laporan praktikum alkoholdanfenol
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
IDENTIFIKASI SENYAWA ALKOHOL DAN FENOL
A. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui senyawa yang termasuk alkohol dan fenol
2. Mengetahui reaksi pada identifikasi alkohol dan fenol
B. DASAR TEORI
Alkohol adalah Persenyawaan organik yang mempunyai satu atau lebih gugus
hidroksil.Karena ikatan hidroksil bersifat kovaleen, maka sifat alcohol tidak serupa
dengan hidroksida, tetapi lebih mendekati sifat air. Alkohol diberi nama yang
berakhiran-ol.
Alkohol dapat digolongkan berdasarkan ;
a. Letak gugus OH pada atom karbon
b. Banyaknya gugus OH yang terdapat (jumlah gugus hidroksilnya)
c. Bentuk rantai karbonnya.
OksidasiAlkohol sederhana mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida
dan uap air.Oleh karena itu, etanol digunakan sebagai bahan bakar spirtus (spiritus).
Reaksi pembakaran etanol, berlangsung sebagai berikut:
Dengan zat-zat pengoksidasi sedang, seperti larutan K2Cr2O7 dalam
lingkungan asam, alkohol teroksidasi sebagai berikut:
a. Alkohol primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut
membentuk asam karboksilat.
b. Alkohol sekunder membentuk keton.
c. Alkohol tersier tidak teroksidasi.
Reaksi oksidasi etanol dapat dianggap berlangsung sebagai berikut:
Etanal yang dihasilkan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk asam
asetat.Hal ini terjadi karena oksidasi aldehida lebih mudah daripada oksidasi
alkohol.
Pembentukan Ester (Esterifikasi)
Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat membentuk ester dan air.
Untuk membedakan suatu alkohol termasuk alkohol primer, sekunder atau
tersier dapat dilakukan menggunakan pereaksiLucas.Pereaksi Lucas dibuat dengan
dengan mereaksikan asam klorida pekat dan seng klorida. Pengamatan yang terjadi
ketika ditambah pereaksi Lucas adalah:
1. Untuk alkohol primer ketika ditembahkan pereaksi Lucas tidak terjadi
perubahan karena tidak terjadi reaksi kimia.
2. Pada alkohol sekunder ketika ditambah pereaksi Lucas terjadi reaksi kimia
namun sangat lambat. Untuk mempercepat reaksi yang terjadi yaitu dilakukan
pemanasan, setelah pemanasan sekitar 10 menit akan terbentuk 2 lapisan.
3. Sedangkan alkohol tersier ketika ditambahkan pereaksi Lucas akan bereaksi
denga cepat membentuk alkil klorida yang tak larut dalam larutan
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna
yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki
gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.Kata fenol juga merujuk
pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus
hidroksil.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang
dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam.Hal
ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat
melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat
bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-
satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif
melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.
C. ALAT DAN BAHAN
-Alat
a. Tabung Reaksi
b. Pipet tetes
c. Pemanas air
d. Gelas ukur 25 ml
e. Beker glass
f. Penjepit tabung
g. Batang Pengaduk
-Bahan
a. Etanol
b. Isopropanol
c. Fenol
d. K2Cr2O7 2%
e. FeCl3 2,5%
f. H2SO4 pekat
g. 1-Propanol
h. I2 dalam KI (larutan Iodine) →larutkan 5 g I2 dan 10 g KI dalam 50 ml aquadest
D. PROSEDUR
a) Alkohol
1. Tes Iodoform : sediakan 3 tabung masing-masing dengan etanol, sec-butanol dan
ter-butanol. Tambahkan 2 sampai 3 tetes KI. Dan tambahkan lar NaOH 10%
tetes demi tetes sampai warna iodium menghilang.
2. Tes Esterifikasi : 3 tabung isi masing-masing dengan etanol, sec-butanol, ter-
butanol. Tambahkan masing-masing dengan 1 ml asam asetat glacial, dan
tambahkan hati-hati 0,5 ml asam sulfat pekat. Campur dan panaskan perlahan
lalu tambahkan 3 ml air, amati uap yang terjadi.
3. Tes oksidasi : tambahkan 1 tetes as. Sulfat pekat ke dalam 5 ml lar. Bikromat 1%
.campurkan dan kocok dengan baik. Tambahkan 5 tetes cairan yang akan di tes
dan panaskan secara perlahan, amati perubahan warna larutan. Lakukan tes untuk
etanol, sec-butanol, dan ter-butanol.
b) Fenol
1. Tes FeCL3: masukan 1 tetes fenol dalam 5 ml air dan tambahkan 1 tetes FeCl3.
Amati warna yang terjadi.
2. Tes KMnO4 : masukan 5 ml lar fenol dalam tabung reaksi dan teteskan beberapa
tetes KMnO4 dan amati warna yang terjadi.
3. Uji keasaman : masing masing fenol dan alcohol di uji dengan kertas ph meter
dan di hitung phnya
E. DATA PENGAMATAN
a. Oksidasi alcohol
NO Langkah percobaan Persamaan reaksi Hasil pengamatan
1 C2H5OH +
K2Cr2O7
C2H5OH + K2Cr2O7 →
CH3OH
Bau alcohol hilang
(tidak berbau)
2 C3H5OH +
K2Cr2O7
C3H5OH + K2Cr2O7 →
C2H5COH
Bau alkohol
b. Esterifikasi
No Langkah percobaan Hasil Pengamatn
1 Butanol + CH3COOH + H2SO4 Aroma pisang
2 Etanol + CH3COOH + H2SO4 Aroma cuka
3 Isopropil + CH3COOH +
H2SO4
Aroma cuka
c. Tes iodofom
Tidak ada yang terbentuk endapan
d. Kelarutan fenol
No Langkah kerja Waktu larut
1 2 butir fenol + 5 ml H2O 1 menit 33 detik
2 2 butir fenol + 5 ml NaOH 1 menit 10 detik
e. Identifikasi alcohol alifatik dan aromatic
No Langkah kerja Hasil pengamatan
1 2 ml etanol + FeCl3 Berwarna kuning
2 2 ml fenol + FeCl3 Berwarna ungu gelap
3 2 ml asam salisilat + FeCl3 Berwarna ungu
kehitaman
f. Keasaman fenol
no Uji ph Nilai ph
1 fenol 5
2 etanol 6
F. PEMBAHASAN
Alkohol adalah senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH)
yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau
atom karbon lain.
Pada praktikum kali ini di dapatkan alcohol primer bila di oksidasi dengan oksidator
kuat maka alcohol bereaksi menjadi aldehid, bila dilakukan secara terus menerus
maka akan berubah menjadi asam karboksilat.
Penambahan 3 ml asam asetat glacial lalu di tambahkan 1 tetes etanol maka
reaksi yang terjadi yaitu cairan berubah warna menjadi bening, dan begitu pula hasil
yang di dapat pada penambahan 2prpanol & t-butanol.Selanjutnya campuran di
tambahkan larutan KMnO4 maka terjadi reaksi larutan tersebut berubah warna
menjadi merah muda dan agak bening.Sedangkan pada penambahan larutan H2SO4
di tambah KMnO4 warna merah muda pada larutan tersebut menjadi hilang. Berarti
jelas bahwasanya alcohol primer apabila di oksidasi dengan oksidator kuat maka ia
akan berubah menjadi aldehid.
Lalu pada percobaan reaksi alcohol dengan FeCl3 dengan penambahan fenol
maka didapatkan hasil, fenol berubah warna dari kekuningan menjadi kehitaman.Hal
ini di karenakan senyawa aromatic itu dapat bereaksi dengan larutan FeCl3, atau
larutan sekunder bereaksi dengan FeCl3.Sedangkan reaksi alcohol yang terjadi
antara FeCl3 degan 2-propanol larutan tidak terjadi perubahan warna apapun
karena senyawa alifatis tdak bereaksi dengan FeCl3, hal ini di karenakan alcohol
tersier tidak dapat di oksidasi dengan larutan apapun.
Pada test esterifikasi, butanol : etanol, isopropil, yang ditambahkan asam
asetat, asam sulfat serta ditambahkan air setelah pemanasan, menimbulkan bau
khas disetiap campurannya. Bagi butanol bau yang tercium aroma pisang, etanol bau
yang tercium yaitu bau asam cuka, bagi isopropyl bau yang tercium yaitu bau asam
cuka. Hal ini disebabkan karena adanya pemanasan.
Pada uji kelarutan senyawa alkohol dan fenol larut dalam air, hal ini
disebabkan karna adanya gugus polar yang terkandung pada kedua senyawa tersebut
yaitu gugus OH.Gugus OH bersifat polar karena membentuk ikatan dengan air,
sehingga dapat bercampur.Jadi bercampurnya zat tersebut tidak dipengaruhi oleh
reaksi kimia.
Pada tes kromat yaitu menggunakana K2Cr2O7 untuk membedakan alkohol
primer, sekundar dengan alkohol tersier.Alkohol primer dan sekunder bereaksi
positif dengan K2Cr2O7 yaitu terjadi reaksi oksidasi dimana alkohol primer di
oksidasi menjadi aldehid dan alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton.Sedangakan
alkohol tersier tidak dapat bereaksi dengan K2Cr2O7 karena alkohol tersier tidak
dapat dioksidasi.
Pada uji iodoform positif untuk alkohol primer dan alkohol sekunder
sedangkan negatif untuk alkohol tersier.Pada uji iodoform dihasilkan endapan kuning
terang, sedangkan pada uji atau tes FeCl3 positif untuk senyawa fenol, membentuk
kompleks berwarna ungu dan negatif untuk senyawa alkohol.
Pada menentukan keasaman didapatkan ph untuk fenol 5 dan etanol 6.
G. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan maka dapat di simpulkan :
1. Alkohol primer bisa dioksidasi baik menjadi aldehid maupun asam karboksilat
tergantung pada kondisi-kondisi reaksi.
2. Alkohol sekunder bila dioksidasi dengan oksidator lemah maka menjadi keton
3. Alcohol tersier merupakan alcohol yang tidak dapat di oksidasi dengan oksidator
apapun
4. Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus –OH dan
memiliki rumus umum R-OH, dimana “R” merupakan gugus alkil
5. Pada proses esterifikasi bau yang tercium adalah aroma pisang dan cuka
PRAKTIKUM IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON
I. TUJUAN
1. Mempelajari sifat-sifat kimia aldehid dan keton
2. Mempelajari tes untuk membedakan aldehid dan keton
II. DASAR TEORI
Aldehida dan keton merupakan senyawa yang mempunyai gugus karbonil. Aldehida
mempnyai sedikitnya satu hydrogen yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan
keton tidak mempunyai hydrogen yang terikat pada karbon karbonil, hanya karbon
yang mengandung gugus R (R adalah alkil atau aromatic).
Dalam percobaan ini, dipelajari sifat-sifat kimia dari aldehida dan keton dengan
menggunakan beberapa tes/uji, yaitu:
1. Oksidasi dengan KMnO4 (oksidator Kuat)
Aldehida dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan oksidator kuat seperti
KMnO4. Tes positif jika ion MnO4- 9warna ungu) berubah menjadi endapan MnO2
(warna cokelat).
5 R-CHO + 2 KMnO4 (ungu) + H2SO4 5 R-COOH + MnO2 (coklat) + MnSO4 + H2O
2. Tes Tollens
Aldehida dengan pereaksi Tollens (oksidator lemah) dioksidasi menjadi asam
karboksilat, yang ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak.
R-CHO + 2 Ag(NH3)2OH 2 Ag (cermin perak) + R-COO- NH4+ + 3 NH3 + H2O
3. Tes Benedict
Aldehida alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi benedict
(kompleks ion Cu (II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu (II) direduksi menjadi
Cu2O (endapan berwarna merah bata). Aldehida aromatic dan keton tidak bereaksi
dengan pereaksi benedict.
R-CHO + 2 Cu2+ (biru) + 5 OH- R-COO- + Cu2O (merah bata)+ 3 H2O
4. Tes Fehling
Pereaksi fehling merupakan kompleks ion Cu (II) tartrat dalam larutan asam. Ion Cu
(II) direaksi menjadi Cu2) (endapan merah bata)
R-CHO + Cu2+ (biru) R-COO- + Cu2O (merah bata)
5. Tes Iodoform
Metil keton menghasilkan endapan berwarna kuning iodoform jika direaksikan
dengan iodine dalam larutan NaOH.
6. Tes 2,4-dinitrofenilhidrazin (2,4-DNPH)
Semua senyawa aldehida dan keton menghasilkan endapan dengan pereaksi 2,4-
dinitrofenilhidrazin. Reaksi ini umum digunakan untuk mengetahui adanya gugus
aldehida dan keton. Warna endapan yang terbentuk bervariasi mulai dari kuning
jingga hingga merah. Alcohol tidak memberikan hasil positif dengan tes ini.
ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Tabung rekasi
2. Pipet Tetes
3. Batang Pengaduk
4. Penanggas air
5. Gelas Beaker
6. Gelas Ukur
7. Kertas Saring
8. Neraca Analitik
9. Corong
Bahan
1. Pereaksi tollens A
2. Pereaksi Tollens B
3. Formaldehid
4. Benzaldehid
5. Aseton
6. NaOCl 5 %
7. KI
8. Iodoform
III. PROSEDUR KERJA
PROSEDUR
1. Tes Iodoform
2. Tes Benedict
3. Uji Tollens
HASIL PENGAMATAN
Uji Tollens
Table 1. Pengamatan pada tes benedict
Larutan Sebelum Pemanasan Setelah Pemanasan
Formaldehid Warna hijau, lama-lama
berubah menjadi biru
Warna biru muda
Benzaldehid Warna biru muda, berbuih Terbentuk dua lapisan
Aseton Warna biru muda, Amorf Warna biru muda
ASAM KARBOKSILAT DAN ESTER
I. Tujuan
1. Mempelajari sifat-sifat fisika (kelarutan, keasaman, dan aroma) asam
karboksilat)
2. Membuat berbagai jenis ester dan mengetahui aromanya.
3. Mempelajari reaksi saponifikasi.
II. Dasar Teori
Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus
karboksil, –COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah gugus
hidroksil; antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia
yang unik dan untuk asam karboksilat (Fessenden, 1997).
Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh asam karboksilat adalah:
1. Reaksi Pembentukan Garam
Garam organik yang membentuk dan memiliki sifat fisik dari garam anorganik
padatannya, NaCl dan KNO3adalah garam organik yang meleleh pada temperatur
tinggi, larut dalam air dan tidak berbau. Reaksi yang terjadi adalah:
HCOOH + Na+ → HCOONa + H2O
2. Reaksi Esterifikasi
Ester asam karboksilat ialah senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan R
dapat berbentuk alkil. Ester dapat dibentuk berkat reaksi langsung antara asam
karboksilat dengan alkohol. Secara umum reaksinya adalah:
RCOOH + R’OH → RCOOR + H2O
3. Reaksi Oksidasi
Reaksi terjadi pada pembakaran atau oleh reagen yang sangat kokoh dan kuat
seperti asam sulfat, CrO3, panas.Gugus asam karboksilat teroksidasi sangat lambat.
4. Pembentukan Asam Karboksilat
Beberapa cara pembentukan asam karboksilat dengan jalan sintesa dapat
dikelompokkan dalam 3 cara yaitu: reaksi hidrolisis turunan asam karboksilat, reaksi
oksidasi, reaksi Grignat.
Esterifikasi adalah salah satu jenis reaksi dimana reaksi tersebut untuk
menghasilkan ester. Ester merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkan dari
asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada
sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari
beberapa jenis. Ester dapat dihasilkan dengan cara mereaksikan antara sebuah
alcohol dengan asam karboksilat. Hal-hal yang mempengaruhi esterifikasi adalah:
Suhu, Perbandingan zat pereaksi, Pencampuran, dan Katalis.
III. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Batang pengaduk
4. Pemanas listrik
5. Kaca arloji
6. Gelas piala
7. Gelas ukur
8. Termometer
b. Bahan
1. Asam asetat
2. NaOH
3. Etanol
4. Asam salisilat
5. Metil salisilat
6. Asam benzoat
7. HCl
8. Isoamil alkohol
9. Metanol
10. H2SO4
IV. Prosedur Kerja
a. Asam karboksilat dan garamnya
1. Dimasukkan 2 mL aquades dan 10 tetes asam asetat ke dalam tabung reaksi. Diuji
baunya dan dicatat hasil pengamatan.
2. Diambil batang pengaduk dan dimasukkan ke dalam larutan di atas (1). Kemudian
diuji pH larutan tersebut dengan kertas indikator.
3. Ditambahkan 1 mL NaOH 2 M ke dalam larutan, dikocok dan digoyangkan tabung
reaksi. Diamati bau dan pH larutan dan dibandingkan dengan hasil pengamatan
sebelumnya.
4. Ditambahkan tetes demi teter HCl 3M hingga larutan menjadi asam. Apakah
baunya kembali seperti awal atau tidak.
5. Ditimbang 0,1 gr asam benzoat dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi baru.
Ditambahkan 2 mL air. Apakah larutan tersebut mempunya bau atau tidak.
Digoyangkan campuran tersebut. Bagaimana kelarutan benzoat?
6. Ditambahkan 1 mL NaOH 2 M, dikocok dan digoyangkan tabung reaksi dan dilihat
apa yang terjadi dengan padatan asam benzoat.
7. Ditambahkan tetes demi tetes HCl 3M hingga larutan menjadi asam
b. Esterifikasi
1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10 tetes asam karboksilat dan 10 tetes
alkohol dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Asam asetat + Etanol
b. Asam asetat + Isoamil alkohol
c. Asam salisilat + Metanol
2. Ditambahkan 5 tetes asam sulfat pekat ke dalam setiap tabung dan digoyangkan
tabung tersebut.
3. Dipanaskan tabung reaksi tersebut selama 15 menit dengan suhu 60°C. Kemudian
didinginkan dan ditambahkan 2 mL aquades ke dalam tabung reaksi. Dipipet
beberapa tetes lapisan atas dari larutan dan ditempatkan dalam kaca arloji. Dicatat
bau yang terjadi.
c. Saponifikasi
1. Dimasukkan 10 tetes metil salisilat dan 5 mL NaOH 6M ke dalam tabung reaksi.
Dipanaskan dalam air mendidih selama 30 menit. Dilihat apa yang terjadi pada
lapisan ester
2. Didinginkan tabung pada temperatur kamar dengan menempatkannya dalam air
dingin. Diamati bau ester
3. Ditambahkan HCl 6M (1 mL setiap penambahan) hingga larutan menjadi asam.
Setiap penambahan diuji larutan tersebut dengan kertas lakmus. Diamati larutan
setelah menjadi asam.
V. Data Pengamatan
VI. Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisika senyawa asam
karboksilat dan pembentukan ester serta saponifikasi yang dibuat dari reaksi asam
karboksilat. Asam karboksilat merupakan senyawa organik yang memiliki gugus
hidroksil yang terikat pada atom karbon karbonil. Percobaan pertama dilakukan
untuk mengetahui garam yang terbentuk dari reaksi dengan senyawa dan menguji
kelarutan asam asetat dalam air, dan dihasilkan larutan asam asetat dapat larut
dalam air dan dihasilkan bau asam cuka dengan pH 3. Setelah itu ditambahkan
dengan NaOH 2 M, dan dihasilkan bau asam menghilang dan pH larutan menjadi 13.
Pada reaksi ini terjadi reaksi penetralan asam asetat dengan adanya basa NaOH,
tetapi karena jumlah NaOH yang ditambahkan terlalu banyak, larutan menjadi
terlalu basa sehingga pH nya menjadi 13.
Reaksi:
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Selanjutnya larutan diasamkan kembali dengan menambahkan larutan HCl 3 M, pada
percobaan larutan HCl yang ditambahkan adalah 15 tetes dan dihasilkan larutan
yang asam dengan pH 2.
Reaksi:
CH3COONa + HCl → CH3COOH + HCl
Percobaan lainnya yaitu dengan menggunakan asam benzoat, kemudian
dilarutkan dalam air dan hasilnya asam benzoat tidak dapat larut dalam air dan
tidak berbau. Hal ini berbeda dengan percobaan menggunakan asam asetat yang
dapat larut dalam air. Hal ini disebabkan karena asam benzoat memiliki bobot
molekul yang lebih tinggi dibandingkan asam asetat. Setelah itu, larutan
ditambahkan dengan NaOH dan dihasilkan asam benzoat dapat larut. Hal ini karena
asam benzoat mudah bereaksi dengan basa kuat membentuk garam natrium benzoat
yang mudah larut.
Reaksi:
C6H5COOH + NaOH → C6H5COONa + H2O
Kemudian larutan diasamkan dengan menambahkan HCl 3 M sampai terbentuk
endapan asam benzoat kembali yang berwarna putih
Reaksi:
C6H5COONa + HCl → C6H5COOH + NaCl
Percobaan selanjutnya yaitu reaksi esterifikasi yang dibentuk dengan
mereaksikan senyawa asam karboksilat dengan alkohol. Dalam reaksi ini, gugusan
hidroksil dari asam karboksilat diganti oleh gugusan alkoksil( -OR) dari alkohol. Pada
reaksi esterifikasi ini akan dihasilkan bau atau aroma yang berbeda-beda dari
garam yang dihasilkan. Reaksi pertama yaitu mereaksikan asam asetat dengan etanol
dan dihasilkan abu alkohol. Kemudian reaksi antara asam asetat dengan isoamil
alkohol (butanol) menghasilkan bau seperti eter atau seperti obat bius. Kemudian
reaksi antara asam salisilat dengan metanol dihasilkan aroma asam salisilat atau
seperti aroma minyak angin.
Percobaan selanjutnya yaitu reaksi saponifikasi dengan mereaksikan senyawa
ester (metil salisilat) dengan NaOH (hidrolisis ester) dan menghasilkan alkohol dan
garam karboksilat. Dengan menggunakan asam sebagai katalis (HCl) dapat dihasilkan
reaksi penyabunan, dimana terbentuk busa pada saat reaksi berlangsung.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa senyawa asam karboksilat dapat
diidentifikasi sifat fisikanya dengan cara mengetahui kelarutannya dalam air. Asam
karboksilat dengan bobot molekul yang tinggi sulit larut dalam air dan mudah larut
dalam basa kuat. Selain itu, asam karboksilat dapat direaksikan dengan alkohol
dengan reaksi esterifikasi membentuk senyawa ester yang memiliki aroma yang
berbeda-beda dari setiap garam yang terbentuk. Kemudian dapat juga dihasilkan
dari reaksi penyabunan (saponifikasi) antara ester dengan basa kuat dengan
bantuan asam sebagai katalis.
PRAKTIKUM SINTESIS ASPIRIN
I. TUJUAN
Melakukan sintesis aspirin berdasarkanreaksi asetilasi antara asam salisilat dengan
asam asetat.
II. DASAR TEORI
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat dari
keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau
nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki
efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung.
Pada tahun 1853, seorang ahli kimia Perancis bernama Charles Frederic
Gerhardt berhasil menetralkan salicin alami menjadi asam salisilat (salicylic acid)
lewat penyanggaan (buffering) dengan natrium dan asam asetat. Asam salisilat ini
lebih "ramah" terhadap perut. Kemudian di tahun 1899, seorang ahli kimia Jerman,
bernama Felix Hoffmann, yang bekerja bagi Bayer, menemukan kembali formula
Gerhardt. Hoffmann membujuk Bayer untuk memasarkan obat itu, yang selanjutnya
muncul di pasar dengan nama pasaran "Aspirin". Aspirin adalah obat pertama yang
dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat diperdagangkan dalam bentuk
bubuk (puyer).
aspirin adalah ester dari asam asetat dan asam salisilat (yang berperran
adalah gugus alkohol). Meskipun suatu ester asam asetat dapat dibuat dengan
interaksi langsung asam asetat dengan alkohol atau fenol, para ahli kimia biasanya
menggunkan turunan asam asetat yaitu anhidrida asetat sebagai zat pengasetilasi.
reaksi pemebentukan ester dengan anhidrida asetat jauh lebih cepat daripada
menggunakan asam asetat. biasanya katalis yang digunakan adalah asam sulfat.
II. METODE PRAKTIKUM
ALAT
Labu bulat
pipet tetes
gelas piala
batanf pengaduk
gelas ukur
cawan kristalisasi
spatula
pipet ukur
termometer
corong
penangas air
BAHAN
asam salisilat
asam sulfat pekat
asam asetat
etanol
CARA KERJA
1. dimasukkan 5gr asam salisilat dan 5 ml asam asetat ke dalam labu bulat dan
ditambahkan dengan asam sulfat pekat kemudian digoyang-goyangkan
agar terjadi pencampuran dengan baik.
2. dipanaskan diatas penangas air dengan suhu 50-60 derajat C selama 15
disertai pengadukan
3. campuran dibiarkan dingin, kemudian ditambahkan 37,5 ml aquades lalu
diaduk
4. campuran disaring dan kristal yang terbentuk direkristalisasi denan etanol
5. dituangkan larutan ke dalam 15 ml aquades hangat
6. setelah terbentuk kristal jarum jarum halus, larutan disaring
III. DATA PENGAMATAN
Aspirin berhasil disintesis menghasilkan endapan putih
IV. PEMBAHASAN
Aspirin merupakan salah satu bentuk aromatik asetat yang paling dikenal
dapat disintesa dengan reaksi esterifikasi gugus hidroksi fenolat dari asam salisilat
dengan menggunakan asam asetat. Sintesa asam asetil salisilat berdasarkan reaksi
asetilasi antara asam salisilat dengan asam asetat dengan menggunakan asam sulfat
pekat sebagai katalisator.
Asam asetat anhidrat digunakan pada praktikum ini karena asam asetat
namun kan lebih baik jika menggunkan anhidrat asetat karena anhidrat tidak
mengandung air dan dengan mudah menyerap air sehingga dapat mencegah atau
menghindari terjadinya hidrolisis aspirin menjadi salisilat dan asetat oleh air.
Asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai katalisator ditambahkan pada
larutan campuran asam salisilat dengan asam asetat . Dengan kata lain, asam sulfat
berfungsi untuk mempercepat terjadinya sintesa dengan cara menurunkan energi
aktivasi sehingga reaksi berjalan lebih cepat dan energi yang diperlukan semakin
sedikit.
Larutan asam salisilat yang telah tercampur sempurna kemudian dipanaskan.
Pemanasan ini dilakukan dengan tujuan menghilangkan zat-zat pengotor yang ada
pada larutan sehingga menghasilkan aspirin dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
Bukan hanya itu, pemanasan ini juga bertujuan mempercepat kelarutan asam
salisilat, dimana hal ini akan mempengaruhi laju reaksi yang semakin cepat karena
mempercepat gerak kinetik dari molekul-molekul larutan tersebut.
Kemudian setelah pemanasan, larutan yang ada pada erlenmeyer didinginkan
pada suhu kamar selama beberapa menit. Lalu disiapkan baskom yang berisi es batu
atau air es dan dimasukkan erlenmeyer yang berisi larutan tadi ke dalam baskom
tersebut. Dibiarkan hingga larutannya membeku. Untuk mempercepat pembentukan
kristal aspirin, dilakukan penggoresan dengan batang pengaduk pada dinding
erlenmeyer.
Pada saat kristal apirin terbentuk, dilakukan penembahan 37,5 ml air. Hal ini
dilakukan agar reaksi pembentukan berjalan sempurna dan untuk menghidrolisis
kelebihan asam pada kristal aspirin.
Setelah itu, dilakukan penyaringan dengan kertas saring Penyaringan ini
dilakukan untuk mendapatkan kristal aspirin yang terdapat dalam larutan.
Pada praktikum sintesa aspirin terjadi suatu reaksi yang dinamakan reaksi
asetilasi. Pada reaksi ini terjadi pemutusan gugus hidroksi pada asam-asam salisilat
akan terlepas oleh gugus COCH3, sehingga akan menghasilkan aspirin dan asam
asetat.
V. KESIMPULAN
aspirin dapat dibuat dengan asam salisilat dan asam asetat dengan asam
sulfat sebagai katalisnya.
PRAKTIKUM SAPONIFIKASI
I. TUJUAN
1.Membuat sabun secara sedarhana
2. Mempelajari sifat-sifat sabun
II. DASAR TEORI
Reaksi antara alkohol dan asam karboksilat disebut ester.Lemak dan minyak
nabati merupakan dua tipe ester.Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari
alkohol dan asam karboksilat, seperti asam stearat, asam oleat, dan asam
palmitat.Minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam
oleat.Lemak padat mengandung ester gliserol dan asam stearat atau asam palmitat
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan.Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang
karena sejarah dan bentuk umumnya.Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas,
terutama pada sarana-sarana publik.Jika diterapkan pada suatu permukaan, air
bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air
bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai
alat bantu mencuci.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak
yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali
(seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses
yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan
gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium
yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu.Sabun dapat
dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.(id.wikipedia.org/sabun)
Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak
dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini,
yaitu Sabun dan Gliserin.
Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam
bahasa Latin yang artinya soap / sabun.
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak.
Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang
(C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil.Asam lemak rantai
pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi
tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH).
Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya
hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH.Sabun yang dibuat
dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat
dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH
antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH)
akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.
Selain itu sabun biasanya membentuk garam dengan ion-ion kalsium, magnesium,
atau besi dalam air sadah (hard water).Garam-garam tesebut tidak larut dalam
air.Garam yang tidak larut dalam air itu membuat warna coklat pada dinding kamar
mandi, kerah baju, atau warna kusam pada pakaian dan rambut.
Masalah tersebut dipecahkan dengan beberapa cara. Misalnya dengan
mengurangi ion-ion kalsium dan magnesium dan menggantinya dengan ion-ion natrium,
atau yang dikenal dengan air lunak. (soft water). Selain itu bisa juga dengan
menambahkan fosfat pada sabun, karena fosfat membentuk komplek dengan ion-ion
logam, larut dalam air, sehingga mencegah ion-ion tersebut membentuk garam
taklarut dengan sabun. Namun penggunaan fosfet harus dibatasi, karena jika ikut
mengalir dalam danau atau sungai fosfat yang juga berfungsi sebagai pupuk akan
merangsang tumbuhnya tanaman sedemikian besar sehingga tanaman menghabiskan
oksigen terlarut dalam air dan menyebabkan ikan-ikan mati. Cara lain misalnya
dengan mengganti gugus ionik karboksilat pada sabun dengan gugus sulfat atau
sulfonat. Cara inilah yang mendasari terbentuknya detergen.
III. METODE PERCOBAAN
ALAT
pemanas listrik
erlenmeyer
batang pengaduk
pipet tetes
corong
gelas piala
tabung reaksi
BAHAN
NaOH 25%
MgSO4 5%
NaCl 25%
FeCl3 5%
minyak tanah
etanol
minyak sayur
CaCl2 5%
PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Sabun
1. dimasukkan 6,5 ml minyak sayur ke dalam erlenmeyer
2. ditambahkan 5ml etanol dan 5ml NaOH (sebagai pelarut)
3.dipanaskan dengan penanggas air sambil diaduk selama 20 menit hingga bau
alkohol menghilang
4. didinginkan campuran dengan penangas es.
5. sabun diendapkan ditambahka 37,5 ml NaCl jenuh ke dalam campuran sambil
diaduk
6. disaring dan ditimbang bobotnya.
B. Sifat sabun
Zat Pengemulsi
1. Dimasukkan 5 tetes minyak tanah dalam 5 ml air dan dikocok. Diamati apa yang
terjadi
2. dimasukkan 5 tetes minyak tanah dalam 5 ml air serta sedikit sabun yang telah
dibuat, dikocok dan diamati apa yang terjadi
3. dibandingkan reaksi pertama dan kedua
Reaksi dengan air sadah
1. dimasukkan sabun yang telah dibuat sebanyak sepertiga spatula ke dalam gelas
beker yang mengandung 25 ml air
2. dihangatkan beker tesebut di atas penanggas
3. dimasukkan larutan sabuntersebut ke dalam masing-masing tabung reaksi
sebanyak 5 ml
4. ditambahkan dengan 2 tetes CaCl2 ke dalam tabung 1, 2 tetes FeCl3 pada tabung
2, 2 tetes MgSO4 pada tabung tiga dan 2 tetes air keran dalam tabung 4
5. diamati apa yang terjadi
Kebasaan (alkalinitas)
1. di tes kebasaan larutan sabun dengan pH indikator
IV. DATA PENGAMATAN
A. Pembuatan Sabun
didapatkan berat sabun yang berwarna kekuningan sebesar 7,71gr
B. zat pengemulsi
1. minyak tanah + air = tidak bercampur
2.minyak tanah=air=sabun= bercampur
C. reaksi dengan air sadah
penambahan reagen CaCl2, MgSO4,FeCl3 tidak terbentuk sabun.
penambahan dengan air keran menghasilkan sabun
V. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini adalah reaksi saponifikasi, Saponifikasi merupakan proses
pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya
trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan hasil samping berupa
gliserol.Sabun adalah garam logam alkali yang mempunyai rangkaian karbon yang
panjangdari asam-asam lemak, dimana dalam percobaan ini alkali yang dimaksud
adalah natrium (Na) dari basa kuat NaOH. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang
berikatan membentuk gugus karboksil. Sabun memiliki sifat yang unik, yaitu pada
strukturnya dimana kedua ujung dari strukturnya memiliki sifat yang berbeda. Pada
salah satu ujungnya terdiri dari rantai hidrokarbon asam lemak yang bersifat
lipofilik (tertarik pada atau larut lemak dan minyak) atau basa yang disebut ujung
nonpolar sedangkan pada ujung lainnya merupakan ion karboksilat yang bersifat hidrofilik
(tertarik pada atau larut dalam air) atau ujung polar. Reaksi saponifikasi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
CH3(CH2)14CO2 H + 3 NaOH → 3 CH3(CH2)14CO2Na + C3H8O3
Langkah yang dilakukan adalah mereaksikan NaOH yang telah dilarutkan dalam air
mendidih dengan minyak sayur dan dilakukan pengadukan agar larutan cepat
bereaksi. Pada saat dicampurkan, campuran membentuk 2 lapisan yang kemudian
campuran berubah wujud seperti susu kental dan tidak ada minyak yang mengapung
di atasnya dan berwarna kekuning-kuningan. kemudian ditambahkan 37,5 ml NaCl
jenuh untuk mengendapkan sabun lalu didinginkan dan disaring sehingga didapat
berat sabun sebesar 7.71 gram.
Selanjutnya pada penambahan minyak dengan air larutan tidak bercampur
namun setelah ditambhakan dengan sabun larutan dapat bercampur. hal ini karena
minyak memiliki sifat non polar dan air polar sehingga larutan tidak dapat
bercampur tetapi dapat bercampur setelah ditambhakannya sabun disebabkan
karena sabunPada struktur kimia sabun, rantai karbon yang panjang tersebut
bersifat non-polar dan tidak menarik air, sementara “kepala”nya ( terdapat ion
logam ) bersifat polar. Rantai /ekornya itu disebut bagian hidrofobik sementara
kepalanya disebut hidrofilikkotoran yang tidak tercuci oleh air saja biasanya
merupakan senyawa non-polar. Di dalam air sabun, bagian hidrofilik sabun mengikat
minyak, sementara bagian hidrofobiknya mengikat molekul air. Karena itu, minyak
dapat larut dalam air sabun
Kemudian pada uji dengan air sadah yang membentuk busa pada larutan
ketika ditambahkan dengan air keran dan Mg hal ini membuktikan bahwa air keran
tersebut bukanlah air sadah karena jika ditambhakan dengan air sadah maka tidak
akan terbentuk busa dan akan terbentuk endapan putih.
VI. KESIMPULAN
Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan proses saponifikasi dengan mereaksikan
minyak kelapa (trigliserida) dengan alkali (NaOH). Berat sabun yang dihasilkan pada
praktikum ini adalah sebesar 7.71 gram
UJI KELARUTAN SENYAWA ORGANIK
I. Tujuan
Menentukan sifat senyawa dengan menguji kelarutannya
II. Dasar Teori
Kelarutan menyatakan secara kualitatif jumlah maksimal zat yang dapat
terlarut dalam sejumlah zat terlarut atau larutan. Dengan tes kelarutan, suatu
senyawa dapat ditentukan apakah suatu senyawa yang sedang diuji adalah basa kuat
(amina), asam lemah (fenol), asam kuat (asam karboksilat), atau suatu zat netral
(aldehid, keton, alkohol, ester, eter). Pelarut yang digunakan dalam uji kelarutan
senyawa organik adalah HCl 5%, NaOH 5%, NaHCO3 5%, H2SO4 pekat, air, dan
pelarut-pelarut organik. Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang
molekulnya mengandung karbon,kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi
mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Dari dolongan besar itu senyawa
organik dapat diklasifikasikan dalam keluarga (families) dan kelas (class) yang
berbeda. Senyawa organik dibagi kedalam Sembilan kelas yang berbeda, digolongkan
menurut sifat masing-masing dalam senyawa tersebut. Secara kuantitatif untuk
menyatakan komposisi atau kelas dari larutan digunakan uji kelarutan terhadap
senyawa tersebut.
Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like
dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling
melarutkan, yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute
yang dinyatakan dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen,
ikatan van der waals (London) atau ikatan elektrostatik yang lain. Kelarutan
sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen dipolnya.
Namun Hildebrand membukti bahwa pertimbangan tentang dipol momen saja tidak
cukup untuk menerangkan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat terlarut
membentuk ikatan hidrogen lebih merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh
dibandingkan dengan polaritas. Air melarutkan fenol, alkohol, aldehida, keton, dll
yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan hidrogen
dalam air. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-
ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah.
Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi
lemah karena pelarut non polar termasuk dalam golongan pelarut aprotik dan tidak
dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat
terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut
nonpolar. Maka, minyak dan lemak larut dalam benzen, tetrakloroda dan minyak
mineral. Alkaloida basa dan asam lemak larut dalam pelarut nonpolar
III. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Kertas Lakmus
5. Gelas Ukur
b. Bahan
1. n-heksan
2. Formaldehid
3. Aseton
4. Asam asetat
5. Dietil eter
6. Toluen
7. Fenol
8. Trietil amina
9. Isopropil
10. Aquades
11. NaOH 5%
12. HCl 5%
13. NaHCO3 5%
14. H2SO4 pekat
IV. Prosedur Kerja
V. Data Pengamatan
VI. Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan percobaan untuk mengetahui sifat dari suatu
senyawa organik, baik asam, basa, netral, atau inert. Sampel yang diidentifikasi
adalah n-heksan, formaldehid, aseton, asam asetat, dietil eter, toluen, fenol, trietil
amina, dan isopropil. Untuk menguji kelarutan dan sifat dari senyawa-senyawa
organik tersebut, dilakukan pengujian dengan beberapa tahap.
Percobaan diawali dengan menambahkan beberapa tetes air/aquades ke dalam
tabung reaksi berisi bahan organik yang akan diuji kelarutan dan sifat senyawanya.
Jika senyawa tersebut larut dalam air, maka senyawa tersebut tergolong senyawa
polar, kemudian diuji sifat asam, basa atau netral dengan menggunakan kertas
lakmus merah atau biru. Larutan yang mengubah warna lakmus biru menjadi merah,
senyawa tersebut termasuk asam karboksilat, sedangkan jika warna lakmus merah
berubah menjadi biru, maka senyawa tersebut tergolong basa, dan jika tidak
merubah warna kertas lakmus maka senyawa tersebut tergolong senyawa netral.
Kemudian jika senyawa organik tersebut tidak larut dalam air, maka diuji dengan
menambahkan larutan NaOH ke dalam tabung reaksi berisi bahan tersebut, jika
senyawa itu larut langkah selanjutnya adalah menguji sifat dari senyawa tersebut
dengan menambahkan NaHCO3 , jika senyawa tersebut larut dalam NaHCO3 maka
senyawa tersebut bersifat asam, tetapi jika tidak maka senyawa tersebut bersifat
basa lemah.
Ketika ditambahkan NaOH, senyawa organik itu tidak larut, kemudian diuji
kembali dengan menambahkan larutan HCl, jika senyawa tersebut larut dalam HCl,
maka senyawa tersebut bersifat basa, sedangkan jika tidak larut maka diuji dengan
menambahkan larutan H2SO4 pekat. Bila senyawa itu larut, maka tergolong ke dalam
senyawa netral (alkohol, alkena, atau keton) tetapi jika tetap tidak larut, maka
senyawa itu termasuk senyawa yang inert. Senyawa inert merupakan senyawa yang
tidak dapat larut dengan bahan kimia lain, senyawa ini juga sulit untuk bereaksi.
Pada percobaan yang termasuk ke dalam senyawa inert adalah n-heksan dan toluen.
N-heksan tergolong dalam senyawa hidrokarbon, senyawa heksana dan isomernya
sangat tidak reaktif dan biasa digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Toluen
merupakan senyawa inert aromatik. Berdasarkan teori, toluen termasuk dalam
senyawa non polar, yang dapat diketahui dari konstanta dielektrik toluen yang kecil,
yaitu 2,4.
Asam organik adalah senyawa organik yang mempunyai derajat keasaman. Asam
organik yang paling umum adalah asam alkanoat yang memiliki derajat keasaman
dengan gugus karboksil -COOH, dan asam sulfonat dengan gugus -SO2OH
mempunyai derajat keasaman yang relatif lebih kuat. Stabilitas pada gugus asam
sangat penting dan menentukan derajat keasaman sebuah senyawa organik. Dalam
percobaan ini senyawa yang tergolong asam organik adalah formaldehid, asam
asetat, dan dietil eter. Formaldehida (juga disebut metanal) merupakan senyawa
aldehida dengan rantai karbon tunggal, larutan ini bersifat asam dan tersedia dalam
bentuk formaldehid 40% atau formalin. Larutan asam asetat dalam air merupakan
sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan
CH3COO-. Dietil eter tergolong senyawa eter, Eter bersifat sedikit polar karena
sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O tidak dapat
meniadakan satu sama lainnya. Basa organik tergolong dalam senyawa amina, dalam
percobaan yang tergolong basa organik adalah trietil amina, dan juga isopropil yang
termasuk basa lemah golongan alkohol. Senyawa netral dalam percobaan ini adalah
fenol dan aseton. Senyawa netral memiliki arti bahwa senyawa ini tidak memiliki
muatan.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Senyawa organik yang bersifat asam formaldehid, asam asetat, dan dietil eter
2. Senyawa organik yang bersifat basa adalah trietil amina dan isopropil
3. senyawa organik yang bersifat netral adalah fenol dan aseton
4. senyawa organik yang tergolong inert adalah n-heksan dan toluen