laporan prc kota
DESCRIPTION
salah satu konsep pengambangan wilayah perkotaan adalan pembangunan berkelanjutan. kota berkelanjutan (sustainable city) adalah kota yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang. Dalam perkembangan konsep selanjutnya, kota berkelanjutan dielaborasi oleh Stern, Whitney & While (1992) sebagai suatu interaksi antara sistem biologis dan sumberdaya, sistem ekonomi dan sistem sosial meskipun dalam konsep berkelanjutan yang ada yaitu ekologi, ekonomi, sosial tersebut akan semakin menyulitkan pelaksanaannyaTRANSCRIPT
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kota baru di Indonesia dimulai sejak tahun 1950-an, yaitu melalui
pembangunan kota baru, antara lain Kebayoran Baru (Jakarta, 1949), Plan Cipaganti
(1953-1955) dan Cijagra (1968) keduanya berada di Bandung, Kota Baru Palangkaraya
(Kalimantan Tengah, 1953) serta beberapa kota baru lainnya. Indonesia hingga kini
memiliki kota yang jumlahnya mencapai ratusan banyaknya, sama halnya dengan
negara-negara lain negara Indonesia juga ingin mewujudkan pembangunan kota yang
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya sudah menjadi perhatian
semua negara di muka bumi ini termasuk negara Indonesia. Berawal dari pernyataan
tentang pentingnya kesadaran semua pihak tentang berbagai isu lingkungan global,
maka muncul istilah pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Pembangunan berkelanjutan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengorbankan kepentingan dan kebutuhan generasi yang akan datang.
Menurut Brundtland (1987) kota berkelanjutan (sustainable city) adalah kota
yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi
mendatang. Dalam perkembangan konsep selanjutnya, kota berkelanjutan dielaborasi
oleh Stern, Whitney & While (1992) sebagai suatu interaksi antara sistem biologis dan
sumberdaya, sistem ekonomi dan sistem sosial meskipun dalam konsep berkelanjutan
yang ada yaitu ekologi, ekonomi, sosial tersebut akan semakin menyulitkan
pelaksanaannya. Pembangunan berkelanjutan pada aktivitasnya memanfaatkan seluruh
sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan pada dasarnya juga merupakan upaya
memelihara keseimbangan antara lingkungan alami dan lingkungan binaan sehingga
kedua lingkungan tersebut dapat berjalan serasi dan seimbang. Berdasarkan konsep
pembangunan kota yang berkelanjutan ini maka akan dibahas studi kasus mengenai
kajian permasalahan dan strategi pembangunan lingkungan berkelanjutan di daerah
Cekungan Bandung.
Permasalahan lingkungan yang terjadi di Cekungan Bandung merupakan akibat
dari perencanaan dan pengelolaan tata ruang dan lahan yang tidak tepat. Tekanan
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 1
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
penduduk dan aktivitas ekonomi yang terus meningkat telah menyebabkan perubahan
tata guna lahan. Selain itu, meningkatnya aktivitas permukiman dan industri juga telah
menimbulkan permasalahan lingkungan yang mengakibatkan tercemarnya air sungai
Citarum. Memburuknya kualitas air sungai ini diakibatkan masih banyaknya aktivitas
industri, perumahan serta peternakan yang membuang limbahnya langsung ke sungai
Citarum termasuk limbah padat atau sampah. Kualitas udara kota besar di Cekungan
Bandung juga mengalami penurunan akibat meningkatnya industri dan jumlah
kendaraan bermotor yang ditandai dengan meningkatnya pemcemaran udara. Dengan
demikian, akan dibahas kajian mengenai permasalahan lingkungan yang terjadi di
Cekungan Bandung sehingga dapat diperoleh informasi yang memadai dalam menyusun
strategi penyelesaian lingkungan untuk pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
terpadu di sekitaran Cekungan Bandung sehingga mewujudkan pembangunan kota yang
berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Bagaimana konsep pembangunan berkelanjutan pada studi kasus di Cekungan
Bandung?
2. Bagaimana indikator pembangunan yang dapat diterapkan pada studi kasus di
Cekungan Bandung yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan yaitu :
1. Mahasiswa mengetahui konsep pembangunan berkelanjutan
2. Mahasiswa mengetahui indikator pembangunan berkelanjutan yang perlu
diterapkan.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 2
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Karakteristik Kota
Pengertian mengenai kota yang sering dijadikan acuan di Indonesia adalah
tempat dengan konsentrasi penduduk yang kebih padat dengan wilayah sekitarnya
karena terjadi pemustan kegiatan fungsional yang berkaitan dengan kegiatan atau
aktivitas penduduknya, engan ungkapan yang berbeda definisi kota yang lain adalah
permukiman yang berpenduduk relatif besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat
nonagraris, kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat sekelompok orang dalam jumlah
tertentu dan bertempat tingga dalam wilayah geografis tertentu, cenderung berpola
hubungan rasional, ekonomis dan individualistis (Ditjen Cipta Karya: 1997). Berebeda
dengan perkotaan yang memeliki pengertian yang lebih luas, dalam hal ini perkotaan
atau kawasan perkotaan adalah permukiman yang meliputi kota induk dan daerah
pengaruh di luar batas administrasinya yang berupa daerah pinggiran sekitarnya atau
daerah suburban sedangkan menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang,
kawasan perkotaan merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.
Berdasarkan uraian pengertian kota yang telah disebutkan maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian kota dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pengertian kota
secara fungsional dan pengertian kota sebagai daerah otonom. Pengertian kota yang
pertama lebih mengacu pada pengertian fungsional yang terkait dengan pemenuhan ciri-
ciri perkotan secara fisik, sosial demografis dan ekonomi. Pengertian yang kedua, lebih
terkait dengan salah satu bentuk daerah otonom yang ada dalam sistem pemerintahan
daerah di negara kota, yaitu Daerah Kota selain daerah Kabupaten yang dulu sering
disebut dengan Kotamadya Daerah Tingkat II.
Pembahasan dalam konteks ruang, kota merupakan satu sistem yang tidak
berdiri sendiri. Secara internal kota merupakan satu kesatuan sistem kegiatan
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 3
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
fungsional didalamnya, semestara secara eksternal, kota dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya, dalam hal ini secara umum kota dapat dikatan sebagai suatu tempat dengan
konsentrasi penduduklebih padat dari wilayah sekitarnya, dengan berbagai pengertian
kota yang ada, kota mempunyai pengertian dan batasan yang bermacam-macam sesuai
dengan sudut pandang tiap ilmuan.
Pedoman Penyusunan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan, dengn mengacu
pada PP No. 129 tahun 2000 memberikan kriteria untuk tiap jenis kawasan perkotaan
secara umum yaitu:
1. Memiliki fungsi kegiatan utama budidaya bukan pertanian.
2. Memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya 10.000 jiwa.
3. Memiliki kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 50 jiwa per hektar.
4. Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan barang dan jasa
dalam benruk sarana dan prasarana pergantian moda transfortasi.
Khususnya untuk kawasan perkotaan metropolitan ciri-cirinya adalah:
1. Kawasan-kawasan perkotaan yang terdapat di dua atau lebih daerah otonom
yang saling berbatasan.
2. Kawasan perkotaan yang terdiri atas satu kota inti bersetatus otonom dan yang
disekitarnya membentuk suaty sistem fungsional.
3. Kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan melebihi
1.000.000 jiwa.
2.2 Perencanaan Kota
Perencanaan kota merupakan kegiatan atau proses yang tersusun seccara
sistematis, rational atau logis yang bertujuan dalam batas batas tertentu. Perencanaan
kota merupakan kegiatan utnuk merumuskan masalah pada suatu kebijakan yang dapat
digunakan untuk membuat sebuah rencana. Perencanaan kota akan lebih baik jika
terdapat keselarasan dan saling memahami antara kekuatan pemerintah dan non
pemerintah. Perencanaan kota secara keseluruhan tidak dapat hanya dilakukan oleh satu
atau beberapa orang saja namun dibutuhkan organisasi yang saling mendukung satu
sama lain guna mencapi kesuksesan dalam suatu perencanaan.
Perencanaan kota harus sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku bagi
daerah perkotaan dan wilayah tertentu yang saling berkaitan dengan kesehatan,
keamanan, dan kesejahteraan masyarakat, penggunaan tanah, pembagian persil dan
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 4
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
kualitas lingkungan. Jika perencanaan kota sesuai dengan suatu kebijakan maka dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota sendiri.
1. Pengertian Perencanaan
Menurut UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan, sumber daya
yang tersedia.
Perencanaan secara umum dapat diartikan sebagai proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam konteks perencanaan
pembangunan perencanaan merupakan proses kontinu, yang menyangkut
pengambilan keputusan atau pilihan mengenai cara memanfaatkan sumberdaya
yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu dimasa
depan (Conyer & Hill, 1984). Maka produk atau output dari perencanaan
sebagai rencana, yang merupakan rumusan kegiatan yang akan dilaksanakan
secara spesifik di masa yang akan datang, sebagai produk dari suatu proses
perencanaan, rencana dapat berbentuk cetak biru yan mempresentasikan tujuan
atau sesuatu yang ingin dicapai dan regulasi yaitu alat untuk mencapai tujuan
yang dideskripsikan. Sehingga aktivitas perencanaan dipergunakan dalam
berbagai lingkup, sektor, skala spasial, serta tingkat operasionalnya.
2. Unsur-unsur Perencanaan
Terdapat empat unsur dalam perencanaan menurut Conyer & Hill, 1984 yaitu:
a. Merencana berarti memilih artinya perencanaan merupakan suatu proses
memilih diantara berbagai kegiatan yang diinginkan, karena tidak semua
yang diinginkan itu dapat dilakukan dan dicapai dalam waktu yang
bersamaan.
b. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumberdaya artinya
penggunaan sumberdaya menunjukkan segala sesuatu yang dianggap
berguna dalam pencapaian suatu tujuan tertentu. Dimana sumber daya disini
mencakup sumber daya manusia, sumber daya modal dan keuangan. Oleh
karena itu kuantitas dan kualitas sumberdaya tersebut berpengaruh dalam
proses memilih diantara berbagai pilihan tindakan yang ada.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 5
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
c. Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan sebagai alat pencapaian
tujuan yang berkenaan sengan sifatdan proses penetapan tujuan.
d. Perencanaan adalah untuk masa datang merupakan salah satu unsur dalam
perencanaan adalah unsur waktu sehingga tujuan-tujuan perencanaan
dirancang untuk mencapai masa yang akan datang.
3. Karakteristik Perencanaan
Karakteristik perencanaan terdiri dari 5 yaitu:
a. Mengarah ke pencapaian tujuan
Merencana berarti berpikir tentang situasi aktual dengan cara yang belum
pernah ada. Perencanaan juga mengarah pada pencapaian tujuan yan
mengandung unsur-unsur motivasi yaitu dinamis, normatif atau kreatif.
b. Mengarah ke perubahan
c. Perencanaan pada dasarnya mengahasilkan tindakan yang akan dilakukan
sehingga tindakan yang dideskripsikan harus dapat mengakomodasikan
perubahan.
d. Pernyataan pilihan
Perencanaan merupakan tindakan memilih strategi, kebijakan, atau program
yang akan dilaksanakan.
e. Rasionalitas
Rasionalitas menjadi pola pikir penting dalam perencanaan. Sehingga
pengertian rasionalitas tercakup kriteria:
a) Efisiensi: usaha terkecil
b) Optimasi : tidak mementingkan salah satu (memaksimasi sasaran)
c) Sintetis yang bersifat integrasi (saling melengkapi antar sasaran)
f. Tindakan kolektif sebagai dasar
Perencanaan menyangkut kepentingan orang banyak sehingga menuntut
keterbukaan untuk membangkitkan partisipasi untuk membentuk suatu
kebersamaan.
4. Proses perencanaan
Model perencanaan merupakan acuan dasar yang mengacu pada pendekatan
perencanaan rasional komprehensif. Sehingga dapat ditemukan karakteristik
utama proses perencaan yaitu:
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 6
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
a. Bersifat siklis artinya proses perencanaan dipandang suatu proses siklis terdiri
atas kegiatan yang menjembatani perumusan tujuan dengan penyusunan
program dan proyek sebagai implementasinya.
b. Kesatuan dalam ragam tahapan dengan kegiatan masing-masing yng dilihat
sebagai kesatuan yang berkaitan satu sama lain.
c. Tiap tahapan tidak selalu dilakukan secara sekuensial artinya bahwa proses
perencanaan dalam situasi di lapangannya lebih kompleks dari proses yang
konvensional.
Tahapan dalam proses perencanaan terdiri berbagai model proses perencanaan
yang secara umum dapat diuaraikan sebagai berikut:
1) Pendefinisian persoalan yang terdiri dari latar belakang persoalan yang
ada, pembatasan persoalan, perumusan persoalan
2) Perumusan tujuan dan sasaran
3) Pengumpulan data
4) Analisis data
5) Identifikasi dan evaluatif alternatif
6) Implementasi
2.3 Pengertian Keberlanjutan
Keberlanjutan dalam pembangunan berkelanjutan dinilai melalui tiga aspek,
yaitu keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan sosial dan keberlanjutan lingkungan, berikut
merupakan pengertian masing-masing makna yang terdapat dalam kata keberlanjutan.
1. Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan ekonomi mempunyai dua hal utama dalam pembangunan, yaitu
yang pertama Keberlanjutan ekonomi makro untuk menjamin kemajuan
ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efisiensi ekonomi melalui
reformasi struktural dan nasional. Tiga elemen utama untuk keberlanjutan
ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang
berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan distribusi kemakmuran.
Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro ekonomi
mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi sektor publik, mobilisasi
tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 7
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan sumberdaya manusia
dan peningkatan distribusi pendapatan dan aset.
2. Keberlanjutan Sosial
Keberlanjutan sosial memiliki arti yang sama dengan keadilan sosial, harga diri
manusia dan peningkatan kualitas hidup seluruh manusia. Keberlanjutan sosial
mempunyai tujuan antara lain :
a. Negara sebagai badan sosial konstitusional seharusnya menetapkan dan
menjunjung tinggi derajat manusia dan perkembangan karakter
manusiasecara bebas untuk sekarang dan masa depan, untuk menjaga
kedamaian sosial.
b. Setiap anggota masyarakat mendapat manfaat dari masyarakat sesuai dengan
kontribusinya untuk sistem jaminan sosial dan juga jika kurang mampu.
c. Sistem jaminan sosial (social security system) hanya bisa tumbuh bergantung
pada standar ekonomi.
d. Potensi produktivitas seluruh masyarakat dan cabangnya seharusnya tetap
dilangsungkan juga untuk generasi masa depan.
3. Keberlanjutan Ekologi
Keberlanjutan ekologis merupakan prasyarat untuk pembangunan dan
keberlanjutan kehidupan. Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan
ekosistem bumi. Untuk menjamin keberlanjutan ekologis harus diupayakan hal-
hal sebagai berikut.
e. Pemakaian sumber daya yang dapat diperbaharui seharusnya tidak melebihi
kemampuan regenerasi sumber daya tersebut. Ini berhubungan dengan
kebutuhan performa ekologi yang berkelanjutan, contohnya keberlanjutan
kapital ekologis yang ditentukan oleh fungsinya.
f. Emisi untuk lingkungan seharusnya tidak melebihi kapasitas ekosistem-
ekosistem individu.
g. Kurun waktu dampak antropogenik untuk lingkungan harus seimbang dengan
kurun waktu kemampuan proses alami dalam lingkungan yang berkaitan
untuk bereaksi.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 8
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
2.3.1 Tujuan Pembangunan Kota Berkelanjutan
Beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan menurut konsep Brundlant dalam “
Our common future” yaitu: “Sustainable development is development that meets the
needs of the present without compromising the ability of future generation to meet their
own needs”: yang dapat di aplikasikan pada pembangunan kota Satterwaite (1997)
dalam Satterwaite (2001), sebagai berikut:
1. Bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan pertama: “Pemenuhan kebutuhan
saat ini”, dapat diaplikasikan pada pembangunan kota dengan cara:
a. Pemenuhan ekonomi, termasuk akses mata pencaharian yang memadai atau
aset produktif; juga keamanan ekonomi ketika tidak memiliki pekerjaan
tetap, sakit, cacat atau apa saja untuk suatu keamanan mata pencaharian.
b. Pemenuhan akan sosial, budaya, lingkungan dan kesehatan, termasuk suatu
perlindungan bagi kesehatan, keselamatan, kemampuan dan keamanan, di
dalam suatu kelompok masyarakat dengan persedian pipa seluran air,
sanitasi, drainase, transportasi, perlindungan kesehatan, pendidikan dan
perkembangan anak. Juga sebuah rumah, tempat bekerja dan tempat tinggal
yang terlindungi dari bahaya linkungan, termasuk pencemaran bahan-bahan
kimia.
c. Pemenuhan politik, termasuk kebebasan berpartisipasi peda politik tingkat
nasional dan lokal.
2. Tujuan pembangunan berkelanjutan kedua: “.... tanpa mengurangi kemampuan
generasi akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya”, dapat
diaplikasikan dalam pembangunan kota dalam bentuk:
a. Meminimalkan penggunaan atau limbah dari sumberdaya yang tidak dapat
di perbaharui, termasuk meminimalkan konsumsi bahan bakar fosil pada
kegiatan perumahan, komersil, industri dan transportasi di tambah dengan
substitusi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui apabila memungkinkan.
Juga meminimalkan limbah dari sumberdaya alam mineral yang langkah.
Melestarikan aset-aset ini menyediakan ruang-ruang bermain, rekreasi dan
akses ke alam.
b. Pemanfaatan yang berkelanjutan bagi keterbatasan sumberdaya alam
terbaharukan. Contoh: kota-kota menarik sumber alam air pada tingkatan
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 9
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
yang dapat berlanjut (dengan mengendapkan cara daur-ulang dan
pemanfaatan kembali)
c. Limbah organik tidak lebih dari batasan kemampuan sumber alam sungai
atau danau memperbaharui kembali
Limbah anorganik atau emisi tidak lebih dari batasan kemampuan daya serap
area pembuangan daya serap area pembuangan lokal dan global atau
menipiskan tanpa memberikan dampak yang merugikan (contoh: dayatahan
pestisida; gas-gas rumah kaca dan penipisan ozon)
2.4.2 Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Brundtland (1987) kota berkelanjutan (sustainable city) adalah kota
yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi
mendatang. Pada pembangunankota berkelanjutan harus mengutamakan sebuah proses
yang berjalan secara terus-menerus yang melibatkan seluruh aspek fisik dan non fisik
pada suatu wilayah baik secara ekonomi, sosial budaya, politik, sumberdaya dan
lingkungan yang ada. Terdapat beberapa ciri atau konsep yang dimiliki oleh kota
berkelanjutan yaitu sebagai berikut:
Menurut Asas Melbourne (2002) tentang kota berkelanjutan adalah kota yang
mampu:
1. Merumuskan visi jangka panjang berdasarkan keberlanjutan; keadilan sosial;
ekonomi dan politik dan ciri-ciri khas mereka.
2. Mencapai keamanan sosial ekonomi jangka panjang
3. Mengenali nilai hakiki keanekaragaman hayati dan ekosistem alami, melindungi
dan memulihkan kembali.
4. Memampukan komunitas agar dapat memperkecil tapak ekologisnya
5. Membangun karakteristik ekositem dalam pengembangan dan memelihara
kesehatan dan keberlanjutan kota
6. Mengenali dan membangun karakteristik khas kota termasuk nilai-nilai
kemanusian dan budayanya, sejarah dan sistem alaminya
7. Memberdayakan masyarakat dan mempercepat peran sertanya
8. Memperluas dan memampukan jaringan kerjasama untuk mencapai masa depan
bersama yang berkelanjutan
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 10
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
9. Meningkatkan konsumsi dan produksi yang mendukung keberlanjutan, melalui
penggunaan teknologi berwawasan lingkungan dan manajemen permintaan yang
efektif
10. Meningkatkan kemampuan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus,
berdasarkan pertanggung jawaban, keterbukaan dan penyelenggaraan yang baik.
Menurut (Sarosa, 2002) kota berkelanjutan (sustainable city) dicirikan sebagai
kota yang :
1. Mengurangi kebutuhan energi.
2. Mempromosikan swasembada pangan.
3. Mempunyai siklus makanan tertutup.
4. Permintaanya kecil terhadap air, bahan bakar dan materi lain dari luar.
5. Bentuk kotanya compact.
6. Mempunyai keseimbangan dengan wilayah lain atau kota lain.
Berdasarkan beberapa ciiri-ciri diatas dapat disimpulkan bahwa konsep
pembangunan berkelanjutan yaitu, dalam melakukan pembangunan sebuah kota selalu
mempertimbangkan tiga hal yaitu, ekonomi, sosial dan lingkungan, dimana ketiganya
dalam posisi yang seimbang.
2.4.3 Prinsip Dasar Kota Berkelanjutan
Ada beberapa prinsip dasar yang menjadi kunci dalam pembangunan kota
berkelanutan. Diperlukan lima prinsip dasar yang dikenal dengan Panca E (Research
Triangle Institute, 1996) :
1. Environment (ecology)
Pembangunan berkelanjutan dalam aktivitasnya memanfaatkan seluruh
sumberdaya yang ada, guna meningkatkan kualitas dan kuantitas pada
pembangunan tersebut. Ada 2 komponen harus di perhatikan dari segi
lingkungan, yang pertama adalah penggunaan sumberdaya yang dapat di kontrol
dengan cara melakukan konservasi sumberdaya, pencegahan dan
penanggulangan polusi. Selanjutnya adalah penggunaan tanah dan lahan secara
tepat dengan mengutamakan penggunaan lahan campuran yang dapat
dikoordinasikan dengan sistem transportasi, maupun pembangunan pertamanan.
2. Economy (employment)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 11
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
Dari segi ekonomi perlu di lakukan pengembangan terhadap kerjasama strategis,
peningkatan keahlian pekerja, infrastruktur dasar dan informasi. Kerjasama
regional, dan pembagian dasar pajak juga dapat menjadi cara yang dapat di
utamakan guna membangun pereokonomian jangka panjang. Selain itu,
Perlunya menciptakan hubungan antara perkembangan sosial dan ekonomi
dengan cara pemberian modal strategis pada tenaga kerja dan membuka
kesempatan-kesempatan kerja baru bagi masyarakat guna meningkatkan
pendapatan masyarakat agar mampu bersaing dalam perkembangan ekonomi.
3. Equity
Pemerataan antar berbagai golongan masyarakat dapat di lakukan dengan
berbagai cara, yakni dengan mengurangi disparitas antar kelompok income dan
ras, pengoptimalan partisipasi rakyat, membuat fasilitas-fasilitas yang terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat termasuk masyarakat berpenghasilan rendah
yang diwujudkan melalui penyediaan fasilitas yang kuantitasnya proporsional
dengan setiap kelompok pendapatan masyarakat serta
4. Engagement
Seluruh pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat harus terlibat dalam
pembangunan yang ada. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dalam dalam pembangunan. Pemerintah yang memiliki
kekuasaan harus menggunakan kebijakan-kebijakannya secara tepat sasaran.
Sehingga pembangunan yang ada dapat memenuhi kebutuhan semua pihak. Dari
pihak swasta sendiri dapat menjadi berperan sebagai perusahaan yang
mengkoordinasikan atau melaksanakan pembangunan dengan caara
menyediakan sumber pembiayaan dan permodalan untuk pembangunan.
Sedangkan dari masyarakat dapat perperan sebagai pihak netral/objektif yang
bertindak sebagai pengawas dan pengontrol pembangunan dan pengelolaan agar
tidak terjadi penyimpangan. Selain itu, masyarakat juga dapat menyampaikan
aspirasi yang berguna untuk kemajuan bersama.
5. Energy
Sumberdaya yang ada pada setiap wilayah jumlahnya berbeda-beda satu sama
lain, oleh sebab itu, diperlukan berbagai tindakan agar penggunaan sumberdaya
yang ada tidak dilakukan secara berlebihan. Penghematan sumberdaya dapat
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 12
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
dilakukan dengan berbagai cara seperti mengutamakan penggunaan berbagai
angkutan massal yang hemat energi, melakukan konservasi terhadap
sumberdaya yang ada dan mempergunakan energi alternatif sebagai pengganti
bahan bakar fosil.
Prinsip dasar pembangunan kota berkelanjutan dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1diagram sustainable developmentSumber: Deka(2011)
2.4.4 Indikator pembangunan berkelanjutan
Indikator pembangunan berkelanjutan pada dasarnya tidak dapat di lepaskan dari
aspek ekonomi, sosial budaya, politik dan linkungan. Sehingga dalam penerapan
pembangunan, aspek-aspek tersebut menjadi prioritas utama yang harus di perhatikan.
Berikut ini adalah beberapa kriteria ideal indikator pembangunan berkelanjutan:
1. Merefleksikan suatu dasar atau fundamen ekonomi dalam jangka panjang dan
sosial-linkungan bagi generasi yang akan datang
2. Mudah di pahami dan jelas: sederhana, dapat dimengerti dan diterima oleh
masyarakat
3. Dapat di kuantifikasikan
4. Sensitif terhadap perubahan lokasi atau grup masyarakat
5. Prediktif dan antisipasi
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 13
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
6. Memiliki acuan atau nilai ambang relatif mudah membangun indikator harus
jelas terdefinisikan dengan akurat, secara ilmiah dan sosial diterima
7. Sensitif terhadap waktu: jika di aplikasikan setiap tahun indikator dapat
menunjukkan trend yang representatif.
Selain itu, ada beberapa indikator dari setiap aspek pembangunan berkelanjutan
yang juga harus di perhatikan, yaitu:
1. Aspek lingkungan
Tetap terjaganya keberlanjutan fungsi-fungsi ekologis, terjaganya
keanekaragaman hayati dan tidak terjadi pencemaran genetika, serta di
patuhinya peraturan tata guna lahan.
2. Aspek ekonomi
Tidak menurunkan pendapatan masyarakat lokal, tidak menurunkan kualitas
pelayanan umum untuk masyarakat, serta adanya upaya mengatasi dampak
penurunan pendapatan
3. Aspek sosial
Adanya proses konsultasi ke masyarakat, adanya tanggapan terhadap aspirasi
masyarakat, dan tidak adanya konflik di tengah masyarakat.
Kunci tema yang akan diterapkan dalam pengembangan kota yang berkelanjutan
adalah dengan nilai-nilai berikut :
1. Open vs closed resource flows
Dalam point ini menjelaskan tentang bagaimana seorang actor kota atau
stakeholder dalam membuat kebijakan mengenai pengurangan gas emisisi yang
dihasilkan oleh beberapa subjek tertentu seperti transportasi, industry, dan
domestic. Tidak semudah yang kita bayangkan dalam menangani hal tersebut.
Pengurangan polusi baik polusi cari, gas, maupun sampah padat harus membuat
sebuah analisis yang kuat dalam memperhitungkannya, mulai dari input data
polusi, evaluasi polusi, dan analisis pengembangan dampak yang akan
dihasilkan.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 14
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
Beberapa kosep yang sudah pernah ada dalam mengrungai polusi udara
adalah dengan cara mengungari sumbernya yaitu memperkecil jumlah pengguna
transportasi seperti meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana pejalan kaki
(pedestrian), sehingga banyak masyarakat yang akan berpindah dari
menggunakan automobile menjadi pejalan kaki yang ramah lingkungan, atau
bisa juga dengan cara menutup sementara jalur-jalur automobile tertentu,
misalnya event Car Free Day. Penangan dalam pengurangan polusi padat yaitu
dengan membuat kebijakan pada setiap perusahaan untuk wajib memiliki lisensi
eco label product, sehingga product-product yang dihasilkan khususnya barang-
barang rumah tangga akan bersifat ramah lingkungan dan mudah untuk
diuraikan atau didaur ulang.Sedangkan pada polusi air dapat dikurangi dengan
mencegah dan membuat undang-undang tentang pengelolaan dan perlindungan
lingkungan agar tidak membuah limbah sembarangan kedalam saluran drainase.
2. Integration of human and natural system
Aspek ini difokuskan kepada manusia agar selalu memiliki mental untuk
melindungi alam sebagaimana mestinya. Dalam artian alam merupakan unsur
kehidupan yang memiliki komponen biotik dan abiotic yang saling terkait dan
memiliki hubungan timbal balik satu dengan yang lain. Sehingga dalam
pengertian itu manusia diwajibkan untuk memelihara dan mengelola atau
memanfaatkan apa yang telah diberikan alam secara maksimal tanpa harus ada
perusakan sedikitpun. Apabila manusia telah serakah dalam melakukan
kerusakan demi kepentingan pribadi maka alam tak segan-segan akan
memberikan kerusakan pula pada manusia. Beberapa Negara sudah membuat
undang-undang pengelolaan dan perlindungan lingkungan disertai dengan
instrument-instrument diberbagai bidang seperti administrasi, pidana dan
perdata.
3. Emphasis on both diversity and connection
Point ini dimaksudkan kepada sifat-sifat masyarakat yang pada umumnya
berisfat heterogen.Berbeda hal dengan masyarakat pedesaan yang bersifat
homogeny, dimana dalam kesamaan tersebut juga menimbulkan suatu interaksi
yang baik dan dapat menjalin hubungan yang kuat pula. Sedangkan dikota
secara abstrak mayoritas masyarakat sebearnya mengalai gangguan psikologis
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 15
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
akibat kondisi social mereka dimana mkehidupan yang terjadi antar individu
satu dengan yang lain saling berbeda. Bahkan antar tetangga pun mereka tidak
saling menjalin hubungan yang baik.Hal tersebut juga memicu adanya tekanan
psikologi pada masing-masing individu yang mana membutuhkan koneksi yang
baik dalam suatu kawasan.
4. A balance of public and privat
Kesimbangan antara aspek public dan prifat harus seimbang dalam beberapa
hal.Misalnya pada jumlah penggunaan lahan perkotaan yang diperuntukan
sebagai kawasan lindung dan budidaya. Pada dalam kedua peruntukan tersebut
harus memiliki jumlah proporsi yang seimbang hal ini tujukan agar tidak terjadi
pembangunan illegal yang tidak rapi dan akan menjadi sprawl di masa yang
akan dating. Hal lain adalah transportasi dimana hasur memiliki kebijakan
tentang proporsi moda prifat dengan public. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi kemacetan ataupun overshoot of road quantity.
5. Human scale
Skala manusia adalah fenomena pergerakan tingkah laku manusia dalam
movement. Bebrapa unsur yang mempengaruhi tingkat human scale adalah
tingkat kenyamanan, kelancaran, keamanan jalan, lokasi sarana dan prasarana,
dan human needs. Aktivitas pergerakan yang baik adalah seimbang sesuai
dengan daya tampung disetiap kawasan.
6. Ecological stewardship and restoration
Konsep ini sangat berhubungan sekali dengan recycling of nature, dimana
pemerintah diwajibkan untuk membuat kebijakan mengenai kepengurusan atau
membuat lembaga atau organisasi yang mengurus ekosistem alam pada
lingkungan perkotaan. Sehingga lingkungan ekosistem akan terjaga dan
terlindungi secara keberlanjutan. Dan melakukan kegiatan perbaikan terhadap
lingkungan alami yang rusak akibat ulah manusia, misal reboisasi hutan, taman,
dan lingkungan lainnya.
7. Fullfilling human potential
Selain pengembangan kempuan dan keseuailahan perkotaan, stakeholder juga
harus melakukan pengembangan terhadap kemampuan dan potensi masyarakat.
Dalam hal ini lebih mengacu pada kegiatan partispatif masyarakat dalam
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 16
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
melakukan pembangunan pengembangan kota yang berkelanjutan. Dengan
begitu sumberdaya untuk membangun kota yang melibatkan masyarakat akan
menjadi kekuatan (streght) dan memberikan kesempatan (opportunity) bagi
planner dalam membuat kebijakan pengembangan kota dalam jangka waktu
yang lama.
Beberapa Dorodjatu Kuncoro (2011) upaya yang bisa dilakukan untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan yaitu:
1. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration
equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan
pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali
ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam yang
replaceable dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam
yang unreplaceable.
2. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam
rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan
datang.
3. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan
mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan
sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.
4. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik
masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).
5. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun
lestari antar generasi.
6. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan
habitatnya.
7. Pembangunan berkelanjutan dapat dilihat dari kemampuan suatu negara dalam
meningkatkan produksi pangan yang mampu mengimbangi kecepatan dari laju
pertumbuhan penduduk
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 17
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
8. Secara general pembangunan berkelanjutan merupakan perubahan positif sosial
dan ekonomi dengan tidak mengabaikan lingkungan tempat manusia hidup di
dalamnya.
9. Diwujudknnya konsep ekonomi mikro yang menjadikan masyarakat sebagai
pelaku utama perekonomian.
2.4.5 Strategi Pembangunan Berkelanjutan
1. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus dilandasi
hal-hal seperti ; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi,
meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai
dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan, Namun pemerataan bukanlah hal
yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan
tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan
adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin
semakin melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara sudah meningkat.
2. Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa
sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa
datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan
ekosistem.
3. Distribusi keadilan sosial ekonomi
pembangunan berkelanjutan menjamin adanya pemerataan ekonom
2.7 Compact City
Pada saat ini banyak negara maju yang menerapkan konsep kota yang
berkelanjutan yang mana bentuk kota yang kompak. Kota kompak tidak hanya
dirumuskan untuk menghemat konsumsi energi, namun juga diyakini lebih menjamin
keberlangsungan generasi yang akan datang. Dalam konsep kota kompak ini terdapat
gagasan yang kuat pada perencanaan urban containment, dimana menyediakan suatu
konsentrasi dari penggunaan campuran secara sosial berkelanjutan, mengkonsentrasikan
pembangunan dan mereduksi kebutuhan perjalanan sehingga dapat mereduksi juga gas
emisi kendaraa.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 18
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
Ciri-ciri kota kompak (compact city) menurut Dantzig da Saaty (1978) dapat
dilihat dari tiga aspek, antara lain.
1. Bentuk ruang (Form of space)
2. Karakteristik ruang (Space Characteristic)
3. Fungsi ruang (Function)
Berdasarkan cirri kota kompak diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang dekat antara bentuk kota kompak dengan keberlanjutan, diantaranya.
1. Pengurangan ketergantungan pada kendaraan bermotor
2. Penyediaan infrastruktur dan servis public yang efisien
3. Komunitas yang aktif melalui hunian berkepadatan tinggi
4. Revitalisasi pusat kota
Jenks menyebutkan bahwa terdapat suatu hubungan yang sangat kuat antara
bentuk kota dengan pembangunan berkelanjutan, namun sebenarnya tidaklah
sesederhana itu atau bahkan langsung berbanding lurus. Hal ini seolah-olah telah
dikesankan bahwa kota yang berkelanjutan adalah “harus terdapat suatu ketepatan
dalam bentuk dan skala untuk berjalan kaki, bersepeda, efisien transportasi masal dan
dengan kekompakan dan ketersediaan interaksi sosial” (Elkin et.al., 1991, p.12). namun
demikian dalam kota yang kompak ini juga terdapat gagasan kuat pada perencanaan
“urban containment” yakni menyediakan suatu konsentrasi dari fungsi-fungsi campuran
secara sosial berkelanjutan (socially sustainable mixed uses), mengkonsentrasikan
pembangunan-pembangunan dan mengurangi kebutuhan perjalanan hingga mengurangi
emisi kendaraan. Oleh karena itu, promosi penggunaan transportasi public atau umum,
kenyamanan berlalu-lintas, berjalan kaki dan bersepeda adalah sering dijadikan sebagai
solusi (Elkin, et.al., 1991; Newman, 1994). Berikut salah satu contoh compact city di
Calgarian:
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 19
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
Gambar2.2 Compact city di Calgarian, Canada.Sumber: maya (2012)
Gambar 2.3Compact city di Calgarian, Canada.Sumber: maya, 2011
Masalah utama yang terjadi pada penerapan ide kota kompak saat ini adalah
anggapan bahwa ide ini bisa secara instan diterapkan tanpa melihat kasus per kasus
permasalahan yang dihadapi oleh sebuah kota, disamping keharusan penyesuaian
terhadap karakter kota. Beberapa kebijakan transportasi dan tata guna lahan yang erta
hubungannya dengan ide kota kompak menunjukkan pentingnya melihat kondisi
perkembangan kota (pola pergerakan/ transportasi, pola tata guna lahan, selain itu juga
optimalisasi kebijakan yang diambil oleh pemerintah setempat. Munculnya kota-kota
yang tersebar ke dalam wilayah pinggiran kota berakibat kepada tersebarnya dan kurang
meratanya penyediaan pelayanan-pelayanan dari sub-sub urban. Akibat yang lainnya
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 20
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
adalah mahalnya biaya pembangunan infrastruktur, meningkatnya kemacetan karena
bertambahnya volume lalu lintas, hilangnya banyak lahan pertanian, berkurangnya
kenyamanan hidup baik di kora maupun wilayah pinggiran dan terancamnya kondisi
stabilitas pedesaan. Pada akhirnya, konsumsi energi bagi kota dan warganya juga akan
semakin besar dan tidak terelakkan.
Kepadatan populasi penduduk yang tinggi maka konsentrasi persoalan-persoalan
lingkungan, konsumsi sumber-sumber alam termasuk minyak khususnya akan menjadi
masalah dalam sebuah kota. Oleh karena itu, merencana, mengelola dan mengatur
bentuk dan ruang kota dengan kebijakan public yang benar, akan menjadi satu factor
kunci keberhasilan penghematan. Pada akhirnya, jika kebijakan dan prakteknya dapat
ditemukan dan dijalankan dengan benar, sudah dapat dipastikan akan melipatkan efisien
dan keuntungan yang besar.
Penerapan konsep kota kompak (compact city) sulit dilaksanakan atau
diterapkan secara utuh di negara berkembang karena banyaknya permasalahan yang
ada, antara lain.
1. Kurangnya infrastruktur sosial yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk
yang melebihi pertumbuhan ekonomi.
2. Meningkatnya hunian liar (sgutter)
3. Spekulasi tanah
4. Sulitnya urban redevelopment melalui demosili permukiman kumuh
5. Lemahnya system transportasi public
6. Kurangnya kapasitas perencanaan kota
BAB III
PEMBAHASAN
Permasalahan dan Strategi Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan
Studi Kasus: Cekungan Bandung
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 21
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
3.1 Review Studi kasus
Permasalahan lingkungan yang terjadi di Cekungan Bandung merupakan akibat
dari perencanaandan pengelolaan tata ruang dan lahan yang tidak tepat. Masalah
lingkungan yang timbul mencakupgangguan fungsi hidrologi DAS, kualitas dan
kuantitas air, baik air permukaan dan air tanah, maupunsampah, serta kualitas udara. Di
kawasan DAS Citarum Hulu mengalir sungai utama yaitu Citarum yang dimanfaatkan
sebagai sumber air minum, pertanian, perikanan, air waduk, irigasi dansebagai
pembangkit tenaga listrik Pulau Jawa dan Bali.
Tekanan penduduk dan aktivitas ekonomi yangterus meningkat telah
menyebabkan perubahanpenggunaan lahan. Perubahan guna lahan yang terjadi yaitu
meningkatnya lahan terbangun terutama bangunan untuk perumahan dan aktivitas
industri yang menyebabkan meningkatnya koefisirn run off sehingga menumbulkan
permaslahan lingkungan berupa banjir dan permasalahan lingkungan lainnya.
Kualitasudara kota besar di Cekungan Bandung juga mengalamipenurunan akibat
meningkatnya industri danjumlah kendaraan bermotor, yang ditandai denganterjadinya
fenomena hujan asam, dan meningkatnyakonsentrasi pencemar udara. Permasalahan
lingkungan yang terjadi yaitu:
1. Perubahan guna lahan
Tidak terkendalinya perubhan lahan menjadi lahan terbangun menyebabkan
hilangnya lahan untuk resapan air sehingga menyebabkan terganggunya fungsi
hidrologi di DAS Citarum. Hasil analisis menunjukkan bahwa sejak tahun 1983-
2002 area huta dan lahan bervegetasi berjurang sebesar 54% dan lahan
terbangun meningkat sebesr 223%.
2. Kualitas air permukaan menurun
Perubahan guna lahan berpengaruh terhadap koefisien run off yang berati makin
sedikitnya porsi presipitasi yang tersimpan dalm tanah, apabila koefisien run off
meningkat hal tersebut akan menyababkan bertambahnya debit maksimum
sungai dan sedikitnya air hujan yang meresap mdalam tanah akan berakibat pada
menurutnya debit aliran dasar (base flow) sungai. Kejadian tersebut akan
menyebabkan masalah banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim
kemarau yang berdampak pada kulaitas air sungai.
3. Air tanah
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 22
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
Kondisi air permukaan juga berpengaruh terhadapair tanah di Cekungan
Bandung, jumlah sumur bor di Cekungan Bandung terus meningkat yang
menyebabkan persediaan air tanah terus menurun. Artinya jumlah sumur bor dan
persediaan air tanah di Cekungan Bandung sudah tidak seimbang.Penurunan
permukaan air tanah dan dalam jangkapanjang akan menimbulkan penurunan
permukaantanah (land subsidence). Berkurangnya air tanah di di Cekungan
Bandung di sebabkan oleh banyaknya idustri-industri yang memanfaatkan air
tanah untuk menjalankan usahanya, terdapat 550 indurtri dan 80% mengambil
kebutuhan airnya dari tanah, dan terdapat beberapa proses pegambilan air tanah
yang dilakukan tanpa izin dari pemerintah.
4. Persampahan
Permasalahan mengenai sampah yang terjadi di Cekungan Bandung terjadi pada
pelayanannya. Sampah yang tidak terangkut oleh petugas, pengelolaa yang
dilakukan oleh masyarakat dengan cara mengubur di pekarangan, di bakar dan
bahkan di buang ke sungai, dan belum ada pengelolaan sampah secara intensif.
5. Kualitas udara
Menurunnya kualitas udara di Cekungan Bandung disebabkan oleh peningkatan
beragam aktivitas termasuk transportasi, industri, perumahan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa permaslahan yang terjadi di Cekungan Bandung
disebebkan olah bertambahnya penduduk yang menyebabkan timbulnya aktivitas-
aktivitas baru yang berdampak negatif bagi lingkungan, dan sebagai faktor utama dalam
perubahan guna lahan yang memberikan pengeruh terhadap struktur ruang kota.
3.2 Contoh Kota yang Sudah Berkelanjutan
Terdapat beberapa kota yang dapat dijadikan contoh sebagai kota yang
berkelanjutan (Sustainable Urban Development) antara lain sebagai berikut.
1. Kota Dongtan, Pulau Chongmin, China
Pada tahun 2005, pemerintah kota Shanghai menyerahkan pengelolaan tanah di
Pulau Chongming kepada Shanghai Industrial Investment Company (SIIC),
lembaga investasi milik pemerintah. Pulau Chongming terteletak sekitar 14 km
dari distrik keuangan Shanghai dengan luas mencapai 50 km2 atau sekitar tiga
perempat luas Kota Manhattan. Pemerintah Kota Dongtan ingin menjadikan
Kota Dongtan sebagai sebuah kota hijau yang memiliki sumber energi
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 23
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
terbarukan, bebas kendaraan bermotor dan dengan sumber daya air yang bisa di
daur ulang. Kota Dongtan diharapkan dapat menjadi contoh sebuah kota hijau
yang ideal di dunia dan mampu menampung 500.000 penduduk 2050.
2. Kota Masdar, Masdar, Abu Dhabi
Gambar3.1Kota MasdarSumber: Exploring Masdar City (2010)
Kota Masdar merupakan salah satu kota yang paling terkenal dan paling banyak
mendapat kritikan hingga saat ini. Kota yang memiliki luas 3,5 km2 yang
terletak di sebuah gurun 30 km dari Abu Dhabi ini dirancang untuk menampung
47.000 penduduk dan 1.500 perusahaan. Kota Masdar dibangun dengan tujuan
mewujudkan dan memberikan sebuah contoh dalam menciptakan kota dengan
kapasitas ramah lingkungan. Kota Masdar telah dirancang akan bebas dari emisi
CO2 dan sampah. Energi yang akandigunakan berasal dari sel surya, panas bumi,
tenaga angin dan juga tenaga air.
Gambar 3.2 Panel Surya, Kota MasdarSumber: Exploring Masdar City (2010)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 24
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
Segala jenis energi yang digunakan Kota Masdar adalah energi yang ramah
lingkungan dan sumber energi terbarukan serta berkelanjutan. Kota Masdar
dirancang akan memiliki fasilitas untuk mengolah limbah hingga ke titik nol.
Kota Masdar akan memaksimalkan usaha penghematan air dengan cara
menerapkan system Grey Water (Air Daur Ulang) sehingga kota ini dapat
menghemat jumlah air bersih sebanyak 60% dari biasanya. Dengan semua
perancangan ini diharapkan Kota Masdar dapat memperbarui sumber daya alam.
Tingkat pencemaran udara yang saat ini sudah sangat memprihatinkan menjadi
ancaman serius bagi seluruh kehidupan terutama makhluk hidup yang ada tak
terkecuali manusia. Kota Masdar tengah dibangun di Abu Dhabi menjadikan
sebuah inspirasi bagi kota-kota lain di belahan dunia untuk berpikir serius
bagaimana memberikan kehidupan lebih sehat pada penghuninya.
Gambar 3.3 Konsep Bangunan Kota MasdarSumber: Exploring Masdar City (2010)
Konsep bangunan yang modern ditambah nuansa ramah lingkungan yang
menjadi ciri Kota Masdar. Selain aspek lingkungan yang sangat diperhatikan
dalam perencanaan pembangunan kota, aspek pengembangan transportasi pun
serta penyediaan energi semua berorientasi pada konsep ramah lingkungan yang
mana di Kota Masdar telah terdapat moda transportasi tanpa bahan bakar fosil
secara otomatis.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 25
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
Gambar 3.4 Transportasi Ramah Lingkungan, Kota MasdarSumber: Exploring Masdar City (2010)
Konsep kendaraan ramah lingkungan yang dirancang serba otomatis di Kota
Masdar dapat mengurangi polusi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor.
Selain biaya, yang tidak akan lepas dari politik serta komitmen untuk
mewujudkannya.Selain difungsikan sebagai tempat tinggal, Kota Masdar ini
juga difungsikan sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi seperti Usaha
Manufaktur dan juga akan menjadi salah satu pusat pendidikan yaitu the Masdar
Institute of Science and Technology.
3.3 Pembahasan Studi Kasus
Permasalahan utama yang terdapat di Cekungan Bandung yaitu pertambahan
jumlah penduduk yang menyebabkan perubahan guna lahan yang akhirnya
menimbulkan permasalahan lingkungan lainnya. Pertumbuhan penduduk meningkat
tentunya kebutuhanakan sarana dan prasarana kota akan bertambah.
Pertumbuhan penduduk diperkotaan yang semakin meningkat dari tahun ke
tahun akan menimbulkan permasalahan diberbagai aspek kehidupan perkotaan, karena
meningkatnya jumlah penduduk akan menuntut aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungannya akan hal penyediaan infrastruktur perkotaan yang memadai, termasuk
didalamnya adalah penyediaan akan kebutuhan air, energi, telekomunikasi, transportasi
publik, perumahan, dan lain-lainnya. Masalah lain yang dihadapi terkait dengan
perkembangan penduduk perkotaan tentunya adalah berkembangnya wilayah yang
semakin tersebar tidak merata atau acak (sprawl). Berbagai permasalahan tersebut tidak
dapat diselesaikan secara parsial karena satu aspek lingkngan akan berdampk pada
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 26
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
aspek lainnya, untuk mengetasi hal tersebut dibutuhkannya perencanaan pembangunan
yang memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Pembangunan yang mampu
mengatasi hal tersebut yaitu pembangunan yang mempertimbangkan tiga aspek penting
yaitu masalah sosial, ekonomi dan lingkungan, dimana ketiga aspek tersebut harus
dalam keadaan seimbang.
Munculnya konsep kota berkelanjutan (sustainable city), menuntut suatu kota
yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi
yang akan datang. Kota yang memiliki interaksi antara sistem lingkungan dan
sumberdaya, sistem ekonomi dan sistem sosialnya, tidak lagi terpaku pada konsep awal
yang hanya mementingkan kelestarian keseimbangan lingkungan saja atau ekonomi
saja. Berkembangnya konsep kota berkelanjutan juga memunculkan lagi dengan apa
yang dikenal dengan konsep kota yang kompak (compact city), dimana kota ini
memiliki kawasan yang kompak, komplit dan terintegrasi. Kota yang kompak
ditunjukkan dengan adanya berbagai pusat kegiatan yang berada di pusat kota. Compact
citymampu mengendalikan pembangunan kota yang tidakterkendali sehingga mampu
menurunkan laju konversi lahan yang tidak terbangun menjadi lahan terbangun.
Konsep kota yang kompak harus didukung dengan penyebaran fasilitas umum
dan permukiman yang merata, selain kepadatan yang tinggi sehingga bisa mengurangi
ketergantungan terhadap kendaraan pribadi. Hal ini akan mengurangi pergerakan
penduduk dan mengurangi potensi kemacetan karena volume lalu lintas berkurang serta
mampu mengurangi pencemara udara akibat kendaraan bermotor. Dengan demikian
usaha untuk menghemat konsumsi energi yang termasuk dalam prinsip konsep kota
yang kompak, juga diyakini lebih menjamin keberlangsungan generasi yang akan
datang.
Indikator dalam pembanguna berkelanjutan yang diterapkan selama ini
terkadang lebih condong kepada bidang ekonomi saja, masalah sosial dan lingkungan
terkadang dilupakan contohnya pada laporan pertanggungjawaban pemerintah atas
kinerjanya hanya berisikan masalah ekonomi saja, selain hal tersebut indikator
pembangunan yang ada tidak dijalankan dengan baik, indikator belum fokus terhadap
lingkungan terutama permasalahan yang terdapat di Cekungan Bandung, dalam
pengaplikasian indikatornya berbeda dengan konsep perumusannya. Oleh karena itu
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 27
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
diperlukan indikator pembangunan yang yang menyeimbangkan sistem ekonomi, sosial
dan lingkungan, dan peka terhadap kebutuhan masyarakat sekitar.
Berdasarkan permasalahan yang terdapat di Cekungan Bandung, beberapa hal
yang harus ada dalam indikator pembangunan yang memiliki kecocokan dengan konsep
pembangunan berkelanjutannya yitu:
1. Kelestarian air tanah dan permukaan sebagai ukuran dalam kelestarian
lingkungan membuat semua aktivitas sosial dan ekonomi (yang tidak lepas dari
kebutuhan akan air) dapat terus berjalan dengan lancar dan seimbang.
2. Pengendalian pertumbuhan permukiman perkotaan, pengendalian laju urbanisasi
dan pengaturan lahan bagi pembangunan perumahan baru.
3. Pergerakan orang yang dilakukan dengan menggunakan moda transportasi
memberikan efek melalui penggunaan bahan bakar yang menyebabkan polusi
udara, hal tersebut dapat diatasi dengan ketepatan dalam memilih moda
transportasi yang digunakan, moda yang dimaksud yaitu moda yang menjadikan
pergerakan masyarakat menjadi efisien, pergerakan yang dilakukan tetap
optimal dan memberikan manfaat bagi segi sosial, ekonomi dan lingkungan.
4. Menambah jumlah pohon yang terdapat di jalanan dan memperluas area taman
perkotaan yang memberikan efek positif bagi kenyamanan dan kualitas
kesehatan masyarakat pemakai jalan, hal tersebut juga mampu mengurangi
konsentrasi polutan udara dan emisi gas rumah kaca.
5. Pengelolaan sampah dengan berbagai cara yang inovatif (daur ulang), hal
tersebut dapat memberikan keuntungan baik dari segi sosial (tenaga kerja)
maupun ekonomi.
6. Pemerintah mampu mengendalikan ijin penambangan, pengambilan Air Bawah
Tanah (ABT) dan mengarahkan kebijakan daerah yang berorientasi pada
perlindungan lingkungan.
7. Perumusan kebijakan yang akuntabel, transparan dan berorientasi pada
kepentingan publik yang mempertimbangkan partisipasi masyarakat.
3.3.1 Membandingkan Studi Kasus dengan Kota yang Sudah Berkelanjutan
Kondisi di Cekungan Bandung apabila dibandingkan dengan Kota Masdar
tentunya mimiliki perbedaan yang sangat jauh, konsep pembangunan di Cekungan
Bandung lebih fokus kepada perekonomian masyarakat dan tanpa memperhatikan
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 28
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
dampak lingkungan yang terjadi akibat dari perilaku ekonomi masyarakat sendiri,
sedangkan di Kota Masdar konsep pembangunan berkelanjutan telah di aplikasikan
secara utuh, hal tersebut terbukti dengan tujuan dibangunnya Kota Masdar yaitu
mewujudkan dan memberikan sebuah contoh dalam menciptakan kota dengan kapasitas
ramah lingkungan yang bebas dari emisi CO2 dan sampah, energi yang akan digunakan
berasal dari sel surya, panas bumi, tenaga angin dan juga tenaga air, memiliki fasilitas
pengolahan limbah hingga titik nolserta konsep kendaraan yang ramah lingkungan.
Berdasrkan perbedaan yang telah disebutkan, tentunya kondisi masing-masing
kota memiliki ciri atau karakteristik yang berbeda, dan tentunya pada hal konsep
pembangunan kota yang berkelanjutanpun memiliki perbedaan. Kesulitan untuk
menerapkan pembangunan berkelanjutan seperti yang terdapat di Kota Masdar yaitu
membutuhkan dana yang tidak sedikit dan teknologi-teknologi yang mampu
mendukung konsep keberanjutan yang diinginkan, selain dari ketersedian dana dan
teknologi, partisipasi masyarakat juga sangat menentukan keberhasilan dalam konsep
pembangunan keberlanjutan, namun kota-kota di Indonesia (Cekungan Bandung) belum
memiliki hal tersebut dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan sangat
minim, sehingg belum mampu untuk melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan
secara utuh.
BAB IV
PENUTUP
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 29
PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN KELOMPOK 8
4.1 Simpulan dan Saran
Permasalahan yang terdapat di Cekungan Bandung merupakan masalah umum
yang terjadi di perkotaan, hal tersebut merupakan akibat dari perencanaan dan
pengelolaan tata ruang dan lahan yang tidak tepat atau masih menganut paradigma lama
yaitu dalam melakukan aktivitas masyarakat cenderung selalu mementingkan ekonomi
tanpa memperhatikan dampak lingkungan yang terjadi untuk selanjutnya, jadi untuk
memperbaiki hal tersebut, masyarakat perlu memperbaharui paradigma yang dipahami
menjadi paradigma baru dalam pembangunan sebuah kota, yaitu pembangunan kota
yang berkelanjutan yang artinya pembangunan yang dilakukan berorietai kepada masa
depan dan untuk generasi selanjutnya, dimana dalam pembangunan harus
mempertimbangkan sistem ekonomi, sosial dan lingkungan, dan ketiga hal tersebut
harus dalam keadaan yang seimbang, selain hal tersebut pembangunan yang harus
dilakukan yaitu sesuai dengan kondisi yang terdapat di Cekungan Bandung, dan
indikator-indikator pembangunan harus jelas sehingga dalam proses pambangunan
menjadi terarah.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 30