laporan magang vedca revisi 2

73
Kultur Jaringan 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan terus berkembang. Dinamika ini menuntut para pendidik – guru normatif maupun guru produktif untuk selalu meningkatkan dan menyesuaikan Kompetensinya. Hal ini agar para pendidik mampu mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan, metode dan teknik pembelajaran terkini. Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru. Salah satu proses yang dimaksud adalah melalui Pendidikan dan Pelatihan. Magang guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan upaya dan proses pengembangan dan pemberdayaan guru melalui peningkatan kompetensi yang bersifat profesional development bukan academic development secara continuous dan sustainable. Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 20 Tahun 2005 tantang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menuntut reformasi guru Proposal Magang Guru Page 2

Upload: tina-andriyani-agih

Post on 11-Jul-2016

250 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kultur jaringan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai substansi materi ajar maupun

piranti penyelenggaraan terus berkembang. Dinamika ini menuntut para pendidik

– guru normatif maupun guru produktif untuk selalu meningkatkan dan

menyesuaikan Kompetensinya. Hal ini agar para pendidik mampu

mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan

menggunakan berbagai pendekatan, metode dan teknik pembelajaran terkini.

Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran

penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Profesi guru perlu

dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional

guru. Salah satu proses yang dimaksud adalah melalui Pendidikan dan Pelatihan.

Magang guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan upaya dan

proses pengembangan dan pemberdayaan guru melalui peningkatan kompetensi

yang bersifat profesional development bukan academic development secara

continuous dan sustainable.

Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 20 Tahun

2005 tantang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 tentang Guru

dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi

yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun

sosial.

Teknologi pertanian dari waktu ke waktu berkembang cukup pesat, tentunya hal

ini harus disikapi dengan bijak oleh kami khususnya sekolah yang bergerak dalam

bidang pertanian sehingga peserta didik dapat terus mengikuti perkembangan

teknologi pertanian untuk lebih sinergis, penuh nuansa baru yang mengarah

kepada penambahan ilmu pengetahuan baru yang disampaikan sangatlah penting

guna menambah wawasan, dan pengetahuan sesuai tuntutan standardisasi

sertifikasi guru.

Proposal Magang Guru Page 2

Page 2: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

Salah satu teknologi pertanian yang sedang berkembang saat ini adalah Kultur

Jaringan. Kultur jaringan pada saat ini sangat berperan dalam memajukan bidang

pertanian dan perkebunan. Di bidang pertanian, kultur jaringan telah mampu

menciptakan tumbuhan-tumbuhan yang memiliki sifat unggul, seperti tahan

terhadap hama, produksi panen yang lebih banyak, dan waktu panen yang lebih

singkat. Tumbuhan yang memiliki sifat unggul tersebut dapat diperoleh melalui

rekayasa genetika, yaitu dengan memasukkan gen-gen yang memiliki sifat yang

dikehendaki pada tumbuhan tersebut.

Sejalan dengan hal tersebut maka akhirnya penyusun melalui Badan Penyuluhan

dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian

Pertanian dapat melaksanakan Magang di Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (PPPPTK) yang

berlokasi di Jalan Raya Jangari Km 14 Cianjur, Jawa Barat – Indonesia dari

tanggal 24 Juni – 5 Juli 2013.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

a. Meningkatkan kompetensi guru dalam wawasan, pengetahuan, sikap

dan keterampilan kejuruan pertanian sesuai dengan tuntutan

masyarakat/dunia industri sehingga dapat menjadi guru produktif dan

profesional.

b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis di bidang kultur

jaringan tanaman.

1.2.2 Tujuan Magang

a. Agar dapat mengenal konsep dasar kultur jaringan, laboratorium, alat

dan bahan, pembuatan media kultur, Sterilisasi alat dan bahan, eksplan

(bagian tanaman yang akan di kultur);

b. Agar dapat memahami mengenai eksplan, hormon dan praktek inisiasi

(persiapan) eksplan, pembuatan larutan stok hormon;

c. Agar dapat memahami berbagai teknik kultur jaringan, praktek sub

kultur;

Proposal Magang Guru Page 3

Page 3: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

d. Agar dapat melakukan praktek kultur jaringan;

e. Agar dapat memahami proses aklimatisasi dan melakukan praktek

aklimatisasi, kultur seni dan penjelasan biaya perencanaan produksi.

f. Agar dapat mensosialisasikan kepada peserta didik manfaat dari

kultur jaringan;

Proposal Magang Guru Page 4

Page 4: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

BAB II. PELAKSANAAN

2.1. Profil Institusi Tempat Magang dan Daftar Nama Fasilitator

2.1.1. Profil Institusi Tempat Magang

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(PPPPTK)atau dahulu dikenal dengan nama PPPG Pertanian pendiriannya dirintis

sejak tahun 1974 dengan dibentuknya Proyek Penataran Guru. Langkah

berikutnya dilakukan kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai

tahun 1976. Akhirnya pada tahun 1984 ditandatangani LOAN ADB No. 675-INO

Port A, antara Pemerintah Indonesia dengan tim ADB, sebagai realisasi bantuan

pinjaman ADB melalui proyek PPKT IV Jakarta.

Proposal Magang Guru Page 5

Page 5: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

PPPG Pertanian atau sekarang dikenal dengan nama PPPPTK Pertanian

diresmikan pada tanggal 9 Maret 1991, namun secara institusi lahir pada tanggal

14 Agustus 1990 dengan diterbitkannya SK Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan No. 0529/0/1990.

Saat ini PPPPTK Pertanian merupakan sub sistem dari Badan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan,

Kementerian Pendidikan Nasional, yang memiliki tugas mengembangkan sumber

daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan di bidang pertanian, kelautan dan

kimia.

Visi Tahun 2025 :

“Meraih kualitas hidup yang lebih baik melalui pembentukan insan

profesional”

Makna dari pernyataan tersebut adalah “insan yang memiliki pengetahuan,

keterampilan yang didukung oleh sifat dan kepribadian yang menggandrungi

keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, selalu ingin

berubah menjadi lebih baik, berwawasan global, inovatif, kreatif, dan produktif

untuk meraih kualitas hidup yang lebih baik.” Pencapaian Visi tahun 2025

dilakukan melalui lima (5) tahap.

Pada periode tahun 2010 – 2014

merupakan tahap ke dua (2).

Visi Tahun 2014 :

“Terselenggaranya layanan prima

pendidikan dan pelatihan dalam

membentuk insan profesional”

Yang dimaksud dengan layanan diklat yang prima adalah : Mutu pengelolaan,

berstandar internasional dengan menggunakan standar manajemen ISO yang

Proposal Magang Guru Page 6

Page 6: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

selalu ditingkatkan secara terus menerus (Continous improvement). Materi diklat

Relevan dengan kebutuhan peningkatan kompetensi PTK dan relevan dengan

kebutuhan pengembangan daerah, serta mengandung muatan yang berkaitan

dengan kesepakatan global Akses layanan merata untuk seluruh wilayah/daerah di

Indonesia Tersedia bagi seluruh unsur pendidikan (PTK dan asosiasi profesi)

Layanan dalam proses diklat dilakukan secara cepat, tepat, dan memuaskan

pelanggan.

Misi Tahun 2014 :

1. Meningkatkan mutu dan relevansi layanan diklat

2. Meningkatkan pemerataan dan perluasan akses layanan diklat

3. Meningkatkan sistem pengelolaan lembaga yang menjamin

terselenggaranya layanan diklat yang prima.

Tata Nilai Aspek manusia merupakan tata nilai yang dianut dan disepakati oleh

seluruh anggota organisasi, yang harus dijadikan motto bagi seluruh anggota

organisasi dalam bekerja dan berhubungan satu sama lainnya.

Tata nilai yang telah dianut dan akan terus dipertahankan adalah “Versatile,

dedicate, and care”. Tata nilai ini memiliki nilai-nilai yang luhur, namun didalam

implementasinya masih banyak yang belum sesuai dengan makna dari nilai-nilai

tersebut. Oleh karena itu sejak tahun 2010  nilai-nilai tersebut telah menjadi fokus

perhatian yang terus dikembangkan dalam bentuk program dan kegiatan yang

realistis dan terukur.

PPPTK Pertanian telah sepakat menggunakan nilai-nilai lembaga sebagai berikut

berikut : “Versatile-Dedicate-Care” atau disingkat “VEDCA”. Makna yang

terkandung pada nilai-nilai tersebut adalah :

Versatile : Cakap : Bekerja iklas, cerdas, berhasil dan tuntas Profesional :

Kompeten, jujur, menggandrungi keunggulan.

Dedicate : Loyal : Konsisten terhadap pekerjaan Disiplin : Tepat waktu dan taat

peraturan Tanggung jawab : Memiliki komitmen terhadap pekerjaan

Proposal Magang Guru Page 7

Page 7: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

Care : Peduli : Tanggap terhadap kondisi, kebutuhan dan kepentingan lembaga

dan masyarakat

PPPTK Pertanian/Vedca adalah lembaga diklat yang sudah memiliki Sertifikat

ISO 9001:2008 dan telah berhasil mengembangkan laboratorium standar nasional

yang memenuhi persyaratan kompetensi laboratorium pengujian sesuai ISO

1725:2005 dan memperoleh akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN)

nomor LP-223-IDN.

Saat ini laboratorium pengujian Mutu VEDCA sudah bisa menerima peserta untuk

uji kompetensi berdasarkan sertifikat yang diakreditasi oleh Lembaga Sertifikasi

Profesi Tenaga Laboratorium Penguji (LSP-TELAPI) nomor: 2- TELAPI /

IX/08/022. Unit Kerja Teknis yang dimiliki PPPPTK pertanian/Vedca yaitu:

1) Departemen Agribisnis Tanaman

2) Departemen Agribisnis Peternakan

3) Departemen Agribisnis Perikanan

4) Departemen Mekanisasi Pertanian dan Penangkapan Ikan

5) Departemen Manajemen, Teknologi dan Informasi Pendidikan

6) Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia

7) Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

Pengalaman Teknis Produksi:

1) Dibidang Produksi Tanaman antara lain:  produksi tanaman pangan, sayuran,

tanaman hias dan tanaman perkebunan.

2) Dibidang Peternakan antara lain: produksi unggas petelur, unggas pedaging,

sapi perah dan sapi potong, domba, kambing dan rusa.

3) Dibidang Perikanan antara lain: produksi,  pembibitan dan pembesaran ikan

konsumsi, ikan hias, ketang dan rumput laut.

4) Dibidang Pengolahan hasil antara lain: produksi bahan pangan hewani dan

nabati.

5) Dibidang Alat Pertanian antara lain: produksi alat perontok padi, mixer,

pengering dan lain-lain.

Proposal Magang Guru Page 8

Page 8: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

Vedca offers various expertise’s on training, product and consultancies

Alamat :

Jl. Jangari Km 14 P.o Box 138  Sukajadi, Karangtengah, Cianjur

Jawa Barat  43201

Telp. +62263-285003     Fax. +62263-285026

Website: www.ve dca.siap.web.id   

e-mail:[email protected]/[email protected]

2.1.2. Daftar Nama Fasilitator

Berikut ini daftar Materi Diklat yang dilaksanakan pada Diklat Magang Kultur

Jaringan dan Nama Nara Sumber / Fasilitator :

No Materi Diklat Fasilitator/Nara SumberA Program Umum

1. Kebijakan pengembangan PTK Ir. Siswoyo, M.Si2. Orientasi Program Drs. Soni Suseno, M.MPd

B Program Pokok1. Kultur Jaringan Ir. Heru Sugito, MP2. Penyiapan Laboratorium dan

PeralatanIr. Arinto Nugroho, MT

3. Pembuatan Larutan Stock Ir. Atat Budiarta, MP4. Pembuatan Media Tanam Ir. Heru Sugito, MP5. Inisiasi Eksplan Ir. Arinto Nugroho, MT6. Penanaman Kultur Ir. Susilowati EW, MP7. Pemeliharaan Kultur Ir. Etty Ekawati, MP8. Aklimatisasi Planlet Sukamto, SP. MP9. Studi Banding Bambang Sujatmiko

SuwandiC Program Penunjang

1. Pembukaan dan Penutupan Drs. Soni Suseno, M.MPd2. Evaluasi Penyelenggaraan Aat Kusmiati

2.2 Struktur Kegiatan Pembelajaran, Waktu Efektif dan Tempat Kegiatan

Magang

2.2.1. Struktur Kegiatan Pembelajaran

Proposal Magang Guru Page 9

Page 9: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

Struktur kegiatan Pembelajaran magang Guru produktif bidang Kultur Jaringan

yang dilaksanakan dapat dilihat sebagai berikut :

STRUKTUR PROGRAM

DIKLAT/MAGANG GURU PRODUKTIF BIDANG KULTUR JARINGAN

BPPSDM PERTANIAN TAHUN 2013

No Materi Program Jam Fasilitator/Nara SumberA Program Umum 3

1. Kebijakan pengembangan PTK

2 Ir. Siswoyo, M.Si

2. Orientasi Program 1 Drs. Soni Suseno, M.MPdB Program Pokok 89

1. Kultur Jaringan 6 Ir. Heru Sugito, MP2. Penyiapan Laboratorium dan

Peralatan8 Ir. Arinto Nugroho, MT

3. Pembuatan Larutan Stock 10 Ir. Atat Budiarta, MP4. Pembuatan Media Tanam 12 Ir. Heru Sugito, MP5. Inisiasi Eksplan 15 Ir. Arinto Nugroho, MT6. Penanaman Kultur 10 Ir. Susilowati EW, MP7. Pemeliharaan Kultur 10 Ir. Etty Ekawati, MP8. Aklimatisasi Planlet 10 Sukamto, SP. MP9. Studi Banding 8 Bambang Sujatmiko

SuwandiC Program Penunjang 4

3. Pembukaan dan Penutupan 2 Drs. Soni Suseno, M.MPd4. Evaluasi Penyelenggaraan 2 Aat Kusmiati

Total 96

Deskripsi Materi

1) Kebijakan Pendidikan Nasional

Berisi tentang kebijakan dan implementasi regulasi terkait dengan

peningkatan mutu pendidikan, terutama di sekolah. Hal ini dipayungi oleh

Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, Pemaparan tentang Standar

Pendidikan Nasional, dan sebagainya;

2) Pengantar Kultur Jaringan (PK)

Proposal Magang Guru Page 10

Page 10: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

Pengertian Kultur Jaringan dan perkembangannya, kelebihan, kelemahan dan

manfaat kultur jaringan tanaman, keselamatan kerja di laboratorium kultur

jaringan;

3) Penyiapan Laboratorium dan Peralatan (PL)

Ruangan, peralatan dan pengoperasian peralatan kultur jaringan

4) Pembuatan Larutan Stock (LS)

Cara Pembuatan larutan stock untuk media;

5) Pembuatan Media Tanam (PM)

Komponen dan formula media tanam, menghitung keutuhan media tanam,

pembuatan media tanam, sterilisasi media tanam;

6) Inisiasi Eksplan (PN)

Pengertian eksplan, bagian tanaman yang biasa dijadikan bahan eksplan,

menyiapkan ekspan siap tanam

7) Penanaman Kultur (PE)

Cara melakukan penanaman in-vitro, cara melakukan penggandaan,

meregenerasi, dan menginduksi perakaran;

8) Pemeliharaan Kultur (PH)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan eksplan;

9) Aklimatisasi Planlet (AK)

Mengidentifikasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) tanaman.

2.2.2. Waktu Efektif dan Tempat Kegiatan Magang

Kegiatan magang ini dilakukan mulai tanggal 24 Juni – 5 Juli 2013 atau setara

dengan 96 jam @ 45 menit. Kegiatan ini bertempat di PPPPTK (VEDCA)

Cianjur. Jadwal kegiatan terdapat pada lampiran.

2.3 Pelaksanaan Magang

Pelaksanaan kegiatan magang ini secara garis besar mengikuti alur berikut :

Proposal Magang Guru Page 11

Page 11: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

Dalam pelaksanaannya, strategi pembelajaran kultur jaringan ini menggunakan

metode partisipatif, yaitu melibatkan peserta magang dalam proses belajar.

Metode ini diterapkan dengan teknik, antara lain : brainstorming, diskusi dan

praktik/kerja kelompok maupun individu. Metode ini sangat efektif, karena

membuat suasan belajar menjadi lebih menyenangkan, interaktif dan

memudahkan kami untuk menguasai teori dan keterampilan praktik kultur

jaringan.

Pada Hari Minggu, 30 Juni 2013, kami melakukan kunjungan sebagai upaya

mengurangi tingkat kejenuhan ke : Perkebunan Tanaman Anggrek “ Rumah

Bunga Anggrek Rizal” yang berlokasi di daerah Lembang Kabupaten Bandung

Barat. Perusahaan ini bergerak dalam bidang budidaya tanaman hortikultura,

termasuk di dalamnya anggrek.

Proposal Magang Guru Page 12

REGISTRASITiba dilokasiMenempati asramaMengumpulkan Berkas AdministrasiPEMBUKAANPeresmian magangORIENTASI PROGRAMTujuan MagangStrategi PembelajaranHak dan kewajiban pesertaSistem PelayananMATERI POKOKPengantar kultur jaringan, Penyiapan lab dan alat, pembuatan larutan stock, pembuatan emedia tanam, inisiasi eksplan, penanaman kultur, aklimatisasi planletKUNJUNGAN"Rumah Bunga Anggrek" di LembangEVALUASI DAN PENUTUPAN

Page 12: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

Pada hari terakhir setelah semua materi pokok kami terima, dilanjutkan dengan

evaluasi penyelenggaraan. Evaluasi ini dimaksudkan sebagai penjaringan data

untuk memperoleh gambaran tingkat pelayanan dan kepuasan pelanggan bagi

penyelenggara.

2.4 Pengetahuan dan Keterampilan yang Sudah Dikuasai

2.4.1 Tinjauan Pustaka

Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh-kembangkan baigan

tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi aseptik secara in

vitro. Teknik ini dicirikan oleh kondisi yang aseptik, penggunaan media kultur

buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT (zat pengatur tumbuh), serta

kondisi ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol.

Berdasarkan bagian tanaman yang dikulturkan, secara lebih spesifik terdapat

beberapa tipe kultur, yaitu kultur kalus, kultur suspensi sel, kultur akar, kultur

pucuk /tunas, kultur embrio, kultur ovul, kultur anter dan kultur kuncup bunga.

Namun, semua jenis kultur tersebut sering disebut dalam istilah umum, yaitu

kultur jaringan.

Kemajuan yang dicapai dalam meregenerasikan tanaman secara in vitro, dari sel

atau bagian tanaman ternyata berdampak luas bagi kemajuan bidang pertanian.

Aplikasi kultur jaringan di bidang pertanian menurut Murashige (komunikasi

personal) meliputi hal sebagai berikut :

1. Produksi tanaman bebas patogen.

2. Produksi bahan-bahan farmasi.

3. Pelestarian plasma nutfah.

4. Pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika.

5. Perbanyakan klonal tanaman dengan cepat.

Proposal Magang Guru Page 13

Page 13: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

Dalam pemuliaan tanaman, teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk

keperluan sebagai berikut :

1. Menyimpan plasma nutfah dengan perlakuan suhu rendah (5 – 15oC) dan

menyimpan kultur secara kryogenik (cryopreservation) dengan fasilitas

nitrogen cair.

2. Menyelamatkan embiro, yaitu dengan mengulturkan embrio muda secara

in vitro.

3. Memperbanyak klonal tanaman dari galur tetua yang ditujukan untuk

produksi benih hibrida.

4. Memproduksi tanaman haploid dengan kultur anter, pollen atau

mikrospora, dan kultur ovul untuk menghasilkan tanaman haploid dan

galur murni.

5. Mendeteksi dan menginduksi keragaman somaklonal dalam kultur sel,

kalus embriogenik dan tanaman regeneran dengan sistem seleksi yang

diarahkan untuk karakter agronomi tertentu.

6. Memanipulasi kulutr protoplas seperti fusi protoplas.

7. Merekayasa genetik tanaman.

Dibandingkan dengan perbanyakan tanaman secara konvensional, perbanyakan

tanaman secara kultur jaringan mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut :

1. Untuk memperbanyak tanaman tertentu yang sulit atau sangat lambat

diperbanyak secara konvensional. Perbanyakan tanaman secara kultur

jaringan menawarkan peluang besar untuk menghasilkan jumlah bibit

tanaman yang banyak dalam waktu relatif singkat sehingga lebih

ekonomis.

2. Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan tidak memerlukan tempat

yang luas.

3. Teknik perbanyakan tanaman secara kultur jaringan dapat dilakuakan

sepanjang tahun tanpa bergantung pada musim

4. Bibit yang dihasilkan lebih sehat.

5. Memungkinkan dilakukannya manipulasi genetik.

Proposal Magang Guru Page 14

Page 14: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

Walaupun banyak kelebihannya, teknik ini juga mempunyai beberapa kelemahan

sebagai berikut :

1. Dibutuhkan biaya awal yang relatif tinggi untuk laboratorium dan bahan

kimia.

2. Dibutuhkan keahlian khusus untuk melaksanakannya.

3. Tanaman yang dihasilkan berukuran kecil, aseptik dan terbiasa hidup di

tempat yang berkelembaban tinggi sehingga memerlukan aklimatisasi ke

lingkungan eksternal.

2.4.2 Prinsip Dasar Kultur Jaringan Tanaman

A. Mengetahui Teori Totipotensi Sel

Teori totipotensi sel dikemukakan oleh Schwan dan Schleiden pada tahun 1838,

menurut teori ini, setiap sel tanaman hidup mempunyai informasi genetik dan

perangkat fisiologis yang lengkap untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi

tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Pada saat itu, sel tanaman mampu

berkembang menjadi tanaman utuh masih merupakan hipotesis. Banyak usaha

untuk membutktikannya mengalami kegagalan, yang mungkin disebabkan oleh

keterbatasan pengetahuan mengenai nutrisi dan hormone tanaman pada masa itu.

Pada tahun 1920-an, kultur organ secara terus-menerus dalam satu media berhasil

dilakukan, tetapi hal ini belum membuktikan kebenaran teori totipotensi. Pada

pertengahan tahun 1930-an teori tersebut dapat dibuktikan. Keberhasilan

pembuktian teori totipotensi ini diduga berkat penemuan auksin, yaitu IAA dan

NAA.

B. Memahami Konsep Skoog dan Miller

Pada tahun 1957, Skoog dan Miller mengemukakan bahwa regenerasi tunas dan

akar in vitro dikontrol secara hormonal oleh ZPT sitokinin dan auksin.

Organogenesis adalah proses terbentuknya organ seperti tunas atau akar, baik

secara langsung dari permukaan eksplan atau secara tidak langsung melalui

pembentukan kalus terlebih dulu.

Proposal Magang Guru Page 15

Page 15: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

C. Memahami Sifat Kompeten, Dediferensiasi, dan Determinasi

Sifat kompeten, dediferensiasi dan dterminasi sel atau jarigan eksplan sangat

penting agar terjadi organogenesis atau embriogenesis pada eksplan. Suatu sel

atau jaringan dikatakan kompeten jika sel atau jaringan tersebut mampu

memberikan tanggapan terhadap signal lingkungan atau signal hormonal. Bentuk

tanggapannya berupa pemrograman diri yang mengarah ke proses organogenesis

atau embriogenesis. Eksplan yang dikondisikan di lingkugnan dengan

penambahan ZPT yang cocok akan menjadi kompeten untuk membentuk organ

atau embrio. Istilah lain proses ini adalah induksi (inductive event).

D. Memahami Tata cara Perbanyakan Tanaman

Tata cara pembiakan tanaman secara kultur jaringan dapat dibagi menjadi

beberapa tahap yang berurutan sebagai berikut :

1. Tahap 0, memilih dan menyiapkan tanaman induk untuk eksplan.

2. Tahap 1, inisiasi kultur atau culture establishment.

3. Tahap 2, multiplikasi atau perbanyakan propagul (bahan tanaman yang

diperbanyak seperti tunas atau embrio).

4. Tahap 3, mempersiapkan untuk transfer propagul ke lingkungan eksternal

yaitu pemanjangan tuns, induksi, dan perkembangan akar.

2.4.3 Laboratorium Kultur Jaringan dan Alat-alat Kultur Jaringan

Penataan Laboratorium Kultur Jaringan disesuaikan dengan langkah-langkah

dalam prosedur kultur jaringan dan alat-alat yang diperlukan. Pembagian ruangan

dalam laboratorium kultur jaringan adalah sebagai berikut :

A. Ruang Persiapan

Ruang ini dipergunakan untuk mempersiapkan media kultur dan bahan

tanaman yang akan dipergunakan, sebagai tempat mencuci alat-alat

Proposal Magang Guru Page 16

Page 16: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

laboratorium, dan tempat untuk menyimpan alat-alat gelas. Sesuai dengan

fungsinya, maka di-ruangan ini terdiri dari :

1. Hot plate dengan magnetic stirer

2. Oven

3. Pengukur pH, dapat berupa pH meter, atau kertas pH indikator

4. Autoklaf

5. Kompor gas

6. Tempat cuci

7. Labu takar, gelas piala, erlenmeyer, pengaduk gelas, spatula, petridish,

pipet, botol kultur, pisau scapel.

8. Ember

9. Tempat sabun cuci

10. Keranjang plastik

B. Ruang Transfer/Tanam

Ruang transfer merupakan ruang di mana pekerjaan aseptik dilakukan.

Dalam ruangan ini dilakukan kegiatan isolasi tanaman, sterilisasi dan

penanaman eksplan dalam media. Ruangan ini sedapat mungkin bebas dari

debu dan hewan kecil, serta terpisah dan tersekat dengan ruangan lain.

Penggunaan AC sangat dianjurkan dalam ruangan ini. Ruang transfer

dilengkapi peralatan sebagai berikut :

1. Laminar air flow cabinet, bisa juga enkas

2. Alat-alat diseksi; pisau bedah/scapel, pinset, spatula, dan gunting.

3. Hand sprayer yang berisi alkohol 70 %

4. Lampu bunsen

5. Termo-hygrometer

6. Dehumidifier

Proposal Magang Guru Page 17

Page 17: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

C. Ruang Kultur/Inkubasi

Merupakan ruang yang paling besar dibanding dengan ruangan yang

lain. Ruangan ini harus dijaga kebersihannya dan sedapat mungkin dihindari

terlalu banyak keluar masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan.

Ruangan ini berisi :

1. Rak-rak kultur yang berfungsi untuk menampung botol-botol kultur yang

berisi tanaman. Rak ini juga dilengkapi dengan lampu-lampu sebagai

sumber cahaya bagi tanaman kultur.

2. AC

3. Termo-hygrometer (Pengukur suhu dan kelembapan)

4. Timer yang digunakan untuk menghidup-kan dan mematikan lampu

secara otomatis.

D. Ruang stok/media jadi

Ruangan ini berfungsi sebagai ruang untuk menyimpan media tanam

yang sudah di autoklaf. Ruang stok sebaiknya dingin dan gelap, serta

kebersihannya harus dijaga. Media tanam akan diinkubasi pada ruang ini

selama 3 hari sebelum digunakan. Hal ini untuk mengetahui kondisi media

tanam apakah steril atau ter-kontaminasi jamur/bakteri. Apabila media

terkontaminasi, sebaiknya segera dikeluar-kan dan diautoklaf selama 1 jam

pada tekanan 0.14 Mpa.

E. Ruang Timbang/Bahan Kimia

1. Timbangan analitik dengan ketelitian 2 – 4 angka dibeakang koma

2. Spatula/sendok bahan kimia

3. Rak penyimpanan bahan kimia

4. Rak penyimpanan alat-alat laboratorium

5. Magnetik stirer

6. Kulkas

Proposal Magang Guru Page 18

Page 18: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

2.4.3 Menyiapkan Media

A. Komponen Media dan Fungsinya

Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan

tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah

diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman

yang dikulturkan. Media kultur tersebut, fisiknya dapat berbentuk cair atau padat.

Media berbentuk padat menggunakan pemadat media, seperti agar-agar atau

gelrite. Komponen media kultur yang lengkap sebagai berikut.

1. Aquades

Air yang digunakan untuk membuat media harus benar-benar berkualitas tinggi,

karena air meliputi lebih dari 95% komponen media. Terhambatnya pertumbuhan

tanaman yang dikulturkan dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas air yang

digunakan. Untuk kepentignan penelitian, sebaiknya digunakan air distilata

(aquades) atau air distilata ganda (aquabides). Sementara itu, untuk kepentingan

komersial, sebaiknya digunakan aquades atau setidaknya air bebas ion. Air sumur

sebaiknya tidak digunakan karena mengandung terlalu banyak kontaminasi bahan

inorganik, organik atau mikroorganisme. Karena itu, sebuah laboaratorium kultur

jaringan layaknya mempunyai alat penyulingan air (water distillator) atau

setidaknya alat pembuat air bebas ion (deionizer). Cara kerja distilator dalam

menghasilkan air distilata adalah dengan cara mengubah air menjai uap air,

kemudian mengondensasikan uap air tersebut. Maka, jadilah air distilata yang

tidak lagi berisi mineral atau senyawa organik.

2. Hara Makro dan Mikro

Kebutuhan nutrisi mineral untuk tanaman yang dikulturkan secara in vitro pada

dasarnya sama dengan kebutuhan hara tanaman yang ditumbuhkan di tanah,

meliputi hara-hara makro dan mikro. Hara makro adalah hara yang dibutuhkan

tanaman dalam jumlah banyak, sedangkan hara mikro dibutuhkan tanaman dalam

Proposal Magang Guru Page 19

Page 19: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

jumlah sedikit. Hara makro meliputi N, P, K, Ca, Mg dan S, sedangkan hara

mikro meliputi Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo dan Co. untuk melarutkannya dalam air,

unsur-unsur hara tersebut harus dalam bentuk garam. Khusus Fe, biasanya

diberikan dalam bentuk FeSO4, dibutuhkan agen pengelat berupa Na2EDTA.

Bentuk lain sumber besi adalah NaFeEDTA.

3. Gula

Gula digunakan sebagai sumber energi dalam media kultur, karena umumnya

bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju

fotosintesis sangat rendah. Gula yang paling sering digunakan adalah sukrosa.

Untuk itu, gula pasir yang digunakan sehari-hari dapat dipakai karena

mengandung 99,9% sukrosa. Glukosa dan fruktosa dapat digunakan, tetapi

harganya lebih mahal dan hasilnya tidak selalu lebih baik daripada sukrosa.

Konsentrasi sukrosa yang digunakan berkisar 1 – 5% (10 – 50 g/l), tetapi untuk

kebanyakan pengulturan, 2 – 3% sukrosa umumnya merupakan konsentrasi yang

optimum.

4. Vitamin dan Bahan Organik Lain

Vitamin, asam amino dan bahan organik lain seperti mioinositol merupakan

komponen media yang berpengaruh baik terhadap pertumbuhan kultur. Vitamin

yang sering digunakan dari kelompok vitamin B, yaitu tiamin-HCl (vitamin B1),

piridoksin-HCl (Vitamin B6), asam nikotinak dan riboflavin (vitamin B2). Dari

ketiga vitamin ini, yang terpenting adalah tiamin. Vitamin C, seperti asam sitrat

dan asam askorbat, kadang-kadang digunakan sebagai antioksidan untuk

mencegah atau mengurangi pencokelatan atau penghitaman (broning) eksplan.

Asam amino sebagai sumber nitrogen organik relatif jarang diperlukan, karena

sumber nitrogen utama dalam media biasanya NO3 dan NH4. Namun, jika

diperlukan sebagai sumber nitrogen organik, asam amino yang sering digunakan

adalah L-glutamin, asam aspartat, L-Arginin, dan glisin. Glisin dalam jumlah

Proposal Magang Guru Page 20

Page 20: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

sedikit (2 mg/l) juga sering digunakan untuk melengkapi bahan vitamin sebagai

sumber bahan organik. Senyawa lain yang sering digunakan sebagai sumber

nitrogen tambahan dalam media kultur di antaranya kasein hidrolisat, laktalbumin

hirolisat, tripton, dan peptone.

Mio-inositol atau meso-inositol merupakan heksitol (gula alkohol berkarbon

enam) sering digunakan sebagai salah satu komponen media yang penting, karena

terbutki merangsang pertumbuhan jaringan yang dikulturkan. Mio-inositol dapat

digunakan pada konsentrasi 10 – 5.000 mg/l, tetapi paling efektif pada konsentrasi

100 mg/l.

5. Bahan Suplemen Alami (Complex Adenda)

Bahan-bahan suplemen alami, seperti jus tomat, jus jeruk, air kelapa, ekstrak malt,

ekstrak ragi, kentang, dan bubur pisang, kadang-kadang digunakan sebagai

penambah media, terutama jika zat-zat yang sudah terindentifikasi belum dirasa

cukup untuk pertumbuhan kultur. Bahan-bahan ini dipercaya merupakan sumber

berbagai asam amino, peptide, vitamin dan zat pengatur tumbuh alami. Walaupun

belakangan ini penggunaan bahan suplemen alami semakin berkurang karena

semakin majunya penelitian tentang komposisi senywa anorganik, asam amino

dan ZPT dalam media, suplemen alami tertentu seperti bubur pisang (banana

homogenate) dan air kelapa masih biasa digunakan untuk megulturkan berbagai

jenis anggrek.

6. Zat pengatur tumbuh

Salah satu komponen media yang menentukan keberhasilan kultur jaringan adalah

jenis dan konsentrasi ZPT yang digunakan. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung

pada tujuan dan tahap pengulturan. Contohnya, pada pengulturan untuk

menumbuhkan dan menggandakan tunas aksilar atau merangsang tumbuhnya

tunas-tunas adventif, ZPT yang digunakan adalah sitokinin atau campuran

sitokinin dengan auksin rendah. Jenis sitokinin yang sering dipakai adalah BA

(benziladenin) karena efektivitasnya tinggi dan harganya relatif murah. Sitokinin

Proposal Magang Guru Page 21

Page 21: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

jenis lain yang dapat digunakan adalah kinetin (futuril-aminopurin) dan 2-iP.

Namun, kedua jenis sitokinin ini harganya lebih mahal dan efektivitasnya lebih

rendah daripada BA. Penggunaan sitokinin BA, kinetin, dan 2-iP sering berkisar

pada konsentrasi 0,5 – 10 mg/l. Jenis sitokinin lain yang bukan turunan adenine

adalah thidiazuron. Thidiazuron mempunyai efektivitas lebih tinggi atau

setidaknya sama dengan BA, tetapi di Indonesia relatif sulit diperoleh dan

harganya sangat mahal.

Pengulturan untuk merangsang pembentukan akar pada tunas, biasanya

menggunakan ZPT auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk pengakaran

in vitro adalah IBA dan NAA, karena efektivitasnya tinggi dan harganya relatif

murah.

7. Bahan Pemadat Media

Eksplan yang dikulturkan harus selalu bersinanggungan atau terkena medianya,

tetapi tidak tenggelam sehingga aerasinya baik. Media kultur bisa berbentuk cair

atau padat. Jika berbentuk cair, kultur harus selalu digoyangkan dengan shaker

agar aerasi yang baik tetap terjaga. Jika tidak digoyang atau dikocok, eksplan akan

tenggelam seluruhnya, sehingga kondisi anaerobik dapat menyebabkan kematian.

Jika medianya padat, diperlukan bahan pemadat media. Idealnya, bahan pemadat

media harus dapat disterilisasi dengan autoklaf. Juga gel yang terbentuk tidak

dapat dicerna oleh enzim-enzim tanaman dan tidak bereaksi dengan komponen

media kultur. Pemadat media yang sering digunakan adalah agar-agar.

Agar adalah campuran berbagai polisakarida dari galaktosa yang diekstrak dari

ganggang laut, terutama Gellidium amansii dan ganggang lain dari golongan

Rodhopyta. Umumnya, agar dapat membentuk gel atau memadat pada suhu 40 –

45oC dengan titik cair 80 – 90oC. bentuk cair atau padat dari agar bersifat dapat

balik. Kemampuan agar dalam memadatkan media tergantung pada cara

pengekstrakannya dari ganggang dan pH larutan media sebelum diautoklaf.

Dalam larutan media dengan pH rendah (kurang dari 4,5), gel yang terbentuk oleh

Proposal Magang Guru Page 22

Page 22: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

agar sangat encer, sedangkan larutan dengan pH tinggi (lebih dari atau sama

dengan 5,5) akan berbentuk padat.

Jenis agar-agar yang sering digunakan dalam penelitian kultur jaringan adalah

Difco-bacto agar, Difco-purified agar, dan Taiyo agar (TCagar). Agar-agar untuk

kue yang tersedia di pasar dari berbagai merek dapat digunakan tanpa efek yang

merugikan, walalupun konsentrasi penggunaannya sedikit berbeda. Konsentrasi

agar dalam media lazimnya berkisar 6 – 10 g/l.

Pemadat media lain yang semakin banyak disukai adalah GelriteTM (buatan

Kelco). Gelrite adalah gellan gum, suatu hetero-polisakarida yang dihasilkan

bakteri Pseudomonas elodea, terdiri dari molekul-molekul K-glukuronat,

rhamnosa, dan selobiosa. Sebagai bahan pemadat media, Gelrite memiliki sifat-

sifat yang menguntungkan sebagai berikut :

1. Gelnya lebih jernih.

2. Untuk memadatkan media dibutuhkan lebih sedikit daripada agar, sekitar

1,5 – 3 g/l.

3. Lebih murni dan konsisten dalam kualitas.

4. Kemampuan gelrite memadatkan media tidak tergantung pada pH, tetapi

pada adanya partikel-partikel solute, seperti garam-garam mineral.

Salah satu kelemahan Gelrite adalah cenderung menyebabkan kenaikan

kelembapan nisbi (RH) dalam kultur, sehingga sering menyebabkan terjadinya

vitrifikasi. Gelrite jarang digunakan untuk produksi plantlet secara komersial,

tertutama di Indonesia, karena harganya mahal.

B. Membuat Larutan Stock

Larutan stok adalah larutan berisi satu atau lebih komponen media yang

konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi komponen tersebut dalam

formulasi media yang akan dibuat. Larutan stok bisa dibuat dengan konsentrasi

10, 100 atau 1.000 kali lebih pekat. Jika larutan stok sudah dibuat, pembuatan

Proposal Magang Guru Page 23

Page 23: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

media dapat dilakukan dengan mengambil sejumlah larutan stok, sehingga

konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang terdapat dalam formulasi media yang

dikehendaki.

Tujuan pembuatan larutan stok adalah untuk menghindari penimbangan yang berulang-

ulang setiap kali membuat media. Disamping itu, kadang-kadang timbangan untuk

menimbang bahan-bahan dalam jumlah yang sangat kecil tidak tersedia di laboratorium.

Larutan stok sebaiknya disimpan di tempat yang bersuhu rendah dan gelap. Pembuatan

larutan stok selengkapnya dapat dibaca pada bahan ajar Pembuatan Larutan Stok.

Pada prinsipnya pembuatan larutan stok harus mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Masa kadaluarsa

Larutan stok baik makro maupun mikro tidak dianjurkan untuk dipakai lebih dari 2

bulan, sedangkan stok vitamin masa pemakaiannnya sebaiknya tidak melebihi 2

minggu. Oleh karena itu stok yang dibuat harus habis sebelum melewati batas

kadaluarsanya

2. Konsentrasi/kepadatan larutan

Larutan stok yang dibuat terlalu pekat dikhawatirkan akan mudah membentuk

endapan-endapan yang menyebabkan berkurangnya konsentrasi senyawa-senyawa

pada larutan stok tersebut

3. Volume wadah

Untuk menghemat tempat penyimpanan larutan stok di dalam kulkas, kita dapat

membuat larutan stok pada wadah yang lebih kecil dengan tetap memperhatikan

kejenuhan/kepekatan larutan.

4. Pengelompokan ion sejenis/senama

Pengelompokkan stok juga didasarkan pada jenis ion senama, mengingat adanya ion

senama membuat senyawa-senyawa yang dilarutkan stabil dalam bentuk ion-ion.

Proposal Magang Guru Page 24

Page 24: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

C. Menghitung Kebutuhan Media dan Larutan Stok

Kebutuhan media dan larutan stok diartikan sebagai kebutuhan akan jumlah bahan media

dan larutan stok yang harus dipenuhi pada waktu yang diperlukan pada beberapa

macam/tahap kegiatan kultur jaringan. Kebutuhan media ini dapat dibedakan atas

kebutuhan per kegiatan kultur jaringan per satuan waktu tertentu dan kebutuhan untuk

total kegiatan kultur jaringan per satuan waktu tertentu. Kebutuhan media dan larutan

stok ini ditentukan oleh sejumlah faktor:

1. Jumlah dan jenis bibit yang akan diproduksi

Makin banyak bibit yang akan diproduksi, makin banyak kebutuhan media yang harus

disediakan per satuan waktu tertentu. Antar jenis bibit yang satu dengan yang lainnya

akan berbeda dalam hal kebutuhan media.

2. Jenis media yang dipilih

Pemilihan formula/resep akan menentukan jumlah dan jenis kebutuhan media, mengingat

komposisi formula pada setiap formula tidak sama. Kebutuhan bahan untuk pembuatan

media MS relatif lebih besar per komponen media dibandingkan formula yang lain.

Formula media MS juga kadang-kadang disesuaikan dengan kebutuhan kultur, misalnya

ada yang memodifiasi menjadi ½ MS, dan lain-lain.

3. Metoda kultur jaringan yang dipilih

Metode kultur jaringan dapat dibedakan atas: metoda perbanyakan tunas samping

(aksilar), metoda perbanyakan tunas adventif (langsung dan tidak langsung), dan metoda

embriogenesis (langsung dan tidak langsung). Tiap-tiap metode yang dipilih tentu akan

berbeda dalam hal penggunaan media.

4. Frekuensi penggandaan propagul

Makin banyak propagul yang diperbanyak makin banyak kebutuhan media.

Proposal Magang Guru Page 25

Page 25: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

5. Cara pengakaran kultur

Ada dua cara pengakaran kultur: cara in-vitro dan ex-vitro. Pengakaran secara in vitro

akan membutuhkan media untuk media pengakaran. Pada pengakaran ex vitro, media

yang digunakan dapat menggunakan media pembibitan.

Tabel 1. Formulasi media MS (Murashige dan Skoog, 1962) dan pengelompokan

senyawa kimia dalam pembuatan larutan stok.

Nama StokSenyawa

dalam Larutan stok

Konsentrasi dalam Media

MS (mg/l)

Larutan Stok (mg/l)

Volume Larutan Stok yang

Dibutuhkan per Liter Media (ml)

Makro(10x)

NH4NO3

KNO3

MgSO47H2OKH2PO4

1.6501.900370170

16.50019.003.7001.700

100

Ca (100x) CaCl22H2O 440 44.000 10Mikro A(100x)

HB3O3

MnSO4.2H2OZnSO4.7H2O

6,216,98,6

6201.690860

10

Mikro B(1.000x)

KlNa2MoO47H2OCuSO45H2OCoCl2.6H2O

0,830,250,0250,025

8302502525

1

Fe (100x) FeSO47H2ONa2EDTA

27,837,3

2.7803.730

10

Vitamin(1.000x)

Tiamin-HClPiridoksin-HClAsam nikotinatGlisin

0,10,50,52,0

100500500

2.000

1

Mio-inositol(50x)

Mio-inositolSukrosa

10030.000

5.000Tidak dibuat larutan stok

20

Nama ZPT BANAAIAAAgar-agar

Sesuai kebutuhan

7.000 – 8.000

100100100

Tidak dibuat larutan stok

Sesuai kebutuhan

Proposal Magang Guru Page 26

Page 26: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

Perhitungan kebutuhan media dan larutan stok untuk melengkapi tabel di atas adalah

sebagai berikut:

1. Kebutuhan bahan-bahan untuk 10 liter media MS (kolom 2) = 10 x bobot

bahan-bahan media MS (mg/l) pada Tabel 1. Contoh: KNO3 = 1900 mg x 10

= 19.000 mg

2. Volume pengambilan stok untuk setiap pembuatan media 1 liter menggunakan

rumus:

V1 x M1 = V2 x M2

dimana: - V1 adalah volume stok yang dicari

M1 adalah kosentrasi larutan stok

V2 adalah Volume larutan stok

M2 adalah kosentrasi yang diinginkan

Contoh: banyaknya (volume) stok mikro besi (Fe-EDTA) yang diambil untuk

membuat 1 l media sebagai berikut.

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 278 = 100 x 27,8

V1 X 278 = 10 ml

D. Mencampur Komponen Media

1. Membuat Larutan Stok

Bahan dan Alat

1. Bahan-bahan kimia komponen larutan stok A – H

o Stok makro A-E

Proposal Magang Guru Page 27

Page 27: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

o Stok mikro

o Stok Fe

o Stok vitamin

2. Aquades

3. Timbangan analitik

4. Hot plate dan stirer

5. Sendok bahan dan spatula

6. Labu takar atau gelas ukur 100 ml, 500 ml, 1000 ml

7. Gelas piala

Langkah Kerja

1. Inventarisir jenis-jenis stok dan komponen-komponennya yang tersedia

2. Timbanglah bahan-bahan komponen yang terdapat pada setiap larutan stok

dengan menggunakan timbangan analitik sesuai hasil perhitungan di atas

3. Simpanlah hasil setiap penimbangan pada wadah yang berbeda dan diberi

identitas sesuai nama bahan

4. Kelompokkanlah bahan-bahan hasil penimbangan tersebut menurut jenis stoknya

5. Buatlah masing-masing larutan stok sebagai berikut:

a. Stok makro NH4NO3

Isilah gelas piala ± 500 ml dengan aquades

Masukkanlah bahan NH4NO3 kedalam gelas piala

Aduk sampai larut merata dengan menggunakan hot plate dan magnetic

stirer jangan sampai terdapat endapan

Pindahkan larutan ke labu takar 1 liter dan tepatkanlah volume labu sampai

tanda tera 1000 ml dengan menambah aquades

Berilah label: nama bahan, tanggal pembuatan, konsentrasi stok, nama

pembuat

Proposal Magang Guru Page 28

Page 28: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

b. Stok makro KNO3, KH2PO4, CaCl2.2H2O caranya sama dengan di atas

c. Stok mikro

Masukkanlah satu persatu bahan-bahan stok mikro kedalam gelas piala 1

liter yang berisi ±700 ml aquades, setiap memasukkan bahan diikuti

dengan pengadukan agar larut baru diikuti oleh bahan berikutnya.

Setelah semua bahan larut, dipindahkan ke labu takar 1 liter dan ditepatkan

volumenya dengan menambah aquades kemudian tutup rapat.

d. Stok vitamin

Semua bahan dimasukkan kedalam labu takar 100 ml yang telah berisi

aquades kira-kira 25 ml, hati-hati dalam membilas bahan yang masuk ke

labu

Labu takar dikocok hingga semua bahan larut, kemudian volume labu takar

ditepatkan 1 liter dengan menambah aquades dan kemudian tutup rapat.

2. Membuat Media

Media yang kami buat adalah 1 media  MSO, MS1 dan MS2. yang membedakan

ke-3 media ini adalah komposisi ZPT, untuk media MSo tanpa ZPt biasa

digunakan untuk inisiasi dan MS1, ZPT yang digunakan adalah BAP berkisar

antara 1 – 5 ppm dan media ini digunakan pada tahap maultiplikasi, untuk MS 2

ZPT yang digunakan adalah NAA berkisar antara 3 – 5 ppm dan media ini

digunakan untuk pengakaran. Selain itu pada media MS2 ditambahkan arang aktif

berkisar antara 1 – 2,5 per liter.

Adapun prosedur pelaksanaannya adalah :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Menimbang gula 30 g/l agar 7 – 8 g/l dan Mio-inositol 0,1 g/l.

3. Mengambil larutan stok A, B, C, D, E dan F satu persatu dengan

ukurannya masing-masing, dan vitamin serta Zpt yang diperlukan.

Proposal Magang Guru Page 29

Page 29: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

4. Tuang agar, mio-inositol dan gula ke dalam panic, untuk memasak media

tuang komposisi A, B, C, D, E, vitamin dan ZPT ke dalam panic setelah

diterakan.

5. Masak media sampai homogen. Ukur pH yang ditentukan, 5,6 – 5,8

apabila pH terlau tinggi (basa) ditambahkan HCl, sedangkan bila pH

rendah (asam) ditambahkan NaOH.

6. Setelah mendidih dan dilakukan pengukuran, kemudian media dituang di

dalam botol kultur kemudian disterilisasi.

7. Setelah steril, botol diberi label dan media dapat disimpan dan siap

digunakan bila diperlukan.

8. Pemilihan Tanaman Induk

E. Sterilisasi Media

Setelah pembuatan media agar selesai, media dibagi-bagi kedalam botol-botol

penanaman, dalam satu botol tanam berisi kurang lebih 20 – 25 ml.

Selama proses pemindahan media kedalam botol-botol penanaman tersebut sangat

memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme, baik bakteri atau jamur.

Kontaminasi bisa disebabkan oleh:

1. Eksplan

2. Organisme kecil yang masuk dalam media

3. Botol kultur serta alat-alat tanam yang tidak steril

4. Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor

5. Pelaksana

Agar mikroorganisme yang masuk kedalam media tidak dapat berkembang biak maka

perlu dilakukan sterilisasi terhadap media tersebut sebelum digunakan untuk menanam.

Sterilisasi media kultur bisa dilakukan dengan menggunakan uap panas pada suhu 1210 C,

dengan tekanan 15 – 17 psi, selama 20 – 25 menit.

Sterilisasi media tidak boleh terlalu lama karena bisa menyebabkan:

1. Penguraian gula,

2. Degradasi vitamin dan asam-asam amino,

3. Inaktivasi sitokinin dan zeatine ribosida

4. Perubahan PH

Proposal Magang Guru Page 30

Page 30: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

Media yang sudah disterilkan bisa langsung digunakan, bisa juga disimpan terlebih

dahulu beberapa waktu pada ruang penyimpanan.

2.4.4 Menyiapkan Bahan Eksplan

Eksplan atau bahan tanam adalah bagian kecil jaringan atau organ yang

diambil/dipisahkan dari tanaman induk kemudian dikulturkan. Ketepatan dalam

menyiapkan eksplan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi inisiasi eksplan.

A. Bahan Eksplan

1. Deskripsi varietas tanaman sumber bahan eksplan

Tanaman induk yang dijadikan sumber eksplan harus tanaman yang sehat (bebas hama

dan penyakit), tumbuh baik/normal, dan tentunya mempunyai sifat-sifat unggul.

2. Persyaratan bagian tanaman sebagai bahan eksplan

Bagian tanaman yang dapat dijadikan eksplan adalah ujung akar, pucuk, daun,

bunga, buah muda, dan tepung sari.

Ukuran eksplan yang paling baik adalah antara 0,5 sampai 1 cm, tetapi hal ini

tidak mutlak pada semua eksplan, tergantung pada material tanaman yang dipakai

serta jenis tanaman.

Jaringan tanaman yang masih muda yang meristematik (sel-selnya masih aktif

membelah) lebih mudah beregenerasi dibandingkan dengan jaringan yang sudah

tua, sehingga bagian tanaman yang meristemik paling banyak berhasil bila

dijadikan eksplan. Yang termasuk jaringan meristematik adalah pucuk apikal,

pucuk lateral dan pucuk axial.

Bahan tanam dapat diambil dari tanaman dewasa, yaitu pada bagian pucuk

tanaman, daun atau umbi. Untuk eksplan dari daun, digunakan daun yang tidak

terlalu muda juga tidak terlalu tua. Pemotongan eksplan dengan menyertakan ibu

tulang daun, karena pada bagian ini lebih cepat tumbuh kalus.

Apabila bahan tanam (eksplan) berasal dari umbi, biasanya umbi ditumbuhkan

dulu tunasnya. Bagian tunas inilah yang dijadikan sebagai eksplan, contohnya

pada tanaman kentang.

Biji dapat pula dijadikan sebagai eksplan. Sebaiknya biji dipilih yang bersertifikat

atau dipetik langsung dari tanaman induknya yang sudah diketahui keunggulan

sifatnya. Bagian-bagian biji seperti embrio atau kotiledon dapat dijadikan sebagai

Proposal Magang Guru Page 31

Page 31: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

eksplan, misalnya pada tanaman paprika dan jarak. Atau biji dapat langsung

ditanam pada media agar contohnya biji anggrek.

3. Karakter bagian tanaman sebagai bahan eksplan

Bagian tanaman yang banyak mengandung persediaan makanan serta bahan-bahan

lain untuk pertumbuhan, seperti umbi adalah lebih mudah untuk beregenerasi

dibanding dengan bagian tanaman yang kurang mengandung bahan makanan.

Bagian yang berasal dari akar yang tumbuh di dalam tanah, tingkat kontaminannya

lebih tinggi dibandingkan dengan bagian-bagian tanaman yang ada diatas permukaan

tanah seperti pucuk atau daun.

B. Menyiapkan Bahan Eksplan Pisang

1) Alat dan Bahan

Alat :

1. Pisau/cutter

2. Bak plastik

3. Ember

Bahan :

1. Bonggol Pisang

2. Air

2) Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Pilih bonggol pisang yang tidak cacat atau busuk

3. Cuci bersih bonggol pisang di bawah air mengalir

4. Potong keempat sisi bonggol sehingga berbentuk segi empat

5. Potong ujung tunas ± 5 cm

6. Kupas pelepah tunas satu persatu hingga ukuran eksplan mencapai ± 5 cm

7. Cuci kembali hingga bersih

8. Tempatkan pada bak plastik yang berisi air

9. Eksplan siap disterilkan

10. Bersihkan tempat praktik dan kembalikan peralatan pada tempat semula dalam

kondisi bersih

Proposal Magang Guru Page 32

Page 32: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

C. Mensterilkan Eksplan

Dari semua sumber kontaminasi, kontaminasi dari bahan tanam/eksplan merupakan yang

paling sulit diatasi. Untuk itu diperlukan bahan sterilan yang tepat untuk menghilangkan

kontaminan dari eksplan. Kontaminan hidup dapat berupa cendawan, bakteri, serangga

dan telurnya, tungau serta spora. Bila kontaminan ini tidak dihilangkan, maka pada

media yang mengandung gula, vitamin dan mineral, dalam waktu singkat seluruh botol

terpenuhi oleh kontaminan yang akhirnya mengakibatkan eksplan menjadi mati.

Sterilisasi eksplan dengan bahan sterilisasi adalah sebatas membersihkan debu,

cendawan, bakteri dan kontaminan lain dari bagian permukaan eksplan atau disebut

desinfestasi.

1. Macam-macam bahan sterilisasi dan fungsinya

Macam-macam bahan sterilisasi dan fungsinya tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Macam-macam Bahan Sterilisasi dan Fungsinya

No Nama Bahan Sterilisasi Fungsi

1. Deterjen Membersihkan kotoran/debu dari

eksplan

2. Fungisida Membersihkan jamur/cendawan

3. Bakterisida Membersihkan bakteri

4. Alkohol 70 % dan 95 % Desinfektan

5. Sodium hipoklorik dengan nama

dagang clorox atau bayclin

Desinfektan

6. Mercury chlorit dengan nama

dagang sublimat 0,05 %

Desinfektan

7. Tween-20 Agen pembasah

8. Antibiotik Desinfektan

9. Iodine/betadine Antiseptik

2. Memilih bahan sterilisasi

Setiap bahan tanam mempunyai tingkat kontaminan permukaan yang berbeda, tergantung

dari :

a. Jenis tanaman

b. Bagian tanaman yang dipergunakan

Proposal Magang Guru Page 33

Page 33: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

c. Morfologi permukaan (misalnya : berbulu atau tidak)

d. Lingkungan tumbuh (green house atau lahan)

e. Musim waktu mengambil (musim hujan/kemarau)

f. Umur tanaman (seedling atau tanaman dewasa)

g. Kondisi tanaman (sakit atau sehat)

Pada bahan tanam yang mengandung kontaminan eksternal dapat dipilih bahan sterilisasi

yang dapat membersihkan permukaan luar bahan tanam, sedangkan pada bahan tanam

dengan kontaminan internal yaitu kontaminan yang berasal dari jaringan tanaman itu

sendiri, maka perlu diberi perlakuan antibiotik atau fungisida sistemik.

3. Menyiapkan Bahan Sterilan

a. Alat dan Bahan

Alat:

1. Timbangan

2. Gelas ukur

3. Beker glas

4. Batang pengaduk

5. Pinset

Bahan:

1. Aquades

2. Deterjen

3. Fungsida

4. Bakterisida

b. Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Lakukan identifikasi terhadap bahan sterilan sesuai dengan fungsinya dan catat

hasilnya pada Tabel 2

3. Timbanglah bahan sterilan

a. Deterjen = 2 gram

b. Fungisida = 2 gram

c. Bakterisida = 2 gram

4. Larutkan bahan sterilan yang telah ditimbang masing-masing dalam 1 liter

aquades

Proposal Magang Guru Page 34

Page 34: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

5. Larutan bahan sterilan siap digunakan

6. Bersihkan tempat praktik dan kembalikan peralatan pada tempat semula dalam

kondisi bersih

4. Mensterilkan Eksplan Tunas Pisang dengan Cara Dibakar

a. Alat dan Bahan

Alat:

1. Gelas piala/botol kultur

2. Petridish

3. Pinset

4. Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)/Entkas

5. Pinset

6. Gelas ukur

7. Lampu bunsen

Bahan:

1. Eksplan tunas pisang bersih

2. Larutan fungsida 0,2 %

3. Larutan bakterisida 0,2 %

4. Larutan deterjen

5. Alkohol 95 %

6. Aquades steril

b. Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Rendam eksplan dalam larutan deterjen selama 5 menit sambil digoyang/digojok,

lalu bilas dengan air mengalir 3x

3. Rendam eksplan dalam larutan fungisida selama 20 menit sambil

digoyang/digojok, lalu bilas dengan air mengalir 3x

4. Rendam eksplan dalam larutan bakterisida selama 20 menit sambil

digoyang/digojok, lalu bilas dengan aquades hingga bersih (2–3x)

5. Masukkan ke dalam botol kultur berisi aquades steril, bawa ke ruang tanam

6. Di dalam LAFC, siapkan wadah (botol kultur/gelas piala), isi dengan alkohol

95%, sebanyak 100 ml

7. Nyalakan lampu bunsen

8. Celupkan ekpslan ke dalam alkohol 95%, lalu bakar di lampu bunsen

Proposal Magang Guru Page 35

Page 35: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

9. Letakkan di atas cawan petri, biarkan hingga api padam

10. Eksplan siap diinokulasi

11. Bersihkan tempat praktik dan kembalikan peralatan pada tempat semula dalam

kondisi bersih.

5. Mensterilkan Eksplan dengan Cara Merendam dalam Bahan Kimia

a. Alat dan Bahan

Alat :

1. Gelas piala

2. Peridish

3. Pinset

4. Erlenmeyer

5. Gelas ukur

6. LAFC/Enkas

Bahan :

1. Eksplan pisang bersih

2. Larutan fungisida 0,2%

3. Larutan bakterisida 0,2%

4. Larutan deterjen 0,2%

5. Larutan bayclin 20%, 10% dan 5%

6. Aquades steril

b. Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Rendam eksplan dalam larutan deterjen selama 5 menit sambil digoyang/digojok,

lalu bilas dengan air mengalir 3x

3. Rendam eksplan dalam larutan fungisida selama 20 menit sambil

digoyang/digojok, lalu bilas dengan air mengalir 3x

4. Rendam eksplan dalam larutan bakterisida selama 20 menit sambil

digoyang/digojok, lalu bilas dengan aquades hingga bersih (2–3x)

5. Masukkan ke dalam botol kultur yang berisi aquades steril, bawa ke ruang tanam

6. Di dalam LAFC/Enkas, siapkan larutan bayclin 5%, 10%, dan 20%

7. Setelah larutan bayclin siap, lakukan sterilisasi eksplan secara bertingkat dengan

cara merendam eksplan dalam larutan bayclin, sebagai berikut :

a. Larutan bayclin 20% selama 5 menit, bilas dengan aquades steril

b. Larutan bayclin 10% selama 10 menit, bilas dengan aquades steril

Proposal Magang Guru Page 36

Page 36: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

c. Larutan bayclin 5% selama 15 menit, bilas dengan aquades steril sebanyak 3

kali.

8. Rendam eksplan dalam aquades steril

9. Eksplan siap diinokulasi

10. Bersihkan tempat praktik dan kembalikan peralatan ke tempat semula dalam

kondisi bersih.

2.4.5 Memelihara Kultur

1) Persyaratan Kondisi Lingkungan Ruang Inkubasi

Faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan eksplan di ruang inkubasi adalah

suhu, cahaya, dan kelembaban.

Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan kultur adalah antara 24–28oC. Untuk

mengkondisikan ruang inkubasi pada suhu yang diinginkan, maka di dalam

ruangan tersebut dipasang Air Conditioner (AC). Alat ini diset pada suhu

maksimum 20oC.

Cahaya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Intensitas

cahaya yang diperlukan oleh eksplan bervariasi tergantung pada tahap mana

eksplan tersebut berada. Pada tahap inisiasi memerlukan intentisitas cahaya antara

0–1000 lux, tahap multiplikasi 1000–10.000 lux, tahap pengakaran 10.000–30.000

lux dan tahap aklimatisasi 30.000 lux.

Cahaya di dalam inkubasi bersumber dari lampu TL yang dipasang pada rak

kultur. Lamanya pencahayaan perlu diatur sesuai kebutuhan eksplan. Umumnya

lamanya pencahayaan adalah 12 jam. Untuk mengatur lamanya pencahayaan

digunakan timer yang diset sesuai kebutuhan.

Kelembaban ruang inkubasi dijaga pada kisaran 60% - 80%. Selain berpengaruh

terhadap pertumbuhan eksplan, kelembaban berpengaruh terhadap kondisi eksplan

yang perlu dijaga agar selalu dalam keadaan aseptik.

Tinggi rendahnya kelembaban, dipengaruhi oleh suhu, yaitu berbanding lurus

dengan suhu. Pada suhu yang rendah kelembaban juga rendah, dan sebaliknya

pada suhu yang lebih tinggi kelembaban juga tinggi.

Proposal Magang Guru Page 37

Page 37: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

2) Menjaga Kondisi Lingkungan Ruang Inkubasi

Agar kondisi lingkungan di dalam ruang inkubasi tetap stabil sesuai dengan yang

dibutuhkan, maka perlu dilakukan pengecekan secara periodik. Untuk

memudahkan pengecekan tersebut di dalam ruang inkubasi diletakkan peralatan-

peralatan pendukung yaitu termometer maximum-minimum dan higrometer.

Termometer maximum-minimum adalah alat untuk mengukur suhu, sedangkan

higrometer merupakan alat untuk mengukur kelembaban. Dengan kedua alat

tersebut dicek berapa suhu dan kelembaban yang terukur.

Timer merupakan alat untuk mengatur lamanya pencahayaan eksplan oleh lampu

TL yang terpasang pada rak kultur.

3) Mengatur Tata Letak Botol Kultur

Rak-rak kultur di ruang inkubasi dapat diberi nomor berdasarkan kodefikasi yang

berlaku di masing-masing tempat (laboratorium/perusahaan). Kodefikasi ini

berfungsi untuk memudahkan pengorganisasian data-data yang dikumpulkan.

Penataan botol kultur pada rak, diatur berdasarkan kelompok :

1. Jenis tanaman

2. Kultivar

3. Tahapan kultur

4. Perlakuan khusus lainnya.

Pengelompokkan diperlukan agar tidak terjadi kekeliruan pada tahap selanjutnya.

Botol kultur diatur dengan jarak antar botol tidak terlalu rapat dan jumlah

disesuaikan tergantung kapasitas rak.

4) Memonitor Kondisi Botol Kultur yang Terkontaminasi

Kontaminasi pada eksplan dapat disebabkan oleh media eksplan dan kondisi

lingkungan. Kontaminan dapat berupa jamur atau bakteri.

Ciri-ciri eksplan yang terkontaminasi adalah :

1. Apabila kontaminan berupa jamur, akan terlihat koloni jamur, biasanya

berwarna putih, abu-abu atau hitam, berbentuk seperti serabut, benang, atau

kapas.

Proposal Magang Guru Page 38

Page 38: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

2. Apabila kontaminan berupa bakteri, terlihat cairan berupa lendir berwarna

putih atau merah.

5) Langkah-langkah Pemeliharaan Kultur

a. Alat dan Bahan

Alat:

Rak kultur

AC

Termometer maximum-maximum

Higrometer

Timer

Ember/keranjang

Bahan:

Eksplan

Alat tulis

b. Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Lakukan pengecekan terhadap alat pengontrol suhu, kelembaban dan

lamanya pencahayaan

3. Berdasarkan data dari hasil pengecekan, lakukan pengesetan atau

penyetelan terhadap suhu, kelembaban dan cahaya, sesuai dengan

kebutuhan. Suhu 24–28oC. Kelembaban 60%-80%, lamanya pencahayaan

12 jam

4. Tempatkan botol kultur dengan cara mengelompokkannya berdasarkan

jenis tanaman, kultivar, tahapan kultur atau perlakuan khusus lainnya

5. Atur letak botol kultur dengan jarak antar botol kultur tidak terlalu rapat

6. Botol kultur yang telah ditata dimonitor ada tidaknya kontaminasi

7. Lakukan identifikasi terhadap eksplan yang terkontaminasi secara

sistematis dan teratur agar tidak ada yang terlewat

8. Catat data hasil identifikasi pada tabel hasil kegiatan

Proposal Magang Guru Page 39

Page 39: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

9. Tempatkan botol kultur yang terkontaminasi dalam wadah

(ember/keranjang)

10. Lakukan kontrol akhir terhadap semua alat pengatur kondisi di ruang

inkubasi

11. Bawa wadah berisi botol kultur yang terkontaminasi ke luar dari ruang

inkubasi

12. Tutup pintu ruang inkubasi

2.4.6 Melakukan Sub Kultur

1) Melakukan sub kultura tanaman pisang

Sub kultur dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan diperlukan agar

diperoleh populasi pucuk atau anakan yang banyak. Satu pucuk inokulum dapat

diperbanyak menjadi 20 pocuk yang dapat dipisahkan menjadi 20 propagul.

Kegiatan sub kultur harus dilakukan terhadap inokulum disebabkan oleh beberapa

hal antara lain :

a. tumbuhnya eksplan cukup cepat dan telah memenuhi seluruh botol kultur

b. media tumbuh telah mengering yang ditandai dengan berkurangnya volume

agar-agar atau media cairnya sudah habis

c. eksplan perlu diperbanyak lebih lanjut untuk tujuan tahapan perbanyakan

selanjutnya

d. eksplan memerlukan media yang susunannya baru agar dapat mengalami

diferensiasi lebih lanjut

Eksplan atau kalus yang sudah waktunya dipindahkan ke dalam media kultur yang

baru harus segera dilaksanakan dan tidak boleh sampai terlambat. Sub kultur yang

terlambat dapat menyebabkan pertumbuhan eksplan atau kalus tersebut akan

terhenti atau mengalami pencoklatan atau bahkan terkontaminasi oleh jamur atau

bakteri. Keadaan eksplan yang demikian kemungkinan untuk diselamatkan kecil

sekali sebab spora jamur atau bakteri dapat menyebar dengan cepat sekali.

Proposal Magang Guru Page 40

Page 40: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

2) Menggandakan Inokulum Tanaman Pisang

a. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan ini yaitu gelas piala, scalpel,

mangkuk stainles, pinset lurus panjang, pinset lurus, lampu spirtus, ember,

Laminar Air Flow Cabinet, alas kaca, keranjang plastik, dan hand sprayer. Bahan

yang digunakan dalam melakukan kegiatan yaitu eksplan anakan tanaman pisang,

tissue steril, korek api, kertas steril, alkohol 70 %, alkohol 96 %, mata pisau,

media MS+2 ppm BAP, dan kertas label.

b. Langkah Kerja

a. Siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan

b. Sterilisasi Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) dengan menyalakan lampu

UV (ultra violet) selama minimal 30 menit sebelum digunakan

c. Cuci tangan sampai bersih menggunakan sabun dan semprot tangan

menggunakan alkohol 70 % sebelum bekerja di dalam LAFC

d. Matikan lampu UV dan semprotkan alkohol 70 % secara merata pada

permukanan di sekitar LAFC dan lap dengan tissue.

e. Masukkan akuades steril, alat-alat diseksi steril, bahan eksplan pisang,

lampu bunsen, dan media kultur yang telah disemprot alkohol 96 % ke

dalam LAFC lalu nyalakan lampu TL dan blower

f. Bukalah pembungkus alat-alat diseksi dan mangkuk stainles serta petridisk,

semprot dengan alkohol 96 % lalu bakar dan biarkan sampai apinya padam

g. Nyalakan lampu spirtus dan buka penutup botol alkohol 96 %

h. Ambil kertas steril sebanyak 3 lembar, panaskan sebentar di atas api bunsen

dan letakkan di atas alas kaca steril lalu 1 lembar digunting membulat untuk

alas di petridish

i. Ambil inokulum pisang yang telah diinisiasi di media MS 0 dengan

menggunakan pinset lalu letakkan di atas potongan kertas steril

j. Bersihkan inokulum pisang dengan cara memotong bagian sisi permukaan

inokulum yang berwarna kecoklatan menggunakan pisau skalpel steril dan

simpan di dalam petridish

Proposal Magang Guru Page 41

Page 41: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

k. Ambil media MS+2 ppm BAP, buka tutupnya, lalu buang air yang berada

dalam media kultur tersebut

l. Tanam inokulum pisang dalam media MS+2 ppm BAP sebanyak 1

eksplan/botol media sedalam ± 0,5-1 cm

m.Tutup penutup botol kultur hasil inokulasi serapat mungkin untuk

meminimalkan resiko terjadinya kontaminasi

n. Beri label (jenis tanaman, bagian tanaman yang diambil, jenis media,

tanggal tanam), kemudian menyimpannya di ruang pertumbuhan

o. Bersihkan pinset dan pisau skalpel dengan air aquades steril, celupkan pada

alkohol 96 %, bakar dan simpan di atas mangkuk stainles

p. Buang sampah yang ada di dalam LAFC dan matikan lampu TL dan blower

LAFC

q. Cuci alat-alat gelas dan diseksi yang telah digunakan untuk inokulasi

2.4.7 Aklimatisasi

1) Menyiapkan Planlet

Tahap aklimatisasi sangat penting dan tanpa kegiatan ini metode kultur jaringan

tidak ada artinya. Hal ini dikarenakan jutaan bibit hasil perbanyakan secar kultur

jaringan tidak dapat hidup dan tumbuh di lapangan secara langsung tanpa adanya

tahap aklimatisasi. Prinsip dari tahap aklimatisasi adalah tanaman yang terbiasa

hidup dan tumbuh pada lingkungan laboratorium yang serba terkendali dan

memiliki pola hidup sebagai tanaman yang heterotrof akan diadaptasi dan

dipindahkan ke lingkungan lapangan di mana tanaman harus berpola hidup

sebagai tanaman autotrof.

Tahap aklimatisasi merupakan masa yang kritis karena planlet menunjukkan

beberapa sifat yang kurang menguntungkan apabila hidup di lingkungan lapangan,

seperti :

a. memiliki lapisan lilin yang tidak berkembang dengan baik

b. sel-sel palisasde daun hanya terbentuk dalam jumlah sedikit

c. jaringan pembuluh dari akar ke pucuk planlet kurang berkembang

Proposal Magang Guru Page 42

Page 42: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

d. stomata seringkali tidak berfungsi, yaitu tidak mau menutup pada kondisi

laju penguapan yang tinggi

Keadaan yang kurang menguntungkan tersebut menyebabkan planlet sifatnya

sangat peka terhadap transpirasi, serangan mikroba tanah dan cahaya yang

memiliki intensitas tinggi. Planlet dengan karakteristik tersebut apabila

dipindahkan secara langsung pada kondisi lapangan secara akan mudah menjadi

layu atau kering. Oleh karena itu planlet atau tunas mikro perlu diadaptasikan di

lingkungan yang baru terlebih dahulu.

Keberhasilan tahap aklimatisasi planlet juga tergantung pada tingginya mutu tunas

yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Selain itu beberapa perlakuan

pengokohan (hardening off) planlet dapat meningkatkan mutu tunas planlet

sehingga planlet dapat diaklimatisasikan dengan persentase keberhasilan yang

tinggi. Beberapa perlakuan pengokohan planlet yang dapat dilakukan sebagai

berikut :

a. Mengkondisikan kultur di tempat yang pencahayaannya berintensitas lebih

tinggi (misalnya 10.000 lux) dan suhunya tinggi

b. Kultur tanaman jati dapat dikondisikan pada kondisi ruangan dengan suhu

25±2oC dan periode terang (1000-3000 lux) selama 16 jam per hari

(Sukmadjaja dan Mariska, 2003)

c. Pemanjangan dan perakaran tunas mikro dilakukan dalam media kultur

dengan komposisi hara mineral dan sukrosa lebih rendah serta konsentrasi

agar-agar yang lebih tinggi

3) Menanam Planlet

Kondisi lingkungan yang diharapkan adalah memiliki sterilitas media tumbuh,

intensitas penyinaran yang terkendali dan kelembaban lingkungan media tumbuh

yang terkendali.

Guna mendukung tingkat keberhasilan aklimatisasi yang tinggi maka sebaiknya

media tanam untuk aklimatisasi dikukus terlebih dahulu minimal selama 4 jam

sehingga media tanam menjadi steril. Adapun macam-macam media tanam untuk

Proposal Magang Guru Page 43

Page 43: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

aklimatisasi adalah arang sekam, pecahan arang, potongan pakis, kompos

dicampur tanah ayakan, dan lain-lain tergantung kesesuaian komoditas yang akan

diaklimatisasi. Contohnya, untuk planlet anggrek cocok ditanam pada media

potongan pakis dan bisa dicampur dengan pecahan arang kayu.

Planlet setelah disiapkan media untuk aklimatisasinya selanjutnya dilakukan

penanaman pada media tersebut. Planlet atau tunas mikro ditanam di media

aklimatisasi dalam bak semai, bedengan atau polybag dengan pengaturan

intensitas cahaya yang rendah dan kelembaban nisbi tinggi. Pengaturan kondisi

lingkungan planlet pada saat aklimatisasi dilakukan dengan cara planlet tidak

langsung terkena sinar matahari tetapi diletakkan di tempat aklimatisasi yang

diatur dengan intensitas cahaya 40-50 %. Apabila setelah 5-7 hari planlet masih

dalam keadaan segar maka intensitas cahayanya dapat ditingkatkan sampai 70 %.

Pengadaptasian planlet dengan cara bertahap menaikkan intensitas cahayanya dan

menurunan kelembabannya dilakukan sampai diperoleh planlet dapat hidup dan

tumbuh normal di kondisi lapangan secara penuh.

Kondisi kelembaban lingkungan pada saat aklimatisasi erat kaitanya dengan laju

transpirasi tanaman. Semakin rendah kelembaban lingkungan maka kecepatan

transpirasi akan semakin meningkat. Planlet yang baru saja ditanam di media

aklimatisasi, bulu-bulu akarnya belum dapat menyerap air dari media secara

normal. Oleh karena itu apabila laju transpirasi terlalu tinggi akan menyebabkan

tanaman menjadi layu karena laju penyerapan air dengan transpirasi tidak

seimbang. Perlakuan untuk mengkondisikan planlet pada kelembaban tinggi dapat

dilakukan dengan cara memberi sungkup pada planlet tersebut secara individu

atau secara kelompok. Pemberian sungkup tersebut diharapkan dapat melindungi

planlet dari curahan air hujan dan pengaruh sinar matahari langsung.

3) Memelihara Planlet di Tempat Aklimatisasi

Planlet yang telah ditanam di media aklimatisasi agar dapat hidup normal di

lingkungan lapangan maka saat pemeliharaan harus dilakukan pengadaptasian

Proposal Magang Guru Page 44

Page 44: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

secara bertahap. Pengadaptasian dilakukan dengan cara mengurangi secara

bertahap kondisi kelembaban lingkungannya dan meningkatkan secara bertahap

intensitas cahayanya dengan cara pembukaan sungkup secara bertahap. Perubahan

kondisi lingkungan secara bertahap tersebut akan meningkatkan kemampuan

planlet hidup pada kondisi lingkungan lapangan tanpa mengalami stres yang

berat.

Pemeliharaan planlet di tempat aklimatisasi meliputi kegiatan pembukaan

sungkup, pengairan, pemupukan dan penambahan intensitas sinar matahari. Media

tanam planlet pada prinsipnya harus selalu lembab sehingga kebutuhan air untuk

proses pertumbuhan tanaman selalu terpenuhi. Penyiraman pada planlet sebaiknya

dilakukan dua kali sehari yang berguna untuk melarutkan unsur hara yang

dibutuhkan tanaman dan menjaga kondisi kelembaban media.

Proses awal pemeliharaan planlet di lapangan dilakukan dengan pengaturan

intensitas cahaya matahari sekitar 40-50 %. Hal ini berguna untuk

mengadaptasikan planlet yang biasanya hidup di dalam laboratorium yang

cahayanya hanya diperoleh dari lampu TL. Perubahan intensitas cahaya yang

drastis mencapai 75 % akan menyebabkan stres pada planlet dan dapat

mengakibatkan kematian. Planlet pada saat umur berkisar antara 5-7 hari setelah

penanaman dapat diberikan intensitas cahaya sampai 70 %. Pengadaptasian

planlet terhadap intensitas cahaya yang tinggi atau penuh dapat dilanjutkan

sampai planlet hidup dan tumbuh normal pada kondisi lapangan.

Pemupukan untuk meningkatkan pertumbuhan planlet dapat dilakukan sekitar satu

minggu setelah penanaman planlet. Pupuk yang dianjurkan adalah pupuk daun

seperti Hyponex, Gandasil, atau Bayfolan agar pupuk yang diberikan dapat

langsung diserap oleh daun untuk pertumbuhan tanaman. Pemupukan dapat

dilakukan sekali dalam seminggu menggunakan hand spayer atau knapsack

sprayer untuk skala penanaman yang luas. Pemupukan tersebut dapat dilakukan

bersaman dengan aplikasi pestisida apabila ditemukan serangan hama dan

penyakit pada planlet yang dipelihara ditempat aklimatisasi.

Proposal Magang Guru Page 45

Page 45: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

4) Menyiapkan Planlet Tanaman Pisang

a. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan ini yaitu pinset, gelas

piala/baskom, dan nampan plastik. Bahan yang digunakan antara lain : planlet

pisang, kertas label, fungsusda, bakterisisda, dan air kran.

b. Langkah Kerja

1. Siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan

2. Pilihlah planlet pisang yang telah memiliki kelengkapan organ,

mempunyai pucuk dan akar, warna pucuk hijau mantap, dan ukurannya

relatif seragam

3. Keluarkan planlet dari botol kultur secara hati-hati menggunakan pinset

dan masukkan ke dalam wadah/gelas piala yang bersih

4. Cucilah planlet dari sisa-sisa agar-agar yang masih menempel di

akarkanya di bawah air kran secara hati-hati

5. Apabila tidak ada air kran yang mengalir, cucilah di dalam wadah/gelas

piala yang bersih

6. Rendam planlet setelah dicuci dalam larutan fungisida atau bakterisida

sesuai dosis anjuran selama ± 5 menit

7. Tiriskan planlet anggrek yang telah dicuci bersih dalam nampan plastik

yang diberi alas kertas tissue

8. Kelompokkan planlet sesuai ukurannya untuk memudahkan dan

mengoptimalkan dalam pemeliharaannya

9. Bawa planlet untuk proses selanjutnya yaitu penanaman di media

aklimatisasi

5) Menanam Planlet Tanaman Pisang

a. Alat dan Bahan

Proposal Magang Guru Page 46

Page 46: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

Alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan ini yaitu kompor, sungkup

plastik, dan gembor penyiraman. Bahan yang digunakan dalam melakukan

kegiatan yaitu planlet tanaman pisang telah disiapkan sebelumnya, bak semai

atau polybag diameter 7 cm, media kompos yang dicampur dengan tanah

ayakan, dan spidol.

b. Langkah Kerja

1. Siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan

2. Lakukan sterilisasi media aklimatisasi berupa kompos yang dicampur

dengan tanah ayakan dengan selama 4 jam atau dengan sterilisasi secara

kimia melalui pemberian larutan formalin 4 % dengan dosis sebanyak 3-5

liter/m3

3. Masukkan media aklimatisasi yang telah didinginkan ke dalam bak semai

atau polybag

4. Atur media aklimatisasi tersebut dalam rumah kaca atau tempat

aklimatisasi yang telah dikondisikan dengan intensitas cahaya sebesar 40-

50 %

5. Siramlah media dengan air bersih menggunakan gembor apabila media

diperkirakan belum cukup lembab

6. Tanamlah planlet pisang yang telah disiapkan sebelumnya pada polybag

atau bak semai yang telah terisi media

7. Berilah sungkup pada planlet yang sudah ditanam tersebut secara

berkelompok dengan sungkup (bila penanaman pada bak semai) atau

secara individu dengan botol kultur (bila penanamn pada polybag)

8. Berilah label mengenai jenis tanaman dan tanggal penanaman untuk

memudahkan kegiatan selanjutnya yaitu pada saat perlakuan pemeliharaan

planlet

Proposal Magang Guru Page 47

Page 47: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

2.5 Biaya yang digunakan

Biaya Magang / Pelatihan Kultur Jaringan

1. Biaya Magang (pelatihan)/paket selama 12 hari

12 hari x @ Rp. 800.000,- /hari = Rp. 8.400.000,-

2. Survey Tempat Magang

1 hari x Rp 300.000,- = Rp. 280.000,-

3. Transport berangkat Pergi – Pulang rental mobil dan akomodasi

2 kali x Rp 1.400.000,- = Rp. 1.400.000,-

4. Biaya Pelaporan

2 laporan x @ Rp. 250.000,- = Rp. 50 0 .000,- Jumlah Rp. 10.580.000,-

Proposal Magang Guru Page 48

Page 48: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

III. KESIMPULAN

Teknik kultur jaringan merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif modern.

Dimana dengan pengambilan organ tanaman seperti : akar, batang, daun, umbi,

biji dapat menghasilkan bibit dalam jumlah besar dan seragam. Tanpa mengenal

musim. Tidak memerlukan lahan yang luas karena diperbanyak di dalam botol

dan memerlukan ruang tumbuh (inkubasi) yang tidak terlalu luas seperti lahan

kebun, serta bebas dari virus, bakteri dan jamur karena ditumbuhkan secara steril,

hal inilah yang mendorong banyak petani mengusahakan bibit secara kultur

jaringan, namun belum banyak orang yang bisa melakukan metode ini. Oleh

sebab itu memerlukan tenaga ahli di bidangnya.

Dari pelaksanaan magang ini penulis bisa lebih memahami konsep perbanyakan

tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Pemahaman tentang kultur

jaringan itu sendiri masih merupakan teori yang terbatas pada beberapa kelompok

yang memang mendalami konsep ini sehingga tidak semua orang bias melakukan

prosedur ini. Selain memang karena keterbatasan ahlinya, juga karena biaya awal

yang cukup besar untuk melakukan metode ini, namun bagi pekerja lab kultur

jaringan memang tidak selamanya berpatokan pada teori yang ada, karena mereka

adalah praktisi yang memang setiap saat mencoba jenis baru dengan komposisi

media yang mungkin saja bisa berbeda. Hal ini karena daya tumbuh atas penentu

pertumbuhan tanaman ditentukan oleh komposisi medianya apakah bisa sesuai

dengan yang diinginkan setiap tanaman sehingga kembali pada teori Totpotensi

sel yang dikemukakan oleh Schwan dan Schelden, yakni setiap sel tumbuhan atau

bagian kecil tanaman dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh asal

dikondisikan pada lingkungan yang sesuai.

Proposal Magang Guru Page 49

Page 49: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

IV. RENCANA TINDAK LANJUT

Sebagai tindak lanjut pasca magang adalah :

1. Pembuatan laporan hasil magang.

2. Pembuatan modul kultur jaringan tanaman

3. Melakukan praktik pembelajaran pada siswa-siswi program studi Tanaman

Pangan dan Hortikultura di SMK PP Negeri Sumedang

4. Membuat Laboratorium Kultur Jaringan yang sederhana dalam menunjang

proses pembelajaran Pembibitan Tanaman

Proposal Magang Guru Page 50

Page 50: Laporan Magang Vedca Revisi 2

Kultur Jaringan 2013

V. PENUTUP

Kegiatan praktik kerja magang bagi guru SMK PP Negeri Sumedang akan

menghasilkan guru yang lebih professional dalam bidang tugasnya serta mendapat

pengalaman baru yang akan sangat bermanfaat dalam menjabarkan program

pengajaran, khususnya bidang teknis pertanian untuk menghasilkan lulusan yang

berkualitas sehingga mampu menghadapi persaingan di dunia industri..

Proposal Magang Guru Page 51