laporan mata

25
LAPORAN KASUS ILMU KESEHATAN MATA EROSI KORNEA ET CAUSA TRAUMA TAJAM Disusunoleh : KELOMPOK 2 AdistiIrdaFebriyani H2A011002 Billy Gustomo H2A011012 Dimas WahyuPangestito H2A011017 Linda Faradhita H2A011026 MahasihArianiNugraheni H2A011028 MiftakhunNissa H2A011029 Pembimbing :dr. Wahyu Ratna, Sp.M KepaniteraanUmum FakultasKedokteran UniversitasMuhammadiyah Semarang 2015

Upload: addissty-reita

Post on 04-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

laporan mata

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Mata

LAPORAN KASUS ILMU KESEHATAN MATA

EROSI KORNEA ET CAUSA TRAUMA TAJAM

Disusunoleh :

KELOMPOK 2

AdistiIrdaFebriyani H2A011002

Billy Gustomo H2A011012

Dimas WahyuPangestito H2A011017

Linda Faradhita H2A011026

MahasihArianiNugraheni H2A011028

MiftakhunNissa H2A011029

Pembimbing :dr. Wahyu Ratna, Sp.M

KepaniteraanUmum

FakultasKedokteran

UniversitasMuhammadiyah Semarang

2015

Page 2: Laporan Mata

PENDAHULUAN

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat

diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Trauma tumpul kornea dapat

menimbulkan kelainan kornea mulai dari erosi kornea sampai laserasi kornea.

Bilamana lesi terletak dibagian sentral, dapat mengakibatkan pengurangan

ketajaman penglihatan. Benda asing dan abrasi di kornea menyebabkan nyeri dan

iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak digerakkan. Pada trauma

tumpul mata,kornea diperiksa untuk mencari apakah terdapat kehilangan lapisan

epitel (abrasi), laserasi dan benda asing. Abrasi kornea merupakan terkikisnya

lapisan kornea (epitel) oleh karena trauma pada bagian superfisial mata. Abrasi

kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik

dan pelindung mata. 1,2

Terdapat 2 kategori erosi kornea yaitu erosi superfisial, hanya sebatas

lapisan epitel saja dan erosi profunda yang terjadi hingga membran descemen

tanpa disertai ruptur pada membran tersebut. Erosi dapat diakibatkan oleh karena

benda asing, lensa kontak, pengusap pipi untuk make-up, ranting kayu dan

tertusuknya mata oleh jari.2

Page 3: Laporan Mata

CATATAN MEDIS

MAHASISWA KEPANITRAAN UMUM

ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SEMARANG

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. Tugino

Tempat, tanggal lahir : Semarang, 5 Juli 1952 (63

Tahun)

Jenis kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Bongsan, RT 4/RW 3,

Semarang Barat

Pekerjaan : Pensiun

Pendidikan terakhir : SMA

No. RM Irja / Irna : -

Tanggal masuk RS : -

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis. Tanggal 9 April 2015, Jam 11.00

a. Keluhan Utama : mata mengganjal

Onset : sejak 1 hari yang lalu

Lokasi : mata sebelah kanan

Kualitas : mata mengganjal, sampai

terasa nyeri cekot-cekot

Kuantitas : saat membuka mata, terasa

nyeri

Faktor memperberat : jika terkena sinar,

pasien merasakan silau

Page 4: Laporan Mata

Faktor memperingan : sudah di beri obat dari

dokter, nyeri membaik, mata merah berkurang

Gejala penyerta : mata merah, nerocos, nyeri,

perih, pandangan kabur (-), secret (-), sakit kepala

(-), bengkak

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak 1 hari SMRS, tanggal 8 April 2015 pasien

mengeluh mata sebelah kanan mengganjal. Awalnya

mata kanan pasien terkena kuku tangan

cucunya.Rasa mengganjal disertai nyeri cekot-cekot,

mata merah, perih, dan nerocos.Pasien tidak

mengeluh pandangan kabur dan keluar lodok pada

mata kanan maupun mata kiri.Saat terkena cahaya

mata sebelah kanan terasa silau. Pasien sudah

memeriksakan ke dokter spesialis mata 5 jam

setelah kejadian. Saat ini keluhan sudah membaik.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kacamata : pasien memakai kacamata baca

Riwayat DM : terdapat riwayat DM

Riwayat Hipertensi : terdapat riwayat hipertensi

Riwayat operasi mata : disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

e. Riwayat sosial ekonomi :

Pembiayaan di tanggung BPJS

Page 5: Laporan Mata

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 9 April 2015 pukul 11.00 WIB di

Polimata RS. Roemani

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran : compos mentis

3. Vital Sign

TD :120/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit isi dan tegangan cukup

RR : 22 kali/ menit

Suhu : 37,5o C

4. Status Gizi

Berat badan : -

Tinggi badan : -

BMI : -

Kesan : -

5. Status Internus

Kulit : ikterik (-),

Kepala : kesan mesosefal,

Hidung : deformitas (-), anemis (-), edema (-), jejas (-),

nyeri tekan (-), sekret (-),

Telinga :kemerahan preaurikula(-), edema (-) vistul (-),

nyeri tarik (-) nyeri ketokok mastoid (-)

Mulut :sianosis (-), bibir kering (-), mukosa kering (-),

lidah kotor (-), palatum hiperemis (-), arkus faring

Page 6: Laporan Mata

hiperemis (-), faring hiperemis (-), tonsil hiperemis

(-).

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

6. Status Oftalmologis

Okuli Dextra Okuli Sinistra

20/40 Visus 20/30

Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan

Tumbuh normal, madarosis (-) Supersilia Tumbuh normal, madarosis -

(-)

Trikiasis (-), diskiasis (-) Silia Trikiasis (-), diskiasis (-)

Pergerakan bola mata bebas

kesegalaarahdan ortofori

Bulbus Okuli Pergerakan bola mata bebas

kesegalaarahdan ortofori

hiperemis (-), edema (-), Lesi (-),

nyeri (-), masa (-), spasme (+)

Palpebra

Superiordan

Inferior

hiperemis (-), edema (-), Lesi

(-), nyeri (-), masa (-),

spasme (+)

Hiperemis (-), lesi(-), edema (-),

anemis (-) corpus alienum (-), cobble

stone (-), injeksi silier (-), folikel (-),

secret (-)

Konjungtiva

palpebra

Hiperemis (+), lesi(-), edema

(-), anemis (-) corpus

alienum (-), cobble stone (-),

injeksi silier (-), folikel (-),

secret (-)

Hiperemis (-), anemis (-), corpus Konjungtiva Hiperemis (-), anemis (-),

Page 7: Laporan Mata

alienum (-), cobble stone (-),folikel

(-), secret (-)

forniks corpus alienum (-), cobble

stone (-),folikel (-), secret (-)

Edema (-), injeksi silier (-), injeksi

konjungtiva (-)

Konjungtiva

Bulbi

Edema (-), injeksi silier (-),

injeksi konjungtiva (-)

Hiperemis (-), Ikterik (-) Sclera Hiperemis (-), Ikterik (-)

Jernih(+), neovaskularisasi (-), ulkus

(-),sikatrik (-), sensibilitas (-),

kelengkungan kornea : konsentris,

bulat, licin, kontinue , infiltrat (-)

Kornea Jernih (+), neovaskularisasi

(-), ulkus (-),sikatrik (-),

sensibilitas (-),

kelengkungan kornea :

konsentris, bulat, licin,

kontinue, infiltrat (-)

Jernih (+), kedalaman cukup ¼

bayangan iris, tindal efek (-), hifema

(-), hipopion(-).

COA Jernih (+), kedalaman cukup

kedalaman cukup

¼bayanganiris, tindal efek

(-), hifema (-), hipopion (-).

Neovaskularisais (-), Kripte normal

(+), sinekia anterior (-), sinekia

posterior (-)

Iris Neovaskularisais (-), Kripte

normal (+), sinekia anterior

(-), sinekia posterior (-)

Bentuk bulat sentral reguler, Reflek

pupil direk dan indirek(+), Ukuran 3

mm

Pupil Bentuk bulat sentral reguler,

Reflek pupil direk dan

indirek (+), Ukuran 3 mm

Jernih (+) Lensa Jernih (+)

Tidak dilakukan Fundus Reflek Tidak dilakukan

Tdig (+) normal Tekanan Bola

Mata

Tdig (+) normal

Defekberwarnahijaupadakorneaperife Tesfluorescens (-)

Page 8: Laporan Mata

r lateral(+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan pemeriksaan fundukopi. Didapatkan hasil tes fluoresin

yaitu Defek epitel kecil yang memberikan warna hijau pada

tempat erosi.

V. RESUME

Pasien laki – laki datang ke RS Roemani Semarang pada tanggal 8

April 2015 jam 12.00 WIB. Pasien mengeluh mata sebelah kanan

mengganjal setelah terkena kuku tangan cucu pasien. Rasa

mengganjal disertai nyeri, mata merah, blefarospasme,

lakrimasi, dan terdapat fotofobia.Tidak terdapat sekret.

Pada pemeriksaan fisik kesadaran compos mentis,

keadaan umum pasien baik, tanda vital dan status internus

dalam batas normal.Pada pemeriksaan status oftalmologis

visus OD adalah 20/40, OS 20/ 30. Pemeriksaan segmen

anterior dalam batas normal. Defek epitel kecil terlihat

jelas pada saat dilakukan tes fluoresin, yang memberikan

warna hijau, pada tempat erosi. Erosi berukuran 2 mm,

terletak di kornea superfisialis perifer lateral

VI. DAFTAR MASALAH

MasalahAktif MasalahPasif

Mata kanan mengganjal

Nyeri

Page 9: Laporan Mata

Mata merah

Visus turun

Fotofobia

Tampak defek epitel kornea

dengan tes fluoresin

-

VII. RENCANA PENGELOLAAN

a. Diagnosis : Erosis kornea et trauma tajam

b. Diferensial Diagnosis : keratitis Superfisial

c. Terapi : kloramfenikol 0,5% tetes mata

d. Monitoring :

Mata ditutup dengan kasa

Monitoring keteraturan minum obat dan penggunaan tetes mata

Monitoring efek samping obat

e. Edukasi :

Jelaskan penyakitnya

Minum obat secara teratur

Memelihara dan menjaga kebersihan mata

Kontrol terartur dan rutin ke dokter

Jelaskan tetang komplikasi yang akan terjadi bila tidak terartur dan

rutin kedokter

VIII. PROGNOSIS

Quo ad Vitam :

OD : ad bonam

OS : ad bonam

Quo ad Sanam:

OD : ad bonam

OS : ad bonam

Page 10: Laporan Mata

Quo ad cosmeticam:

OD : dubia ad bonam

OS : ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kornea

1. Anatomi

Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan,

berukuran 11 - 12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta memiliki

indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara

dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia.

Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari aqueus

humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata. Sebagai

tambahan, kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus. Kornea

adalah salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf

terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan

konjungtiva. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 µm, diameter

horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.3

2. Histologi

Secara histologis, lapisan sel kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu

lapisan epitel, lapisan Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan

endotel.3

Permukaan anterior kornea ditutupi epitel berlapis gepeng tanpa

lapisan tanduk dan tanpa papil. Di bawah epitel kornea terdapat membran

limitans anterior (membran Bowman) yang berasal dari stroma kornea

(substansi propia). Stroma kornea terdiri atas berkas serat kolagen paralel

yang membentuk lamella tipis dan lapisan-lapisan fibroblas gepeng dan

bercabang. Permukaan posterior kornea ditutupi epitel kuboid rendah dan

Page 11: Laporan Mata

epitel posterior yang juga merupakan endotel kornea. Membran Descemet

merupakan membran basal epitel kornea dan memiliki resistensi yang

tinggi, tipis tetapi lentur sekali.4,5

3. Perdarahan dan Persarafan

Kornea mendapat nutrisi dari pembuluh-pembuluh darah limbus,

humor aqueous, dan air mata. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari

cabang pertama (ophthalmichus) dan nervus kranialis trigeminus. Saraf

trigeminus ini memberikan sensitivitas tinggi terhadap nyeri bila kornea

disentuh.3,5

4. Fisiologi Kornea

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang

dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan

oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi

atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh

“pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan

endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting

daripada epitel.

Kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih

parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel

menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya,

kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal

sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi.

Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan

hipertonisitas ringan pada lapisan air mata tersebut. Hal ini mungkin

merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial

dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.

Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-

lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui

stroma yang utuh. Agar dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak dan

larut-air sekaligus.

Page 12: Laporan Mata

Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya

mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma

yang avaskular dan membran Bowman mudah terkena infeksi oleh

berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur.6

Adapun faktor-faktor yang sering menyebabkan kelainan pada

kornea adalah:7

a. Dry eye

Kelainan ini muncul ketika lapisan air mata mengalami defisiensi

sehingga tidak dapat memenuhi batas-batas kecukupan, baik secara

kuantitatif maupun kualitatif, yang kemudian diikuti dengan keluhan

subjektif. Kekurangan cairan lubrikasi fisiologis merupakan faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi mikroba pada mata.

b. Defisiensi vitamin A

Kelainan kornea oleh karena defisiensi vitamin A dapat

menyebabkan kekeringan yang menggambarkan bercak Bitot yang

warnanya seperti mutiara yang berbentuk segitiga dengan pangkal di

daerah limbus. Bercak Bitot seperti ada busa di atasnya. Bercak ini

tidak dibasahi oleh air mata dan akan terbentuk kembali bila dilakukan

debridement. Terdapat dugaan bahwa bentuk busa ini merupakan

akibat kuman Corynebacterium xerosis. Hipovitamin A ini juga dapat

menyebabkan keratomalasia dan tukak kornea dimana akan terlihat

kornea nekrosis dengan vaskularisasi ke dalamnya.

c. Abnormalitas ukuran dan bentuk kornea

Abnormalitas ukuran dan bentuk kornea yang terjadi adalah

mikrokornea dan megalokornea. Mikrokornea adalah suatu kondisi

yang tidak diketahui penyebabnya, bisa berhubungan dengan gangguan

pertumbuhan kornea fetal pada bulan ke-5. Selain itu bisa juga

berhubungan dengan pertumbuhan yang berlebihan dari puncak

anterior optic cup yang meninggalkan sedikit ruang bagi kornea untuk

berkembang. Mikrokornea bisa berhubungan dengan autosomal

Page 13: Laporan Mata

dominan atau resesif dengan prediksi seks yang sama, walaupun

transmisi dominan lebih sering ditemukan. Megalokornea adalah

suatu pembesaran segmen anterior bola mata. Penyebabnya bisa

berhubungan dengan kegagalan optic cup untuk tumbuh dan anterior

tip menutup yang meninggalkan ruangan besar bagi kornea untuk

untuk diisi.

d. Distrofi kornea

Deposit abnormal yang disertai oleh perubahan arsitektur kornea,

bilateral simetrik dan herediter, tanpa sebab yang diketahui. Proses

dimulai pada usia bayi 1-2 tahun dapat menetap atau berkembang

lambat dan bermanisfestasi pada usia 10-20 tahun. Pada kelainan ini

tajam penglihatan biasanya terganggu dan dapat disertai dengan erosi

kornea.

e. Trauma kornea

Trauma kornea bisa disebabkan oleh trauma tumpul, luka penetrasi

atau perforasi benda asing. Kemungkinan kontaminasi jamur atau

bakteri harus diingat dengan kultur untuk bakteri dan jamur diambil

pada saat pemeriksaan pertama jika memungkinkan. Trauma tumpul

kornea dapat menimbulkan aberasi, edema, robeknya membran

Descemet dan laserasi korneoskleral di limbus.

Trauma penetrasi merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata

karena pada keadaan ini kuman akan mudah masuk ke dalam bola

mata selain dapat mengakibatkan kerusakan susunan anatomik dan

fungsional jaringan intraokular.

Perforasi benda asing yang terdapat pada kornea dapat

menimbulkan gejala berupa rasa pedas dan sakit pada mata. Keluhan

ini mungkin terjadi akibat sudah terdapatnya keratitis atau tukak pada

mata tersebut.

B. Erosi Kornea

1. Definisi

Page 14: Laporan Mata

Merupakan keadaan terkelupasnyaepitel kornea yang dapat

diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Dalam waktu yang

pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi

defek epitel tersebut.7

2. Etiologi

Trauma kornea dapat disebabkan karena:

a. trauma tumpul

b. luka penetrasi atau perforasi benda asing

c. trauma tajam

3. Manifestsi klinik

Segera sesudah trauma, mata terasa sakit, juga pada setiap mengedip,

disertai lakrimasi, fotopobia, blefarospasme, tajam penglihatan menurun

Pada tempat erosi, tampak kornea lebih tipis, warna iris di belakang

erosi, terlihat lebih hitam. Defek epitel yang jelas bila dilakukan tes

fluorescein, yang memberikan warna hijau, pada tempat erosi. Flourensein

akan mewarnai membrane basal epitel yang defek dan dapt memperjelas

kebocoran aqueous akibat luka tembus (uji seidel positif),. Pola goresan

vertical di kornea mengisyaratkan adanya benda asing terbenam

dipermukaan konjungtiva tarsalis palpebral superior.8,9

Kadang – kadang mata sukar sekali dibuka sehingga pemeriksaan

mendapat hambatan. Dalam hal ini dapat diberikan anestesi local untuk

mempermudah pemeriksaan, tetapi harus dibatasi pemakaiannya, karena

dapat memperhambat epitelisasi. Harus waspada juga tehadap infeksi

akibat herpes simpleks, karenanya periksa juga sensibilitas kornea di mana

pada herpes simpleks terhada penurunan sensibilitas kornea.8

Penderita dengan erosi kornea harus sering dikontrol untuk

memperhatikan adanya regresi dan progresifitas defek epitel.9

4. Tatalaksana

Defek epitel kornea ringan diterapi dengan salep antibiotic dan balut

tekan (pressure patch) untuk mengimobilisasi palpebrae. Pada pengeluaran

Page 15: Laporan Mata

benda asing, dapat diberikan anestesik topical dan digunakan sebuah spud

(alat pengorak) atau jarum berukuran kecil untuk mengeluarkan benda

asingnya.

Luka harus diperiksa setiap hari untuk mencari tanda – tanda infeksi

sampai luka sembuh sempurna.

Larutan anestesi topical jangan pernah diberikan kepada pasien untuk

dipakai ulang setelah cedera kornea, karena hal ini memperlambat

penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut, dan dapat menyebabkan

pembentukan jaringan parut kornea yang permanen, yang secara klinis

menyerupai tamplan ulkus infeksi. Pemakainan steroid harus dihindari bila

masih ada defek epitel.9

Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas.

Untuk mencegah nfeksi bakteri diberikan antibiotika sepert antibiotika

spectrum luas Neosporin, kloramfenikol dan sulfasetamid tetes mata.

Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka diberikan

sikloplegik aksi – pendek seperti tropikamida. Pasien akan merasa lebih

tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan

tertutup kembali setelah 48 jam.7

PEMBAHASAN

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang

dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Dalam waktu

yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi

defek epitel tersebut.

Dari anamnesis didapatkan informasi pasien mengeluhkan mata

sebelah kanan terasa sakit, juga pada setiap mengedip, disertai lakrimasi,

fotopobia, blefarospasme. Dari pemeriksaan fisik didapatkan penurunan

visus pada mata sebelah kanan. Dari pemeriksaan penunjang dengan

Page 16: Laporan Mata

fluorensi ditemukan defek kornea berwarna hijau pada kornea dekstra

perifer lateral.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang, dapat ditegakkan diagnosis bahwa pasien mengalami erosi

kornea et causa trauma tajam. Pada pasien ini di berikan terapi

farmakologi: sikloplegia untuk mengurangi rasa sakit dan

mengistirahatkan matanya, antibiotika tetes, untuk mencegah timbulnya

infeksi sekunder, dan nonfarmakologi: memberikan penutup mata sebelah

kanan, agar pertumbuhan epitel tidak terganggu oleh kedipan.

Page 17: Laporan Mata

DAFTAR PUSTAKA

1. James, Bruce. Trauma : Oftamologi edisi kesembilan. Jakarta:

Erlangga. 2006.

2. Vaughan, Daniel,G. Trauma : Oftamologi Umum edisi ke-14. Jakarta:

Widya Medika. 2000.

3. Riordan-Eva,p. Anatomi & Embriologi Mata. In: Vaughann, Ausbury.

Oftalmologi Umum edisi 17. Jakarta: EGC. 2010.

4. Eroschenko VP. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional

edisi 11. Jakarta: EGC. 2010.

5. Hollwich, F. Oftalmologi Edisi kedua. Jakarta: Binarupa Aksara. 1993.

6. Biswell, R. Kornea. In: Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum Edisi

17. Jakarta: EGC. 2010.

7. Ilyas, sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Jakarta: Badan

penerbit fakultas kedokteran universitas Indonesia. 2012.

8. Wijana, nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi tegal. 1993.

9. Augsburger, james. Trauma Mata & Orbita. In: Vaughan D.

Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC. 2010.