laporan pendahuluan tb

17
LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN TUBERCULOSIS 1. Definisi - Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar basil tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007) - Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon ( Hood Alsagaff, 1995) 2. Etiologi Pada 1882, Robert Koch menemukan bahwa agen penyebab TB merupakan organisme kompleks Mycobacterium tuberculosis (Fitzpatrick & Braden, 2000). Kuman ini berbentuk batang dan tahan asam, serta banyak mengandung lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan kuman ini tahan asam dan pertumbuhannya sangat lambat, kuman ini tidak tahan terhadap sinar ultraviolet karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari. Ukuran dari kuman tuberkulosiss ini kurang lebih 0,3 x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil dari pada ukuran sel darah merah (Sumantri, 2008). 3. Epidemiologi Epidemiologi tuberkulosis bervariasi nilainya di seluruh dunia. Angka tertinggi (100/100.000 atau lebih) ditemukan di Afrika sub-Sahara, India, China, dan pulau-pulau di Asia Tenggara dan Mikronesia. Angka intermediat tuberkulosis (26-100 kasus/100.000) muncul di Amerika Tengah dan Selatan, Eropa Timur, dan Afrika Utara. Angka rendah (kurang dari 25 kasus per 100.000 penduduk) muncul di Amerika Serikat, Eropa Barat, Kanada, Jepang, dan Australia . Dan diperkirakan 1 dari 14 kasus TB baru muncul pada individu yang terinfeksi HIV, 85% kasus-kasus ini muncul di Afrika (Horsburgh, 2010). Seperti yang disampaikan di atas, TB paru mencakup 80-85% dari seluruh kasus aktif; sedangkan TB ekstraparu mencakup 15-20% lainnya (Fitzpatrick & Braden, 2000).

Upload: diena-hyukkie-fithriana

Post on 01-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Tb

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN TUBERCULOSIS

1. Definisi

- Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh basil

Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar basil tuberculosis menyerang paru,

tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007)

- Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil

Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran

pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam

jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang

dikenal sebagai focus primer dari ghon ( Hood Alsagaff, 1995)

2. Etiologi

Pada 1882, Robert Koch menemukan bahwa agen penyebab TB merupakan

organisme kompleks Mycobacterium tuberculosis (Fitzpatrick & Braden, 2000). Kuman

ini berbentuk batang dan tahan asam, serta banyak mengandung lemak yang tinggi

pada membran selnya sehingga menyebabkan kuman ini tahan asam dan

pertumbuhannya sangat lambat, kuman ini tidak tahan terhadap sinar ultraviolet karena

itu penularannya terutama terjadi pada malam hari. Ukuran dari kuman tuberkulosiss ini

kurang lebih 0,3 x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil dari pada ukuran sel darah

merah (Sumantri, 2008).

3. Epidemiologi

Epidemiologi tuberkulosis bervariasi nilainya di seluruh dunia. Angka tertinggi

(100/100.000 atau lebih) ditemukan di Afrika sub-Sahara, India, China, dan pulau-pulau

di Asia Tenggara dan Mikronesia. Angka intermediat tuberkulosis (26-100

kasus/100.000) muncul di Amerika Tengah dan Selatan, Eropa Timur, dan Afrika Utara.

Angka rendah (kurang dari 25 kasus per 100.000 penduduk) muncul di Amerika Serikat,

Eropa Barat, Kanada, Jepang, dan Australia . Dan diperkirakan 1 dari 14 kasus TB baru

muncul pada individu yang terinfeksi HIV, 85% kasus-kasus ini muncul di Afrika

(Horsburgh, 2010). Seperti yang disampaikan di atas, TB paru mencakup 80-85% dari

seluruh kasus aktif; sedangkan TB ekstraparu mencakup 15-20% lainnya (Fitzpatrick &

Braden, 2000).

Page 2: Laporan Pendahuluan Tb

Hasil evaluasi pada tahun 1998 menggambarkan bahwa cakupan penemuan

penderita baru mencapai 9,8% dengan angka keberhasilan 89%, sehingga WHO

menggolongkan Indonesia sebagai penyelenggara program yang baik tapi ekspansi

sangat lambat (Depkes, 1999). Berdasarkan hasil Suskernas tahun 2004, prevalensi TB

di DIY dan Bali sebesar 64 per 100.000 penduduk, di Jawa 107 per 100.000, di Sumatra

160 per 100000, dan yang tertinggi daerah Indonesia Timur sebesar 210 per 100.000

penduduk.

4. Klasifikasi

Berdasarkan Depkes (2007) penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien yaitu:

a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

1) Tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru.

tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

2) Tuberkulosis ekstra paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,

selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian,

kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:

1) Tuberkulosis paru BTA positif.

a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan

gambaran tuberkulosis.

c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.

d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS

pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan

setelah pemberian antibiotika non OAT.

2) Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostic

TB paru BTA negatif harus meliputi:

a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.

b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.

c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

Page 3: Laporan Pendahuluan Tb

c. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.

1) TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks

memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ), dan atau

keadaan umum pasien buruk.

2) TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:

a) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa

unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

b) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,

pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih

dan alat kelamin.

d. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, dibagi menjadi beberapa

tipe pasien, yaitu:

Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan

BTA positif.

Kasus setelah gagal (Failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya.

Page 4: Laporan Pendahuluan Tb

Kasus lain:

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan.

5. Manifestasi klinis

Gejala-gejala tuberkulosis terdiri atas gejala umum yaitu batuk terus-menerus

dan berdahak selama tiga minggu atau lebih dan gejala lain, yang sering dijumpai yaitu

dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah,

nafsu makan menurun, berat badan turun, malaise, berkeringat malam walaupun tanpa

kegiatan, serta demam/ meriang lebih dari sebulan (Depkes, 2007).

6. Patofisiologi

Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat

yaitu saluran pernafasan , saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit.

Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara ( airbone ) yang cara penularannya dengan

droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya .(

Sylvia.A.Price.1995.hal 754 )

Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan

dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak

dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin

kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang

kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak

di paru-paru. ( dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 )

Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa

muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening

atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening

dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ

tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di

inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang

mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas

lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya

leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang

terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut.

Page 5: Laporan Pendahuluan Tb

Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening

regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan

yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh

limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru

yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening

regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami

pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani

pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis

adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan

kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun

basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.(Sylvia.A Price:1995;754)

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan

dapat meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus

dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan

bronkus rongga. Bahan perkijauan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir

melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijauan dan lesi

mirip dengan lesi berkapsul yang tidak lepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan

gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi

tempat peradangan aktif.(Syilvia.A Price:1995;754)

Batuk darah (hemaptoe) adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan

trakea dan saluran nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada batuk

darah masif yaitu 600-1000cc/24 jam.Batuk darah pada penderita TB paru disebabkan

oleh terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kapitas.(Hood

Al sagaff dkk:1995;85-86).

Page 6: Laporan Pendahuluan Tb
Page 7: Laporan Pendahuluan Tb

7. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut menurut Depkes (2005):

a. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan

kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial

c. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ika

pada proses pemulihan atau retraktif) pada paru.

d. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolapsspontan karena

kerusakan jaringan paru.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,ginjal dan sebagainya.

f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap dirumah sakit. Penderita

TBC paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa

mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus sembuh. Pada

kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan

pengobatan simtomatis.

8. Penatalaksanaan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah

kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman

terhadap OAT.

Jenis OAT

Dosis yang direkomendasikan

(mg/kg)

Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H)

Rifampicin (R)

Pyrazinamide (Z)

Streptomycin (S)

Ethambutol (E)

Bakterisid

Bakterisid

Bakterisid

Bakterisid

Bakteriostatik

5 (4-6)

10 (8-12)

25 (20-30)

15 (12-18)

15 (15-20)

10 (8-12)

10 (8-12)

35 (30-40)

15 (12-18)

30 (20-35)

Page 8: Laporan Pendahuluan Tb

Pengobatan tuberkulosis menurut Depkes (2007) dilakukan dengan prinsip - prinsip

sebagai berikut:

1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup

dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal

(monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan

dan sangat dianjurkan.

2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT

= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

3) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

a) Tahap awal (intensif)

(1) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi

secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

(2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

(3) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan.

(4) Jika setelah pengobatan 2 bulan pasien TB BTA positif belum menjadi BTA

negatif (tidak konversi), maka diberikan OAT sisipan (HRZE) sama seperti

paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28

hari).

b) Tahap Lanjutan

(1) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam

jangka waktu yang lebih lama.

(2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan.

Page 9: Laporan Pendahuluan Tb

Efek samping OAT

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan

1) Efek Samping Ringan Tidak ada nafsu makan mual, sakit perut , Nyeri Sendi Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki Warna kemerahan pada air seni (urine)

Rifampisin Parazinamid INH Rifampisin

Semua OAT diminum malam sebelum tidur Beri Aspirin Beri vitamin B6 (piridoxin) 100 mg per hari Tidak perlu diberi apa-apa, tapi perlu tapi perlu penjelasan pada pasien

2) Efek Samping Berat Gatal dan kemerahan kulit Tuli

Gangguan keseimbanga Ikterus tanpa penyebab lain Bingung dan muntah-muntah (permulaan ikterus karena obat) Gangguan penglihatan Purpura dan renjatan (syok)

Semua jenis OAT Streptomisin Streptomisin Hampir semua OAT Hampir semua OAT Etambutol Rifampisin

Berikan dulu anti-histamin, sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat jika tidak mereda, hentikan semua OAT. Streptomisin dihentikan, ganti Etambutol. Streptomisin dihentikan, ganti Etambutol Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang. Hentikan semua OAT, segeralakukan tes fungsi hati Hentikan Etambutol. Hentikan Rifampisin.

9. Pemeriksaan laboratorium

a. Radiologi

Pada hasil foto toraks posterior anterior (PA), lateral terlihat gambaran infiltrat atau

nodular terutama pada lapangan atas paru, terlihat kavitas, serta tuberkuloma atau

tampak seperti bayangan atau coin lesion. Pada TB primer tampak gambaran

radiologi berupa infiltrat pada paru-paru unilateral yang disertai pembesaran kelenjar

limfe di bagian infiltrat berada.

b. Mikrobiologi

Pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali setiap hari, berdasarkan pemeriksaan pada

basil tahan asam (BTA) guna memastikan hasil diagnosis. Akan tetapi hanya 30% –

Page 10: Laporan Pendahuluan Tb

70% saja yang dapat didiagnosis dengan pemeriksaan ini karena diduga tidak terlalu

sensitive

c. Biopsy jaringan

Dilakukan terutama pada penderita TB kelenjar leher dan bagian lainnya, dimana

dari hasil terdapat gambaran perkejuan dengan sel langerhan akan tetapi bukanlah

merupakan diagnosis positif dari tuberkulosis oleh karena dasar dari diagnosis yang

positif adalah ditemukannya kuman mycobacterium tuberkulosa.

d. Bronchoscopy

Hasil dari biopsi pleura dapat memperlihatkan suatu gambaran dan dapat digunakan

untuk bahan pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA).

e. Tes tuberkulosis

Tes mantouk diberikan dengan menyuntikan 0,1 cc Derivat Protein Murni (PPD)

secara intra muskuler (IM), kemudian dapat terlihat dalam 48 – 72 jam setelah dites,

dikatakan positif bila diameter durasi lebih besar dari 10 mm. Gambar berikut ini

merupakan gambaran pemeriksaan tes mantouk.

10. Asuhan keperawatan

A. Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat

Berkeringat, takikardi, takipnea/dispnea, kelelahan otot, nyeri dan sesak nafas

b. Integritas ego

Adanya faktor stress yang lama, perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan,

menyangkal, ansietas, ketakutan dan mudah tersinggung

c. Makanan/cairan

Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan , turgor kulit buruk, kering atau

kulit bersisik, kehilangan otot/hilang lemak

d. Nyeri/kenyamanan

Nyeri dada meningkat karena batuk berulang, berhati-hati pada area yang sakit,

perilaku distraksi dan gelisah

e. Pernafasan

Batuk produktif atau tak produktif, nafas pendek, riwayat tuberkulosis atau

terpajan pada individu terinfeksi, peningkatan prekuensi pernafasan (penyakit

luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura). Perkusi pekak dan penurunan

Page 11: Laporan Pendahuluan Tb

fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural). Bunyi nafas menurun/tak ada

secara bilateral atau unilateral (efusi pleura/pneumotorak). Bunyi nafas tubuler

atau bisikan pektoral diatas lesi luas. Krakels tercatat di atas apek paru selama

inspirasi cepat setelah batuk pendek (krakels postusic). Karakteristik sputum

hijau/purulen, mukosit kuning, atau bercak darah dan deviasi trakea (penyebaran

bronkhogenik).

f. Keamanan

Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV positif, demam

rendah atau sakit panas akut

g. Interaksi sosial

Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa

dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Kultur sputum

Positif atau mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit

b. Tes kulit (PPD, mantoux, potongan volimer)

Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48 – 72 jam setelah

injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya anti bodi

tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif

c. Photo thorak

Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium,

lesi sembuh primer atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB

dapat termasuk rongga atau area fibrosa

d. Biopsy jarum pada jaringan paru

Positif untuk granuloma TB

e. Histology atau jaringan

Positif untuk mycobacterium tuberculosis.

f. Elektrolit

Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi

g. Analisa gas darah

Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru-paru

Page 12: Laporan Pendahuluan Tb

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

a. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat;

penurunan kerja silia/statis sekret; kerusakan jaringan/tambahan infeksi; penurunan

pertahanan/ penekanan proses inflamasi; malnutrisi; terpajan lingkungan; kurang

pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen

Tujuan :

1) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko penyebaran

infeksi.

2) Menunjukkan atau melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan

lingkungan yang aman

Intervensi :

a) Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama

batuk, bersin, meludah dan bicara.

Rasional : membantu pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi program

pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang.

b) Identifikasi orang lain yang beresiko.

Rasional : orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk

mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.

c) Anjurkan pasien untuk batuk atau bersin dan mengeluarkan pada tisu dan

menghindari meludah. Kaji pembuangan sekali pakai dan tehnik mencuci tangan

yang tepat.

Rasional : perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.

d) Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, misalnya masker atau isolasi pernafasan.

Rasional : Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien.

e) Awasi suhu sesuai indikasi.

Rasional : Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.

f) Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang TB.

Rasional : Membantu pasien untuk mengubah pola hidup dan menghindari atau

menurunkan insiden aksaserbasi.

g) Tekankan pentingnya untuk tidak menghentikan terapi obat.

Rasional : Infeksi berlanjut akan meningkatkan penyebaran infeksi.

h) Dorong memilih atau mencerna makanan seimbang. Berikan makanan sering, kecil

dalam jumlah makanan yang tepat.

Page 13: Laporan Pendahuluan Tb

Rasional : Adanya anoreksia/malnutrisi sebelumnya menurunkan ketahanan

terhadap proses infeksi dan membantu penyembuhan. Makanan kecil dapat

membantu meningkatkan rangsang makan.

i) Kolaborasi dalam pemberian obat anti inflamasi pada TB.

Rasional : Menghindari infeksi tidak terjadi ulang

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret kental atau sekret

darah; kelemahan; upaya batuk buruk; edema trakea atau faringeal.

Tujuan :

1) Mempertahankan jalan nafas klien.

2) Mengeluarkan sekret tampa bantuan.

3) Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan kebersihan jalan nafas.

4) Berpartisipasi dalam program pengobatan, sesuai tingkat kemampuan atau sanitasi.

5) Menidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.

Intervensi:

1) Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman serta

penggunaan otot aksesori.

Rasional: Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis. Ronkhi dan

mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan

nafas yang dapat menimbulkan penggunaan atot aksesori pernafasan dan

peningkatan kerja pernafasan.

2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukus/batuk efektif; catat karakter, jumlah

sputum, adanya hemoptisis.

Rasional : pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental

atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronkhial dan

dapat memerlukan evaluasi/ intervensi lanjut.

3) Berikan klien posisi semi fowler. Bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam.

Rasional : Posisi membentu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya

pernafasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan

gerakan sekret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.

4) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; penghisapan sesuai keperluan.

Rasional : mencegah obstruksi/ aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila

pasien tak mampu mengeluarkan sekret.

5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra indikasi.

Page 14: Laporan Pendahuluan Tb

Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret,

membuatnya mudah dikeluarkan.

6) Lembabkan udara/oksigen inspirasi.

Rasional : Mencegah pengeringan membran mukosa, membantu mengencerkan

sekret

7) Berikan obat-obat sesuai indikasi; agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid.

Rasional : Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret,

bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkheal,

kortikosteroid berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia

c. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif

paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, sekret kental, edema bronkhial.

Tujuan:

1) Resiko terhadap pertukaran gas dapat dihindari.

2) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan GDA

dalam rentang normal.

3) Bebas dari gejala distress pernafasan.

Intervensi:

1) Kaji dispnea, takipnea, tak normal atau menurunnya bunyi nafas, meningkatkan

upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan.

Rasional : Memantau ada tidaknya penyakit yang berlanjut.

2) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis dan perubahan pada

warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.

Rasional : Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenisasi

organ vital dan jaringan.

3) Tunjukkan atau dorong bernafas selama ekshalasi, khususnya untuk pasien dengan

fibrosis atau kerusakan parenkim.

Rasional : Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps/

penyempitan jalan nafas.

4) Tingkatkan tirah baring/batasi aktifitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai

keperluan.

Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode

penurunan penafasan dapat menurunkan beratnya gejala.

5) Berikan oksigen tambahan yang sesuai.

Page 15: Laporan Pendahuluan Tb

Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder

terhadap penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan; sering

batuk atau produksi sputum dispnea, anoreksia, ketidak cukupan sumber keuangan.

Tujuan:

1) Menunjukkan berat badan meningkat dan bebas tampa malnutrisi.

2) Melakukan prilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan status nutrisi.

3) Mempertahankan BB yang tepat.

Intervensi

1) Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, turgor kulit, BB, integritas mukosa oral,

kemampuan/ketidakmampuan menelan, riwayat mual, muntah atau diare.

Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat atau luasnya masalah dan pilihan

intervensi yang tepat.

2) Pastikan pola diit biasa pasien yang disukai atau tidak disukai.

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan. Pertimbangan keinginan

individu dapat memperbaiki masukan diit.

3) Awasi masukan/pengeluaran BB secara periodik.

Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

4) Motivasi dan berikan periode istirahat sering.

Rasional : Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik

meningkat saat demam.

5) Berikan perawatan mulut.

Rasional : Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk

pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.

6) Makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.

Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tampa kelemahan yang tak perlu atau

kebutuhan energi dari makan makanan banyak menurunkan iritasi gaster.

7) Motivasi orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah.

Rasional : Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan.

8) Rujuk ke ahli diit untuk menentukan komposisi diit.

Rasional : Memberikan bantuan dalam perencanaan diit dengan nutrisi adekuat

untuk kebutuhan metabolik dan diit.

9) Awasi pemeriksaan laboratorium seperti BUN, protein serum dan albumin.

Page 16: Laporan Pendahuluan Tb

Rasional : Nilai rendah menunjukkan mal nutrisi dan menunjukkan kebutuhan

intervensi atau perubahan program terapi.

10) Berikan antipiretik secara tepat.

Rasional :Demam meningkat kebutuhan metabolik dan juga konsumsi kalori.

e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan dan

pencegahan berhubungan dengan kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi,

keterbatasan kognitif, tak akurat/tak lengkap informasi yang ada.

Tujuan:

1) Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi atau intervensi. Menyatakan

pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.

2) Melakukan prilaku/perubahan pola hiduo untuk memperbaiki kesehatan umum dan

menurunkan resiko pengaktifan ulang TB.

Intervensi:

1) Kaji kemampuan klien untuk belajar, mengetahui masalah, kelemahan, tingkat

partisipasi, lingkungan dan media terbaik bagi klien.

Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada

tahapan individu.

2) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawata, contoh hemoptisis, nyeri

dada, demam, kesulitan bernapas, kehilangan pendengaran dan vertigo.

Rasional : Dapat menunjukkan kemampuan atau pengaktifan ulang penyakit atau

efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.

3) Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diit karbohidrat dan

pemasukan cairan adekuat.

Rasional : Memenuhi kebutuhan metabolik, membantu meminimalkan kelemahan

dan meningkatkan penyembuhan. Cairan dapat mengencer atau mengeluarkan

sekret.

4) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan

pengobatan lama. Kaji interaksi dengan obat lain.

Rasional : Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah

penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien.

5) Kaji efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.

Rasional : Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan

terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program.

Page 17: Laporan Pendahuluan Tb

6) Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut/masalah.

Rasional : Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan

konsepsi/peningkatan ansietas.

7) Dorong untuk tidak merokok.

Rasional : Meskipun tidak merangsang berulangnya TB, tetapi meningkatkan

disfungsi pernafasan/bronchitis.

8) Kaji bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktifitas.

Rasional : Pengetahuan dapat menurunkan penularan dan reaktivitas ulang