laporan praktikum alkoholdanfenol

33
LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI SENYAWA ALKOHOL DAN FENOL A. TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mengetahui senyawa yang termasuk alkohol dan fenol 2. Mengetahui reaksi pada identifikasi alkohol dan fenol B. DASAR TEORI Alkohol adalah Persenyawaan organik yang mempunyai satu atau lebih gugus hidroksil.Karena ikatan hidroksil bersifat kovaleen, maka sifat alcohol tidak serupa dengan hidroksida, tetapi lebih mendekati sifat air. Alkohol diberi nama yang berakhiran-ol. Alkohol dapat digolongkan berdasarkan ; a. Letak gugus OH pada atom karbon b. Banyaknya gugus OH yang terdapat (jumlah gugus hidroksilnya) c. Bentuk rantai karbonnya. OksidasiAlkohol sederhana mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.Oleh karena itu, etanol digunakan sebagai bahan bakar spirtus (spiritus). Reaksi pembakaran etanol, berlangsung sebagai berikut: Dengan zat-zat pengoksidasi sedang, seperti larutan K 2 Cr 2 O 7 dalam lingkungan asam, alkohol teroksidasi sebagai berikut: a. Alkohol primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk asam karboksilat. b. Alkohol sekunder membentuk keton.

Upload: adi-prayoga

Post on 23-Oct-2015

2.187 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI SENYAWA ALKOHOL DAN FENOL

A. TUJUAN

Mahasiswa diharapkan mampu :

1. Mengetahui senyawa yang termasuk alkohol dan fenol

2. Mengetahui reaksi pada identifikasi alkohol dan fenol

B. DASAR TEORI

Alkohol adalah Persenyawaan organik yang mempunyai satu atau lebih gugus

hidroksil.Karena ikatan hidroksil bersifat kovaleen, maka sifat alcohol tidak serupa

dengan hidroksida, tetapi lebih mendekati sifat air. Alkohol diberi nama yang

berakhiran-ol.

Alkohol dapat digolongkan berdasarkan ;

a. Letak gugus OH pada atom karbon

b. Banyaknya gugus OH yang terdapat (jumlah gugus hidroksilnya)

c. Bentuk rantai karbonnya.

OksidasiAlkohol sederhana mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida

dan uap air.Oleh karena itu, etanol digunakan sebagai bahan bakar spirtus (spiritus).

Reaksi pembakaran etanol, berlangsung sebagai berikut:

Dengan zat-zat pengoksidasi sedang, seperti larutan K2Cr2O7 dalam

lingkungan asam, alkohol teroksidasi sebagai berikut:

a. Alkohol primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut

membentuk asam karboksilat.

b. Alkohol sekunder membentuk keton.

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

c. Alkohol tersier tidak teroksidasi.

Reaksi oksidasi etanol dapat dianggap berlangsung sebagai berikut:

Etanal yang dihasilkan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk asam

asetat.Hal ini terjadi karena oksidasi aldehida lebih mudah daripada oksidasi

alkohol.

Pembentukan Ester (Esterifikasi)

Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat membentuk ester dan air.

Untuk membedakan suatu alkohol termasuk alkohol primer, sekunder atau

tersier dapat dilakukan menggunakan pereaksiLucas.Pereaksi Lucas dibuat dengan

dengan mereaksikan asam klorida pekat dan seng klorida. Pengamatan yang terjadi

ketika ditambah pereaksi Lucas adalah:

1. Untuk alkohol primer ketika ditembahkan pereaksi Lucas tidak terjadi

perubahan karena tidak terjadi reaksi kimia.

2. Pada alkohol sekunder ketika ditambah pereaksi Lucas terjadi reaksi kimia

namun sangat lambat. Untuk mempercepat reaksi yang terjadi yaitu dilakukan

pemanasan, setelah pemanasan sekitar 10 menit akan terbentuk 2 lapisan.

3. Sedangkan alkohol tersier ketika ditambahkan pereaksi Lucas akan bereaksi

denga cepat membentuk alkil klorida yang tak larut dalam larutan

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna

yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki

gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.Kata fenol juga merujuk

pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus

hidroksil.

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol

memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus

hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang

dapat dilarutkan dalam air.

Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam.Hal

ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat

melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat

bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-

satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif

melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.

C. ALAT DAN BAHAN

-Alat

a. Tabung Reaksi

b. Pipet tetes

c. Pemanas air

d. Gelas ukur 25 ml

e. Beker glass

f. Penjepit tabung

g. Batang Pengaduk

-Bahan

a. Etanol

b. Isopropanol

c. Fenol

d. K2Cr2O7 2%

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

e. FeCl3 2,5%

f. H2SO4 pekat

g. 1-Propanol

h. I2 dalam KI (larutan Iodine) →larutkan 5 g I2 dan 10 g KI dalam 50 ml aquadest

D. PROSEDUR

a) Alkohol

1. Tes Iodoform : sediakan 3 tabung masing-masing dengan etanol, sec-butanol dan

ter-butanol. Tambahkan 2 sampai 3 tetes KI. Dan tambahkan lar NaOH 10%

tetes demi tetes sampai warna iodium menghilang.

2. Tes Esterifikasi : 3 tabung isi masing-masing dengan etanol, sec-butanol, ter-

butanol. Tambahkan masing-masing dengan 1 ml asam asetat glacial, dan

tambahkan hati-hati 0,5 ml asam sulfat pekat. Campur dan panaskan perlahan

lalu tambahkan 3 ml air, amati uap yang terjadi.

3. Tes oksidasi : tambahkan 1 tetes as. Sulfat pekat ke dalam 5 ml lar. Bikromat 1%

.campurkan dan kocok dengan baik. Tambahkan 5 tetes cairan yang akan di tes

dan panaskan secara perlahan, amati perubahan warna larutan. Lakukan tes untuk

etanol, sec-butanol, dan ter-butanol.

b) Fenol

1. Tes FeCL3: masukan 1 tetes fenol dalam 5 ml air dan tambahkan 1 tetes FeCl3.

Amati warna yang terjadi.

2. Tes KMnO4 : masukan 5 ml lar fenol dalam tabung reaksi dan teteskan beberapa

tetes KMnO4 dan amati warna yang terjadi.

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

3. Uji keasaman : masing masing fenol dan alcohol di uji dengan kertas ph meter

dan di hitung phnya

E. DATA PENGAMATAN

a. Oksidasi alcohol

NO Langkah percobaan Persamaan reaksi Hasil pengamatan

1 C2H5OH +

K2Cr2O7

C2H5OH + K2Cr2O7 →

CH3OH

Bau alcohol hilang

(tidak berbau)

2 C3H5OH +

K2Cr2O7

C3H5OH + K2Cr2O7 →

C2H5COH

Bau alkohol

b. Esterifikasi

No Langkah percobaan Hasil Pengamatn

1 Butanol + CH3COOH + H2SO4 Aroma pisang

2 Etanol + CH3COOH + H2SO4 Aroma cuka

3 Isopropil + CH3COOH +

H2SO4

Aroma cuka

c. Tes iodofom

Tidak ada yang terbentuk endapan

d. Kelarutan fenol

No Langkah kerja Waktu larut

1 2 butir fenol + 5 ml H2O 1 menit 33 detik

2 2 butir fenol + 5 ml NaOH 1 menit 10 detik

e. Identifikasi alcohol alifatik dan aromatic

No Langkah kerja Hasil pengamatan

1 2 ml etanol + FeCl3 Berwarna kuning

2 2 ml fenol + FeCl3 Berwarna ungu gelap

3 2 ml asam salisilat + FeCl3 Berwarna ungu

kehitaman

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

f. Keasaman fenol

no Uji ph Nilai ph

1 fenol 5

2 etanol 6

F. PEMBAHASAN

Alkohol adalah senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH)

yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau

atom karbon lain.

Pada praktikum kali ini di dapatkan alcohol primer bila di oksidasi dengan oksidator

kuat maka alcohol bereaksi menjadi aldehid, bila dilakukan secara terus menerus

maka akan berubah menjadi asam karboksilat.

Penambahan 3 ml asam asetat glacial lalu di tambahkan 1 tetes etanol maka

reaksi yang terjadi yaitu cairan berubah warna menjadi bening, dan begitu pula hasil

yang di dapat pada penambahan 2prpanol & t-butanol.Selanjutnya campuran di

tambahkan larutan KMnO4 maka terjadi reaksi larutan tersebut berubah warna

menjadi merah muda dan agak bening.Sedangkan pada penambahan larutan H2SO4

di tambah KMnO4 warna merah muda pada larutan tersebut menjadi hilang. Berarti

jelas bahwasanya alcohol primer apabila di oksidasi dengan oksidator kuat maka ia

akan berubah menjadi aldehid.

Lalu pada percobaan reaksi alcohol dengan FeCl3 dengan penambahan fenol

maka didapatkan hasil, fenol berubah warna dari kekuningan menjadi kehitaman.Hal

ini di karenakan senyawa aromatic itu dapat bereaksi dengan larutan FeCl3, atau

larutan sekunder bereaksi dengan FeCl3.Sedangkan reaksi alcohol yang terjadi

antara FeCl3 degan 2-propanol larutan tidak terjadi perubahan warna apapun

karena senyawa alifatis tdak bereaksi dengan FeCl3, hal ini di karenakan alcohol

tersier tidak dapat di oksidasi dengan larutan apapun.

Pada test esterifikasi, butanol : etanol, isopropil, yang ditambahkan asam

asetat, asam sulfat serta ditambahkan air setelah pemanasan, menimbulkan bau

khas disetiap campurannya. Bagi butanol bau yang tercium aroma pisang, etanol bau

yang tercium yaitu bau asam cuka, bagi isopropyl bau yang tercium yaitu bau asam

cuka. Hal ini disebabkan karena adanya pemanasan.

Pada uji kelarutan senyawa alkohol dan fenol larut dalam air, hal ini

disebabkan karna adanya gugus polar yang terkandung pada kedua senyawa tersebut

yaitu gugus OH.Gugus OH bersifat polar karena membentuk ikatan dengan air,

sehingga dapat bercampur.Jadi bercampurnya zat tersebut tidak dipengaruhi oleh

reaksi kimia.

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

Pada tes kromat yaitu menggunakana K2Cr2O7 untuk membedakan alkohol

primer, sekundar dengan alkohol tersier.Alkohol primer dan sekunder bereaksi

positif dengan K2Cr2O7 yaitu terjadi reaksi oksidasi dimana alkohol primer di

oksidasi menjadi aldehid dan alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton.Sedangakan

alkohol tersier tidak dapat bereaksi dengan K2Cr2O7 karena alkohol tersier tidak

dapat dioksidasi.

Pada uji iodoform positif untuk alkohol primer dan alkohol sekunder

sedangkan negatif untuk alkohol tersier.Pada uji iodoform dihasilkan endapan kuning

terang, sedangkan pada uji atau tes FeCl3 positif untuk senyawa fenol, membentuk

kompleks berwarna ungu dan negatif untuk senyawa alkohol.

Pada menentukan keasaman didapatkan ph untuk fenol 5 dan etanol 6.

G. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan maka dapat di simpulkan :

1. Alkohol primer bisa dioksidasi baik menjadi aldehid maupun asam karboksilat

tergantung pada kondisi-kondisi reaksi.

2. Alkohol sekunder bila dioksidasi dengan oksidator lemah maka menjadi keton

3. Alcohol tersier merupakan alcohol yang tidak dapat di oksidasi dengan oksidator

apapun

4. Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus –OH dan

memiliki rumus umum R-OH, dimana “R” merupakan gugus alkil

5. Pada proses esterifikasi bau yang tercium adalah aroma pisang dan cuka

PRAKTIKUM IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

I. TUJUAN

1. Mempelajari sifat-sifat kimia aldehid dan keton

2. Mempelajari tes untuk membedakan aldehid dan keton

II. DASAR TEORI

Aldehida dan keton merupakan senyawa yang mempunyai gugus karbonil. Aldehida

mempnyai sedikitnya satu hydrogen yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan

keton tidak mempunyai hydrogen yang terikat pada karbon karbonil, hanya karbon

yang mengandung gugus R (R adalah alkil atau aromatic).

Dalam percobaan ini, dipelajari sifat-sifat kimia dari aldehida dan keton dengan

menggunakan beberapa tes/uji, yaitu:

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

1. Oksidasi dengan KMnO4 (oksidator Kuat)

Aldehida dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan oksidator kuat seperti

KMnO4. Tes positif jika ion MnO4- 9warna ungu) berubah menjadi endapan MnO2

(warna cokelat).

5 R-CHO + 2 KMnO4 (ungu) + H2SO4 5 R-COOH + MnO2 (coklat) + MnSO4 + H2O

2. Tes Tollens

Aldehida dengan pereaksi Tollens (oksidator lemah) dioksidasi menjadi asam

karboksilat, yang ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak.

R-CHO + 2 Ag(NH3)2OH 2 Ag (cermin perak) + R-COO- NH4+ + 3 NH3 + H2O

3. Tes Benedict

Aldehida alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi benedict

(kompleks ion Cu (II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu (II) direduksi menjadi

Cu2O (endapan berwarna merah bata). Aldehida aromatic dan keton tidak bereaksi

dengan pereaksi benedict.

R-CHO + 2 Cu2+ (biru) + 5 OH- R-COO- + Cu2O (merah bata)+ 3 H2O

4. Tes Fehling

Pereaksi fehling merupakan kompleks ion Cu (II) tartrat dalam larutan asam. Ion Cu

(II) direaksi menjadi Cu2) (endapan merah bata)

R-CHO + Cu2+ (biru) R-COO- + Cu2O (merah bata)

5. Tes Iodoform

Metil keton menghasilkan endapan berwarna kuning iodoform jika direaksikan

dengan iodine dalam larutan NaOH.

6. Tes 2,4-dinitrofenilhidrazin (2,4-DNPH)

Semua senyawa aldehida dan keton menghasilkan endapan dengan pereaksi 2,4-

dinitrofenilhidrazin. Reaksi ini umum digunakan untuk mengetahui adanya gugus

aldehida dan keton. Warna endapan yang terbentuk bervariasi mulai dari kuning

jingga hingga merah. Alcohol tidak memberikan hasil positif dengan tes ini.

ALAT DAN BAHAN

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

Alat

1. Tabung rekasi

2. Pipet Tetes

3. Batang Pengaduk

4. Penanggas air

5. Gelas Beaker

6. Gelas Ukur

7. Kertas Saring

8. Neraca Analitik

9. Corong

Bahan

1. Pereaksi tollens A

2. Pereaksi Tollens B

3. Formaldehid

4. Benzaldehid

5. Aseton

6. NaOCl 5 %

7. KI

8. Iodoform

III. PROSEDUR KERJA

PROSEDUR

1. Tes Iodoform

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

HASIL PENGAMATAN

Uji Tollens

Table 1. Pengamatan pada tes benedict

Larutan Sebelum Pemanasan Setelah Pemanasan

Formaldehid Warna hijau, lama-lama

berubah menjadi biru

Warna biru muda

Benzaldehid Warna biru muda, berbuih Terbentuk dua lapisan

Aseton Warna biru muda, Amorf Warna biru muda

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

ASAM KARBOKSILAT DAN ESTER

I. Tujuan

1. Mempelajari sifat-sifat fisika (kelarutan, keasaman, dan aroma) asam

karboksilat)

2. Membuat berbagai jenis ester dan mengetahui aromanya.

3. Mempelajari reaksi saponifikasi.

II. Dasar Teori

Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus

karboksil, –COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah gugus

hidroksil; antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia

yang unik dan untuk asam karboksilat (Fessenden, 1997).

Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh asam karboksilat adalah:

1. Reaksi Pembentukan Garam

Garam organik yang membentuk dan memiliki sifat fisik dari garam anorganik

padatannya, NaCl dan KNO3adalah garam organik yang meleleh pada temperatur

tinggi, larut dalam air dan tidak berbau. Reaksi yang terjadi adalah:

HCOOH + Na+ → HCOONa + H2O

2. Reaksi Esterifikasi

Ester asam karboksilat ialah senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan R

dapat berbentuk alkil. Ester dapat dibentuk berkat reaksi langsung antara asam

karboksilat dengan alkohol. Secara umum reaksinya adalah:

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

RCOOH + R’OH → RCOOR + H2O

3. Reaksi Oksidasi

Reaksi terjadi pada pembakaran atau oleh reagen yang sangat kokoh dan kuat

seperti asam sulfat, CrO3, panas.Gugus asam karboksilat teroksidasi sangat lambat.

4. Pembentukan Asam Karboksilat

Beberapa cara pembentukan asam karboksilat dengan jalan sintesa dapat

dikelompokkan dalam 3 cara yaitu: reaksi hidrolisis turunan asam karboksilat, reaksi

oksidasi, reaksi Grignat.

Esterifikasi adalah salah satu jenis reaksi dimana reaksi tersebut untuk

menghasilkan ester. Ester merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkan dari

asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada

sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari

beberapa jenis. Ester dapat dihasilkan dengan cara mereaksikan antara sebuah

alcohol dengan asam karboksilat. Hal-hal yang mempengaruhi esterifikasi adalah:

Suhu, Perbandingan zat pereaksi, Pencampuran, dan Katalis.

III. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Tabung reaksi

2. Pipet tetes

3. Batang pengaduk

4. Pemanas listrik

5. Kaca arloji

6. Gelas piala

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

7. Gelas ukur

8. Termometer

b. Bahan

1. Asam asetat

2. NaOH

3. Etanol

4. Asam salisilat

5. Metil salisilat

6. Asam benzoat

7. HCl

8. Isoamil alkohol

9. Metanol

10. H2SO4

IV. Prosedur Kerja

a. Asam karboksilat dan garamnya

1. Dimasukkan 2 mL aquades dan 10 tetes asam asetat ke dalam tabung reaksi. Diuji

baunya dan dicatat hasil pengamatan.

2. Diambil batang pengaduk dan dimasukkan ke dalam larutan di atas (1). Kemudian

diuji pH larutan tersebut dengan kertas indikator.

3. Ditambahkan 1 mL NaOH 2 M ke dalam larutan, dikocok dan digoyangkan tabung

reaksi. Diamati bau dan pH larutan dan dibandingkan dengan hasil pengamatan

sebelumnya.

4. Ditambahkan tetes demi teter HCl 3M hingga larutan menjadi asam. Apakah

baunya kembali seperti awal atau tidak.

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

5. Ditimbang 0,1 gr asam benzoat dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi baru.

Ditambahkan 2 mL air. Apakah larutan tersebut mempunya bau atau tidak.

Digoyangkan campuran tersebut. Bagaimana kelarutan benzoat?

6. Ditambahkan 1 mL NaOH 2 M, dikocok dan digoyangkan tabung reaksi dan dilihat

apa yang terjadi dengan padatan asam benzoat.

7. Ditambahkan tetes demi tetes HCl 3M hingga larutan menjadi asam

b. Esterifikasi

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10 tetes asam karboksilat dan 10 tetes

alkohol dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Asam asetat + Etanol

b. Asam asetat + Isoamil alkohol

c. Asam salisilat + Metanol

2. Ditambahkan 5 tetes asam sulfat pekat ke dalam setiap tabung dan digoyangkan

tabung tersebut.

3. Dipanaskan tabung reaksi tersebut selama 15 menit dengan suhu 60°C. Kemudian

didinginkan dan ditambahkan 2 mL aquades ke dalam tabung reaksi. Dipipet

beberapa tetes lapisan atas dari larutan dan ditempatkan dalam kaca arloji. Dicatat

bau yang terjadi.

c. Saponifikasi

1. Dimasukkan 10 tetes metil salisilat dan 5 mL NaOH 6M ke dalam tabung reaksi.

Dipanaskan dalam air mendidih selama 30 menit. Dilihat apa yang terjadi pada

lapisan ester

2. Didinginkan tabung pada temperatur kamar dengan menempatkannya dalam air

dingin. Diamati bau ester

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

3. Ditambahkan HCl 6M (1 mL setiap penambahan) hingga larutan menjadi asam.

Setiap penambahan diuji larutan tersebut dengan kertas lakmus. Diamati larutan

setelah menjadi asam.

V. Data Pengamatan

VI. Pembahasan

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisika senyawa asam

karboksilat dan pembentukan ester serta saponifikasi yang dibuat dari reaksi asam

karboksilat. Asam karboksilat merupakan senyawa organik yang memiliki gugus

hidroksil yang terikat pada atom karbon karbonil. Percobaan pertama dilakukan

untuk mengetahui garam yang terbentuk dari reaksi dengan senyawa dan menguji

kelarutan asam asetat dalam air, dan dihasilkan larutan asam asetat dapat larut

dalam air dan dihasilkan bau asam cuka dengan pH 3. Setelah itu ditambahkan

dengan NaOH 2 M, dan dihasilkan bau asam menghilang dan pH larutan menjadi 13.

Pada reaksi ini terjadi reaksi penetralan asam asetat dengan adanya basa NaOH,

tetapi karena jumlah NaOH yang ditambahkan terlalu banyak, larutan menjadi

terlalu basa sehingga pH nya menjadi 13.

Reaksi:

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Selanjutnya larutan diasamkan kembali dengan menambahkan larutan HCl 3 M, pada

percobaan larutan HCl yang ditambahkan adalah 15 tetes dan dihasilkan larutan

yang asam dengan pH 2.

Reaksi:

CH3COONa + HCl → CH3COOH + HCl

Percobaan lainnya yaitu dengan menggunakan asam benzoat, kemudian

dilarutkan dalam air dan hasilnya asam benzoat tidak dapat larut dalam air dan

tidak berbau. Hal ini berbeda dengan percobaan menggunakan asam asetat yang

dapat larut dalam air. Hal ini disebabkan karena asam benzoat memiliki bobot

molekul yang lebih tinggi dibandingkan asam asetat. Setelah itu, larutan

ditambahkan dengan NaOH dan dihasilkan asam benzoat dapat larut. Hal ini karena

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

asam benzoat mudah bereaksi dengan basa kuat membentuk garam natrium benzoat

yang mudah larut.

Reaksi:

C6H5COOH + NaOH → C6H5COONa + H2O

Kemudian larutan diasamkan dengan menambahkan HCl 3 M sampai terbentuk

endapan asam benzoat kembali yang berwarna putih

Reaksi:

C6H5COONa + HCl → C6H5COOH + NaCl

Percobaan selanjutnya yaitu reaksi esterifikasi yang dibentuk dengan

mereaksikan senyawa asam karboksilat dengan alkohol. Dalam reaksi ini, gugusan

hidroksil dari asam karboksilat diganti oleh gugusan alkoksil( -OR) dari alkohol. Pada

reaksi esterifikasi ini akan dihasilkan bau atau aroma yang berbeda-beda dari

garam yang dihasilkan. Reaksi pertama yaitu mereaksikan asam asetat dengan etanol

dan dihasilkan abu alkohol. Kemudian reaksi antara asam asetat dengan isoamil

alkohol (butanol) menghasilkan bau seperti eter atau seperti obat bius. Kemudian

reaksi antara asam salisilat dengan metanol dihasilkan aroma asam salisilat atau

seperti aroma minyak angin.

Percobaan selanjutnya yaitu reaksi saponifikasi dengan mereaksikan senyawa

ester (metil salisilat) dengan NaOH (hidrolisis ester) dan menghasilkan alkohol dan

garam karboksilat. Dengan menggunakan asam sebagai katalis (HCl) dapat dihasilkan

reaksi penyabunan, dimana terbentuk busa pada saat reaksi berlangsung.

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

VII. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa senyawa asam karboksilat dapat

diidentifikasi sifat fisikanya dengan cara mengetahui kelarutannya dalam air. Asam

karboksilat dengan bobot molekul yang tinggi sulit larut dalam air dan mudah larut

dalam basa kuat. Selain itu, asam karboksilat dapat direaksikan dengan alkohol

dengan reaksi esterifikasi membentuk senyawa ester yang memiliki aroma yang

berbeda-beda dari setiap garam yang terbentuk. Kemudian dapat juga dihasilkan

dari reaksi penyabunan (saponifikasi) antara ester dengan basa kuat dengan

bantuan asam sebagai katalis.

PRAKTIKUM SINTESIS ASPIRIN

I. TUJUAN

Melakukan sintesis aspirin berdasarkanreaksi asetilasi antara asam salisilat dengan

asam asetat.

II. DASAR TEORI

Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat dari

keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau

nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki

efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk

mencegah serangan jantung.

Pada tahun 1853, seorang ahli kimia Perancis bernama Charles Frederic

Gerhardt berhasil menetralkan salicin alami menjadi asam salisilat (salicylic acid)

lewat penyanggaan (buffering) dengan natrium dan asam asetat. Asam salisilat ini

lebih "ramah" terhadap perut. Kemudian di tahun 1899, seorang ahli kimia Jerman,

bernama Felix Hoffmann, yang bekerja bagi Bayer, menemukan kembali formula

Gerhardt. Hoffmann membujuk Bayer untuk memasarkan obat itu, yang selanjutnya

muncul di pasar dengan nama pasaran "Aspirin". Aspirin adalah obat pertama yang

dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat diperdagangkan dalam bentuk

bubuk (puyer).

aspirin adalah ester dari asam asetat dan asam salisilat (yang berperran

adalah gugus alkohol). Meskipun suatu ester asam asetat dapat dibuat dengan

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

interaksi langsung asam asetat dengan alkohol atau fenol, para ahli kimia biasanya

menggunkan turunan asam asetat yaitu anhidrida asetat sebagai zat pengasetilasi.

reaksi pemebentukan ester dengan anhidrida asetat jauh lebih cepat daripada

menggunakan asam asetat. biasanya katalis yang digunakan adalah asam sulfat.

II. METODE PRAKTIKUM

ALAT

Labu bulat

pipet tetes

gelas piala

batanf pengaduk

gelas ukur

cawan kristalisasi

spatula

pipet ukur

termometer

corong

penangas air

BAHAN

asam salisilat

asam sulfat pekat

asam asetat

etanol

CARA KERJA

1. dimasukkan 5gr asam salisilat dan 5 ml asam asetat ke dalam labu bulat dan

ditambahkan dengan asam sulfat pekat kemudian digoyang-goyangkan

agar terjadi pencampuran dengan baik.

2. dipanaskan diatas penangas air dengan suhu 50-60 derajat C selama 15

disertai pengadukan

3. campuran dibiarkan dingin, kemudian ditambahkan 37,5 ml aquades lalu

diaduk

4. campuran disaring dan kristal yang terbentuk direkristalisasi denan etanol

5. dituangkan larutan ke dalam 15 ml aquades hangat

6. setelah terbentuk kristal jarum jarum halus, larutan disaring

III. DATA PENGAMATAN

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

Aspirin berhasil disintesis menghasilkan endapan putih

IV. PEMBAHASAN

Aspirin merupakan salah satu bentuk aromatik asetat yang paling dikenal

dapat disintesa dengan reaksi esterifikasi gugus hidroksi fenolat dari asam salisilat

dengan menggunakan asam asetat. Sintesa asam asetil salisilat berdasarkan reaksi

asetilasi antara asam salisilat dengan asam asetat dengan menggunakan asam sulfat

pekat sebagai katalisator.

Asam asetat anhidrat digunakan pada praktikum ini karena asam asetat

namun kan lebih baik jika menggunkan anhidrat asetat karena anhidrat tidak

mengandung air dan dengan mudah menyerap air sehingga dapat mencegah atau

menghindari terjadinya hidrolisis aspirin menjadi salisilat dan asetat oleh air.

Asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai katalisator ditambahkan pada

larutan campuran asam salisilat dengan asam asetat . Dengan kata lain, asam sulfat

berfungsi untuk mempercepat terjadinya sintesa dengan cara menurunkan energi

aktivasi sehingga reaksi berjalan lebih cepat dan energi yang diperlukan semakin

sedikit.

Larutan asam salisilat yang telah tercampur sempurna kemudian dipanaskan.

Pemanasan ini dilakukan dengan tujuan menghilangkan zat-zat pengotor yang ada

pada larutan sehingga menghasilkan aspirin dengan tingkat kemurnian yang tinggi.

Bukan hanya itu, pemanasan ini juga bertujuan mempercepat kelarutan asam

salisilat, dimana hal ini akan mempengaruhi laju reaksi yang semakin cepat karena

mempercepat gerak kinetik dari molekul-molekul larutan tersebut.

Kemudian setelah pemanasan, larutan yang ada pada erlenmeyer didinginkan

pada suhu kamar selama beberapa menit. Lalu disiapkan baskom yang berisi es batu

atau air es dan dimasukkan erlenmeyer yang berisi larutan tadi ke dalam baskom

tersebut. Dibiarkan hingga larutannya membeku. Untuk mempercepat pembentukan

kristal aspirin, dilakukan penggoresan dengan batang pengaduk pada dinding

erlenmeyer.

Pada saat kristal apirin terbentuk, dilakukan penembahan 37,5 ml air. Hal ini

dilakukan agar reaksi pembentukan berjalan sempurna dan untuk menghidrolisis

kelebihan asam pada kristal aspirin.

Setelah itu, dilakukan penyaringan dengan kertas saring Penyaringan ini

dilakukan untuk mendapatkan kristal aspirin yang terdapat dalam larutan.

Pada praktikum sintesa aspirin terjadi suatu reaksi yang dinamakan reaksi

asetilasi. Pada reaksi ini terjadi pemutusan gugus hidroksi pada asam-asam salisilat

akan terlepas oleh gugus COCH3, sehingga akan menghasilkan aspirin dan asam

asetat.

V. KESIMPULAN

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

aspirin dapat dibuat dengan asam salisilat dan asam asetat dengan asam

sulfat sebagai katalisnya.

PRAKTIKUM SAPONIFIKASI

I. TUJUAN

1.Membuat sabun secara sedarhana

2. Mempelajari sifat-sifat sabun

II. DASAR TEORI

Reaksi antara alkohol dan asam karboksilat disebut ester.Lemak dan minyak

nabati merupakan dua tipe ester.Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari

alkohol dan asam karboksilat, seperti asam stearat, asam oleat, dan asam

palmitat.Minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam

oleat.Lemak padat mengandung ester gliserol dan asam stearat atau asam palmitat

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan

membersihkan.Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang

karena sejarah dan bentuk umumnya.Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas,

terutama pada sarana-sarana publik.Jika diterapkan pada suatu permukaan, air

bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air

bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai

alat bantu mencuci.

Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak

yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali

(seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses

yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan

gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium

yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu.Sabun dapat

dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.(id.wikipedia.org/sabun)

Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak

dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini,

yaitu Sabun dan Gliserin.

Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam

bahasa Latin yang artinya soap / sabun.

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak.

Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang

(C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil.Asam lemak rantai

pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi

tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH).

Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya

hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH.Sabun yang dibuat

dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat

dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH

antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH)

akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.

Selain itu sabun biasanya membentuk garam dengan ion-ion kalsium, magnesium,

atau besi dalam air sadah (hard water).Garam-garam tesebut tidak larut dalam

air.Garam yang tidak larut dalam air itu membuat warna coklat pada dinding kamar

mandi, kerah baju, atau warna kusam pada pakaian dan rambut.

Masalah tersebut dipecahkan dengan beberapa cara. Misalnya dengan

mengurangi ion-ion kalsium dan magnesium dan menggantinya dengan ion-ion natrium,

atau yang dikenal dengan air lunak. (soft water). Selain itu bisa juga dengan

menambahkan fosfat pada sabun, karena fosfat membentuk komplek dengan ion-ion

logam, larut dalam air, sehingga mencegah ion-ion tersebut membentuk garam

taklarut dengan sabun. Namun penggunaan fosfet harus dibatasi, karena jika ikut

mengalir dalam danau atau sungai fosfat yang juga berfungsi sebagai pupuk akan

merangsang tumbuhnya tanaman sedemikian besar sehingga tanaman menghabiskan

oksigen terlarut dalam air dan menyebabkan ikan-ikan mati. Cara lain misalnya

dengan mengganti gugus ionik karboksilat pada sabun dengan gugus sulfat atau

sulfonat. Cara inilah yang mendasari terbentuknya detergen.

III. METODE PERCOBAAN

ALAT

pemanas listrik

erlenmeyer

batang pengaduk

pipet tetes

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

corong

gelas piala

tabung reaksi

BAHAN

NaOH 25%

MgSO4 5%

NaCl 25%

FeCl3 5%

minyak tanah

etanol

minyak sayur

CaCl2 5%

PROSEDUR KERJA

A. Pembuatan Sabun

1. dimasukkan 6,5 ml minyak sayur ke dalam erlenmeyer

2. ditambahkan 5ml etanol dan 5ml NaOH (sebagai pelarut)

3.dipanaskan dengan penanggas air sambil diaduk selama 20 menit hingga bau

alkohol menghilang

4. didinginkan campuran dengan penangas es.

5. sabun diendapkan ditambahka 37,5 ml NaCl jenuh ke dalam campuran sambil

diaduk

6. disaring dan ditimbang bobotnya.

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

B. Sifat sabun

Zat Pengemulsi

1. Dimasukkan 5 tetes minyak tanah dalam 5 ml air dan dikocok. Diamati apa yang

terjadi

2. dimasukkan 5 tetes minyak tanah dalam 5 ml air serta sedikit sabun yang telah

dibuat, dikocok dan diamati apa yang terjadi

3. dibandingkan reaksi pertama dan kedua

Reaksi dengan air sadah

1. dimasukkan sabun yang telah dibuat sebanyak sepertiga spatula ke dalam gelas

beker yang mengandung 25 ml air

2. dihangatkan beker tesebut di atas penanggas

3. dimasukkan larutan sabuntersebut ke dalam masing-masing tabung reaksi

sebanyak 5 ml

4. ditambahkan dengan 2 tetes CaCl2 ke dalam tabung 1, 2 tetes FeCl3 pada tabung

2, 2 tetes MgSO4 pada tabung tiga dan 2 tetes air keran dalam tabung 4

5. diamati apa yang terjadi

Kebasaan (alkalinitas)

1. di tes kebasaan larutan sabun dengan pH indikator

IV. DATA PENGAMATAN

A. Pembuatan Sabun

didapatkan berat sabun yang berwarna kekuningan sebesar 7,71gr

B. zat pengemulsi

1. minyak tanah + air = tidak bercampur

2.minyak tanah=air=sabun= bercampur

C. reaksi dengan air sadah

penambahan reagen CaCl2, MgSO4,FeCl3 tidak terbentuk sabun.

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

penambahan dengan air keran menghasilkan sabun

V. PEMBAHASAN

Percobaan kali ini adalah reaksi saponifikasi, Saponifikasi merupakan proses

pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya

trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan hasil samping berupa

gliserol.Sabun adalah garam logam alkali yang mempunyai rangkaian karbon yang

panjangdari asam-asam lemak, dimana dalam percobaan ini alkali yang dimaksud

adalah natrium (Na) dari basa kuat NaOH. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang

berikatan membentuk gugus karboksil. Sabun memiliki sifat yang unik, yaitu pada

strukturnya dimana kedua ujung dari strukturnya memiliki sifat yang berbeda. Pada

salah satu ujungnya terdiri dari rantai hidrokarbon asam lemak yang bersifat

lipofilik (tertarik pada atau larut lemak dan minyak) atau basa yang disebut ujung

nonpolar sedangkan pada ujung lainnya merupakan ion karboksilat yang bersifat hidrofilik

(tertarik pada atau larut dalam air) atau ujung polar. Reaksi saponifikasi yang

terjadi adalah sebagai berikut :

CH3(CH2)14CO2 H + 3 NaOH → 3 CH3(CH2)14CO2Na + C3H8O3

Langkah yang dilakukan adalah mereaksikan NaOH yang telah dilarutkan dalam air

mendidih dengan minyak sayur dan dilakukan pengadukan agar larutan cepat

bereaksi. Pada saat dicampurkan, campuran membentuk 2 lapisan yang kemudian

campuran berubah wujud seperti susu kental dan tidak ada minyak yang mengapung

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

di atasnya dan berwarna kekuning-kuningan. kemudian ditambahkan 37,5 ml NaCl

jenuh untuk mengendapkan sabun lalu didinginkan dan disaring sehingga didapat

berat sabun sebesar 7.71 gram.

Selanjutnya pada penambahan minyak dengan air larutan tidak bercampur

namun setelah ditambhakan dengan sabun larutan dapat bercampur. hal ini karena

minyak memiliki sifat non polar dan air polar sehingga larutan tidak dapat

bercampur tetapi dapat bercampur setelah ditambhakannya sabun disebabkan

karena sabunPada struktur kimia sabun, rantai karbon yang panjang tersebut

bersifat non-polar dan tidak menarik air, sementara “kepala”nya ( terdapat ion

logam ) bersifat polar. Rantai /ekornya itu disebut bagian hidrofobik sementara

kepalanya disebut hidrofilikkotoran yang tidak tercuci oleh air saja biasanya

merupakan senyawa non-polar. Di dalam air sabun, bagian hidrofilik sabun mengikat

minyak, sementara bagian hidrofobiknya mengikat molekul air. Karena itu, minyak

dapat larut dalam air sabun

Kemudian pada uji dengan air sadah yang membentuk busa pada larutan

ketika ditambahkan dengan air keran dan Mg hal ini membuktikan bahwa air keran

tersebut bukanlah air sadah karena jika ditambhakan dengan air sadah maka tidak

akan terbentuk busa dan akan terbentuk endapan putih.

VI. KESIMPULAN

Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan proses saponifikasi dengan mereaksikan

minyak kelapa (trigliserida) dengan alkali (NaOH). Berat sabun yang dihasilkan pada

praktikum ini adalah sebesar 7.71 gram

UJI KELARUTAN SENYAWA ORGANIK

I. Tujuan

Menentukan sifat senyawa dengan menguji kelarutannya

II. Dasar Teori

Kelarutan menyatakan secara kualitatif jumlah maksimal zat yang dapat

terlarut dalam sejumlah zat terlarut atau larutan. Dengan tes kelarutan, suatu

senyawa dapat ditentukan apakah suatu senyawa yang sedang diuji adalah basa kuat

(amina), asam lemah (fenol), asam kuat (asam karboksilat), atau suatu zat netral

(aldehid, keton, alkohol, ester, eter). Pelarut yang digunakan dalam uji kelarutan

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

senyawa organik adalah HCl 5%, NaOH 5%, NaHCO3 5%, H2SO4 pekat, air, dan

pelarut-pelarut organik. Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang

molekulnya mengandung karbon,kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi

mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Dari dolongan besar itu senyawa

organik dapat diklasifikasikan dalam keluarga (families) dan kelas (class) yang

berbeda. Senyawa organik dibagi kedalam Sembilan kelas yang berbeda, digolongkan

menurut sifat masing-masing dalam senyawa tersebut. Secara kuantitatif untuk

menyatakan komposisi atau kelas dari larutan digunakan uji kelarutan terhadap

senyawa tersebut.

Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like

dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling

melarutkan, yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute

yang dinyatakan dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen,

ikatan van der waals (London) atau ikatan elektrostatik yang lain. Kelarutan

sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen dipolnya.

Namun Hildebrand membukti bahwa pertimbangan tentang dipol momen saja tidak

cukup untuk menerangkan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat terlarut

membentuk ikatan hidrogen lebih merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh

dibandingkan dengan polaritas. Air melarutkan fenol, alkohol, aldehida, keton, dll

yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan hidrogen

dalam air. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-

ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah.

Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi

lemah karena pelarut non polar termasuk dalam golongan pelarut aprotik dan tidak

dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat

terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut

nonpolar. Maka, minyak dan lemak larut dalam benzen, tetrakloroda dan minyak

mineral. Alkaloida basa dan asam lemak larut dalam pelarut nonpolar

III. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Tabung reaksi

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

2. Rak tabung

3. Pipet tetes

4. Kertas Lakmus

5. Gelas Ukur

b. Bahan

1. n-heksan

2. Formaldehid

3. Aseton

4. Asam asetat

5. Dietil eter

6. Toluen

7. Fenol

8. Trietil amina

9. Isopropil

10. Aquades

11. NaOH 5%

12. HCl 5%

13. NaHCO3 5%

14. H2SO4 pekat

IV. Prosedur Kerja

Page 32: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

VI. Pembahasan

Pada percobaan ini, dilakukan percobaan untuk mengetahui sifat dari suatu

senyawa organik, baik asam, basa, netral, atau inert. Sampel yang diidentifikasi

adalah n-heksan, formaldehid, aseton, asam asetat, dietil eter, toluen, fenol, trietil

amina, dan isopropil. Untuk menguji kelarutan dan sifat dari senyawa-senyawa

organik tersebut, dilakukan pengujian dengan beberapa tahap.

Percobaan diawali dengan menambahkan beberapa tetes air/aquades ke dalam

tabung reaksi berisi bahan organik yang akan diuji kelarutan dan sifat senyawanya.

Jika senyawa tersebut larut dalam air, maka senyawa tersebut tergolong senyawa

polar, kemudian diuji sifat asam, basa atau netral dengan menggunakan kertas

lakmus merah atau biru. Larutan yang mengubah warna lakmus biru menjadi merah,

senyawa tersebut termasuk asam karboksilat, sedangkan jika warna lakmus merah

berubah menjadi biru, maka senyawa tersebut tergolong basa, dan jika tidak

merubah warna kertas lakmus maka senyawa tersebut tergolong senyawa netral.

Kemudian jika senyawa organik tersebut tidak larut dalam air, maka diuji dengan

menambahkan larutan NaOH ke dalam tabung reaksi berisi bahan tersebut, jika

senyawa itu larut langkah selanjutnya adalah menguji sifat dari senyawa tersebut

dengan menambahkan NaHCO3 , jika senyawa tersebut larut dalam NaHCO3 maka

senyawa tersebut bersifat asam, tetapi jika tidak maka senyawa tersebut bersifat

basa lemah.

Ketika ditambahkan NaOH, senyawa organik itu tidak larut, kemudian diuji

kembali dengan menambahkan larutan HCl, jika senyawa tersebut larut dalam HCl,

maka senyawa tersebut bersifat basa, sedangkan jika tidak larut maka diuji dengan

menambahkan larutan H2SO4 pekat. Bila senyawa itu larut, maka tergolong ke dalam

senyawa netral (alkohol, alkena, atau keton) tetapi jika tetap tidak larut, maka

senyawa itu termasuk senyawa yang inert. Senyawa inert merupakan senyawa yang

tidak dapat larut dengan bahan kimia lain, senyawa ini juga sulit untuk bereaksi.

Pada percobaan yang termasuk ke dalam senyawa inert adalah n-heksan dan toluen.

N-heksan tergolong dalam senyawa hidrokarbon, senyawa heksana dan isomernya

sangat tidak reaktif dan biasa digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Toluen

merupakan senyawa inert aromatik. Berdasarkan teori, toluen termasuk dalam

Page 33: LAPORAN PRAKTIKUM alkoholdANFENOL

senyawa non polar, yang dapat diketahui dari konstanta dielektrik toluen yang kecil,

yaitu 2,4.

Asam organik adalah senyawa organik yang mempunyai derajat keasaman. Asam

organik yang paling umum adalah asam alkanoat yang memiliki derajat keasaman

dengan gugus karboksil -COOH, dan asam sulfonat dengan gugus -SO2OH

mempunyai derajat keasaman yang relatif lebih kuat. Stabilitas pada gugus asam

sangat penting dan menentukan derajat keasaman sebuah senyawa organik. Dalam

percobaan ini senyawa yang tergolong asam organik adalah formaldehid, asam

asetat, dan dietil eter. Formaldehida (juga disebut metanal) merupakan senyawa

aldehida dengan rantai karbon tunggal, larutan ini bersifat asam dan tersedia dalam

bentuk formaldehid 40% atau formalin. Larutan asam asetat dalam air merupakan

sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan

CH3COO-. Dietil eter tergolong senyawa eter, Eter bersifat sedikit polar karena

sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O tidak dapat

meniadakan satu sama lainnya. Basa organik tergolong dalam senyawa amina, dalam

percobaan yang tergolong basa organik adalah trietil amina, dan juga isopropil yang

termasuk basa lemah golongan alkohol. Senyawa netral dalam percobaan ini adalah

fenol dan aseton. Senyawa netral memiliki arti bahwa senyawa ini tidak memiliki

muatan.

VII. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Senyawa organik yang bersifat asam formaldehid, asam asetat, dan dietil eter

2. Senyawa organik yang bersifat basa adalah trietil amina dan isopropil

3. senyawa organik yang bersifat netral adalah fenol dan aseton

4. senyawa organik yang tergolong inert adalah n-heksan dan toluen