laporan penelitian stimulus ... - universitas nasionalrepository.unas.ac.id/856/1/laporan penelitian...
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN STIMULUS
UNIVERSITAS NASIONAL
HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN STUNTING PADA BALITA
DI PUSKESMAS PADEMANGAN JAKARTA UTARA
TIM PENELITI
Ketua : Rukmaini, S.ST.,M.Keb Anggota : dr. Rizki Azenda, Sp.O.G. Siti Maesyaroh
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2020
DENGAN BANTUAN BIAYA
DARI UNIVERSITAS NASIONAL
2
3
KATA PENGATAR
Segala puji dan puji sukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semua
umat, Tuhan seluruh alam dan Tuhan dari segala hal yang telah memberi rahmat dan
karunianya sehingga proposal penelitian stimulus dengan judul “Analisis Jenis Anemia pada
Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2019”.
Saya menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini tidak akan terselesaikan
tanpa adanya Ridho Illahi, bantuan dan masukan dari berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini saya mengucapkan „Alhamdulilahirobilalamin‟ beserta terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Universitas Nasional atas bantuan dana yang diberikan
2. Prof. Ernawati Sinaga, M.Si., Apt, Warek III bidang penelitian , pengabdian kepada
masyarakat, dan kerjasama yang telah memotivasi, mendorong dan memberikan
semangat kepada Dosen-dosen Universitas Nasional untuk melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat dan juga mengusahakan dana dari Universitas
Nasional.
3. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Dr. Retno Widowati, M.Si.
4. Kepala Puskesmas Kec. Pademangan Jakarta utara yang telah memberikan
kesempatan untuk peneliti melakukan penelitian.
Akhirnya saya sebagai makhluk yang tidak sempurna memohon maaf apabila ada
kesalahan baik secara teknik, format ataupun isi dari laporan penelitian ini. Harapan saya
semoga penelitian yang akan dilakukan ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Jakarta, 2020
Penulis
4
HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN STUNTING PADA BALITA DI PUSKESMAS PADEMANGAN JAKARTA UTARA
ABSTRAK
Rukmaini, dr. Rizki Azenda, Sp.O.G, Siti Maesyaroh
Latar Belakang : Data WHO prevalensi stunting tahun 2017 sebesar 36,4%. Di Indonesia prevalensi stunting tahun 2018 sebesar 30,8%. Di DKI Jakarta prevalensi stunting tahun 2018 sebesar 20% (Profil Kesehatan Dinkes DKI Jakarta, 2018). Di Pademangan Barat Jakarta prevalensi stunting sebesar 21% (LB3 Gizi Pademangan, 2019) masih jauh dari batasan WHO yakni < 20%.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemiapada ibu hamil dengan kejadian stunting pada balita.
Metodelogi : Penelitian ini adalah penelitian observasional menggunakan desain studi case control dengan sampel kasus 41 balita dan sampel kontrol 41 balita. Teknik pengambilan sampel dengan Non Probability Sampling dengan Teknik Purposive Sampling. Kuesioner dalam penelitian ini sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan nilai koefisien cronbach’s alpha 0,847. Data dianalisis menggunakaan uji Chi Square dengan α 0,05 untuk mengetahui hubungan pada variabel penelitian.
Hasil penelitian : Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat anemia pada ibu hamil dengan kejadian stunting pada balita dengan faktor risiko OR=3,733.
Kesimpulan dan Saran : Kejadian anemia pada ibu hamil akan meningkatkan risiko stunting pada balita. Semua pihak harus berperan aktif dalam mengatasi masalah ini di mulai dari keluarga, masyarakat, institusi kesehatan dan Pemerintah.
Kata Kunci : Anemia, Stunting.
Kepustakaan : 47 pustaka (2013-2018)
5
ABSTRACT
RELATED OF ANEMIA IN PREGNANT MOTHER WITH STUNTING IN CHILDREN AT PUBLIC HEALTH CENTER PADEMANGAN JAKARTA
UTARA
Rukmaini, dr. Rizki Azenda, Sp.O.G, Siti Maesyaroh Background: Basic Health Rescarch in 2018, also noted that there was an increase Aln micronutrient deficiencies that appeared in anemia in pregnant women, from 48.9% to 2013 2018 Obyective:This research to determine the relationship between anemia in pregnant mother and the incidence of stunting in children Methodology: This research uses the Cross Sectional method. The sample in this wudy amounted to 30 people. The sampling technique uses total sampling. The research instrument consisted of a questionnaire and the Food Recall method. Data were analyzed using desceriptive statistics, the bivariate analysis technique pregnant the chi was square AUSed Research Results : The results showed a significant relationship between the history of anemia in pregnant mother with the incidence of stunting in children with a risk factor OR = 3,733 Conclusions and Recommendations:The incidence of anemia in pregnant mother will increase the risk of stunting in children. All parties must play an active role in overcoming this problem, starting from the family, community, health institutions and the government. Keywords : Anemia, Stunting
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………......................... 2
KATA PENGANTAR ................................................................................. 3
ABSTRAK ................................. ............................................................. 3
DAFTAR ISI ……………………………………………........................... 6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 8
B. Kerangka Teori…………….................................................... 11
C. Permasalahan .......................................................................... 12
D. Urgensi Penelitian …………...…………………………........ 12
E. Tujuan Penelitian……………….......………………….......... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Stunting....................................................................... 14
2.2 Dampak Stunting ……………........................................................... 15
2.3 Upaya Pencegahan Stunting .............................................................. 16
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………,,,,,,... 19
B. Alat, bahan dan Responden ……………,,,…………….......... 19
C. Cara Kerja ……………………………………..…………..... 10
IV. JADWAL DAN PEMBIAYAAN PENELITIAN 21
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 22
VI. KESIMPULAN 26
VII. DAFTAR PUSTAKA 27
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO mencatat bahwa di dunia lebih dari 2 juta kematian anak umur 6–12 tahun
berhubungan langsung dengan gizi terutama akibat stunting dan sekitar 1 juta kematian
akibat KEP (Kekurangan Energi dan Protein), vitamin A dan zinc (Martins, Florê, Santos,
Vieira, & Sawaya, 2011). Prevalensi stunting menurut WHO tahun 2017 sebesasr 36,4%
(WHO, 2017). Adanya 178 juta anak di dunia yang terlalu pendek berdasarkan usia
dibandingkan dengan pertumbuhan standar WHO, stunting menjadi indikator kunci dari
kekurangan gizi kronis, seperti pertumbuhan yang melambat, perkembangan otak
tertinggal dan sebagai hasilnya anak-anak stunting lebih mungkin mempunyai daya
tangkap yang lebih rendah (Nurafiatin, 2007).
Status gizi di Indonesia terutama pada balita yang sekarang masih menjadi permasalahan
di antaranya masalah gizi kurang, gizi buruk serta Stunting. Stunting atau biasa disebut
dengan balitapendekmerupakan indikasi buruknya status gizi dan digunakan sebagai
indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak (Senbanjo, Oshikoya, Odusanya, &
Njokanma, 2011). Stunting (balita pendek) ketika usia balita pada umumnya seringtidak
disadari oleh keluarga dan setelah 2 tahun baru terlihat dan berdampak pada kemampuan
kognitif dan produktivitas jangka panjang, bahkan bisa berdampak pada kematian
(Oktarina & Sudiarti, 2014).
Prevalensi stunting secara nasional tahun 2013 adalah 37,2 %, yang berarti terjadi
peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan2007 (36,8%). Prevalensi stunting
sebesar 37,2% terdiri dari 18,0% sangat pendek dan 19,2% pendek. Pada tahun 2013
prevalensi sangat pendek menunjukkan penurunan, dari 18,8% tahun 2007 dan 18,5%
8
tahun 2010. Prevalensi pendek meningkat dari 18,0 % pada tahun 2007 menjadi 19,2%
pada tahun2013. Hasil Riskesdas prevalensi stunting tahun 2018 di bandingkan dengan
tahun 2013 menurun menjadi 30,8% namun dengan kenaikan signifikan hanya pada
kategori sangat pendek yaitu 18,0% menjadi 11,5% dan hampir tetap pada kategori pendek
yaitu 19,2% menjadi 19,3% (Riskesdas 2013, 2018).
Penurunan dari prevalensi stuntingdi Indonesia tahun 2018 sebesar 30,8% masih tetap
jauh dari target RPJMN. Perbaikan masalah gizi dalam sasaran RPJMN 2015-2020
dengan target prevalensi stunting adalah 28%. Kemudian Dinkes DKI Jakarta juga
memaparkan bahwa kejadian stunting tahun 2018 masuk kategori akut kronis yaitu
sebesar 25%, meskipun mencapai target RPJMN 2015-2020 namun melebihi batasan
WHO yakni > 20 persen (ProfilKesehatanDinkes DKI Jakarta, 2018)
Prediktor terkuat terjadinya stunting pada usia 12 bulan adalah berat badan lahir rendah.
Sebagian besar bayi dengan BBLR mengalami gangguan pertumbuhan pada masa kanak-
kanak. Di negara-negara Asia, seperti Bangladesh, RRC, India, Pakistan, Filipina, dan Sri
Lanka, kejadian BBLR dapat memprediksi keadaan gizi anak pada masa prasekolah.
Sebuah kesimpulan dari 12 studi yang telah dilakukan mengungkapkan bahwa
pertumbuhan bayi yang IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) akan mengalami
kegagalan pertumbuhan pada dua tahun pertama. Pada sebuahpenelitianmenyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara BBLR dengan kejadian stunting pada siswa
kelas 1 di SDN Sambek, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Wonosobo (Maryanto. 2015).
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya stunting pada balita dan faktor- faktor
tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Salah satunya adalah anemia pada
saat kehamilan. Kadar hemoglobin ibu hamil berhubungan dengan panjang bayi yang
nantinya akan dilahirkan, semakin tinggi kadar Hb semakin panjang ukuran bayi yang
akan dilahirkan. Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan
9
zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi
plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin
(Wiyogowati, 2012).
Pademangan Barat merupakan salah satu wilayah di DKI Jakarta, lebih tepatnya di Jakarta
Utara. Wilayah ini memilikikepadatan penduduk cukup tinggi di bandingkan dengan luas
wilayah yaitu 24.422 jiwa/km2 dengan tingkat ekonomi yang variatif dan di dominasi oleh
masyarakat kelas menengah kebawah. Prevalensi stunting di Pademangan Barat I tahun
2020 yaitu dari sasaran balita sebesar 2307 terdapat 484 anak mengalami stunting atau
sebesar 21% dengan rincian 2% atau 46 anak mengalami sangat pendek (kerdil) dan 11%
atau 438 anak mengalami pendek (Laporan Tahunan Gizi Puskesmas Kecamatan
Pademangan, 2020). Hal ini menjadi perhatian penulis untuk menganalisa hubungan
anemia pada ibu hamil dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat 1 Jakarta Tahun 2020.
10
Kerangka Teori
Gambar 2.1 : Kerangka teori kejadian stunting
Sumber : Modifikasi UNICEF (1998), Achadi (2016), Kemenkes RI (2016) dan Dandara Swathma,
Hariati Lestari, Ririn Teguh Ardiansyah(2016)
Asupan Makanan Kurang
Status Kesehatan Buruk (riwayat menderita
penyakit) Berat badan lahir rendah
Kualitas dan
Kuantitas makanan dan ASI
Ekslusif
Jumlah dan
struktur
keluarga
Status Imunisasi
tidak lengkap
Pendapatan keluarga
rendah
Praktek pemberian makanan bayi, sanitasi, dan
perawatan selama kehamilan buruk,
Anemia saat
kehamilan
Sosial ekonomi (infrastruktur jalan, lapangan pekerjaan,
dan sumber daya
manusia)
Pengetahuan Ibu
Stunting
Jangka Pendek : Gangguan tumbuh
kembang
Jangka Panjang : Menurunnya kemampuan kognitif, kekebalan tubuh
rendah dan meningkatkan faktor resiko penyakit
11
B. Permasalahan
Di Indonesia prevalensi stunting tahun 2018 sebesar 30,8%. Di DKI Jakarta
prevalensi stunting tahun 2018 sebesar 20% (Profil Kesehatan Dinkes DKI
Jakarta, 2018). Di Pademangan Barat Jakarta prevalensi stunting sebesar 21%
(LB3 Gizi Pademangan, 2019) masih jauh dari batasan WHO yakni < 20%.
C. Urgensi Penelitian
Stunting menjadi indikator kunci dari kekurangan gizi kronis, seperti
pertumbuhan yang melambat, perkembangan otak tertinggal dan sebagai
hasilnya anak-anak stunting lebih mungkin mempunyai daya tangkap yang
lebih rendah (Nurafiatin, 2007).Status gizi di Indonesia terutama pada balita
yang sekarang masih menjadi permasalahan di antaranya masalah gizi kurang,
gizi buruk serta Stunting. Stunting atau biasa disebut dengan
balitapendekmerupakan indikasi buruknya status gizi dan digunakan sebagai
indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak (Senbanjo, Oshikoya,
Odusanya, & Njokanma, 2011). Stunting (balita pendek) ketika usia balita
pada umumnya seringtidak disadari oleh keluarga dan setelah 2 tahun baru
terlihat dan berdampak pada kemampuan kognitif dan produktivitas jangka
panjang, bahkan bisa berdampak pada kematian (Oktarina & Sudiarti, 2014).
12
D. Tujuan
1. Diketahui distribusi frekuensi kejadian Stunting pada balita dengan kehamilan
anemia di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat 1 Jakarta
2. Diketahui hubungan Anemia Pada Kehamilan, dengan kejadian stunting pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat 1 Jakarta.
3. Diketahui risiko anemia terhadap kejadian stunting pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat 1 Jakarta.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Stunting
2.1.1.1 Definisi Stunting
Stunting/pendek merupakan kondisi kronis yang menggambarkan
terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi dalam jangka waktu yang lama.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan
sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan
istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek adalah
balita dengan status gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umur bila
dibandingkan dengan standar baku WHO, nilai Z- scorenya kurang dari -2SD dan
dikategorikan sangat pendek jika nilai Z- scorenya kurang dari -3SD (Kemenkes
RI, 2010).
Stunting pada anak merupakan indikator utama dalam menilai kualitas modal
sumber daya manusia di masa mendatang. Gangguan pertumbuhan yang diderita anak
pada awal kehidupan, dapat menyebabkan kerusakan yang permanen (Anisa, 2014).
2.1.1.2 Etiologi Stunting
Masalah balita pendek menggambarkan masalah gizi kronis, dipengaruhi
dari kondisi ibu/calon ibu, masa janin dan masa bayi/balita, termasuk penyakit
yang diderita selama masa balita. Dalam kandungan, janin akan tumbuh dan
berkembang melalui pertambahan berat dan panjang badan, perkembangan otak
serta organ-organ lainnya. Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan
awal kehidupan menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Secara paralel
penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan
jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh
14
lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi di ekspresikan pada usia
dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek (Menko Kesra,2013).
2.1.1.3 Diagnosis dan Klasifikasi Stunting
Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur
panjang dan tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar dan hasilnya
berada di bawah normal. Secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan balita
seumurnya (Kemenkes,RI 2016).
Kependekan mengacu pada anak yang memiliki indeks TB/U rendah. Pendek
dapat mencerminkan baik variasi normal dalam pertumbuhan ataupun defisit dalam
pertumbuhan. Stunting adalah pertumbuhan linear yang gagal mencapai potensi
genetik sebagai hasil dari kesehatan atau kondisi gizi yang suboptimal (Anisa, 2014).
Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan tinggi badan/panjang badan
menurut umur ditunjukkan dalam tabel 2.
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi BerdasarkanIndeks
(PB/U)/(TB/U)
Indeks Kategori
Status Gizi
Ambang Batas (Z-Score)
Panjang Badan menurut Umur
(PB/U) atau
Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U)
Anak Umur 0-60 Bulan
SangatPendek <-3SD
Pendek -3SD sampai dengan <-2SD
Normal -2SD sampai dengan2SD
Tinggi >2SD
Sumber: Standar Antropometri Penilaiaan Status Gizi Anak (Kemenkes RI, 2011).
2.1.1.4 Dampak Stunting
Stunting mengakibatkan otak seorang anak kurang berkembang. Ini berarti
1 dari 3 anak Indonesia akan kehilangan peluang lebih baik dalam hal pendidikan
dan pekerjaan dalam sisa hidup mereka. Stunting bukan semata pada ukuran fisik
pendek, tetapi lebih pada konsep bahwa proses terjadinya stunting bersamaan
dengan proses terjadinya hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ
lainnya, termasuk otak (Achadi, 2016).
15
Dampak buruk dari stunting dalam jangka pendek bisa menyebabkan
terganggunya otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang
dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, risiko tinggi munculnya
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,
stroke dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang
berakibat pada rendahnya produktifitas ekonomi (Kemenkes RI, 2016).
2.1.1.5 Upaya Pencegahan Stunting
Intervensi gizi saja belum cukup untuk mengatasi stunting, diperlukan intervensi
dari berbagai sektor, antara lain :
a. Pencegahan stunting dengan sasaran ibuhamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), perlu diberikan makanan
tambahan bagi ibu hamiltersebut.
1) Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah (TTD), minimal 90
tablet selama kehamilan.
2) Kesehatan ibu harus selalu dijaga agar tidaksakit.
b. Pencegahan stunting pada saat bayilahir
1) Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan segera melakukan
IMD setelah bayilahir.
2) Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi ASI secaraeksklusif.
c. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2tahun
1) Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) dan ASI tetap dilanjutkan sampai bayi berumur 2tahun.
2) Bayi dan anak memperoleh kapsul Vitamin A dan imunisasi dasarlengkap
d. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat
strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguanpertumbuhan.
e. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
16
tangga termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas santasi
serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBS menurunkan kejadian sakit
terutama penyakit infeksi yang dapat membuat energi untuk perumbuhan
teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, zat gizi sulit diserap
oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan (Kemenkes RI,2016).
2.1.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting
WHO (2013) membagi penyebab terjadinya stunting pada anak menjadi 4
kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, makanan tambahan dan
komplementer yang tidak adekuat, menyusui daninfeksi. Pada dasarnya status gizi
anak dapat dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung, faktor
langsung yang berhubungan dengan stunting yaitu karakteristik anak berupa
jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir rendah, konsumsi makanan berupa
asupan energi rendah dan asupan protein rendah, faktor langsung lainnya yaitu
perawatan selama kehamilan, status kesehatan penyakit infeksi ISPA dan diare.
Pola pengasuhan tidak ASI ekslusif, pelayanan kesehatan berupa status
imunisasi yang tidak lengkap, dan karakteristik keluarga berupa pekerjaan orang
tua, pendidikan orang tua dan status ekonomi keluarga merupakan faktor tidak
langsung yang mempengaruhi stunting (UNICEF dan BAPPENAS 2011).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2,
nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi
karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005). Anemia
yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat kekurangan
zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan. Gangguan
penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat
besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Wanita hamil butuh zat
besi sekitar 40 mg perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak
kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia saat kehamilan.
Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi
ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua tahun menjadi penting
17
untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa
harus menghabiskan cadangan zat besinya (Mardliyanti, 2006).
Menurut Mochtar (2012) pengaruh anemia terhadap kehamilan, persalinan
dan nifas adalah keguguran, partus prematurus, inersia uteri, partus lama, ibu
lemah, atonia uteri, syok, afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia, infeksi
intrapartum dan bila terjadi anemia gravis (Hb dibawah 4 gr%) terjadi payah
jantung yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan
berakibatfatal.Bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh
kurang baik, seperti kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas, terjadi
cacat bawaan, cadangan zat besi(fe) kurang dalam darah dan inteligensia
rendah. Jadi, anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbiditas
serta motilitas ibu dan anak (Saifuddin, 2008).
Beberapa penyebab utama stunting diantaranya adalah hambatan
pertumbuhan dalam kandungan, asupan zat gizi yang tidak mencukupi untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada masa bayi dan
anak-anak, serta seringnya terkena penyakit infeksi selama awal masa
kehidupan (Istiany, 2013). Kekurangan gizi pada Ibu saat hamil dapat
mempengaruhi dan menghambat pertumbuhan janin, selain juga dapat
menyebabkan adanya gangguan pada fetus, plasenta, dan kesehatan ibu.
Beberapa hal ini terutama terjadi di lingkungan masyarakat miskin di mana
tidak cukup ketersediaan makanan yang bergizi serta pelayanan kesehatan yang
tidak memadai untuk Ibu Hamil (Finawati, 2014).
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2020 dengan melihat data
pada tahun 2019.Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat 1 Kecamatan Pademangan Jakarta Utara .
B. Alat, Bahan dan Responden
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah alat pengukuran berat badan
serta tinggi badan balita.
C. Cara Kerja
1. Pengumpulan data
Pengumpulan datadilakukan dengan pemeriksaan tinggi dan berat badan
pada balita.
2. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul selanjutnya pengolahan data penelitian
dilakukan dengan menggunakan SPSS.
Editing : Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan data riwayat Hb
pada status ibu.
Coding : merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi
berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari coditing adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat
memasukkan data.
19
Entry Data : Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dengan benar dan
juga sudah melewati pengcodingan, maka langkah selanjutnya adalah
memproses data agar dianalisis.
Cleaning : merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak.
3. Analisis Data
a. Analisa univariat
untuk melihat distribusi frekuensi darivariabel dependent dan variabel
independent. Dibuattable distribusi frekuensi dari semua sebaran variabel
yang terdapat dalam penelitian ini.
b. AnalisisBivariat
Data dianalisis dengan menghubungkan antara variabel independent
dengan variabel dependent. Untuk mengetahu ia dan tidaknya hubungan
antara variabel dependent dan variabel independent digunakan table silang
serta melakukan identifikasi variable yang bermakna dengan menggunakan
ujiChi-Square dengan tingkat kemaknaan 95%, yang berarti apabila P
value ≤0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel dependent
dan variable independent, dan apabila P value ≥0.05 berarti tidak ada
hubung anantara variabel dependent dan variabel independent.
20
BAB IV
JADWAL DAN PEMBIAYAAN PENELITIAN
A. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Bulan Feb’20
Maret’20
April’20 Mei’20 Juni’20 Juli’20
1. Persiapan proposal
2. Pengurusan Izin penelitian
3. Pengumpulan Data 4. Tabulasi dan
analisis Data
5 Pembuatan Laporan
B. Pembiayaan Penelitian
No. Uraian Rincian Total ( Rp,-)
PEMASUKAN
1. Universitas Nasional Rp. 5.000.000,-
2. Mandiri Rp. 3.000.000,-
TOTAL Rp. 8.000.000,-
PENGELUARAN
1 Pembuatan Proposal Rp. 350.000,-
2 Fotocopy 150 lbr X Rp
1.000,-
Rp. 150.000.-
3 Timbangan balita dan TB Rp. 1.500.000,-
4 Cendramata Rp. 1.000.000,-
5 Pembuatan Laporan Rp. 500.000,-
6 Souvenir responden Rp. 1.000.000,-
7 Transfort PP 10x Rp. 1.000.000,-
8 Snack dan makanan tambahan Rp. 2.000.000,-
10. Biaya Tak terduga Rp. 500.000,-
JUMLAH TOTAL Rp. 8.000.000,-
21
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Analisis Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Balita Stunting dan Tidak Stunting di wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat 1
Kejadian Stunting n Populasi %
Stunting 41 484 21
Tidak Stunting 41 1823 79
Total 82 2307 100
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat 1 terdapat sebanyak 484 balita
mengalami stunting (21%) dan di antaranya dipilih sebanyak 41 balita
stuntingsebagai kelompok kasus dan sebanyak 1823 balita tidak mengalami
stunting (79%) dan di antaranya dipilih sebanyak 41 balita tidak stunting sebagai
kelompok kontrol.
1. Distribusi Frekuensi Riwayat Anemia
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Riwayat Anemia Ibu pada Kehamilan TM III berdasarkan Kejadian Stuntingdi wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat 1
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat 1 dari 82 balita terdapat sebanyak 52
Riwayat Anemia Ibu Pada Kehamilan TM III
n %
Anemia 30 36,6
Tidak Anemia 52 63,4
Total 82 100
22
balita (63,4%) tidak riwayat anemia ibu pada kehamilan TM III, sedangkan
sebanyak 30 balita (36,6%) riwayat anemia ibu pada kehamilan TM III.
4.1.2. Analisis Bivariat
Hubungan Anemia dengan Kejadian Stunting
Tabel 4.3 Hubungan Riwayat Anemia Ibu pada Kehamilan TM III dengan Kejadian Stunting pada balita di wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat 1
Riwayat Anemia
Ibu pada Kehamilan
TM III
Stunting Tidak Stunting Total
OR P Value
n % n % n %
Anemia 21 51,2 9 22,0 53 64,6 3,733 (1,429
- 9,752)
0,012 Tidak
Anemia 20 48,8 32 78,0 29 35,4
Total 41 100 41 100 82 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 41 balita yang mengalami stunting
sebagian besar Riwayat Anemia Ibu pada Kehamilan TM III yaitu sebanyak 21
balita (51,2%), begitupula dari 41 balita yang tidak mengalami stunting sebagian
besar Riwayat Anemia Ibu pada Kehamilan TM III yaitu sebanyak 53 balita
(64,6%).
Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square didapatkan P-value
sebesar 0,012. p-value< 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti bahwa
Ada hubunganyang bermakna antara anak yang Riwayat Anemia Ibu pada
Kehamilan TM III terhadap kejadian stunting. Di dapatkan OR yaitu sebesar 3,733
yang berarti bahwa anak yang Riwayat Anemia Ibu pada Kehamilan TM III
mempunyai resiko mengalami stunting sebesar 3,733 kali lipat lebih tinggi
dibanding anak dengan ibu tidak memiliki Riwayat Anemia Ibu pada Kehamilan
TM III.
23
4.2. Pembahasan
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 41 balita yang mengalami stunting sebagian
besar Riwayat Anemia Ibu pada Kehamilan TM III yaitu sebanyak 21 balita (51,2%),
begitupula dari 41 balita yang tidak mengalami stunting sebagian besar Riwayat
Anemia Ibu pada Kehamilan TM III yaitu sebanyak 53 balita (64,6%).
Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square didapatkan P-value sebesar 0,012.
p-value < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti bahwa Ada hubungan
yang bermakna antara anak yang Riwayat Anemia Ibu pada Kehamilan TM III
terhadap kejadian stunting. Di dapatkan OR yaitu sebesar 3,733 yang berarti bahwa
anak yang Riwayat Anemia Ibu pada Kehamilan TM III mempunyai resiko
mengalami stunting sebesar 3,733 kali lipat lebih tinggi dibanding anak dengan ibu
tidak memiliki Riwayat Anemia Ibu pada Kehamilan TM III.
Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu disebabkan karena terjadinya penurunan
Hb yang diakibatkan karena selama hamil volume darah 50% meningka dari 4 ke 6 L,
volume plasma meningkat sedikit yang menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan
nilai hematokrit. Penurunan ini akan lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi
zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari
plasenta dan untuk penyediaan cadangan saat kehilangan darah waktu melahirkan.
Selama kehamilan rahim, plasenta dan janin memerlukan aliran darah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Smith et al., 2012).
Ibu hamil yang mengalami anemia gizi besi rentan terhadap kelahiran prematur dan
berat badan bayi lahir kurang. Hal ini karena selama kehamilan dibutuhkan
peningkatan produksi eritrosit yang komposisinya relatif pada lingkungan
hypoxintrauterine dan suplai oksigen ke janin yang dibutuhkan untuk perkembangan.
Zat besi yang adekuat dibutuhkan pada perjalanan melintasi plasenta untuk
24
memastikan kelahiran sesuai dengan usia kehamilan penuh. Selain itu, zat besi juga
dibutuhkan untuk pertumbuhan postnatal pada peningkatan sel darah merah dan
sebagai unsur pembangun masa tubuh bayi (Ibanez, 2015).
Sedangkan hasil analisis di atas pada variabel BBLR di dapatkan bahwa terdapat
hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada balita dengan OR cukup tinggi
yaitu sebesar 6,290. Kekurangan gizi pada Ibu saat hamil dapat mempengaruhi dan
menghambat pertumbuhan janin, selain juga dapat menyebabkan adanya gangguan
pada fetus, plasenta, dan kesehatan ibu. Beberapa hal ini terutama terjadi di
lingkungan masyarakat miskin di mana tidak cukup ketersediaan makanan yang
bergizi serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai untuk Ibu Hamil (Finawati,
2014).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Romadhoni dan Widyaningrum
tahun 2018 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermaksa antara iwayat
anemia ibu pada kehamilan dengan kejadian stunting pada balita di Kota Madiun.
Menurut asumsi peneliti, riwayat anemia ibu pada kehamilan TM III dapat
mempengaruhi kejadian stunting karena pemenuhan nutrisi selama kehamilan tidak
tercukupi sehingga janin berisiko BBLR, dimana BBLR berhubungan kuat dengan
kejadian stunting. Hal ini bisa saja terjadi seiring dengan keadaan sosial ekonomi
keluarga yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama
kehamilan dengan baik.
4.3. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan
peneliti membutuhkan waktucukup lama untuk melakukan pemeriksaan terhadap balita.
25
BAB VI
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat 1 Tahun
2020 diperoleh simpulan yaitu :
a. Balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat 1 terdapat sebanyak
484 balita mengalami stunting (21%).
b. Terdapat ibu yang mempunyai riwayat anemia pada kehamilan TM III sebanyak 30
orang (36,6%)
c. Ada hubungan yang signifikan antara riwayat anemia pada ibu dengan kejadian
Stunting pada balita
5.2. Saran
Bagi Puskesmas Pademangan
Diharapkan agar lebih digiatkan dalam pemberian KIE (komunikasi, informasi dan
edukasi) pada ibu hamil mengenai pentingnya pencegahan anemia melalui konsumsi
makanan yang mengandung protein, zat besi dan makanan yang bergizi seimbang untuk
dapat mencegah Stunting pada balita.
26
DAFTAR PUSTAKA
Achadi. (2016). Investasi gizi 1000 HPK dan Produktivitas Generasi Indonesia disampaikan pada : Lokakarya dan Seminar ilmiah “Peran Profesi dalam Upaya peningkatan Status Kesehatan dan Gizi pada Periode 1000 HPK” 12-13 November 2016. Jakarta..
Adair LS, Guilkey DK. Age Spesific determinants of stunting in Filipino children. The
Journal of Nutrition. 1997;127(2). Bappenas. (2011). Bidang Ekonomi. Bappenas : Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun
2011. Jakarta : Balitbangkes. Farah Okky Aridiyah dkk. Kemenkes RI. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antopometri penilaian status gizi anak. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Henningham, H. B & McGregor, S. G. (2009). Gizi dan Perkembangan Anak. In Gibney,
M. J. Dkk (Eds.), Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Hidayah, Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data
Jakarta : Salemba Medika. Kemenkes RI. (2011). Standar Antopometri Penilaian Status gizi anak. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar ; RISKESDAS. Jakarta: Baliitbang
Kemenkes RI. Kemenkes RI. (2016). Situasi balita pendek . Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Di
akses tanggal 2 Februari 2020. Kemenkes RI. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi (PSG). Jakarta. Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar ; RISKESDAS. Jakarta: Baliitbang
Kemenkes RI. Kumar dkk. (2015). Influence of infant-feeding practices on nutritional status of under-
five children. Indian J Pediatr, 73 (5) : 417-421. Kemenko Kesra. (2013). Kerangka kebijakan gerakan percepatan perbaikan gizi dalam
rangka seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK). Jakarta : Kementerian Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat.
27
Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Medica Aesculpalus. FKUI. Jakarta.
Martins, V. J. B., Florê, T. M. M. T., Santos, C. D. L., Vieira, M. D. F. A., & Sawaya, A. L. (2011). Long- Lasting Effects of Undernutrition, 1817–1846.https://doi.org/10.3390/ijerph8061817
Nasikhah, Raudhotun. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-
36 bulan di Kecamatan Semarang Timur. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.
Profil kesehatan Dinkes DKI Jakarta. (2018). Di akses tanggal 2 Februari 2020. Ramli, Agho KE, Inder KJ, Bowe SJ, Jacobs J dan Dibley MJ. Prevalence And Risk
Factor For Stunting And Severe Stunting Among Under Fives In North Maluku Province Of Indonesia. BMC Pediatrics. 2009: Vol (9): 64-73
Senbanjo, I. O., Oshikoya, K. A., Odusanya, O. O., & Njokanma, O. F. (2011).
Prevalence of and Risk factors for Stunting among School Children and Adolescents in Abeokuta , Southwest Nigeria, 29(4), 364–370.
Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Taufiqurrahman, M. (2014). Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.
Surakarta : LPP UNS dan UNS Press, pp : 62-3. Teshome dkk. (2014). Magnitude and determinants of stunting in children underfive
years of age in food surplus region of ethiopia : the case of west gojam zone. Ethiop. J. Health Dev., 23 (2) : 98-106.
UNICEF. (2014). Ringkasan Kajian Gizi. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Kementrian
Kesehatan. WHO. (2013). Nutrition landscape information system (NLIS) Country Profile
Indicators : Interpretation quite. (Serial Online) Akses : http://WHO.int/nutrition. Tanggal 1 Februari 2020.
WHO. (2014). WHA global nutrition targets 20205: Stunting policy brief. Geneva:
World Health Organization.