laporan uji widal dias

Upload: dias-jameela

Post on 15-Oct-2015

160 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

laporan penelitian uji widal

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan

    sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi

    aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda

    terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah

    yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih

    menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.

    Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan

    (slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat

    dan digunakan dalam prosedur pelapisan sedangkan uji tabung membutuhkan

    teknik yang lebih rumit tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji

    hapusan.

    Interprestasi tes widal harus memperhatikan beberapa faktor yaitu

    sensitivitas, stadium penyakit; factor penderita seperti status imunitas dan status

    gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibody; gambaran imunologis dari

    masyarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis); factor antigen; teknik

    serta reagen yang digunakan.

    Saat pemeriksaan serologi, antibodi dan aglutinin umumnya batu ada

    dalam darah setelah 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke 5 atau ke

    6. Pada uji widal, kadar antibodi H mencapai puncaknya pada 1 bulan setelah

    vaksinisasi dan tampak menetap sampai usia 1 tahun. Sedangkan antibodi O

    puncaknya pada minggu pertama dan hanya bertahan sampai 6 bulan. Tes widal

    idealnya dilakukan setelah demam hari ke 5 atau ke 6 sesudah penderita

    mengalami gejala klinis tifoid yaitu demam. Jika dilakukan sebelum itu, maka

    hasilnya tidak akurat.

    Oleh karena itu laporan ini disusun guna membahas tentang praktikum

    pemeriksaan S.typhi dengan uji widal agar praktikan dapat mengetahui teknik uji

    widal dan jenis antigen yang terdapat dalam serum yang digunakan dalam

    percobaan tersebut.

  • B. Tujuan

    Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:

    1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Uji Widal

    2. Untuk mengetahui jenis antigen dalam serum

    C. Manfaat

    Adapun manfaat praktikum ini adalah

    1. Dapat mengetahui teknik pemeriksaan Uji Widal dengan maksud agar dapat

    mengetahui diagnosis untuk demam tipoid

    2. Dapat mengetahui antigen yang terdapat pada bakteri S. Typhi yang

    terkandung dalam serum sehingga sebagai calon sarjana Kesehatan

    Masyarakat kita dapat melakukan pencegahan (preventif) dan kontrol

    penularan sejak dini untuk infeksi demam tifus.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Defenisi

    Salmonella typhi merupakan salah satu spesies bakteri salmonella yang

    berbentuk basil, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel pertrich,

    mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang

    mengandung empedu yang apabila masuk kedalam tubuh manusia akan dapat

    menyebabkan penyakit infeksi S. typhi dan mengarah kepengembangan tifus, atau

    demam enterik (Anonim, 2010).

    Salmonella typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever),

    karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang

    disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi

    demam, mual-mual, muntah dan kematian S. typhi memiliki keunikan hanya

    menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Demam tipoid atau typhoid fever,

    atau thypus abdominalis, merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi

    S. typhi. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan utama di negara

    berkembang, tidak hanya karena insiden dan angka kematiannya yang tinggi,

    tetapi juga karena waktu yang diperlukan agar penderita " fully recover " dapat

    berbulan-bulan (Anonim, 2009).

    Demam Tifoid atau typhus abdominalis, typhoid fever atau enterik fever

    adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit

    kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga

    disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid

    (termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, B

    dan C (Anonim, 2009).

    Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan

    kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh

    mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci

    tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi (Anonim, 2011).

  • B. Sifat Bakteri Salmonella Typhi

    Adapun sifat dari bakteri diatas adalah sebagai berikut :

    a. Bentuk batang, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel pertrich,

    mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang

    menganddung empedu.

    b. Sebagian besar salmonella typhi bersifat patogen pada binatang dan

    merupakan sumber infeksi pada manusia, binatang-binatang itu antara lain

    tikus, unggas, anjing, dan kucing.

    c. Dialam bebas salmonella typhi dapat tahan hidup lama dalam air , tanah atau

    pada bahan makanan. di dalam feses diluar tubuh manusia tahan hidup 1-2

    bulan.

    C. Struktur antigen

    a. Antigen O

    Antigen O merupakan somatic yang terletak dilapisan luar tubuh kuman.

    Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap

    pemenasan 100oC selama 2-5 jam, alcohol dan asam yang encer.

    b. Antigen H

    Antigen H merupakan antigen yang terletak di plagella, pibriae atau fili

    Salmonella typhi dan berstruktur kimia protein. Antigen ini tidak aktif pada

    pemanasan di atas suhu 60oC, dan pemberian alcohol atau asam.

    c. Antigen Vi

    Antigen Vi terletak dilapisan terluar Salmonella typhi (kapsul) yang

    melindungi kuman dari pagositas dengan struktur kimia glikolitid. Akan

    rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60oC, dengan pemberian asam

    dan fenol. Antigen inidigunakan untuk mengetahui adanya karier.

    d. Outer Membrane Protein (OMP)

    Antigen OMP Salmonella Typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak

    diluar membrane plasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel

    terhadap ingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu

    proteinnonporin.

  • D. Epidemiologi

    Pertemuan manusia untuk Salmonella typhi dilakukan melalui rute fecal-oral

    dari individu yang terinfeksi kepada orang sehat. Kebersihan miskin pasien

    shedding organisme dapat menyebabkan infeksi sekunder, serta konsumsi kerang

    dari badan air tercemar. Sumber yang paling umum infeksi, bagaimanapun, adalah

    minum air tercemar oleh urin dan kotoran individu yang terinfeksi. Ukuran

    inokulum estimasi untuk infeksi adalah 100.000 bakteri. Demam Tifoid juga

    merupakan infeksi laboratorium kedua yang paling sering dilaporkan.Masuknya

    spesies ini bakteri ke dalam tubuh manusia yang paling sering dicapai dengan

    konsumsi, dengan pentingnya diketahui transmisi aerosol. Setelah tertelan,

    organisme berkembang biak di usus kecil selama periode 1-3 minggu, sungsang

    dinding usus, dan menyebar ke sistem organ dan jaringan lain. Pertahanan tuan

    rumah bawaan melakukan sedikit untuk mencegah infeksi karena inhibisi lisis

    oksidatif dan kemampuan untuk tumbuh intrasel setelah pengambilan (Anonim,

    2011).

    Transmisi Salmonella typhi hanya terbukti terjadi dengan rute fecal-oral,

    sering dari individu asimtomatik. 2-5% dari individu yang terinfeksi sebelumnya

    menjadi carrier kronis yang tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, tetapi aktif

    gudang organisme layak mampu menginfeksi orang lain. Sebuah contoh yang

    terkenal adalah "Tifus" Maria Mallon, yang adalah seorang penangan makanan

    bertanggung jawab untuk menginfeksi sedikitnya 78 orang, menewaskan 5.

    Pembawa ini sangat menular menimbulkan risiko besar bagi kesehatan

    masyarakat karena kurangnya gejala penyakit terkait (Anonim, 2011).

    Kerusakan yang disebabkan oleh demam tifoid adalah reversibel dan

    terbatas jika pengobatan dimulai pada awal infeksi. Hal ini menyebabkan angka

    kematian kurang dari 1% di antara individu-individu diperlakukan yang memiliki

    strain antibiotik-rentan Salmonella typhi, membuat hasil dan prognosis untuk

    pasien yang positif (Anonim, 2011).

  • E. Penularan

    Adapun cara penularan dari penyakit typhus adalah sebagai berikut:

    1. Melalalui makanan yang terkontaminasi oleh bakteri.

    2. Melalui air untuk keperluan rumah tangga yang tidak memenuhi syarat

    kesehatan.

    3. Melalui daging, telur, susu yang berasal dari hewan sakit yang dimasak

    kurang matang.

    4. Makana dan minuman berhubungan dengan binatang yang mengandung

    bakteri salmonella typh, seperti lalat, tikus, kucing dan ayam.

    Setelah sembuh dari penyakitnya, penderita akan kebal terhadap typhus, untuk

    waktu cukup lama. Interksi ulang (reinfeksi) dapat terjadi, tetapi biasanya

    gejalanya sangat ringan. Makanan penderita dapat juga menjadi karier karena

    bakteri menetap dan berkembang biak dalam kandung empedunya. Bahan yang

    berbahaya untuk penularan adalah feses penderita atau karier (Anonim, 2011).

    F. Pengobatan

    Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan.

    Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna

    makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas

    (karena berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin

    perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus

    yang mengalami perforasi (Anonim, 2011).

    Anti biotika yang sering digunakan:

    1. Kloramfenikol : Dosis : 4 x 500mg/hari . Diberikan sampai dengan 7 hari

    bebas panas.

    2. Tiamfenikol: Dosis ; 4500 mg.

    a. Kotrimoksazol : Dosis : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung sulfametoksazol

    400 mg dan 80 mg trimetoprim) diberikan selama 2 minggu.Ampisilin dan

    amoksisilin : dosis : 50-150 mg/kgBB dan digunakan selama 2 minggu.

    b. Sefalosporin generasi ketiga : dosis 3-4 gram dalam dektrosa 100 cc

    diberikan selama jam perinfus sekali sehari, diberikan selama 3 hingga 5

    hari.

  • G. Pencegahan

    Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%.

    Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri

    Salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas

    laboratorium dan para pelancong) (Anonim, 2011).

    Adapun untuk mencegahnya adalah melakukan hal-hal berikut:

    1. Menyediakan tempat pembuangan yang sehat dan higienis.

    2. Mencuci tangan sebelum mengkonsumsi jajanan.

    3. Menghindari jajan di tempat yang kurang terjamis kebersihan dan

    kesehatannya.

    4. Menjaga agar sumber air yang digunakan tidak terkontaminasi oleh bakteri

    thypus.

    5. Melakukan pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan/jajanan.

    6. Melakukan vaksinasi untuk memberi kekebalan tubuh yang kuat.

    7. Mencari informasi mengenai bahaya penyakit thypus. Jika memahami tentang

    penyakit ini, maka pelajar akan lebih mudah untuk menjaga diri dan

    lingkungannya agar selalu bersih dan sehat.

    8. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman. Pengawasan diperlukan agar

    tidak lengah terhadap kuman yang dibawa. Sebab, jika lengan, sewaktu-waktu

    penyakitnya akan kambuh.

    9. Daya tahan tubuh ditingkatkan lagi.

    10. Jangan banyak jajan di luar rumah.

    11. Mengkonsumsi makanan yang masih panas sehingga kebersihannya terjamin.

  • BAB III

    METODOLOGI

    A. Waktu dan Tempat

    Adapun pelaksanaan praktikum ini yaitu pada :

    Hari/Tanggal : Sabtu, 5 Mei 2012

    Waktu : 13.00 Wita

    Tempat : Laboratorium Biodiversity Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam Universitas Tadulako

    B. Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu :

    1. Alat

    a. Seperangkat tes widal e. Wadah

    b. Rak tabung f. Handskun

    c. Mikropipet 25 mikroliter g. Masker

    d. Tip tutup mikropipet

    2. Bahan

    a. Alkohol 70%

    b. Sampel serum positif demam tifus A, B, C, D dan E

    c. Antigen BH, AH, H dan O

    d. Tissue

    C. Prosedur kerja

    1. Menggunakan handskun mengambil serum menggunakan mikropipet.

    2. Menyiapkan plate putih yang terdiri dari 8 lingkaran berdiameter 3 cm.

    Meneteskan serum sebanyak 80 mikroliter keatas 8 lingkaran plate tersebut.

    3. Kemudian meneteskan masing-masing lingkaran tersebut dengan reagen yang

    telah dihomogenkan sebanyak 50 mikroliter yang terdiri dari AH, BH, O dan

    H.

    4. Mencampur atau menghomogenkan selama 1 menit, kemudian mengamati

    terjadinya aglutinasi.

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil pengamatan

    No Sampel

    serum

    Antigen Gambar Keterangan

    AH BH H O

    1. I + + + +

    Terjadi aglutinasi

    pada semua

    antigen

    2. II + - + +

    Terjadi aglutinasi

    pada antigen AH,

    H, dan O

    3. III + + + -

    Terjadi aglutinasi

    pada antigen AH,

    BH, dan H

    4. IV + + + -

    Terjadi aglutinasi

    pada antigen AH,

    BH, dan H

    5. V + + + +

    Terjadi aglutinasi

    pada semua

    antigen

    6. VI + + + -

    Terjadi aglutinasi

    pada antigen AH,

    BH, dan H

  • B. Pembahasan

    Pemeriksaan widal ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam

    darah) terhadap antigen kuman Salmonella typhi / paratyphi (reagen). Hasil positif

    dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai

    Febrile agglutinin. Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor.

    Antigen merupakan suatu substansi yang bila memasuki inang vertebrata

    menimbulkan respon kekebalan yang membawa kepada terbentuknya kekebalan

    padatan. Respon ini mengakibatkan pembentukan antibody spesifik yang beredar

    dalam aliran darah (imunitas humoral) atau merangsang peningkatan jumlah sel-

    sel reaksi khusus yang disebut limfosit. Pada praktikum kali ini sampel serum

    yang diujikan sebanyak 6 buah sedangkan untuk antigen yang digunakan

    berjumlah 4 yaitu antigen AH, BH, O dan H. Aglutinasi ditandai dengan

    terjadinya penggumpalan pada serum penderita untuk antigen AH, BH, O dan H.

    Pada percobaan ini bertujuan untuk melihat aglutinasi yang akan terjadi pada

    serum yang diberikan oleh antigen.

    Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel pertama diketahui bahwa pada

    antigen BH, AH, O dan H terjadi aglutinasi atau nampak seperti ada

    penggumpalan setelah serum dan masing-masing antigen dicampurkan, ini artinya

    keempat jenis antigen tersebut yang menyebabkan terjadinya tifes. Kemudian

    pada antigen jenis BH, AH dan H dapat dideteksi oleh antibodi sehingga jika

    antigen yang sama menyerang antibodi mampu mengenali dan memberi proteksi

    terhadap antigen tersebut sedangkan antigen O tidak dapat dideteksi oleh antibodi

    karen antigen ini mampu menyamar sehingga penderita masi berpotensi mengidap

    penyakit yang sama. Penderita dengan jumlah antigen 4 yang meyerangnya.

    Tergolong penderita tifus karena dalam tubuhnya ada 4 antigen sekaligus yang

    aktif dan meyebabkan tifus.

    Kemudian untuk sampel kedua yaitu pada jenis antigen AH, O dan H terjadi

    aglutinasi atau nampak seperti ada penggumpalan setelah serum dan masing-

    masing antigen dicampurkan, ini artinya ketiga jenis antigen tersebut yang

    menyebabkan terjadinya tifes. Kemudian pada antigen jenis AH dan H dapat

    dideteksi oleh antibodi sehingga jika antigen yang sama menyerang antibodi

  • mampu mengenali dan memberi proteksi terhadap antigen tersebut sedangkan

    antigen O tidak dapat dideteksi oleh antibodi karen antigen ini mampu menyamar

    sehingga penderita masih berpotensi mengidap penyakit yang sama dengan

    antigen O atau BH.

    Pada sampel ketiga diperoleh hasil pada jenis antigen BH, AH dan H terjadi

    aglutinasi atau nampak seperti ada penggumpalan setelah serum dan masing-

    masing antigen dicampurkan, ini artinya ketiga jenis antigen tersebut yang

    menyebabkan terjadinya tifes dan berdasarkan literatur antigen BH, AH dan H

    dapat dideteksi oleh antibodi sehingga jika antigen yang sama menyerang antibodi

    mampu mengenali dan memberi proteksi terhadap antigen tersebut. Namun

    penderita masi memiliki resiko untuk terserang penyakit yang sama dengan

    antigen O karena antigen ini mampu menyamar saat antibodi mencoba untuk

    mengenalinya sehingga antibodi tidak memiliki proteksi terhadap antigen O.

    Antigen AH, BH dan H hasilnya positif dikerenakan antigen jenis ini belum

    dikenali oleh anti bodi sehingga antigen ini mampu menginfeksi dan menembus

    pertahanan antibodi.

    Pada sampel keempat diperoleh hasil pada jenis antigen AH, BH, dan H

    terjadi aglutinasi atau penggumpalan, sedangkan pada antigen jenis O tidak terjadi

    aglutinasi atau penggumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis antigen

    tersebut yang menyebabkan terjadinya tifus pada penderita. Untuk jenis AH, BH,

    dan H dapat dideteksi oleh antibodi sehingga jika antigen yang sama menyerang

    antibodi mampu mengenali dan memberi proteksi terhadap antigen tersebut.

    Namun penderita masih memiliki resiko untuk terserang penyakit yang sama

    dengan antigen O karena pada antigen O selain merupakan antigen somatic

    antigen ini juga mampu menyamar saat antibodi mencoba untuk mengenalinya

    sehingga antibodi tidak memiliki proteksi atau perlindungan terhadap antigen O.

    Selanjutnya pada sampel yang kelima diketahui bahwa pada antigen jenis

    Sampel ke-5 semuanya positif untuk antigen AH, BH, H dan O. Pada antigen

    tersebut terjadi aglutinasi yang ditandai dengan adanya penggumpalan. Antigen

    yang menyebabkan penyakit tifus yaitu AH, BH, H dan O. Hal ini menunjukan

    bahwa serum tersebut mempunyai antibodi terhadap Salmonella typhi. Antigen

  • AH, BH dan H dapat dideteksi oleh antibodi sehingga jika antigen yang sama

    menyerang, antibodi mampu mengenali dan memberi proteksi terhadap antigen

    tersebut, sedangkan antigen O tidak dapat dideteksi oleh antibodi karena antigen

    ini mampu menyamar menyebabkan penderita berpotensi mengidap penyakit yang

    sama. Penderita dengan jumlah antigen 4 yang menyerangnya, tergolong

    penderita tifus berat karena dalam tubuhnya ada 4 antigen sekaligus yang aktif

    dan menyebabkan tifus.

    Dan yang terakhir sampel yang keenam diketahui bahwa hasil pada jenis

    antigen AH, BH, dan H terjadi aglutinasi atau penggumpalan, sedangkan pada

    antigen jenis O tidak terjadi aglutinasi atau penggumpalan. Hal ini menunjukkan

    bahwa ketiga jenis antigen tersebut yang menyebabkan terjadinya tifus pada

    penderita. Untuk jenis AH, BH, dan H dapat dideteksi oleh antibodi sehingga jika

    antigen yang sama menyerang antibodi mampu mengenali dan memberi proteksi

    terhadap antigen tersebut. Namun penderita masih memiliki resiko untuk

    terserang penyakit yang sama dengan antigen O karena pada antigen O selain

    merupakan antigen somatic antigen ini juga mampu menyamar sehingga sulit

    untuk antibodi mengenalinya yang mengakibatkan antibodi tidak memiliki

    proteksi atau perlindungan terhadap antigen O.

    Penderit tifes bisa terinfeksi lebih dari satu kali karena ada empat jenis

    antigen yang bisa menyerang tubuh secara bergantian dan antigen yang mampu

    menyamar dan sulit dideteksi oleh antibodi adalah antigen O, sedangkan antigen

    BH, AH dan H bisa menyerang secara bergantian atau bersamaan namun setelah

    jenis antigen ini menginfeksi berikutnya mampu dibaca oleh antibodi sehingga

    mampu memberi proteksi terhadap antigen yang sama saat menyerang. Pada

    dasarnya kandungan dari tiap-tiap antigen sama, yang membedakan hanyalah

    resisten atau tidak antigen tersebut terhadap daya tahan tubuh. Antigen BH adalah

    antigen flagellar dari Salmonellan paratyphi B, antigen AH adalah antigen

    flagellar dari Salmonella paratyphi A, antigen O merupakan antigen somatik dan

    antigen yang mampu menyamar sehingga sulit dideteksi oleh antibodi dan antigen

    H adalah antigen flagela yang kemampuannya sama dengan antigen BH dan AH.

  • Kemudian dalam memerangi kemungkinan terjadiya penyakit tipes, perlu

    dilakukan beberapa pencegahan (preventif) dan kontrol penularan sejak dini.

    Pencegahan infeksi Salmonella typhi dapat dilakukan dengan penerapan pola

    hidup yang bersih dan sehat. Berbagai hal sederhana namun efektif dapat mulai

    dibiasakan sejak dini oleh setiap orang untuk menjaga higientias pribadi dan

    lingkungan, seperti membiasakan cuci tangan dengan sabun sebelum makan atau

    menyentuh alat makan/minum, mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi

    yang sudah dimasak matang, menyimpan makanan dengan benar agar tidak

    dihinggapi lalat atau terkena debu, memilih tempat makan yang bersih dan

    memiliki sarana air memadai, membiasakan buang air di kamar mandi, serta

    mengatur pembuangan sampah agar tidak mencemari lingkungan.

  • BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat ditarik

    kesimpulan sebagai berikut :

    1. Uji Widal merupakan pemeriksaan reaksi antara antibodi aglutinin dalam

    serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap

    antigen AH, BH, H, dan O yang ditambahkan dalam jumlah yang sama

    sehingga terjadi aglutinasi.

    2. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh pada antigen AH, BH, O dan H

    terjadi aglutinasi, untuk sampel kedua yaitu antigen AH, O, dan H terjadi

    aglutinasi, pada sampel ketiga antigen AH, BH, dan H terjadi aglutinasi, pada

    sampel keempat antigen AH, BH, dan H terjadi aglutinasi, selanjutnya pada

    sampel yang kelima antigen jenis AH, BH, O dan H terjadi aglutinasi, dan

    yang terakhir sampel yang keenam pada jenis antigen AH, BH, dan H terjadi

    aglutinasi

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2009, http://kesmas-unsoed.blogspot.com/, diakses pada 6 Mei 2012,

    Pukul 19.00 Wita.

    Anonim, 2010, http://www.fkumyecase.net/, diakses pada 6 Mei 2012, Pukul

    19.00 Wita.

    Anonim, 2011, http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-test-

    widal-atau-uji-, widal.html, diakses pada 6 Mei 2012, Pukul 19.00 Wita.

    Anonim, 2011, http://nillaaprianinaim.wordpress.com/, diakses pada 6 Mei 2012,

    Pukul 19.00 Wita

  • LEMBAR ASISTENSI

    Nama : Dias Tuti

    Stambuk : G 601 11 046

    Kelompok : IV (Empat)

    Asisten : Khaeriyah Adri

    No. Hari/Tanggal Keterangan Tanda Tangan

  • LAPORAN SEMENTARA Percobaan 3

    A. Judul Percobaan : Pemeriksaan S. typhi dengan Uji Widal

    B. Tujuan Percobaan : Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu

    1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Uji

    Widal

    2. Untuk mengetahui jenis antigen dalam serum

    C. Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu :

    3. Alat

    e. Seperangkat tes widal

    f. Rak tabung

    g. Mikropipet 25 mikroliter

    h. Tip tutup mikropipet

    i. Wadah

    4. Bahan

    e. Alkohol 70%

    f. Sampel serum positif demam tifus A, B, C, D dan E

    g. Antigen BH, AH, H dan O

    h. Tissue

    i. Handskun

    j. Masker

  • D. Hasil Pengamatan

    No Sampel

    serum

    Antigen Gambar Keterangan

    AH BH H O

    1. I + + + +

    Terjadi

    aglutinasi pada

    semua antigen

    2. II + - + +

    Terjadi

    aglutinasi pada

    antigen AH, H,

    dan O

    3. III + + + -

    Terjadi

    aglutinasi pada

    antigen AH, BH,

    dan H

    4. IV + + + -

    Terjadi

    aglutinasi pada

    antigen AH, BH,

    dan H

    5. V + + + +

    Terjadi

    aglutinasi pada

    semua antigen

    6. VI + + + -

    Terjadi

    aglutinasi pada

    antigen AH, BH,

    dan H

  • Kelompok IV

    Dias Tuti (G 601 11 046)

    Melvina Manita F. (G 601 11 049)

    Yuditha Apriliana W(G 601 11 053)

    Moh.Fachrin (G 601 11 056)

    Magfirah (G 601 11 067)

    Masrida (G 601 11 068)

    Pertiwi (G 601 11 078)

    Moh.Ardiyansyah (G 601 11 079)

    Asisten Pembimbing

    Khaeriyah Adri