laporan satop 10
DESCRIPTION
lapak broTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI INDUSTRI
PENGENTALAN DAN PENGUAPAN
PRODUK PERTANIAN CAIR
Oleh :
Nama : Albertus Ardi Waskito
NPM : 240110090046
Hari,Tanggal : Kamis, 12 Mei 2011
Assiten : Tiwi
LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
JURUSAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fluida merupakan substansi yang mengalami deformasi secara kontinyu
jika dikenai gaya atau tegangan geser sekecil apapun. Sebaliknya, fluida
berada pada kondisi diam jika tidak terdapat gaya atau tegangan geser yang
mengenainya dan, karenanya seluruh gaya yang mengenai fluida tersebut
harus tegak lurus terhadap bidang datar dimana gaya tersebut beraksi.
Berbicara tentang sifat-sifat dan karakteristik suatu fluida, maka memiliki
keterkaitan pula dengan dunia pertanian, khususnya bidang pangan. Contoh
dari fluida tersebut, zat cair misalnya Bahan pangan dalam kehidupan nyata
pada keadaan fisiknya selalu banyak mengandung air, dimana sebagian dari
kandungan air tersebut merupakan kandungan air yang tidak terpakai atau
tidak diharapkan, untuk itulah dibutuhkan proses penguapan.
Pengentalan atau penguapan bahan pangan ini biasanya menggunakan
evaporator atau melakukan pemanasan dengan suhu tinggi. Untuk
mempercepat proses pemanasan biasanya cairan diaduk sehingga suhu merata
dan koefisien perpindahan panas konveksi naik.
Secara tradisional pengentalan dapat dilakukan dengan pemanasan dalam
panci seperti halnya pembuatan gula jawa dari nira. Untuk mempercepat
proses perpindahan panas, cairan dalam panci sering diaduk sehingga suhu
merata dan koefisien perpindahan panas konveksi naik. Dalam proses
pengentalan, pemanasan dilakukan sampai cairan dalam panci mencapai titik
didih dan dibiarkan sampai cairan mencapai kekentalan yang diinginkan.
Penguapan ini biasa dilakukan pada bahan pangan sebagai salah satu cara
dalam mengawetkan bahan pangan dengan cara yang cukup aman, artinya
tanpa memerlukan bahan tambahan pengawet.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mempelajari pengentalan dan penguapan dalam unit
operasi industri hasil pertanian
2. Mempelajari perubahan titik didih produk pertanian cair selama
pemanasan dan penguapan
3. Mempelajari laju perpindahan panas dan laju penguapan produk cair
selama pemanasan dan penguapan
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat
- Tabung Erlenmeyer dengan indikator volume
- Thermometer air raksa, untuk mengukur kenaian temperatur pelarut.
- Chectemp, termokopel
- Kompor listrik/gas, untuk memanaskan bahan.
- Timbangan digital, untuk menimbang garam/gula yang akan
dilarutkan.
- Pengaduk, untuk melarutkan garam/gula.
Bahan
- Garam/gula pasir secukupnya, sebagai yang dilarutkan.
- Air, sebagai pelarut.
3.2 Prosedur
A. Pengukuran perubahan kenaikan suhu titik didih dengan penambahan
konsentrasi
1. Erlenmeyer disiapkan. Air murni yang cukup panas sebanyak 400
ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian dipanaskan di atas
pemanas sampai mencapai titik didihnya. Dilakukan pengukuran
suhu titik didih pelarut murni.
2. Sementara itu dilakukan penimbangan berat garam yang akan
dilarutkan.
3. Garam dilarutkan dengan Erlenmeyer berisi 400 ml air dengan
konsentrasi masing-masing 0%, 5%, 10%, 30%, 50%, 70%. Setiap
kali penambahan garam diukur suhu titik didih larutan. Usahakan
volume larutan konstan, bila perlu tambahkan air murni untuk
mengganti volume air yang teruapkan.
B. Pengukuran laju penguapan dan laju perpindahan panas
1. Erlenmeyer yang berisi larutan dengan konsentrasi 70%
(Percobaan A )dipanasi lebih lanjut.
2. Termokopel diletakkan di dinding Erlenmeyer agar diketahui
perubahan suhunya.
3. Setiap 3 menit dilakukan pencatatan suhu larutan, suhu dinding
Erlenmeyer dan volume cairan. Pemanasan dan pengukuran
dilakukan sampai volume larutan tinggal ½ dari volume awalnya.
4. Tebal Erlenmeyer dan ukuran diameter Erlenmeyer diukur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan panas yang ditransfer akibat adanya saling
tukar-menukar energi kinetik antara molekul-molekul bahan tanpa ada
penggeseran tempat dari molekul yang bersangkutan. Pada konduksi, energi
molekul langsung berubah dari daerah yang lebih panas ke daerah yang lebih
dingin, molekul dengan energi yang lebih besar memindahkan sebagian energi ke
molekul tetangganya yang berenergi lebih sedikit. Dalam sistem tidak terjadi
transfer molekuler, tetapi yang terjadi adalah transfer energi antara molekul yang
satu ke molekul yang lain yang berdekatan. Konduksi merupakan mekanisme
utama dalam proses transfer panas dalam benda padat.
Dalam hal konduksi panas, persamaan laju gaya tarik/tekanan, dapat langsung
diterapkan. Gaya tarik adalah perbedaan setiap satuan jarak yang ditempuh oleh
perpindahan panas , dikenal dengan nama beda suhu. Selain tahanan aliran panas,
kebalikannya disebut penghantar (conductance) juga dipergunakan. Hal ini
merubah bentuk persamaan menjadi :
Laju pindah panas = gaya tarik x penghantar
dQ/dθ = kA dt/dx
di mana :
dQ/dθ : laju pindah panas tiap satuan waktu,
A : luas penampang jalur pindah panas,
dt/dx : beda suhu, yaitu laju perubahan suhu per satuan panjang jalur dan
k : daya hantar panas bahan perantara.
Aliran panas dari bagian terpanas ke bagian terdingin adalah dalam arah gradien
suhu neragtif. Jadi, tanda min harus ada, pada persamaan Fourrier. Akan tetapi
pada persoalan yang sederhana, arah aliran panas kabur dan tanda min
dipertimbangkan meragukan daripada menolong sehingga tidak dipergunakan.
Pada konduksi, energi molekul langsung berubah dari daerah yang lebih panas ke
daerah yang lebih dingin, molekul dengan energi yang lebih besar memindahkan
sebagian energi ke molekul tetangganya yang berenergi lebih sedikit. Biasanya
diaplikasikan pada benda-benda solids.
Daya Hantar Panas
Daya hantar panas pada beberapa benda dapat dihitung. Daya hantar panas sedikit
mengalami perubahan akibat pengaruh suhu, akan tetapi dalam beberapa
penggunaan hal ini dapat danggap tetap pada beberapa bahan tertentu.
Sebagian besar bahan pangan mengandung kadar air yang cukup tinggi, dan oleh
karena daya hantar panas air lebih kurang 0,35 BTU/kaki jam °F di atas 32°F ,
maka daya hantar panas bahan-bahan panagn juga di sekitar itu.
Penguapan
Penguapan adalah proses yang sering dipergunakan oleh ahli pengolahan pangan.
Beberapa jenis pangan dapat dikonsumsi sebagai cairan pemerasan hasil pertanian
antara lain berupa jus, sari buah, nira maupun susu yang langsung merupakan
hasil produk ternak.
Faktor dasar yang mempengaruhi laju penguapan adalah :
Laju panas pada waktu dipindahkan ke bahan cair.
Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap pound cair.
Suhu maksimum yang diperkenankan untuk bahan cair.
Tekanan pada saat penguapan terjadi.
Perubahan lain yang mungkin terjadi di dalam bahan selama proses penguapan
berlangsung.
Sebagai suatu bagian proses di dalam pabrik, secara prinsip alat penguapan
mempunyai 2 fungsi yaitu merubah panas dan memisahkan uap yang terbentuk
dari bahan cair.
Ketentuan-ketentuan yang penting pada praktek penguapan adalah :
Suhu maksimum yang diperkenankan, yang sebagian besar di bawah 212°F
Promosi perputaran bahan cair melalui permukaan pindah panas untuk
mempertahankan koefisisen pindah panas yang tingi dan untuk menghindari
setiap pemanasan lokal yang terlalu tinggi.
Kekentalan bahan cair yang selalu meningkat dengan cepat karena
meningkatnya jumlah bahan yang tidak telarut.
Setiap kecenderungan untuk berbusa yang akan mempersulit pemisahan bahan
cair dengan uap.
Termokopel
Pada dunia elektronika, termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan
untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik
(voltase). Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis
konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan
suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.
Pada tahun 1821, seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck
menemukan bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi perbedaan
panas secara gradien akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai
efek termoelektrik. Untuk mengukur perubahan panas ini gabungan dua macam
konduktor sekaligus sering dipakai pada ujung benda panas yang diukur.
Konduktor tambahan ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu, dan mengalami
perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda.
Menggunakan logam yang berbeda untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan
tegangan yang berbeda, meninggalkan perbedaan kecil tegangan memungkinkan
kita melakukan pengukuran, yang bertambah sesuai temperatur. Perbedaan ini
umumnya berkisar antara 1 hingga 70 microvolt tiap derajad celcius untuk kisaran
yang dihasilkan kombinasi logam modern. Beberapa kombinasi menjadi populer
sebagai standar industri, dilihat dari biaya, ketersediaanya, kemudahan, titik lebur,
kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil. Sangat penting diingat bahwa termokopel
mengukur perbedaan temperatur di antara 2 titik, bukan temperatur absolut.
Pada banyak aplikasi, salah satu sambungan (sambungan yang dingin) dijaga
sebagai temperatur referensi, sedang yang lain dihubungkan pada objek
pengukuran. contoh, pada gambar di atas, hubungan dingin akan ditempatkan
pada tembaga pada papan sirkuit. Sensor suhu yang lain akan mengukur suhu
pada titik ini, sehingga suhu pada ujung benda yang diperiksa dapat dihitung.
Termokopel dapat dihubungkan secara seri satu sama lain untuk membuat
termopile, dimana tiap sambungan yang panas diarahkan ke suhu yang lebih
tinggi dan semua sambungan dingin ke suhu yang lebih rendah. Dengan begitu,
tegangan pada setiap termokopel menjadi naik, yang memungkinkan untuk
digunakan pada tegangan yang lebih tinggi. Dengan adanya suhu tetapan pada
sambungan dingin, yang berguna untuk pengukuran di laboratorium, secara
sederhana termokopel tidak mudah dipakai untuk kebanyakan indikasi sambungan
lansung dan instrumen kontrol. Mereka menambahkan sambungan dingin tiruan
ke sirkuit mereka yaitu peralatan lain yang sensitif terhadap suhu (seperti
termistor atau dioda) untuk mengukur suhu sambungan input pada peralatan,
dengan tujuan khusus untuk mengurangi gradiasi suhu di antara ujung-ujungnya.
Di sini, tegangan yang berasal dari hubungan dingin yang diketahui dapat
disimulasikan, dan koreksi yang baik dapat diaplikasikan. Hal ini dikenal dengan
kompensasi hubungan dingin. Biasanya termokopel dihubungkan dengan alat
indikasi oleh kawat yang disebut kabel ekstensi atau kompensasi. Tujuannya
sudah jelas. Kabel ekstensi menggunakan kawat-kawat dengan jumlah yang sama
dengan kondoktur yang dipakai pada Termokopel itu sendiri. Kabel-kabel ini
lebih murah daripada kabel termokopel, walaupun tidak terlalu murah, dan
biasanya diproduksi pada bentuk yang tepat untuk pengangkutan jarak jauh -
umumnya sebagai kawat tertutup fleksibel atau kabel multi inti. Kabel-kabel ini
biasanya memiliki spesifikasi untuk rentang suhu yang lebih besar dari kabel
termokopel. Kabel ini direkomendasikan untuk keakuratan tinggi. Kabel
kompensasi pada sisi lain, kurang presisi, tetapi murah. Mereka memakai
perbedaan kecil, biasanya campuran material konduktor yang murah yang
memiliki koefisien termoelektrik yang sama dengan termokopel (bekerja pada
rentang suhu terbatas), dengan hasil yang tidak seakurat kabel ekstensi.
Kombinasi ini menghasilkan output yang mirip dengan termokopel, tetapi operasi
rentang suhu pada kabel kompensasi dibatasi untuk menjaga agar kesalahan yang
diperoleh kecil. Kabel ekstensi atau kompensasi harus dipilih sesuai kebutuhan
termokopel. Pemilihan ini menghasilkan tegangan yang proporsional terhadap
beda suhu antara sambungan panas dan dingin, dan kutub harus dihubungkan
dengan benar sehingga tegangan tambahan ditambahkan pada tegangan
termokopel, menggantikan perbedaan suhu antara sambungan panas dan dingin.
Evaporator
Alat penguapan yang dibuat khas dari 3 bagian yang penting, yaitu penukar panas,
bagian penguapan tempat bahan cair dididihkan dan diuapkan, dan alat pemisah,
tempat uap meninggalkan bahan cair keluar ke alat pengembun atau ke peralatan
lain. Pada sebagian besar alat penguapan, ketiga bagian ini diletakkan dalam suatu
silinder tegak. Di tengah-tengah silinder terdapat bagian pemanasan uap, dengan
beberapa pipa, melalui bagian ini tempat yang akan diuapkan timbul. Pada bagian
puncak silinder terdapat plat yang membiarkan uap terlepas, akan tetapi butir-
butir kecil yang mungkin terbawa uap dari permukaan bahan cair ditahan.
Pada bagian pengukur panas disebut celendria pada jenis alat penguap ini, uap
diembunkan di dalam pembungkus dan bahan cair yang akan diuapkan dididihkan
pada bagian dalam pipa dan di dalam ruangan di atas piringan pipa palig atas.
Tahanan terhadap aliran panas ditimbulkan oleh uap dan koefisien lapisan bahan
cair, dan juga oleh bahan pipa. Perputaran bahan cair sangat mempengaruhi laju
penguapan, akan tetapi kecepatan dan koefisien pindah panas keseluruhan yang
telah dilaporkan untuk alat penguapan antara 300-600 BTU/kaki2 jam°F (1500
kcal/m2jam °C). untuk penguapan air destilasi di dalam alat penguapan dengan
pipa tegak dan dengan panas diberikan oleh uap yang diembunkan.
Ketika proses penguapan berlangsung, bahan cair yang tertinggal menjadi lebih
pekat dan karena oleh peningkatan kepekatan ini, maka suhu didih meningkat.
Kenaikan suhu didih mengurangi penurunan suhu yang diperkenankan apabila
dianggap tidak ada perubahan pada sumber panas. Laju pindah panas keseluruhan
juga akan menurun. Demikian juga dengan kekentalan bahan cair akan meningkat,
sering sangat tinggi, dan ini mempengaruhi perputaran dan koefisien pindah panas
kembali menjadi lebih rendah daripada laju pendidihan.
Komplikasi lain yaitu bahwa pengukuran koefisien pindah panas keseluruhan
telah dijumpai bervariasi dengan penurunan suhu yang sebenarnya, sehingga
desain sebuah alat penguapan secara teoritis tidak dapat dielakkan tergantung
pada ketidaktentuan yang sangat luas.
Pindah panas dalam alat penguapan diatur oleh persamaan pindah panas untuk
pendidihan bahan cair dan dengan persamaan konveksi serta konduksi. Panas
yang harus dihasilkan dari sumber, pada suhu yang sesuai dan dalam beberapa hal
sumber adalah uap. Uap diperoleh baik langsung dari boiler atau dari suatu
tahapan penguapan dalam alat penguapan lain. Uap yang bertekanan rendah dapat
juga dipergunakan akan tetapi isis yang terlalu besar menimbulkan persoalan
dalam perencanaan alat.
Perputaran bahan cair di dalam alat penguapan merupakan hal yang penting, oleh
karena perputaran ini mempengaruhi laju pindah panas dan bertambah tinggi laju
penguapan diperoleh dari hasil perputaran yang baik.
Elevasi Titik Didih
Ketika penguapan berlangsung, bahan cair yang tertinggal di dalam alat
penguapan menjadi lebih kental dan titik didihnya akan naik. Perkembangan
elevasi titik didih tergantung pada sifat bahan yang akan diuapkan dan pada
perubahan konsentrasi yang dihasilkan. Pada alat penguapan berganda, yaitu efek
yang disusun secara seri, titik didih akan meningkat dari efek yang satu ke efek
yang lain ketika konsentrasi meningkat. Penurunan suhu yang relatif terlihat,
dibutuhkan untuk pindah panas, meskipun titik didih lebih tinggi, oleh karena
suhu pengembunan uap di dalam pembangkit uap pada efek berikutnya tetap uap
murni. Ketika konsentrasi meningkat, kekentalan bahan cair juga meningkat.
Peningkatan kekentalan bahan cair mempengaruhi pindah panas dan ini selalu
mengakibatkan batas terhadap perkembangan penguapan secara praktek. Tidak
ada metoda langsung dalam memperkirakan perkembangan elevasi titik didih di
dalam larutan yang telah dipekatkan, yang dijumpai dalam penguapan.
Kebanyakan bahan cair memilik titik didih pada berbagai konsentrasi yang sudah
ada di dalam pustaka, dan ini dapat dikembangkan dengan mempergunakan
hubungan yang dikenal dengan nama Aturan Duhring. Aturan ini menyatakan
bahwa perbandingan suhu-suhu pada saat dua larutan menimbulkan tekanan uap
yang sama, akan tetap.
BAB IV
HASIL
4.1 Hasil Pengamatan Percobaan Terhadap Garam
Ukuran tebal dinding Erlenmeyer= 0,5 cm
Diameter Erlenmeyer = 7,25 cm
Volume awal cairan = 400 ml
4.1.1 Percobaan A (Pengukuran Kenaikan Titik Didih )
No Tambahan berat
Gula (gram)
Kosentrasi
Larutan gula %
Suhu
Titik didih 0C
Kenaikan
Titik didih
1 0 0 95 0
2 5.76 5 95 0
3 11.52 10 96 1
4 34.56 30 96.5 1.5
5 57.6 50 97 2
6 80.64 70 96 1
Menghitung gula yang ditambahkan (gram)
Konsentrasi 0 %
Konsentrasi 5 %
Konsentrasi 10 %
Konsentrasi 30 %
Konsentrasi 50 %
Konsentrasi 70 %
Menghitung molalitas larutan gula
Konsentrasi 0%
Konsentrasi 5%
Konsentrasi 10 %
Konsentrasi 30 %
Konsentrasi 50 %
Konsentrasi 70 %
Menghitung tiap konsentrasi larutan
Keterangan :
= Perubahan kenaikan suhu titik didih dengan penambahan
konsentrasi
= Tetapan gas ideal
= Titik didih pelarut murni
= BM pelarut
= Molalitas larutan (mol)
= Panas laten penguapan air
Konsentrasi 0 %
Konsentrasi 5 %
Konsentrasi 10 %
Konsentrasi 30 %
Konsentrasi 50 %
Konsentrasi 70 %
Menghitung perhitungan ( perhitungan = +
perhitungan)
Tabel 1 . suhu titik didih cairan dengan penambahan konsentrasi gulaNo
Tambahan
berat gula
(gram)
Konsentrasi
larutan gula
(%)
Molalitas
(m)Perhitungan
(K)
pengukuran
(K)
Kenaikan
titik
didih air
murni (K)
1 0 0 0 368
0
1
0,5
0,5
-1
2 1,12 5 0,05 368
3 10 0,1 369
4 30 0,3 369,5
5 50 0,5 370
6 70 0,7 369
Dari data diatas maka diperoleh Grafik Pengaruh Konsentrasi (%) Larutan Gula terhadap Tc Perhitungan(K) dan Tc Pengukuran (K)
Gambar 1 . Grafik Pengaruh Konsentrasi (%) Larutan Gula terhadap Tc
Perhitungan(K)
Gambar 2 . Grafik Pengaruh Konsentrasi (%) Larutan Gula terhadap Tc Pengukuran (K)
Percobaan B (Penentuan Laju Penguapan dan Laju Perpindahan Panas)
Tabel penguapan gula
NoWaktu
(menit)
Volume
(ml)
Konsentrasi
(%)
Suhu titik
didih (oC)
Suhu dinding
Erlenmeyer
(oC)
Massa
(gram)
1 0 450 0.622 96 60 0
2 3 445 0.629 97 56.6 5
3 6 440 0.636 97 56.5 10
4 9 420 0.667 97 55.4 30
5 12 415 0.675 97 57.3 35
6 15 400 0.7 97 62.6 50
7 18 400 0.7 97 58 50
8 21 395 0.709 97 57.4 55
9 24 390 0.718 97 58.7 50
10 27 380 0.737 97 57.8 70
11 30 375 0.747 97 62.9 75
Mencari nilai kosentrasi % (C) =
1. Dari data diatas maka diperoleh Grafik Pengaruh Waktu (detik) terhadap
Massa (gram)
Menghitung laju penguapan
Keterangan : = panas laten penguapan air
= laju penguapan (watt)
= laju perubahan massa slope grafik M vs t
gram/s = 0,047 × 10-3 kg/s
2. Dari data diatas maka diperoleh Grafik Pengaruh Waktu (detik) terhadap Suhu Titik Didih (K)
Laju perpindahan panas ( )
Keterangan : = laju perpindahan panas
= massa larutan (kg)
= kalor jenis pelarut
= laju perubahan suhu larutan (K/s) slope slope
grafik T terhadap t = 0,001 K/s
qc1 = 0 kg x 4,180 kJ/kg K x 0,001 K/s
= 0 J/s
qc2 = 5 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x 0,001 K/s
= 2,09 x 10-5 kJ/s = 0,0209 J/s
qc3 = 10 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x 0,001 K/s
= 4,1 x 10-5kJ/s = 0,041 J/s
qc4 = 30 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x 0,001 K/s
= 1,254 x 10-5 kJ/s = 0,1254 J/s
qc5 = 35 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x 0,001 K/s
= 1,463 x 10-5 kJ/s = 0,1463 J/s
qc6 = 50 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x 0,001 K/s
= 2,09 x 10-4 kJ/s = 0,209 J/s
qc7 = 50 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x 0,001 K/s
= 2,09 x 10-4 kJ/s = 0,209 J/s
qc8= 55 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x 0,001 K/s
= 2,299 x 10-4 kJ/s = 0,2299 J/s
qc9 = 50 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x 0,001 K/s
= 2,09 x 10-4 kJ/s = 0,209 J/s
qc10 = 70 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x 0,001 K/s
= 2,926 x 10-4 kJ/s = 0,2926 J/s
qc11 = 75 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x 0,001 K/s
= 3,135 x 10-4 kJ/s = 0,3135 J/s
Laju panas keseluruhan (U)qv = U A (Td-Tc) ....(1)
qv = qu + qc ....(2)
NoWaktu
(menit)
Massa
(gram)
qu (J/s) qc (J/s) qv = qu + qc
1 0 5 106,079 0 106,079
2 3 10 0,0209 106,0999
3 6 30 0,041 106,12
4 9 35 0,1254 106,2044
5 12 50 0,1463 106,2253
6 15 50 0,209 106,288
7 18 50 0,209 106,288
8 21 55 0,2299 106,3089
9 24 50 0,209 106,288
10 27 70 0,2926 106,3716
11 30 75 0,3135 106,3925
4.1.2 Percobaan A (Pengukuran Kenaikan Titik Didih )
No Tambahan berat
Garam (gram)
Kosentrasi
Larutan garam %
Suhu
Titik didih 0C
Kenaikan
Titik didih
1 0 0 96.5 0
2 1.17 5 96 -0.5
3 2.34 10 96 -0.5
4 7.02 30 96 -0.5
5 11.7 50 96 -0.5
6 16.38 70 97 1
Menghitung garam yang ditambahkan (gram)
Konsentrasi 0 %
Konsentrasi 5 %
Konsentrasi 10 %
Konsentrasi 30 %
Konsentrasi 50 %
Konsentrasi 70 %
Menghitung molalitas larutan gula (m)
Konsentrasi 0%
Konsentrasi 5%
Konsentrasi 10 %
Konsentrasi 30 %
Konsentrasi 50 %
Konsentrasi 70 %
Menghitung tiap konsentrasi larutan
Keterangan :
= Perubahan kenaikan suhu titik didih dengan penambahan
konsentrasi
= Tetapan gas ideal
= Titik didih pelarut murni
= BM pelarut
= Molalitas larutan (mol)
= Panas laten penguapan air
Konsentrasi 0 %
Konsentrasi 5 %
Konsentrasi 10 %
Konsentrasi 30 %
Konsentrasi 50 %
Konsentrasi 70 %
Menghitung perhitungan ( perhitungan = +
perhitungan)
Tabel 2 . suhu titik didih cairan dengan penambahan konsentrasi garam
No
Tambahan
berat gula
(gram)
Konsentrasi
larutan gula
(%)
Molalitas
(m)Perhitungan
(K)
pengukuran
(K)
Kenaikan
titik
didih air
murni (K)
1 0 0 0 369,5
0
-0,5
-0,5
-0,5
1
2 1.17 5 0,05 369
3 2.34 10 0,1 369
4 7.02 30 0,3 369
5 11.7 50 0,5 369
6 16.38 70 0,7 370
2. Dari data diatas maka diperoleh Grafik Pengaruh Konsentrasi (%)
Larutan Gula terhadap Tc Perhitungan(K) dan Tc Pengukuran (K)
Gambar 3 . Grafik Pengaruh Konsentrasi (%) Larutan Gula terhadap Tc
Perhitungan(K)
Gambar 4 . Grafik Pengaruh Konsentrasi (%) Larutan Gula terhadap Tc Pengukuran (K)
4.1.3 Percobaan B (Penentuan Laju Penguapan dan Laju Perpindahan
Panas)
Tabel penguapan garam
NoWaktu
(menit)
Volume
(ml)
Konsentrasi
(%)
Suhu titik
didih (oC)
Suhu dinding
Erlenmeyer
(oC)
Massa
(gram)
1 3 400 0,7 98 71 0
2 6 390 0,717 98 75 10
3 9 380 0,736 97,5 78 20
4 12 360 0,777 97,5 80 40
5 15 350 0,8 97,5 82 50
6 18 330 0,848 97,25 85 70
7 21 320 0,875 97,25 88 80
8 24 300 0,933 97,5 89 100
9 27 290 0,965 97,5 90 110
10 30 270 1,037 97,5 92 130
Mencari nilai kosentrasi % (C) = gr
2. Dari data diatas maka diperoleh Grafik Pengaruh Waktu (detik) terhadap
Massa (gram)
Menghitung laju penguapan
Keterangan : = panas laten penguapan air
= laju penguapan (watt)
= laju perubahan massa slope grafik M vs t
gram/s = 0,081 × 10-3 kg/s
. Dari data diatas maka diperoleh Grafik Pengaruh Waktu (detik) terhadap Suhu Titik Didih (K)
Laju perpindahan panas ( )
Keterangan : = laju perpindahan panas
= massa larutan (kg)
= kalor jenis pelarut
= laju perubahan suhu larutan (K/s) slope slope
grafik T terhadap t = -0,052 K/s
qc1 = 0 kg x 4,180 kJ/kg K x -0,052 K/s
= 0 J/s
qc2 = 10 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x -0,052 K/s
= -2,173 J/s
qc3 = 20 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x -0,052 K/s
= -4,347 J/s
qc4 = 40 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x -0,052 K/s
= -8,694 J/s
qc5 = 50 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x -0,052 K/s
= -10,868 J/s
qc6 = 70 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x -0,052 K/s
= -15,215 J/s
qc7 = 80 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x -0,052 K/s
= -17,388 J/s
qc8= 100 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x -0,052 K/s
= -21,736 J/s
qc9 = 110 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x- 0,052 K/s
= -23,909 J/s
qc10 = 130 x 10-3 kg x 4,180 kJ/kg K x -0,052 K/s
= -28,2568 J/s
Laju panas keseluruhan (U)qv = U A (Td-Tc) ....(1)
qv = qu + qc ....(2)
=
NoWaktu
(menit)
Massa
(gram)
qu (J/s) qc (J/s) qv = qu + qc
1 3 0 182,817 0 182,817
2 6 10 -2,173 180,644
3 9 20 -4,347 178,47
4 12 40 -8,694 174,123
5 15 50 -10,868 171,949
6 18 70 -15,215 167,602
7 21 80 -17,388 165,429
8 24 100 -21,736 161,081
9 27 110 -23,909 158,908
10 30 130 -28,2568 154,5602
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini kami membahas tentang pengentalan dan penguapan. Praktikan
memakai gula dan garam sebagai bahan praktikum. Untuk mengetahui kekentalan
dari fluida, praktikan mengaduk menggunakan semacam logam yang berputar
karena pemanas. Praktikan melakukan 2 macam praktikum,yaitu, mengetahui
suhu titik didih cairan dengan penambahan konsentrasi garam dan konsentrasi,
suhu titik didih cairan dan suhu dinding erlenmeyer selama pengentalan.
Pada larutan gula, didapat perbedaan antara grafik perubahan titik didih
berdasarkan hitungan dengan yang berdasarkan pengukuran. Pada perhitungan
didapat grafik linier (menunjukkan makin banyak konsentrasi gula yang diberikan
maka perubahan titik didih makin naik) sedangkan yang berdasarkan pengukuran,
grafik tidak terlihat seperti linier walaupun tetap menunjukkan kenaikan titik
didih. Hal tersebut dapat terjadi karena banyak hal, salah satunya pada suhu
ruangan yang berbeda dengan suhu erlenmeyer sehingga kalor banyak berpindah
dari erlenmeyer ke lingkungan. Lalu pada grafik M vs t didapat kenaikan
perbedaan massa setiap waktu sedangkan T vs t menunjukkan kenaikan suhu yang
lama kelamaan berjalan konstan.
Larutan garam juga hampir sama dengan larutan gula, hanya terdapat perbedaan
pada grafik T vs t. Pada larutan gula suhu akan naik lalu menjadi konstan
sedangkan pada larutan garam suhu akan turun lalu menjadi konstan. Hal ini
disebabkan garam mempunyai titik didih yang tinggi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Makin banyak diberi gula dan garam maka perubahan suhu juga makin
besar
2. Suhu pada Erlenmeyer akan terus berubah hingga mencapai
kesetimbangan dengan lingkungan
3. Garam mempunyai titik didih yang tinggi, hal ini menyebabkan air
garam lebih susah mendidih dibandingkan dengan air gula
6.2 Saran
1. Peralatan praktikum sebaiknya diperbanyak agar satu kelompok dapat
satu sehingga setiap praktikan dapat belajar dengan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
R.L Earle. Unit Operation in Food Processing. Pergamon Press Ltd : 1966.
Holman, J. P. 1995. Perpindahan Kalor. Jakarta : Erlangga.
Buckle K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, M. Wootton diterjemahkan oleh Hari
Purnomo dan Adiono.1985. Ilmu Pangan. Jakarta : UI Press.
http //Wikipedia.com
LAMPIRAN