laporan praktikum kesadahan
DESCRIPTION
for collage task purposeTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Kesadahan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok semua makhluk hidup. Tanpa air,
manusia tidak akan bertahan hidup lama. Air alam mengandung berbagai
jenis zat, baik yang larut maupun yang tidak larut serta mengandung
mikroorganisme. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
Air merupakan unsur penting utama bagi hidup kita di planet bumi ini. Dalam bidang
kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian,
industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Air sangat penting di dalam mendukung
kehidupan manusia, air juga mempunyai potensi yang sangat besar jika air tersebut tercemar,
dalam menularkan atau mentransmisikan berbagai penyakit ( Anwar Daud, 2007). Air
merupakan sumberdaya yang paling penting dalam kehidupan manusia
maupun makhluk hidup lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk dan
kegiatan pembangunan telah mengakibatkan kebutuhan akan air meningkat
tajam. Di lain pihak, ketersediaan air dirasa semakin terbatas bahkan di
beberapa tempat sudah terjadi kekeringan. Hal itu semua terjadi sebagai
akibat dari kualitas lingkungan hidup yang menurun, seperti pencemaran,
penggundulan hutan, berubahnya tata guna lahan, dan lain-lain.
Sumber-sumber air yang ada di bumi antara lain adalah air
atmosfer, air permukaan, air laun dan air tanah. Air merupakan suatu sarana
utama dalam meningkatkan derajat kesehatan. Jika kandungan bahan-bahan
dalam air tersebut tidak mengganggu kesehatan, air dianggap bersih dan
layak untuk diminum, air dikatakan tercemar jika terdapat gangguan
terhadap kualitas air sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk
tujuan penggunaannya. Pencemaran air dapat terjadi karena masuknya
makhluk hidup, zat, dan energi terdalam air oleh kegiatan manusia. Keadaan
itu dapat menurunkan kualitas air sampai ke tingkat tertentu dan membuat
air tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya (Mifbahuddin, 2010).
Air merupakan pelarut penting, yang memiliki kemampuan yang
dapat melarutkan zat-zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan dan banyak macam molekul organik. Bahan-bahan
mineral yang dapat terkandung dalam air adalah CaCO3, MgCO3, CaSO4,
MgSO4, NaCl, Na2SO4, SiO2 dan sebagainya. Dimana air yang banyak
mengandung ion-ion kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah.
Air sadah adalah air yang di dalamnya terlarut garam-garam kalsium
dan magnesium, air sadah tidak baik untuk mencuci karena ion-ion Ca2+ dan
Mg2+ akan berikatan dengan sisa asam karbohidrat pada sabun dan
membentuk endapan sehingga sabun tidak berbuih. Senyawa-senyawa
kalsium dan magnesium ini relatif sukar larut dalam air, sehingga senyawa-
senyawa ini cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan
atau precipitation yang kemudian melekat pada logam (wadah) dan menjadi
keras (Bintoro, 2008 dalam Ginoest, 2010).
Air sadah dapat menyebabkan terbentuknya kerak pada
dasar ketel yang selalu digunakan untuk memanaskan air. Sehingga
untuk memanaskan air tersebut diperlukan pemanasan yang lebih lama. Hal
ini merupakan pemborosan energi. Timbulnya kerak pada pipa uap dapat
menyebabkan penyumbatan sehingga dikhawatirkan pipa tersebut akan
meledak, dan jika terjadi peledakan akan dapat menyebabkan polusi udara
yang bisa menurunkan kualitas lingkungan dan lingkungan tidak bisa
berfungsi sebagai mana mestinya. Untuk itu perlu dilakukan pengujian
kesadahan. Manfaat penentuan atau pengujian kesadahan adalah untuk
mengetahui tingkat kesadahan air, dan untuk dapat menentukan kesadahan
digunakan metode Titrasi EDTA ( Ethylene Diamene Tetra Asetat).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat
adalah:
1. Berapa tingkat kesadahan total air sampel yang diteliti?
2. Berapa kadar Ca dalam air yang diteliti?
3. Berapa kadar Mg dalam air yang diteliti?
4. Apakah air sampel yang diteliti layak dikonsumsi?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kesadahan total air yang diteliti.
2. Untuk mengetahui kadar Ca dalam air yang diteliti.
3. Untuk mengetahui kadar Mg dalam air yang diteliti.
4. Untuk mengetahui kelayakan konsumsi air yang diteliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam
air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral
yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang
rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa
merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat
(Wikipedia, 2011).
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk
busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air
akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan
pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Penyebab air
menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Atau dapat juga
disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam
bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat,
klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil (O-fish, 2003).
Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium
dikenal sebagai “air sadah”, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci.
Senyawa kalsium dan magnesium bereaksi dengan sabun membentuk
endapan dan mencegah terjadinya busa dalam air. Oleh karena senyawa-
senyawa kalsium dan magnesium relatif sukar larut dalam air, maka
senyawa-senyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk
endapan atau presipitat yang akhirnya menjadi kerak.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat
menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat
menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan
keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga,
dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk
gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang
digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk
menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia
(Wikipedia, 2011).
Karena penyebab dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+,
khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat/karakteristik
air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+, yang
dinyatakan sebagai CaCO3 (Giwangkara, 2006 dalam Ihsan, 2011)
B. Jenis Kesadahan
Terdapat dua jenis kesadahan, yakni sebagai berikut:
1. Kesadahan sementara
Kesadahan sementara merupakan kesadahan yang mengandung
ion bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa
kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2)
Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah
sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air,
sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan
pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel
(Wikipedia, 2011).
Reaksinya:
Ca(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan)
Mg(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + MgCO3
(endapan)
2. Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan yang mengadung anion selain
ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO4
2-. Berarti
senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium
nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2),
magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang
mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena
kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk
membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara
kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu.
Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan
soda- kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium
hidroksida) sehingga terbentuk endapan kaslium karbonat
(padatan/endapan) dan magnesium hidroksida (padatan/endapan) dalam air.
Reaksinya:
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 (padatan/endapan) + 2NaCl (larut)
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 (padatan/endapan) + Na2SO4 (larut)
MgCl2 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaCl2 (larut)
MgSO4 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaSO4 (larut)
Ketika kesadahan kadarnya adalah lebih besar dibandingkan
penjumlahan dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, yang kadar
kesadahannya eqivalen dengan total kadar alkali disebut kesadahan
karbonat; apabila kadar kesadahan lebih dari ini disebut kesadahan non-
karbonat. Ketika kesadahan kadarnya sama atau kurang dari penjumlahan
dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, semua kesadahan adalah
kesadahan karbonat dan kesadahan nonkarbonat tidak ada. Kesadahan
mungkin terbentang dari nol ke ratusan miligram per liter, bergantung
kepada sumber dan perlakuan dimana air telah subjeknya (Wikipedia, 2011).
C. Metode Penentuan Kesadahan
Metode yang dapat dilakukan untuk penentuan kesadahan adalah
metode Titrasi EDTA ( Ethylene Diamene Tetra Asetat). EDTA berupa
senyawa kompleks khelat dengan rumus molekul
(HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2. Merupakan suatu senyawa asam amino
yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam bervalensi
dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat dan dua
gugus amina. EDTA membentuk kompleks kuat terutama dengan Mn (II), Cu
(II), Fe (III), dan Co (III) (Anonim, 2008 dalam Ginoest, 2010).
EDTA merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, serta dapat
diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi dalam penggunaannya, karena
adanya sejumlah tidak tertentu dalam air, sebaiknya distandardisasi terlebih
dahulu.
HOOC CH2 CH2COOH
N CH2 CH2 N
HOOC CH2 CH2COOH
Gambar 2.1 Struktur EDTA
Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik
donor elektron dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga
dapat menghasilkan khelat bercincin sampai dengan enam secara serempak
(Khopkar, 1990 dalam Ginoest, 2010).
Kesadahan total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui
titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka
terhadap semua kation tersebut. Titrasi kompleks meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan yang mendasari terbentuknya
kompleks adalah tingkat kelarutan yang tinggi.
EDTA biasa dikenal sebagai asam etilen diamina tetraasetat, mengandung atom
oksigen dan nitrogen yang efektif dalam membentuk kompleks yang stabil dengan logam lain
yang berbeda. EDTA adalah ligan yang dapat berkoordinasi dengan satu ion logam melalui dua
nitrogen dan satu oksigennya. EDTA juga dapat berlaku sebagai ligan kudentat dan konsidentat
yang membebaskan satu atau dua gugus oksigen dari reaksi yang kuat dengan logam lain (Brady,
1994 dalam Ihsan, 2011).
EDTA membentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika
ditambahkan ke suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika
sejumlah kecil Eriochrome Black Tea atau Calmagite ditambahkan ke suatu
larutan mengandung kalsium dan ion-ion magnesium pada satu pH dari 10,0
± 0,1, larutan menjadi berwarna merah muda. Jika EDTA ditambahkan
sebagai satu titran, kalsium dan magnesium akan menjadi suatu kompleks,
dan ketika semua magnesium dan kalsium telah manjadi kompleks, larutan
akan berubah dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru yang
menandakan titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk
menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk mememastikankan ini,
kompleks garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan
buffer.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi
EDTA. pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT).
Pada pH lebih tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat
dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide. Adanya gangguan
Cu bebas dari pipa-pipa saluran air dapat di masking dengan H2S. EBT yang
dihaluskan bersama NaCl padat kadangkala juga digunakan sebagai
indikator untuk penentuan Ca ataupun hidroksinaftol. Seharusnya Ca tidak
ikut terkopresitasi dengan Mg, oleh karena itu EDTA direkomendasikan
(Ginoest, 2010).
D. Standar Jenis Kesadahan
Kandungan kapur yang terdapat dalam air, agar tidak kurang dan tidak juga berlebih
maka perlu diterapkan standar suatu air dikatakan sadah atau berlebih kesadahannya. Standar
kualitas menetapkan kesadahan total adalah 5-10 derajat Jerman. Apabila kurang dari 5 derajat
Jerman maka air akan terasa lunak dan sebaliknya. Jika dalam air mengandung lebih dari 10
derajat Jerman maka akan merugikan bagi manusia.
Di kalangan masyarakat yang awam, sangat sulit untuk membedakan mana air yang
tingkat kesadahannya tinggi. Mereka hanya bisa memperkirakan saja berdasarkan apa yang
ditimbulkan dari air, misalnya mereka mengamati kerak yang ditimbulkan air pada dasar panci
memberikan sedikit pemahaman pada masyarakat bahwa air yang dikonsumsinya itu tingkat
kesadahannya tinggi, dan sebaliknya jika tidak terlihat kerak yang ditimbulkan artinya bahwa air
yang dikonsumsinya tingkat kesadahannya masih tergolong rendah (Sanropie dkk, 1984 dalam
Resthy, 2011)..
Standar kesadahan air meliputi (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy 2011):
1. Standar kesadahan menurut WHO, 1984, mengemukakan bahwa :
a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b. Lunak mengandung 0-60 ppm CaCO3;
c. Agak sudah mengandung 60-120 ppm CaCO3;
d. Sadah mengandung 120-180 ppm CaCO3;
e. Sangat sadah 180 ppm ke atas.
2. Standar kesadahan menurut E. Merck, 1974, bahwa :
a. Sangat lunak antara 0-4 OD atau 0-71 ppm CaCO3;
b. Lunak antara 4-8 OD atau 71-142 ppm CaCO3;
c. Agak sadah antara 8-18 OD atau 142-320 ppm CaCO3;
d. Sadah 18-30 OD atau 320-534 ppm CaCO3;
e. Sangat sudah 30 OD keatas atau sekitar 534 ppm ke atas.
3. Standar kesadahan menurut EPA, 1974, bahwa :
a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b. Lunak, antara 0-75 ppm CaCO3;
c. Agak sadah, antara 75-150 ppm CaCO3;
d. Sadah, 150-300 ppm CaCO3;
e. Sangat sadah 300 ppm ke atas CaCO3.
4. Kesadahan merupakan salah satu sifat kimia yang dimiliki air. Kesadahan air disebabkan adanya
ion – ion Ca2+ dan Mg2+. Berdasarkan Standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010
batas maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3. Bila melewati
batas maksimum maka harus diturunkan (pelunakan).
Dari data tersebut dapat dilihat jelas bahwa air yang dikatakan sadah adalah air yang
mengandung garam mineral khususnya CaCO3 sekitar 120-180 ppm menurut WHO, sedangkan
menurut Merck air dikatakan sadah jika mengandung 320-534 ppm atau sekitar 18-30 OD,
menurut EPA air yag dikatakan sadah jika mengandung CaCO3 sekitar 150-300 ppm, dan
menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu
500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas maksimum maka harus diturunkan (pelunakan) (Bakti
Husada, 1995 dalam Resthy, 2011).
E. Dampak dari Kesadahan Air yang Kurang dan yang Berlebih
Air jika tidak mengandung kapur atau tidak sadah akan terasa lunak atau hambar
karena tidak mengandung garam-garam mineral sehingga akan mengurangi selera dalam
mengkonsumsinya. Akan tetapi, jika di dalam air kandungan kapurnya sangat tinggi atau dengan
kata lain terlalu banyak mengandung garam-garam mineral justru akan memberikan dampak
yang buruk bagi kehidupan. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk mengetahui dampak apa saja
yang dapat ditimbulkan jika kandungan kapur dalam air berlebih atau kesadahannya tinggi
(Sanropie dkk, 1984 dalam Resthy, 2011).
Air lunak atau air yang tidak mengadung kapur mempunyai kecenderungan
menyebabkan korosi pada pipa. Sedangkan jika air memiliki kandungan kapur yang banyak atau
tingkat kesadahannya tinggi, maka mengakibatkan terbentuknya kerak-kerak pada dinding pipa
yang menyebabkan penyempitan pipa, sehingga memperkecil debit aliran air. Dalam rumah
tangga hal tersebut menyebabkan terbentuknya kerak pada dinding peralatan memasak sehingga
menyebabkan pemakaian bahan bakar yang lebih banyak dan menyebabkan pemakaian sabun
yang semakin tinggi (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy, 2011).
Apabila kandungan CaCO3 atan MgCO3 dalam air itu melewati batas 10 derajat
Jerman maka akan menyebabkan, antara lain (Sanropie dkk, 1984 dalam Resthy, 2011):
a. Menyababkan lapisan kerak pada alat dapur yang terbuat dari logam;
b. Kemungkinan terjadinya ledakan pada boiler;
c. Pipa air menjadi terumbat;
d. Sayur-sayuran menjadi keras apabila dicuci dengan air bersih.
Air sadah tidak terlalu berbahaya untuk diminum, akan tetapi dapat menyebabkan
beberapa masalah jika dikonsumsi dalam jangka panjang, hal tersebut dapat menimbulkan
osteoporosis atau pengapuran pada tulang manusia. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan
mineral, yang menyumbat pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di
rumah tangga, selain itu air sadah dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan.
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi ketat untuk mencegah kerugian. Untuk
menghilangkan kesadahan biasanya digunakan beberapa zat kimia ataupun dengan menggunakan
resin pertukaran ion (Kris, 2006 dalam Resthy, 2011).
Air sadah membawa dampak negatif, yaitu (Anoymous, 2009 dalam Resthy, 2011):
1. Menyebabkan sabun tidak berbusa karena adanya hubungan kimiawi antara kesadahan dengan
molekul sabun sehingga sifat detergen sabun hilang dan pemakaian sabun menjadi lebih boros;
2. Menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat katup-katup ketel karena terbentuknya
endapan kalsium karbonat pada dinding atau katup ketel. Akibatnya hantaran panas pada ketel
air berkurang sehingga memboroskan bahan bakar.
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Batang Pengaduk
b. Botol Semprot
c. Bulp
d. Buret
e. Erlenmeyer 250 mL
f. Gelas Kimia 250 mL
g. Gelas Kimia 300 mL
h. Gelas Ukur 50 mL
i. Pipet Tetes
j. Pipet Volume
k. Statif
l. Sendok tanduk
2. Bahan:
a. Air sumur (sampel)
b. Aquades
c. Buffer pH 10
d. Eriochrom Black Tea (EBT)
e. Larutan Etylene Diamine Tetra Asestat (EDTA) 0,01 M
f. Murexide
g. Larutan NaOH 1 N
B. Prosedur Kerja
1. Penentuan Kesadahan Total
Memipet 25 mL sampel kemudian memasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu
menambahkan 2 mL larutan Buffer pH 10 kemudian menambahkan sedikit indikator EBT hingga
berwarna merah muda dan menitrasi dengan larutan EDTA hingga berubah warna dari merah
muda menjadi biru.
2. Penentuan Kadar Kalsium (Ca)
Memipet 25 mL sampel air kemudian memasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu
menambahkan larutan 3 mL Natrium Hidroksida (NaOH) 1 N, kemudian menambahkan sedikit
indikator murexide hingga berwarna merah muda dan menitrasi dengan larutan EDTA hingga
berubah warna dari merah muda menjadi ungu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Penentuan Kesadahan Total
Zat yang Bereaksi Hasil Keterangan
25 mL sampel air
ditambahkan buffer pH 10
Larutan bening
Ditambahkan indikator
Eriochrome Black Tea
(EBT)
Larutan berwarna
merah muda
Dititrasi dengan larutan
EDTA 0,01 M
Larutan berwarna biru
Volume EDTA : 5,5 mL
2. Penentuan Kesadahan Ca
Zat yang Bereaksi Hasil Keterangan
25 mL sampel air
ditambahkan buffer pH
12
Larutan bening
Ditambahkan indikator
Murexide
Larutan berwarna
merah muda
Dititrasi dengan larutan
EDTA 0,01 M
Larutan berwarna ungu
Volume = 3,3 mL
B. Perhitungan
1. Kesadahan Total :
Dik: Vol EDTA = 5,5 mL
[EDTA] = 0,01 M
Mr CaCO3 = 100 gr/mol
Dit: Kesadahan Total …….?
Peny:
Kesadahan Total : Kadar CaCO3 = A × [EDTA] × Mr CaCO3 × 1000
mL sampel
Mr CaCO3 = 1. Ar Ca + 1. Ar C + 3. Ar O
= 40 + 12 + 3. 16
= 40 + 12 + 48
= 100 gr/mol
Kadar CaCO3 = A × [EDTA] × Mr CaCO3 × 1000
mL sampel
= 5,5 mL× 0,01 mol/L × 100 gr/mol × 1000mg/gr
25 mL
= 220 mg/L
= 220 ppm
2. Kadar Ca
Dik: Vol EDTA = 3,3 mL
[EDTA] = 0,01 M
Ar Ca = 40
Dit: [Ca] …….?
Penye:
Kadar Ca = B × [EDTA] × Ar Ca × 1000
mL sampel
Kadar Ca = 3,3 mL × 0,01 mol/L × 40 gr/mol × 1000mg/gr
25 mL
= 52,8 mg/L
= 52,8 ppm
3. Kadar Mg
Dik:
Vol EDTA A = 5,5 mL
Vol EDTA B= 3,3 mL
[EDTA] = 0,01 M
Ar Mg = 24
Dit: [Mg] …….?
Penye:
Kadar Mg = ( Volume A – Volume B)
Kadar Mg = C × [EDTA] × Ar Mg × 1000
mL sampel
= (5,5 – 3,3) mL x 0,01 mol/L x 24 gr/mol x 1000 mg/gr
25 mL
= 2,2 mL x 0,01mol/L x 24 gr/mol x 1000 mg/g
25 mL
= 21,12 mg/L
= 21,12 ppm
C. Pembahasan
Pada praktikum kesadahan ini, sampel diambil dari sumur di daerah
sekitar Minasaupa. Praktikan melakukan beberapa percobaan yakni untuk
menentukan kesadahan total, kesadahan kalsium dan kesadahan
magnesium terhadap sampel air sumur.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu penentuan kesadahan total.
Sampel yang digunakan sama dengan sampel pada penentuan kalsium (Ca).
Sampel ditambahkan dengan larutan buffer pH 10 karena indikator yang
akan digunakan yaitu indikator EBT, Setelah penambahan indikator
Eriochrom Black Tea (EBT) diperoleh larutan berwarna merah muda,
selanjutnya dititrasi dengan EDTA. Jika EDTA dijadikan sebagai titran, maka
larutan akan berubah dari warna merah muda menjadi warna biru. Pada titik
akhir titrasi diperoleh volume titran sebesar 5,5 mL, dan kadar CaCO3
sebanyak 220 mg/L. Berdasarkan standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas
maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3 (Bakti Husada, 1995
dalam Resthy, 2011), dapat dikatakan bahwa air sumur yang diteliti layak
konsumsi karena tidak melebihi nilai ambang batas yang dianjurkan.
Langkah kedua adalah penentuan kalsium (Ca), pertama-tama
sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan
NaOH sebanyak 3 mL. Fungsi penambahan NaOH disini yaitu untuk
meningkatkan pH sampel. Selanjutnya ditambahkan dengan mureksid.
Mureksid berfungsi sebagai indikator, setelah penambahan indikator
mureksid dihasilkan larutan warna merah muda. Menurut teori pada pH lebih
tinggi 12, Mg akan mengendap sehingga EDTA hanya dapat diikat oleh Ca2+
dengan indikator mureksid. Larutan kemudian dititrasi dengan EDTA sampai
warna larutan berubah menjadi ungu. Volume titran yang digunakan yaitu
sebesar 3,3 mL dengan kadar kalsium (Ca) sebesar 52,8 mg/L, artinya
dalam 1 liter air mengandung 52,8 mg kalsium (Ca).
Sedangkan untuk penentuan Magnesium (Mg) pada praktikum kali ini dilakukan
dengan cara mengurangi volume titran kesadahan total dengan kadar Ca dan diperoleh hasil
kadar magnesium (Mg) sebesar 21,12 mg/L, yang artinya dalam 1 liter air mengandung 21,12
mg magnesium (Mg).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai kesadahan total sampel air adalah 220 mg/L CaCO3.
2. Nilai kesadahan kalsium sampel air adalah 52,8mg/L.
3. Nilai kesadahan magnesium sampel air adalah 21,12 mg/L.
4. Berdasarkan standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air
minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3 (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy, 2011). Jadi
dapat disimpulkan bahwa air tersebut layak untuk dikonsumsi.
.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh praktikan adalah:
1. Berhati-hati dalam menggunakan alat.
2. Jangan tergesa-gesa saat melakukan percobaan.
3. Sebaiknya menguasai prosedur kerja percobaan dan mengetahui materi
tentang percobaan yang akan dilakukan.
4. Sebaiknya jangan terlambat pada saat akan melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Daud, Anwar. 2007. Aspek Kesehatan Penyediaan Air Bersih. CV.Healthy & Sanitation : Makassar
Ginoest. 2010. Penentuan Kadar Kesadahan Air dengan Metode Titrasi EDT. Online: http://ginoest.wordpress.com/2010/03/23/17/. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011
Ihsan. 2011. Analisa Kimia Sampel Air Sungai : Penentuan Kesadahan Total dan Sementara dalam Air . Online : http://chemistryismyworld.blogspot.com/2011/05/analisa-kimia-sampel-air-sungai.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011
Mifbahuddin, 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis. Online : http://www.google.co.id/ Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011
O-fish. 2003. Parameter Air. Online : http://www.o-fish.com/parameter_air.htm. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011
Resthy, 2011. Laporan Akhir Kesadahan. Online : http://perutbuncitmeletus.blogspot.com/2011/10/laporan-akhir-kesadahan.html. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011
Wikipedia. 2011. Kesadahan Air. Online : http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011