksaan histopatologi
didapatkan sel-sel raksasa berinti
lebih dari satu.
Latar belakang : eritrosit merata dan
massa amorf eosinofil.
Kesimpulan : FNAB tiroid,
ditemukan sel ganas
Pendapat : Anaplastic giant cell
carcinoma thyroid
Dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebagian sudah sesuai dengan
teori. Dari beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pemeriksaan sitologi
dari BAJAH nodul tiroid merupakan suatu langkah pertama yang harus dilakukan
dalam proses diagnosis. Dari hasil pemeriksaan BAJAH didapakan adanya suatu
anaplastic giant cell carcinoma thyroid. Gharib dkk melaporkan bahwa BAJAH
mempunyai sensitifitas sebesar 83% dan spesifitas 92%. Bila BAJAH dikerjakan
dengan baik, akan menghasilkan angka negatif palsu hampir mendekati 1%.
Pemeriksaan BAJAH merupakan pemeriksaan yang mempunyai akurasi cukup tinggi
bila dibandingkan klinis dan USG (73.6%).
Dari pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan adanya abnormalitas fungsi
tiroid baik hiper/hipotiroid. Abnormalitas fungsi tiroid tidak dengan sendirinya
meghilangkan kemungkinan keganasan. Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk
keganasan tiroid cukup sensitive tetapi tidak spesifik, karena peningkatan kadar
tiroglobulin juga ditemukan pada tiroiditis, penyakit Graves dan adenoma tiroid.
34
Pemeriksaan kadar tiroglobulin sangat baik untuk memonitor kekambuhan
karsinoma tiroid pasca terapi.
Pada pemeriksaan foto thoraks yang pertama dilakukan pada tanggal 11
nopember 2010 tidak didapatkan kelainan ataupun gambaran metastase pada paru,
namun pada foto thoraks pada tanggal 16 nopember 2010 didapatkan adanya
gambaran multiple metastase pada parenkim paru yang mengarah pada adanya suatu
metastase dari malignansi. Pada foto polos leher antero-posterior dengan metode soft
tissue technique didapatkan adanya suspek thyroid mass dimana tampak soft tissue
mass inferior pada leher, terutama dextra dengan kalsifikasi.
Pemeriksaaan USG pada nodul tiroid tidak dapat menentukan jinak atau
ganas, tetapi dapat membantu mengarahkan dugaan nodul tiroid tersebut cenderung
jinak atau ganas. USG pada evaluasi awal nodul tiroid dilakukan untuk menentukan
Ukuran nodul, banyaknya nodul, struktur ekografi (solid, kistik atau campuran),
ekogenisiti (iso-, hiper- atau hipoekoik), ada tidaknya kalsifikasi, batas lesi dan
bentuk pembuluh darah.. Pemeriksaan USG juga untuk menentukan multinodularitas
yang tidak teraba dengan palpasi, khususnyapada indi vidu dengan riwayat radiasi
pengion pada daerah kepala dan leher. Pemeriksaaan USG pada nodul tiroid tidak
dilakukan pada pasien ini. Pada pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan USG
abdomen untuk mencari ada tidaknya gambaran metastase malignansi, namun setelah
dilakukan USG abdomen tidak didapatkan adanya gambaran metastase ataupun
kelainan yang lain. Beberapa pemeriksaan penunjang yang tidak dilaksanakan pada
pasien ini adalah pemeriksaan sidik tiroid dan pemeriksaan histopatologi disebabkan
karena pasien telah meninggal sebelum direncanakan pemeriksaan tersebut.
Diagnosa
Secara klinis nodul tiroid dicurigai ganas apabila didapatkan pada usia
dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun, adanya riwayat radiasi daerah leher sewaktu
anak-anak, didapatkan adanya gangguan mekanik berupa disfagia, sesak nafas atau
perubahan suara, nodul soliter, pertumbuhan cepat, konsistensi keras, ada
pembesaran kelenjar getah bening leher dan ada tanda-tanda metastasis jauh.
Fakta Teori
35
Karsinoma tiroid anaplastik T4aN0M1 Diagnosa ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis : didapatkan beberapa
faktor risiko yang mengarah pada
suatu keganasan tiroid yaitu usia
diatas 50 tahun, kecepatan tumbuh
tumor yang sangat cepat, dimana
awalnya hanya sebesar telur puyuh
dan dalam waktu 3 bulan menjadi
berukuran dengan Ø 10 cm.
b. Pemeriksaan fisik : ditemukan
kelenjar tiroid kanan membesar,
konsistensi padat keras, tidak ada
nyeri tekan, permukaan rata, soliter,
batas tak tegas. Pembesaran kelenjar
getah bening regional tidak
didapatkan.
c. Pemeriksaan Penunjang : ‘
foto thorax : didapatkan adanya
multiple metastase pada parenkim
paru
foto soft tissue leher : didapatkan
adanya gambaran kalsifikasi
suspek thyroid mass
FNAB : Anaplastic giant cell
carcinoma thyroid
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan radiologi, biopsi aspirasi jarum halus maka diagnosis pada pasien ini
adalah karsinoma tiroid anaplastik stadium T4aN0M1. Untuk menegakkan diagnosis
karsinoma tiroid pada pasien ini beberapa hal telah sesuai dengan tata cara
36
penegakkan diagnosis pada nodul tiroid yaitu pemeriksaan laboratorium, radiologis
dan sitologi BAJAH, namun ada beberapa pemeriksaan yang belum dilakukan yaitu
pemeriksaan USG tiroid, sidik tiroid dan histopatologi.
Penatalaksanaan
Tindakan awal yang harus dilakukan adalah membedakan kasus tersebut
apakah operable atau inoperable. Pada pasien ini setelah dilakukan sitologi BAJAH
dan didapatkan kesimpulan adanya suatu Anaplastic giant cell carcinoma thyroid.
Pada karsinoma anaplastik bila memungkinkan dilakukan tindakan tiroidektomi total.
Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan tindakan debulking (mengurangi jumlah
keseluruhan jaringan tumor dengan pembedahan) dilanjutkan dengan radiasi eksterna
atau kemoradioterapi. Terapi dengan radiasi diberikan pada keadaan tumor yang
tidak dapat dioperasi lagi atau setelah operasi masih tersisa jaringan tumor. Radiasi
juga diberikan pada keadaan ketika sudah terdapat penyebaran kanker ke tulang,
paru, dan organ lainnya serta pada jenis anaplastik.
Teori Fakta
- tiroidektomi total
- radiasi interna dengan I131 atau
radiasi eksterna dengan sinar
electron 15 – 20 MW dilanjutkan
kemoterapi
- IVFD RL 16 tpm- Inj. Cefotaxim 3x1 gr iv (skin test)- Sanmol tab 3x1- Inj. Ranitidin 2x1 amp iv- Inj. Ondansetron 3x1 amp iv (k/p)- Cek DL,KDL
Pada pasien ini hanya diberikan terapi suportif untuk mengatasi gejala yang
terjadi pada pasien seperti pemasangan iv line denga pemberian cairan ringer laktat,
pemberian antipiretik, ranitidine injeksi intravena, ondansetron injeksi intravena bila
perlu. Pada pasien ini setelah dilakukan pemeriksaan sitologi BAJAH dan
dikonsultasikan pada spesialis bedah untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih
lanjut telah dinyatakan bahwa tumor inoperable. Pilihan terapi selanjutnya adalah
dengan radiasi interna dengan agen radioaktif I131 atau dengan radiasi eksterna
37
(External-beam Radiotherapy) dengan sinar elektron 15 – 20 MW dengan dosis 4000
rad dengan harus melindungi sumsum tulang.
Pada perjalanan penyakitnya pasien mengalami sesak yang semakin
bertambah berat dan kemudian dikonsultasikan untuk mendapat tindakan perbaikan
jalan napas dengan trakeostomi namun tindakan tersebut juga tidak dapat dilakukan
karena berisiko tinggi mengalami sesak yang bertambah berat dan juga karena
ukuran tumor yang besar dan perlekatan dengan struktur sekitar yang berisiko pula
menyebabkan komplikasi tindakan tersebut.
Tindakan yang diberikan pada pasien ini untuk tindakan awal sementara
sudah tepat dengan pemberian terapi suportif dan setelah didapatkan hasil sitologi
BAJAH pasien dikonsultasikan pada spesialis bedah untuk mendapatkan terapi yang
lebih lanjut, namun karena kondisi yang sudah inoperable dan adanya kondisi klinis
yang semakin memburuk pasien akhirnya meninggal sebelum direncanakan adanya
pemberian terapi selanjutnya yang sesuai dengan diagnosis pada pasien tersebut.
Prognosis
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam, karena terdiagnosis sebagai
karsinoma tiroid jenis anaplastik yang telah mulai tampak adanya metastase pada
paru-paru, berdasarkan adanya klinis batuk yang disertai darah dan gambaran
metastase pada parenkim paru pada foto thoraks pasien . Penyakit ini merupakan
suatu keganasan tiroid yang berdiferensiasi buruk dan termasuk tumor yang
pertumbuhannya sangat agresif, dengan tingkat kematian mencapai 100%.
Berdasarkan laporan diatas didapatkan diagnosis suatu karsinoma tiroid jenis
anaplastik stadium T4aN0M1 dimana dalam hal penegakan diagnosis telah sesuai
dengan langkah-langkah penegakkan diagnosis adanya suatu nodul tiroid, meskipun
beberapa pemeriksaan tidak dilakukan disebabkan keterbatasan alat dan pasien
meninggal sebelum mendapatkan pemeriksaan yang lebih lanjut. Penatalaksanaan
hanya berupa tindakan suportif sementara untuk membantu meredakan gejala namun
karena kasus yang sudah inoperable pasien seharusnya mendapat terapi lanjutan
dengan radioterapi namun karena kondisi klinis yang semakin memburuk pasien
lebih dahulu meninggal sebelum direncanakan untuk terapi selanjutnya.
BAB V
38
PENUTUP
Kesimpulan
1. Diagnosa pada pasien ini adalah Karsinoma tiroid anaplastik stadium T4aN0M1.
Berdasarkan pemeriksaan radiologis didapatkan gambaran metastase pada
parenkim paru.
2. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan tambahan lengkap yang menunjang
ke arah diagnostik secara menyeluruh. Seperti tidak dilakukannya pemeriksaan
USG tiroid dan pemeriksaan histopatologi.
3. Penatalaksanaan karsinoma tiroid yang didapatkan oleh pasien ini hanya bersifat
suportif dan tidak dilakukan terapi definitif berupa radioterapi.
Saran
1. Anamnesa, pemeriksaan fisik dan terutama pemeriksaan penunjang yang
dilakukan terhadap pasien seharusnya dilakukan secara holistik dan optimal
sehingga diagnosa dapat lebih ditegakkan sesuai dengan masalah yangg dihadapi
pasien.
2. Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan diagnosis yang didapatkan dengan
memperhatikan keadaan umum dan pertimbangan pasien dan keluarga.
3. Bagi dokter muda agar memfollow-up pasien secara rutin serta menyeluruh
sehingga dapat membantu dalam proses kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
39
1. Wikipedia, the free encyclopedia. Goitre. (Online) : 2009 (http://www.en.wikipedia.org, dikases 23 Nopember 2010)
2. Lee, Stephanie L., Goitre Non Toxic. (Online) : 2004 (http://www.emedicine.com/med/topic919.htm , diakses 23 Nopember 2010)
3. Scteingart, D., Penyakit Kelenjar Tiroid : Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Editor Price, S. Wilson , Edisi 4, Buku 2, EGC, Jakarta, 1995 : 1070 – 1081
4. Widjosono ,G., Sistem Endokrin : Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor Syamsuhidayat, R.Jong, WB, Edisi Revisi, EGC,Jakarta, 1997 : 925 – 952
5. Kariadi, KS., Sumual, A., Struma Nodosa Non Toksik & Hipertiroidisme: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Penerbit FKUI, Jakarta, 1996 : 757 – 778
6. De Loris, L., Kelenjar Tyroid :,Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor Ganong, W. Edisi 20, EGC, jakarta, 2002 : 305-319
7. Dedivitis, RA., Tyroid, Paratyroid, And Adrenal : Schwartz’s Principles Of Surgery. Editor Brunicardi, C. ,Eight Edition. The McGraw-Hill Companies, 2007
8. Farrndon, C., Glandula Thyroiea : Buku Ajar Bedah, Bagian I, Editor Sabiston, D., EGC, Jakarta, 1995 : 415 – 430
9. Masjhur, J., Nodul Tiroid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III.. Editor Sudoyo ,A. dkk. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006 : 1975-1980
10. Lukitto P, Manoppo A, Azamris, et al. Protokol Penatalaksanaan Tumor/Kanker
Tiroid. Dalam : Protokol 3 2003. Jakarta : Perhimpunan ahli bedah onkologi
Indonesia. 2003. 17-30