laporan praktikum suspensi tetrasiklin
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI NON STERIL
SEDIAAN suspenSI
“TETRASIKLIN”
Kelompok 2B
Panji Faisal 09012040
Resti Andriani Perdana 09012045
Ria Ayi Kurniasih 09012046
Uli Sulhiyyah 09012050
Waode Elshy Manuar 09012052
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nyalah kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah
teknologi non steril yang berjudul sediaan suspensi dengan zat aktif tetrasiklin.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami susun ini masih jauh dari sempurna
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Kami
harap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Akhir kata kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang disengaja maupun
yang tidak disengaja.
Bogor, Juni 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Dasar Teori
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair.
Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk
penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair
yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan
untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
A. Suspensi Oral
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat
yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensisoid) disebarkan secara merata dalam
pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral. salah satu adalah karena obat-obat
tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutn tapi stabil dalam disuspensi. dalam
hal seperti ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan
cairan. untuk banyak pasien, benyuk cair lebih disukai ketimabang bentuk padat (tablet
atau kapsul dari obat yang sama), karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam
pemberian dosis, pemberian lebih mudah serta lebih mudah untuk memberikan dosis
yang relatif sangat besar, aman, mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur
penyesuaian dosisnya untuk anak.
Kerugian dari obat tertentu yang mempunyai rasa tidak enak bila diberikan
sebagai partikel yang tidak larut dalam suspensi. nyatanya untuk obat-obat yang tidak
enak rasanya telah dikembangkan bentuk-bentuk kimia khusus menjadi bentuk yang tidak
larut dalam pemberian yang diinginkan sehingga didapatkan sediaan cair yang rasanya
enak. dengan suspensi dapat menutupi rasa obat yng tidak enak dan pemilihan zat
pemberi rasa dapat lebih disesuaikan dengan rasa yang diinginkan, bukan untuk menutupi
rasa yang tidak enak dari suatu obat. kebanyakan suspensi oral berupa sediaan air dengan
pembawa yang diharumkan dan dimaniskan untuk memenuhi selera pasien.
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara
tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :
1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya
tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan
perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang
dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran
partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
2. Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut,
makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat
dibuktikan dengan hukum ” STOKES”
V= d2 (p-po) g /n
Ket :
V = Kecepatan Aliran
d = Diameter Dari Partikel
p = Berat Jenis Dari Partikel
p0 = Berat Jenis Cairan
g = Gravitasi
ŋ = Viskositas Cairan
3. Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel
tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan
antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena
itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan
partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran
bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan
tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak
dapat mempengruhi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer,
homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat
dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan
tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan
pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom /
hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran
tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka
viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi.
Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi
bakteri.
a. Termasuk golongan gom :
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin
b. Golongan bukan gom :
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. Bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat Selulosa
Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil
selulosa.
b. Golongan organk polimer
Contohnya:Carbaphol934.
Dalam pembuatan suspensi, serbuk mula-mula dibasahi dulu oleh zat
pembasah agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi.
alkohol, gliserin dan cairan higroskopis lainyya digunakan sebagaizat pembasah
bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. kemudian bahan
pensuspensi dicampur dengan air, sehingga terbentuk mucilago. Serbuk yang
telah dibasahi dicampur dengan mucilago yang telah dibuat.
Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi
1. Metode pembuatan suspensi :
Suspensi dapat dibuat dengan cara :
ø Metode Dispersi
ø Metode Precipitasi
2. Sistem pembentukan suspensi :
ø Sistem flokulasi
ø Sistem deflokulasi
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
a. Deflokulasi
Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
o Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap
terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.
Sediaan terbentuk lambat.
o Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi
lagi.
b. Flokulasi
Partikel merupakan agregat yang basa
Sedimentasi terjadi begitu cepat
o Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah
terdispersi kembali seperti semula.
Formulasi suspensi
Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
Pada penggunaan ”Structured Vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam
suspensi Structured Vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit,
dan lain-lain.
Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat
pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :
1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.
2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau
polimer.
3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah
Structured Vehicle.
5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam Structured Vehicle.
Penilaian Stabilitas Suspensi
1. Volume sedimentasi
Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula mula
dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
2. Derajat flokulasi.
Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap
volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menemukan
perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan
perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku,
lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan
kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.
Contoh suspensi oral:
1. Antasida : Suspensi oral Alumina dan Mangnesida (Aludrox Oral Suspension),
Alumina dan Magnesium Trisilikat(Alma-Mag liquid), Magaldrat(Riopan oral
suspension) , Aluminia Magnesia dan Kalsium karbonat(Camalox). Ini digunakan
untuk bekerja melawan hiperasiditas gastrik dan mengurangi tekanan pada saluran
cerna bagian atas.
2. Antelmintik : Suspensi oral pirantel Pamoat (Antiminth oral 250 mg/5ml
suspension), tiabendazol(Mintezol Oral 500 mg/5 ml). ini digunakan untuk
membebaskan tubuh dari infeksi cacing .
3. Antibakteri: Suspensi oral sulfametoksazol (Gantanol Suspension), Sulfisoksazol
Asetil (Gantrisin Syrup 500 mg/5 ml dan gantrisin Pediatric Suspension). Obat ini
digunakan untu pengobatan infeksi saluran urin dan dapat menghambta sintesis
asam folat serta garm para amino benzoat dari bakteri.
B. Monografi
1. Tetracycline / tetrasiklin
Merupakan kelompok antibiotika yang dihasilkan oleh jamur
Streptomyces Aureofaciens. Antibiotika ini merupakan derivate dari senyawa
hidronaftalen dan berwarna kuning. Dalam kedokteran hewan golongan
tetracycline yang sering digunakan adalah khlortetrasiklin, oksitetrasiklin dan
tetrasiklin.
Sifat kimiawi tetrasiklin
Tetrasiklin mudah membentuk garam dengan ion NA+ maupun Cl- . Obat
ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini
berada dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu ditambahkan
buffer. Dalam larutan tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi mengandung
buffer dengan pelarut propylen glikol pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun pada suhu
kamar sampai 45O C. Bila pH lebih tinggi dari 7,5 maka tingkat kestabilan
tetrasiklin akan menurun.
Mekanisme kerja tetrasiklin
Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis
protein. Hal ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S
hingga mencegah terbentuknya amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan juga
berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun tetrasiklin dapat menembus
sel mamalia namun pada umumnya tidak menyebabkan keracunan pada individu
yang menerimanya.
Penggunaan topical
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit, biasanya
sediaan tetrasiklin dikemas dalam bentuk salep 1%. Dapat digunakan untuk
mengobati penyakit mata seperti opthalmik, selain itu dapat juga digunakan untuk
mengatasi pink eye.
2. Na CMC
Karboksimetil selulosa (CMC) atau gusi selulosa adalah selulosa turunan
dengan kelompok karboksimetil (-CH 2 -COOH) terikat untuk beberapa hidroksil
kelompok dari glukopiranosa monomer yang membentuk selulosa
tulang punggung. Hal ini sering digunakan sebagai nyanatrium garam , natrium
karboksimetil selulosa.
Penggunaan
CMC digunakan dalam ilmu makanan sebagai viskositas pengubah
atau pengental , dan untuk menstabilkan emulsi dalam berbagai produk
termasuk es krim. Sebagai tambahan makanan, ia memiliki sejumlahE E466.
Ini juga merupakan konstituen dari banyak non-produk makanan, seperti KY
Jelly , pasta gigi , obat pencahar , diet pil, air berbasis cat , deterjen , tekstil
ukuran dan berbagai kertas produk. Hal ini digunakan terutama karena
memiliki tinggi viskositas , tidak beracun, dan hypoallergenic. Dalam
deterjen digunakan sebagai polimer suspensi tanah dirancang untuk deposit
ke kapas dan kain selulosa lainnya menciptakan penghalang bermuatan
negatif ke tanah dalam larutan pencuci. CMC digunakan sebagai pelumas
non- volatil tetes mata ( air mata buatan ). Kadang-kadang metil selulosa
(MC) yang digunakan, tetapi non-polar metilkelompok (-CH 3 ) tidak
menambahkan kelarutan atau reaktivitas kimia pada selulosa dasar.
Setelah reaksi awal campuran yang dihasilkan menghasilkan sekitar
60% CMC ditambah garam 40% ( natrium klorida dan natrium
glikolat ).Produk ini adalah CMC disebut Teknis yang digunakan
dalam deterjen . Proses pemurnian lebih lanjut digunakan untuk
menghilangkan garam-garam ini untuk menghasilkan CMC murni yang
digunakan untuk makanan, farmasi dan pasta gigi (odol) aplikasi. Sebuah
peralihan "semi-murni" kelas juga diproduksi, biasanya digunakan dalam
aplikasi kertas.
CMC juga digunakan dalam obat-obatan sebagai agen penebalan. CMC
juga digunakan dalam industri pengeboran minyak sebagai bahan lumpur
pemboran, di mana ia bertindak sebagai pengubah viskositas dan agen retensi
air. Poli-anionik selulosa atau PAC berasal dari CMC dan juga digunakan
dalam praktek ladang minyak.
Karboksimetil selulosa yang tidak larut microgranular digunakan
sebagai resin pertukaran-kation dalam pertukaran ion kromatografi untuk
pemurnian protein. Agaknya tingkat derivatisasi jauh lebih rendah sehingga
sifat kelarutan dari selulosa microgranular dipertahankan sambil
menambahkan yang cukup negatif karboksilat kelompok dibebankan untuk
mengikat protein bermuatan positif.
CMC juga digunakan dalam paket es untuk membentuk campuran
eutektik mengakibatkan titik beku lebih rendah dan kapasitas pendinginan
karena itu lebih daripada es.
Aqueous solusi CMC juga telah digunakan untuk membubarkan
nanotube karbon. Diperkirakan bahwa molekul CMC panjang membungkus
sekitar nanotube, yang memungkinkan mereka untuk terdispersi dalam air.
3. Propilen Glikol (PG)
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak
berbau, menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan
kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak
esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak
lemak.
Propylene glycol juga disebut 1,2-propanadiol atau propana-1 ,2-diol ,
adalah senyawa organik (suatu diol atau double alkohol ) dengan rumus
C3H8O2 atau HO-CH 2 -CHOH-CH3 . Ini adalah tidak berwarna, tidak berbau
hampir, jelas, cairan kental dengan rasa sedikit
manis, higroskopis dan larutdengan air , aseton , dan kloroform.
Senyawa ini kadang-kadang disebut α-propilen glikol untuk
membedakannya dari isomer yang propana-1 ,3-diol HO-(CH 2 ) 3 -OH, juga
disebut β-propilen glikol.
Toksisitas akut lisan dari propilen glikol sangat rendah, dan jumlah besar
dibutuhkan untuk menyebabkan kerusakan kesehatan pada manusia jelas;
propilen glikol dimetabolisme dalam tubuh manusia menjadi asam
piruvat (bagian normal dari proses metabolisme glukosa, mudah diubah menjadi
energi ), asam asetat (ditangani oleh etanol-metabolisme), asam laktat (asam
yang normal umumnya berlimpah selama pencernaan), dan propionaldehida (zat
yang sangat beracun). toksisitas Serius umumnya hanya terjadi pada konsentrasi
plasma lebih dari 1 g / L, yang membutuhkan asupan yang sangat tinggi selama
waktu yang relatif singkat. Ini akan hampir mustahil untuk mencapai tingkat
beracun dengan mengkonsumsi makanan atau suplemen, yang mengandung
paling banyak 1 g / kg PG .
Kasus keracunan propilen glikol biasanya berhubungan dengan baik
pemberian intravena tidak tepat atau konsumsi disengaja dalam jumlah besar
oleh anak-anak. Potensi jangka panjang Toksisitas oral juga rendah. Dalam satu
studi, tikus diberi pakan yang mengandung sebanyak 5 PG% dalam pakan
selama 104 minggu dan mereka tidak menunjukkan efek sakit jelas. Karena
toksisitas rendah lisan kronis, propilen glikol telah diklasifikasikan oleh
AS Food and Drug Administration sebagai " umumnya diakui sebagai
aman "(GRAS) untuk digunakan sebagai aditif makanan langsung.
Kontak dengan propilen glikol pada dasarnya tidak menyebabkan iritasi
pada kulit. propilen glikol ternyata dapat minimal mengiritasi mata, dan dapat
menghasilkan konjungtivitis sementara sedikit (mata pulih setelah terkena akan
dihapus). Paparan kabut dapat menyebabkan iritasi mata, serta iritasi saluran
pernafasan atas. Menghirup uap propilen glikol muncul untuk menyajikan tidak
ada bahaya yang signifikan dalam aplikasi biasa. Namun, pengalaman manusia
yang terbatas menunjukkan bahwa menghirup kabut propilen glikol dapat
menyebabkan iritasi pada beberapa individu.
Beberapa penelitian telah menyarankan bahwa propilen glikol tidak
digunakan dalam aplikasi dimana inhalasi paparan atau kontak mata manusia
dengan kabut semprotan materi-materi ini mungkin , seperti kabut untuk
produksi teater atau solusi antibeku untuk stasiun mencuci darurat mata.
Propilen glikol tidak menyebabkan sensitisasi dan menunjukkan tidak ada
bukti menjadi karsinogen atau menjadi genotoksik. Tanggapan negatif terhadap
pemberian intravena obat yang menggunakan PG sebagai eksipien telah terlihat
di sejumlah orang, terutama dengan dosis besar daripadanya. Responses
mungkin termasuk "hipotensi, bradikardia. QRS dan T kelainan pada EKG,
aritmia, henti jantung, hyperosmolality serum, asidosis laktat, dan
hemolisis". Persentase yang tinggi (12% menjadi 42%) dari disuntikkan
langsung- propilen glikol dihilangkan / dikeluarkan dalam urin berubah
tergantung pada dosis, dengan sisanya muncul di glukuronat form-
nya. Kecepatan filtrasi ginjal menurun dengan meningkatnya dosis, yang
mungkin karena propilen glikol yang bius ringan / SSP-depresan-sifat sebagai
sebuah alkohol. Dalam satu kasus, pemberian melalui IV dari nitrogliserin PG-
ditangguhkan ke tua pria mungkin disebabkan koma dan asidosis.
Menurut sebuah studi 2010 oleh Universitas Karlstad , konsentrasi PGEs,
propilen glikol dan eter glikol di udara dalam ruangan, udara terutama kamar
tidur, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko pernapasan banyak dan
gangguan kekebalan tubuh pada anak-anak, termasuk asma , demam , eksim ,
dan alergi, dengan peningkatan risiko mulai dari 50% sampai 180%. Konsentrasi
ini telah dikaitkan dengan penggunaan cat berbasis air dan berbasis air
pembersih.
4. Syrupus simplex
Sirupus simpleks (Jerman: "Sirup Sederhana") disebut di sektor farmasi,
persiapan air murni dan gula. Ada sejumlah aturan produksi dalam farmakope
atau koleksi resep, yang mewakili tapi akhirnya sebuah komposisi akhir dari
sekitar 36 bagian air gula dan 64 bagian.
Jumlah yang telah ditentukan gula yang dimasukkan ke dalam wadah yang
sesuai dengan jumlah yang tepat dari air dan dipanaskan sampai
mendidih. Para sirup sekitar 120 detik dari titik didih awalcairan diharapkan
untuk dimasak. Proses perebusan berfungsi tidak hanya solusi lengkap gula
kristal, tetapi juga penghancuran protein sisa gula, dengan pembentukan busa
sedikit diamati, yang menghilang setelah waktu memasak yang
ditentukan. Mungkin ada reaksi dari bebas gugus amino dari protein ( struktur
peptida ) dengan kelompok aldehida gula datang, tetapi hal ini dapat diakui oleh
semburat kuning sedikit sirup didinginkan (→ reaksi Maillard ).
Dalam alat memasak tertimbang segera dengan air panas ditambahkan ke
jumlah dihitung dan kemudian segera dituangkan ke dalam wadah yang
sesuai. Isi dari 64 wt -% gula dan air 36% diperlukan, misalnya, dengan rumus
"formulasi standar SR". Beberapa aturan memerlukan penambahan bahan
pengawet , seperti PHB -ester atau penambahan alkohol sebelumnya. Pada kadar
gula terlalu rendah selama penyimpanan adalah fermentasi atau pertumbuhan
jamur digunakan. Dengan kandungan gula lebih tinggi setelah pendinginan,
kristalisasi dapat mengambil tempat gula.
Sebagai cairan pembawa untuk sirup lain, seperti sirup buah atau untuk
produksi sirup batuk. Sirup jadi harus pada suhu kamar, disimpan yaitu sekitar
15-25 ° C. Pada suhu terlalu rendah, misalnya di lemari es, gula akan disimpan
dalam bentuk Kandiskristallen dan memulai pertumbuhan kristal.
5. Tween 80
Polisorbat 80 adalah hasil kondensasi oleat dari sorbitol dan anhidridanya dengan
etilenoksida.
Pemerian : cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asam lemak, dank
has.
Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol 95%, dalam etil asetat, dan
dalam methanol. Sukar larut dalam paraffin cair, dan dalam minyak biji kapas.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Khasiat dan penggunaan : zat tambahan.
Hlb Butuh : 15
BAB II
METODE KERJA
II.1 Alat Dan Bahan
Alat
Mortir
Stemper
Gelas Ukur 50 ml
Pipet tetes
Batang pengaduk
Cawan
Beaker Gelas
Bahan
Aquadest
Emulsifier tween 80 0,5 gram
Na CMC 0,5 gram
Tetrasiklin 1,25 gram
Propilen glikol 10 gram
Syrupus simplex 15 gram
II.2 Cara Kerja
1. Ditimbang bahan-bahan sesuai kebutuhan.
2. Na CMC dikembangkan dengan menggunakan air panas/hangat secukupnya,
didiamkan hingga dingin.
3. Kemudian ditambahkan tween 80 dan propilen glikol ke dalam mortar, diaduk hingga
homogen.
4. Ditambahkan zat aktif yaitu tetrasiklin ke dalam mortar, diaduk hingga homogen.
5. Ditambahkan syrupus simplex, diaduk homogeny.
6. Ditambahkan aquadest ad 50 ml
Penimbangan
Tetrasiklin 125mg/5mL 125
5= x
50x=125 × 50
5=1250 mg=1,25 g
Na CMC 505
= x50
x=50 × 505
=500 mg
Tween 80 505
= x50
x=50 × 505
=500 mg
Propilen glikol 1000
5= x
50x=1000 × 50
5=10.000 mg=10 g
Syrupus simplex 1500
5= x
50x=1500 × 50
5=15.000 mg=15 g
Aquadest ad 50 ml
BAB III
DATA DAN EVALUASI DATA
III.1 Data Pengamatan
No Gambar Keterangan
1. Hari pertama : volume emulsi 50 mL
2.
Hari pertama : volume emulsi 50 mL
Ket : suspensi warna kuning zat aktif =
tetrasiklin
Suspense warna putih zat aktif =
kloramfenikol
3.
Tanggal 31 mei 2012
Kel IA : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =
±15ml (putih), fase tengah = 25ml (keruh),
fase bawah = 13ml (putih)
Kel IIA : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =
±22ml (putih susu), fase tengah = 13ml
(keruh), fase bawah = 16ml (putih keruh)
Kel IIIA : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =
22ml (putih susu), fase tengah = 21ml
(jernih), fase bawah = 7ml (keruh)
Kel IB : terbentuk satu fase yaitu suspensi
mengendap dan volume stabil
Kel IIB : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =
5ml (kuning keruh), fase tengah = 37ml
(kuning, endapan), fase bawah = 7ml
(kuning jernih). Volume menurun 1ml 49
ml
Kel IIIB : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =
7,5ml (kuning keruh), fase tengah = 25ml
(kuning kecoklatan), fase bawah = 17,5ml
(endapan kuning)
4.
Tanggal 1 juni 2012
Kel IA : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =
±15ml (putih), fase tengah = 25ml (keruh),
fase bawah = 13ml (putih)
Kel IIA : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =
24 ml, fase tengah = 11 ml, fase bawah = 15
ml
Kel IIIA : fase atas = 23,5 ml, fase tengah =
21,5 ml, fase bawah = 5 ml
Kel IB : tidak ada perubahan, larutan
suspensi tetap stabil
Kel IIB : fase atas = 6 ml, fase tengah = 37
ml, fase bawah = 7 ml. volume larutan
suspensi turun 1 ml menjadi 49 ml
Kel IIIB : fase atas = 7,5 ml, fase tengah =
24,5 ml, fase bawah = 18 ml
5.
Hari terakhir
Kel IB : larutan suspensi tetap atau stabil
Kel IIB : fase atas = 6 ml, fase tengah = 37
ml, fase bawah = 7 ml. volume larutan
suspensi turun 1 ml menjadi 49 ml
III.2 Evaluasi Data
Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan suspensi dengan zat aktif yang
digunakan adalah tetrasiklin, sebagai bahan tambahan digunakan tween 80, propilen
glikol, Na CMC dan sirupus simpleks. Warna suspensi untuk zat aktif klorampenikol
adalah berwarna kuning, sedangkan untuk suspense dengan zat aktif amoxcilin adalah
berwarna putih.
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan suspensi ini adalah
mengembangkan Na CMC di air panas dengan suhu 700-800C dalam mortir. Disisihkan
sampai dingin. Setelah Na CMC mengembang dimasukkan tween dan propilen glikol
diaduk homogen. Kemudian ditambahkan zat aktif tetrasiklin dan diauk homogen.
Ditambahkan sirupus simpleks aduk homogen. Kemudian di ad sampai 50 ml. disimpan
dan diamati selama 2 minggu.
Pada pembuatan sediaan suspense ini tidak ada kendala yang signifikan. Semua
langkah dapat dikerjakan sebaik mungkin. Untuk kelompok A zat aktif nya berupa
amoxcilin.
Pada pengamatan hari pertama semua sediaan suspense masih dalam keadaan
stabil. Berbeda dengan hari berikutnya yaitu pada hari ketiga sediaan yang dibuat
mengalami perubahan untuk Kel IA, sediaan susupensi terbentuk 3 fase yaitu fase atas =
±15ml (berwarna putih), fase tengah = 25ml (berwarna keruh) dan fase bawah = 13ml
(berwarna putih). Untuk Kel IIA sediaan suspense terbentuk 3 fase yaitu fase atas =
±22ml (putih susu), fase tengah = 13ml (keruh), fase bawah = 16ml (putih keruh). Kel
IIIA : terbentuk 3 fase yaitu fase atas = 22ml (putih susu), fase tengah = 21ml (jernih),
fase bawah = 7ml (keruh). Kel IB : terbentuk satu fase yaitu suspensi mengendap dan
volume stabil. Kel IIB : terbentuk 3 fase yaitu fase atas = 5ml (kuning keruh), fase tengah
= 37ml (kuning, endapan), fase bawah = 7ml (kuning jernih). Volume menurun 1ml 49
ml. Kel IIIB : terbentuk 3 fase yaitu fase atas = 7,5ml (kuning keruh), fase tengah = 25ml
(kuning kecoklatan), fase bawah = 17,5ml (endapan kuning). Untuk ke enam sediaan
suspensi yang dibuat, sediaan yang dibuat kelompok IB paling stabil karena tidak terjadi
penambahan maupun pengurangan volume. secara fisik pun sediaan ini stabil. Tidak
terjadi beberapa fase. Sedangkan untuk sediaan lain terjadi 2 sampai 3 fase pada sediaan.
Hal itu dikarenakan penggunaan tween 80 yang berbeda, sehingga kestabilan sediaan pun
menjadi berbeda tiap suspense yang dibuat. Hal ini dibuktikan dengan hasil percobaan
kelompok 1B, yaitu bobot tween 80 sebesar 25 mg.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 SIMPULAN
Bobot Penggunaan Na CMC yang berbeda mempengaruhi kestabilan sediaan suspense
yang dibuat. Bobot tween yang stabil adalah 25 mg dalam sediaan suspensi.
DAFTAR PUSTAKA
Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
Ansel, Howard C.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. UI
Soetopo. Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta
http://www.pojok-vet.com/Obat-dll/tetrasiklin.html