laporan pbl 3

13
LAPORAN PBL 3 BLOK GIT JAUNDICE Tutor PBL : dr. Belinda Nadesul ( Bagian Patologi Klinik FKUAJ ) Kelompok PBL 10 : 1. Filomena Fabiola K (2009-060-044) 2. Haris Cakrasana (2009-060-045) 3. Kenny (2009-060-046) 4. Debbie Rose K (2009-060-047) 5. Andika Surya Atmadja (2009-060-066) 6. Gabriella Christy (2009-060-067) 7. Amelia Budhianto A (2009-060-068) 8. Rama Josua N L (2009-060-029) 9. Elissa E Brenda (2009-060-030) 10. Marissa Gondo S (2009-060-186) 11. Elke Tjahja (2009-060-187) 12. Ernie Yanto (2009-060-189)

Upload: kenny-jap

Post on 28-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

GIT

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PBL  3

LAPORAN PBL 3

BLOK GIT

JAUNDICE

Tutor PBL : dr. Belinda Nadesul ( Bagian Patologi Klinik FKUAJ )

Kelompok PBL 10 :

1. Filomena Fabiola K (2009-060-044)2. Haris Cakrasana (2009-060-045)3. Kenny (2009-060-046)4. Debbie Rose K (2009-060-047)5. Andika Surya Atmadja (2009-060-066)6. Gabriella Christy (2009-060-067)7. Amelia Budhianto A (2009-060-068)8. Rama Josua N L (2009-060-029)9. Elissa E Brenda (2009-060-030)10. Marissa Gondo S (2009-060-186)11. Elke Tjahja (2009-060-187)12. Ernie Yanto (2009-060-189)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA 2010-2011

Jl. Pluit Raya No.2 Jakarta 14440

Page 2: LAPORAN PBL  3

KATA PENGANTAR

 

 

     Puji syukur kita persembahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa ,oleh karena kasih dan

rahmatNya kami semua dapat menyelesaikan tulisan ini. Terima kasih juga kami ucapkan pada

dokter Belinda yang telah mejadi fasilitator kami pada waktu PBL serta dokter pendamping.

 

Pembuatan tulisan ini bertujuan untuk membantu mahasiswa kedokteran agar dapat

memahami patofisiologi, diagnosis dan tatalaksana Jaundice atau Hiperbilirubinemia.

Maka, kami membuat tulisan yang mengarah kepada topik yang hendak disampaikan melalui

PBL ini yaitu tentang Jaundice.

Demikianlah, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

 

 

 

Jakarta, September 2011

 

 

 

Penyusun 

Page 3: LAPORAN PBL  3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario

A mother concerned that her 7 day old son's face, chest, and trunk were turning yellow since 4 days ago. The baby was born spontaneously with APGAR score 7/9. Birth weight 3400gr, birth length 50cm. The mother had cracked nipple and noticed baby’s stool are green. Baby urinated around 3 times per day. The temperature when patient came was 37,8C. Physical examination revealed irritable, weighing 2800g, yellowish until feet,with no sign of other illness.Lab finding showed total bilirubin level is 15mg/dL, Hb 17g/dL, Ht 51%, leucocyte 12700/μL, trombosit 323000/μL, blood group A/+, blood smear: erythrocyte: normocytic normochrom, anisocytosis -,poichilocytosis-, fragmentocyte -, blood group mother A/+.

Page 4: LAPORAN PBL  3

1.2 Latar Belakang

Hiperbilirubinemia pada anak merupakan salah satu gejala atau kelainan yang sering

terjadi di dalam masyarakat termasuk di Indonesia. Oleh karena itu hal ini sangat perlu untuk

kita ketahui dan pahami agar kita dapat menegakkan diagnosis bila menemui kasus seperti

ini.

Melalui PBL ini kita dapat mengetahui dan memahami lebih dalam apa itu Jaundice

atau Hiperbilirubinemia dari patofisiologinya, dan lain-lain. Setelah itu, kita juga dapat

mengetahui dan memahami apa saja hal yang dapat menyebabkan terjadinya

hiperbilirubinemia dan dapat mengetahui patofisologi terjadinya hal tersebut dan hal-hal apa

saja yang menjadi akibatnya.

Bahkan kita juga dapat mempelajari bagaimana cara agar kita dapat mendapatkan

diagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta memastikan diagnosis tersebut

dengan berbagai pemeriksaan penunjang.

Page 5: LAPORAN PBL  3

BAB II

HASIL DISKUSI

2.1 Step 1 (Clarify Unfamiliar Terms)

1. Cracked nipple : Luka atau lecet pada puting susu

2. Fragmentocyte: Pecahan sel darah merah yang bentuknya tidak beraturan

2.2 Step 2 (Define The Problems)

1. Apa yang dimaksud dengan APGAR score ?

2. Berapakah nilai normal hasil laboratorium ?

3. Mengapa feses bayi bisa menjadi hijau, Apakah buang air kecil 3 kali sehari masih

tergolong normal?

4. Mengapa berat badan bayi mengalami penurunan?

5. Menapa warna bayi menjadi kekuningan Apakah ada hubungan antara golongan darah dan

ASI ibu dengan kuningnya bayi ? Bagaimana membedakan keadaan kuning bayi yang

patologis dengan yang dalam keadaan normal ?

2.3 Step 3 (Brainstorming) dan Step 4 (Arrange Explanation Into Tentative Solution)

1. Apa yang dimaksud dengan APGAR score ?

APGAR :

1. Activity

2. Pulse

3. Grimace

4. Appearance

5. Respiration

Page 6: LAPORAN PBL  3

SCORING

APGAR

SIGN

2 1 0

Heart Rate (pulse)Normal (above 100 beats per minute)

Below 100 beats per minute

Absent (no pulse)

Breathing

(rate and effort)

Normal rate and effort, good cry

Slow or irregular breathing, weak cry

Absent (no breathing)

Grimace

(responsiveness or “reflex irritability”)

Pulls away, sneezes, or coughs with stimulation

Facial movement only (grimace) with stimulation

Absent (no response to stimulation)

Activity

(muscle tone)

Active, spontaneous movement

Arms and legs flexed with little movement

No movement, “floppy” tone

Apperance

(skin coloration)

Normal (color all over hands and feet are pink)

Normal color (but hands and feet are bluish)

Bluish-gray or pale all over

APGAR score diambil saat menit pertama kelahiran:

0-3 : Asfiksia berat

4-6: Asfiksia ringan

7-10:Normal

2. Berapakah nilai normal hasil laboratorium ?

Page 7: LAPORAN PBL  3

Berat bayi lahir : 3300 – 3900 gram

Panjang bayi lahir : 45-55 cm

Hb : 13,6 – 19,6 gr/dL

Ht : 44 – 65 %

Leukosit : 13.000 – 38.000/μL ( Tertinggi saat bayi berusia 12 jam )

Trombosit : 200.000 – 475.000/μL

Bilirubin total, dengan perkiraan sebagai berikut :

Perkiraan dengan melihat bagian tubuh yang berubah menjadi menguning:

1. Warna kekuningan terbatas dari wajah dan bagian dada diatas pusar : ± <12 mg/dL2. Warna kekuningan tampak terlihat sampai telapak tangan dan kaki : ± >15 mg/dL

3. Mengapa feses bayi bisa menjadi hijau, Apakah buang air kecil 3 kali sehari masih tergolong

normal?

Feses bayi berwarna hijau tidak ada hubungannya dengan minum Air Susu Ibu. Melainkan karena mekonium yang memang berwarna hijau kehitaman.

Buang air kecil sebanyak 3 kali dalam sehari masih tergolong normal

4. Mengapa berat badan bayi mengalami penurunan?

Karena puting sang ibu mengalami luka, sehingga keinginan untuk menyusui pun berkurang karena takut akan rasa sakit. Hal ini menyebabkan ASI yang keluar pun jumlahnya sedikit. Atau dengan adanya luka pada puting susu ibu, menyebabkan sang ibu enggan untuk menyusui bayi, hal ini berujung pada menurunnya berat badan si bayi.

5. Mengapa warna bayi menjadi kekuningan Apakah ada hubungan antara golongan darah dan

ASI ibu dengan kuningnya bayi ?

Kami mengungkapkan beberapa opini, yakni:

- Jaundice yang terjadi fisiologis, karena proses fisiologis, yaitu karena terjadi perubahan dari HbF menjadi HbA, sehingga terjadi peningkatan eritrosit yang dipecah, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan kadar bilirubin indirek, yang menyebabkan jaundice.

Page 8: LAPORAN PBL  3

-Karena umur daripada sel darah merah bayi, lebih pendek daripada orang dewasa normal, sehingga terjadi pemecahan yang lebih cepat, hal ini menyebabkan jaundice fisiologis

- Karena sintesis enzim UDP Glukoronil transferase dan UDP Glukoronat belum sempurna, sehingga bahan yang berguna untuk membentuk bilirubin dalam untuk terkonjugasi tidak mencukupi, menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia, lalu menyebabkan jaundice.

-Karena belum sempurnanya fungsi dari hepar sendiri.

- Terdapat hubungan antara jaundice dengan adanya beda Rhesus dan bedanya golongan darah sang ibu

Dan kami pun menemukan beberapa istilah berikut:

Jaundice: Warna kekuningan pada kulit, mukosa, sklera, yang disebabkan karena keadaan hiperbilirubinemia.

Breast milk Jaundice: Meningkatnya bilirubin indirek karena kandungan dari ASI, sehingga menghambat pengkonjugasian bilirubin indirek menjadi bentuk direk

2.4 Step 5 (Define Learning Objective)

1. Menjelaskan istilah Jaundice

2. Menjelaskan metabolism bilirubin

3. Menjelaskan perbedaan hiperbilirubinemia fisiologis dan non-fisiologis

4. Menjelaskan hubungan hiperbilirubinemia dengan ASI

5. Menjelaskan tentang Kern Icterus

6. Memahami cara mendiagnosa hiperbilirubinemia

7. Memahami tatalaksana pasien dengan hiperbilirubinemia

Yang gw omongin pas pertemuan kedua

1. Definisi Jaundice:

Page 9: LAPORAN PBL  3

Jaundice atau ikterus adalah diskolorasi warna berupa kekuningan / kuning kehijauan pada kulit, membrane mukosa, sclera dan cairan tubuh, yang disebabkan karena meningkatnya level bilirubin yang bersirkulasi.

3. Jaundice fisiologis

- Uptake bilirubin oleh hepar masih rendah

- Meningkatnya resirkulasi enterohepatik bilirubin

4. Breast milk jaundice:

– Ada pendapat bahwa enzim lipase dan asam lemak rantai panjang yang tidak teresterifikasi pada ASI dapat menghambat ekskresi bilirubin hepatic, sedangkan β-glucoronidase pada ASI meningkatkan sirkulasi bilirubin intrahepatik. Resirkulasi meningkat namun ekskresi tergnggu, menyebabkan kadar bilirubin yang bersirkulasi meningkat sehingga terjadi jaundice.

5. Kern Icterus

- Yang beresiko lebih tinggi untuk mengalami kern icterus adalah neonatusndengan jaundice dengan keadaan umum yang jelek, yang juga disertai dengan faktor eksternal yang memperburuk.

6. Diagnose

Laboratory test pada hiperbilirubinemia tak terkonjugasi

- Keadaan hiperbilirubinemia tanpa adanya hemolisis, dapat diduga karena infeksi, sehingga urinalisis, pewarnaan gram, dan kultur mungkin bisa membantu untuk menegakkan diagnose.

Point kunci. Pendekatan terhadap neonatal jaundice

1. Tentukan, apakah jaundice tersebut disebabkan hiperbilirubinemia terkonjugasi atau tak terkonjugasi

2. Hiperbilirubinemia terkonjugasi selalu disebabkan karena proses patologik pada usia sedemikian. (Kadang diperlukan pemeriksaan tambahan e.g. imaging )

3. Kebanyakan anak-anak dengan hiperbilirubinemia tak terkonjugasi akan juga mengalami physiologic atau breast milk jaundice.

Page 10: LAPORAN PBL  3

- Harus juga dibedakan. Anak yang mengkonsumsi sejumlah jeruk ataupun sayuran berwarna merah (misal: tomat ), dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna kekuningan dari kulit mereka. Sayuran yang mengandung carotene dapat memproduksi carotodermia, disamping itu, sayuran merah dapat memproduksi lycopenenemia.Diskolorasi ini tidak melibatkan sclera dan anakpun tidak tampak sakit.

7. Tatalaksana

-TX buat hiperbilirubinemia tak terkonjugasi

1. Bayi yang lahir cukup bulan, dengan level bilirubin serum >15mg/dL dalam usia 2 hari kelahiran atau >18 mg/dL setelah 2 hari kelahiran ditangani dengan Fototerapi

2. Tangani bayi yang lahir tidak cukup bulan dan bayi yang sakit ( sepsis atau keadaan infeksi atau penyakit hemolitik ) dengan penanganan dimana saat level bilirubin mengalami penurunan

3, Terapi suportif juga diperlukan