lapsus 1

35
LAPORAN KASUS PSIKIATRI IDENTITAS PASIEN Nama : Ny.N Umur : 21 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Pengau Agama : Islam Status Perkawinan : Belum Menikah Pendidikan : SMA Tanggal Pemeriksaan : 4 Mei 2015 Tempat Pemeriksaan : Poli Jiwa RSU Anutapura LAPORAN PSIKIATRIK I. RIWAYAT PENYAKIT A. Keluhan utama Gelisah dan takut berada ditempat ramai B. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien umur 21 tahun datang dengan keluhan gelisah dan takut pada tempat ramai. Saat berada di ditempat ramai jantung pasien berdebar-debar dan berkeringat dingin. Keluhan dialami sejak 1 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh kesulitan saat berkonsentrasi dalam bekerja yang menyebabkan pasien berhenti dalam pekerjaannya, pasien juga mudah menangis, 1

Upload: rachman-usman

Post on 27-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gvn

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS PSIKIATRIIDENTITAS PASIENNama: Ny.NUmur: 21 tahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: PengauAgama: IslamStatus Perkawinan: Belum MenikahPendidikan: SMATanggal Pemeriksaan: 4 Mei 2015Tempat Pemeriksaan: Poli Jiwa RSU Anutapura

LAPORAN PSIKIATRIKI. RIWAYAT PENYAKITA. Keluhan utamaGelisah dan takut berada ditempat ramaiB. Riwayat Gangguan SekarangPasien umur 21 tahun datang dengan keluhan gelisah dan takut pada tempat ramai. Saat berada di ditempat ramai jantung pasien berdebar-debar dan berkeringat dingin. Keluhan dialami sejak 1 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh kesulitan saat berkonsentrasi dalam bekerja yang menyebabkan pasien berhenti dalam pekerjaannya, pasien juga mudah menangis, sering merasa khawatir, dan susah tidur. pasien juga mengalami penurunan nafsu makan. Pasien merasa bahwa dirinya tidak memiliki masa depan dan hanya fokus bekerja untuk keluarga.Menurut pasien, dia adalah tulang punggung keluarga. Pasien adalah anak pertama dan dia bekerja setiap hari di suatu tempat untuk membiayai keluarganya. pasien merasa tertekan dengan kondisi yang mengharuskan dirinya menanggung semua kebutuhan keluarganya. setelah ayah pasien meninggal dunia, pasien menjadi orang yang menafkahi ibu dan 2 orang adiknya yang masih sekolah. Jika perasaan tertekan datang, pasien menjadi malas melakukan aktivitas dan tiba-tiba menangis tanpa memperlihatkan kondisinya pada ibu pasien. Pasien mengaku ingin melanjutkan sekolahnya ke tingkat yang lebih tinggi dan memiliki masa depan seperti seorang perempuan biasanya tetapi pasien merasa tidak memiliki kemampuan untuk mencapainya dengan kondisi yang dialami sekarang ini. Hendaya/DisfungsiHendaya Sosial(+)Hendaya Pekerjaan(+)Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+) Faktor Stressor Psikososial Pasien takut pada tempat ramai Pasien menjadi tulang punggung ibu dan 2 orang adiknya Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit sebelumnya. Tidak terdapat riwayat penyakit medis umumC. Riwayat Gangguan Sebelumnya. Infeksi berat (-) , trauma (-) , penggunaan NAPZA (-) , merokok (-) dan alkohol (-)D. Riwayat Kehidupan Peribadi Riwayat Prenatal dan PerinatalPasien adalah anak ke 1 dari 3 bersaudara. Saat ibu pasien mengandung tidak pernah sakit dan tidak pernah mengkomsumsi obat atau alkohol selama hamil. Kemudian melahirkan pasien secara normal di rumah dibantu oleh dukun. Pasien lahir dengan kondisi sehat. Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 tahun)Pasien mendapatkan ASI dari ibunya hingga 1 tahun, pertumbuhan danperkembangan sesuai umur, ada riwayat kejang (-), tidak ada trauma atau infeksi pada masa ini. Pasien mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Pasien anak yang sangat aktif. Riwayat Masa Pertengahan (4-11 tahun)Pasien masuk sekolah dasar saat umur 6 tahun sampai 12 tahun. Pasien tumbuh dan kembang seperti anak-anak seumurnya. Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Tidak ada kejadian traumatis yang membekas Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja. ( 12-18 tahun)Pasien melanjutkan pendidikan sampai SMA. Tidak ada masalah ketika pasien mengeyam pendidikannya. Pasien mengaku tidak mengalami masalah dengan keluarga ataupun di sekolahnya. Riwayat Masa Dewasa (18 tahun ke atas) Pasien tidak melanjutkan sekolah ke tingkat perguruan tinggi. Pasien hanya bekerja untuk nafkah keluarganya dan membantu ibunya dirumah. Pasien mengaku tidak mengalami masalah dengan keluarga. Riwayat Perkerjaan (sekolah)Pasien bekerja disuatu tempat pekerjaan.E. Riwayat Kehidupan KeluargaPasien adalah anak 1 dari 3 bersaudara. Pasien menjadi tulang punggu keluarga sejak ayahnya meninggal dunia. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga terutama dengan ibunya. Pasien sangat memperhatikan masa depan adik-adiknya walaupun kondisinya sangat tertekan. Keluarga mengetahui dan menerima tentang kondisi yang dialami oleh pasien. Tidak ada riwayat menderita penyakit yang sama dalam keluarga.F. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupan.Pasien menyadari dirinya sakit secara penuh, dan kadang-kadang merasa yakin memerlukan pengobatan dari dokter.

G. Situasi Kehidupan SekarangPasien tinggal di rumah bersama ibu dan 2 orang adiknya II. STATUS MENTALA. Deskripsi Umum Penampilan:Tampak seorang perempuan memakai baju kaos lengan panjang coklat dan celana jeans hitam serta menggunakan jilbab berwarna coklat. Memakai sendal jepit. Tinggi sekitar 149 cm. Perawakan sesuai dan perawatan diri baik. Kesadaran: Baik Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang Pembicaraan : pasien menjawab dengan baik apa yang ditanyakan oleh pemeriksa Sikap terhadap pemeriksa : KooperatifB. Keadaan afektif Mood: hipotimia Afek: apropriate Keserasian: Serasi (appropriate) Empati: Dapat dirabarasakanC. Fungsi Intelektual (Kognitif) Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasanPengetahuan dan kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikannya. Daya konsentrasi : baik Orientasi : baik Daya ingatJangka Pendek: baikJangka sedang: baikJangka Panjang: baik Pikiran abstrak : baik Bakat kreatif : Tidak ditemukan Kemampuan menolong diri sendiri : baikD. Gangguan persepsi Halusinasi: Halusinasi (-) Ilusi: Tidak ada Depersonalisasi: Tidak ada Derealisasi: Tidak adaE. Proses berpikir Arus pikiran :Produktivitas : CukupKontinuitas: RelevanHendaya berbahasa: tidak ada Isi Pikiranpreokupasi: Tidak adaGangguan isi pikiran: Tidak adaF. Pengendalian impulsKurang G. Daya nilai Norma sosial: Baik Uji daya nilai: Baik Penilaian Realitas : BaikH. Tilikan (insight)Derajat VI : Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh pengobatan dari dokterI. Taraf dapat dipercayaDapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUTPemeriksaan fisik :Status internus: T : 110/80 mmHg, N: 87x/menit, P : 29 x/menit.GCS : E4M6V5, fungsi kortikal luhur dalam batas normal , pupil bundar isokor , reflex cahaya (+)/(+), kongjungtiva tidak pucat, sclera tidak icterus, jantung dan paru dalam batas normal,fungsi motorik dan sensorik ke empat ekstremitas dalam batas normal.IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNAPasien umur 21 tahun datang dengan keluhan gelisah dan takut pada tempat ramai. Saat berada di ditempat ramai jantung pasien berdebar-debar dan berkeringat dingin. Keluhan dialami sejak 1 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh kesulitan saat berkonsentrasi dalam bekerja yang menyebabkan pasien berhenti dalam pekerjaannya, pasien juga mudah menangis, sering merasa khawatir, dan susah tidur. pasien juga mengalami penurunan nafsu makan. Pasien merasa bahwa dirinya tidak memiliki masa depan dan hanya fokus bekerja untuk keluarga.Menurut pasien, dia adalah tulang punggung keluarga. Pasien adalah anak pertama dan dia bekerja setiap hari di suatu tempat untuk membiayai keluarganya. pasien merasa tertekan dengan kondisi yang mengharuskan dirinya menanggung semua kebutuhan keluarganya. setelah ayah pasien meninggal dunia, pasien menjadi orang yang menafkahi ibu dan 2 orang adiknya yang masih sekolah. Jika perasaan tertekan datang, pasien menjadi malas melakukan aktivitas dan tiba-tiba menangis tanpa memperlihatkan kondisinya pada ibu pasien. Pasien mengaku ingin melanjutkan sekolahnya ke tingkat yang lebih tinggi dan memiliki masa depan seperti seorang perempuan biasanya tetapi pasien merasa tidak memiliki kemampuan untuk mencapainya dengan kondisi yang dialami sekarang ini. Tampak seorang perempuan memakai baju kaos lengan panjang coklat dan celana jeans hitam serta menggunakan jilbab berwarna coklat. Memakai sendal jepit. Tinggi sekitar 149 cm. Perawakan sesuai dan perawatan diri baik. Perilaku dan aktivitas psikomotor tenang, pembicaraan sesuai dengan pembicaraan, jumlah bicara yang kurang, intonasi suara atau volume kurang/rendah, lambat dan ragu-ragu, dan mood hipotimia, afek apropriate. Terdapat kehilangan minat dan kegembiraan, aktivitas berkurang, tidak percaya diri, pesimis, nafsu makan berkurang, pernah ada gagasan tidak memiliki masa depan, dan pasien mengalami tidur terganggu sejak 1 bulan yang lalu.

V. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I: Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesa didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna berupa perasaan gelisah dan takut. Keadaan ini menimbukan disstress atau penderitaan bagi pasien, dan menimbulkan disabilitas dalam sosial dan pekerjaan, yaitu pasien menderita tidur yang terganggu dan kualitas pekerjaan atau urusan rumah tangga berkurang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan Jiwa. Pada pasien tidak hendaya berat dalam menilai realita, ataupun gejala psikotik positif, seperti halusinasi ataupun waham dll, sehinggapasien didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Non Psikotik. Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini, sehingga diagnosis Gangguan mental dapat disingkirkan dan didiagnosa Gangguan Jiwa Non Psikotik Non Organik. Berdasarkan deskripsi kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan anxietas. Pasien pada kasus ini merupakan pasien dengan Pasien pada kasus ini merupakan pasien dengan gangguan anxietas tipe gangguan campuran anxietas dan depresi. Gejala utama anxietas pada pasien ini adalah rasa khawatir, gelisah, dan gejala hiperaktivitas autonomo sepertei jantung berdebar-debar dan berkeringat dingin. Gejala ini masuk pada kriteria gangguan anxietas sedangkan keadaan depresi yang dialami pasien merasa tertekan yang menyebabkan pasien malas melakukan aktivitas, pesimis, sering bersedih, gangguan tidur dan gangguan makan. Pada gangguan campuran anxeitas dan depresi dapat ditemukan kedua gejala gangguan tersebut. Berdasarkan PPDGJ III, pasien dapat digolongkan dalam gangguan campuran anxietas dan depresi. Aksis IIPasien adalah orang yang mempunyai banyak teman walaupun agak pendiam sehingga digolongkan dalam ciri kepribadian tidak khas. Aksis IIITidak ditemukan diagnosis karena tidak ada ditemukan gangguan organic. Aksis IVStressor psikososial yaitu rasa cemas berada ditempat ramai dan tertekan menjadi tulang punggung keluarga. Aksis VGAF Scale 70-61 ( beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.VI. DAFTAR MASALAH OrganobiologikTerdapat ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga pasien memerlukan psikofarmaka. PsikologikDitemukan adanya masalah/ stressor psikososial sehingga pasien memerlukan psikoterapi.VII. PROGNOSISAd bonam ,faktor yang mempengaruhi :a. Keinginan dari pasien untuk sembuhb. Tidak ada gejala psikotikc. Adanya dukungan dari keluarga

VIII. RENCANA TERAPI Farmakoterapi :Aprazolam tablet 0,5 mg 1x1Amitriptilin 3x25 mg/hari SosioterapiMemberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang sekitarnya sehingga tercipta dukungan sosial dengan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan berkala.

IX. PEMBAHASAN/ TINJAUAN PUSTAKAI. DEFINISI Menurut Capernito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. (Rivai, 2000).1,2Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh ketidaktahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart dkk, 1998). Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh ketidaktahuan yang didahului oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.1,2Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder) merupakan salah satu jenis gangguan kecemasan dengan karakteristik kekhawatiran yang tidak dapat dikuasai dan menetap, biasanya terhadap hal-hal yang sepele/tidak utama. Individu dengan gangguan cemas menyeluruh akan terus menerus merasa khawatir tentang hal-ha yang kecil/sepele. 1,2,3II. GAMBARAN TENTANG KECEMASANNeale dkk (2001) mengatakan bahwa kecemasan sebagai perasaan takut yang tidak menyenangkan dan apprehension, dapat menimbulkan beberapa keadaan psikopatologis sehingga mengalami apa yang disebut gangguan kecemasan. Walaupun sebagai orang normal, diakui atau tidak, kita dapat saja mengalami kecemasan, namun kecemasan pada orang normal berlangsung dalam intensitas atau durasi yang tidak berkeanjangan sehingga individu dapat tetap memberikan respon yang adaptif.1,3Untuk memahami kecemasan yang mempengaruhi beberapa area dari fungsi-fungsi individu, Acocella dkk (1996) mengatakan bahwa kecemasan seharusnya melibatkan atau memiliki 3 komponen dasar, yaitu1, 4:1. Adanya ungkapan yang subjektif (subjective reports) mengenai ketegangan, ketakutan dan tidak adanya harapan untuk mengatasinya.2. Respon-respon perilaku (behavioral rensponses), seperti menghindari situasi yang ditakuti, kerusakan pada fungsi bicara dan motorik dan kerusakan tampilan untuk tugas-tugas kognitif yang kompleks.3. Respon-respon fisiologis (physiological responses), termasuk ketegangan otot, peningkatan detak jantung dan tekanan darah, nafas yang cepat, mulut yang kering nausea, diare, dan dizziness.

III. ETIOLOGI Upaya untuk menjelaskan penyebab dari munculnya gangguan kecemasan, Accocella dkk (1976) memaparkan dari beberapa sudut pandang teori. Menurut para ahli psikofarmaka, Gangguan Kecemasan Menyeluruh bersumber pada neurosis, bukan dipengaruhi oleh ancaman eksternal tetapi lebih dipengaruhi oleh keadaan internal individu.2,3,5Sebagamana diketahui, Sigmund Freud sebagai bapak dari pendekatan psikodinamika mengatakan bahwa jiwa individu diibaratkan sebagai gunung es. Bagian yang muncul dipermukaan dari gunung es itu, bagian terkecil dari kejiwaan yang disebut sebagai bagian kesadaran. Agak di bawah permukaan air adalah bagian yang disebut pra-kesadaran, dan bagian yang terbesar dari gunung es tersebut ada di bawah sekali dari permukaan air, dan ini merupakan alam ketidaksadaran (uncounsciousness). Ketidaksadaran ini berisi ide, yaitu dorongan-dorongan primitif, belum dipengaruhi oleh kebudayaan atau peraturan-peraturan yang ada dilingkungan. Dorongan-dorongan ini ingin muncul ke permukaan/ ke kesadaran, sedangkan tempat di atas sangat terbatas. Ego, yang menjadi pusat dari kesadaran, harus mengatur dorongan-dorongan mana yang boleh muncul dan mana yang tetap tinggal di ketidaksadaran karena ketidaksesuaiannya dengan superego, yaitu salah satu unit pribadi yang berisi norma-norma sosial atau peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan sekitar. Jika ternyata ego menjadi tidak cukup kuat menahan desakan atau dorongan ini maka terjadilah kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kejiwaan. Neurosis adalah salah satu gangguan kejiwaan yang muncul sebagai akibat dari ketidakmampuan ego menahan dorongan ide.1,6, 7Jadi, individu yang mengalami Gangguan Kecemasan Menyeluruh, menurut pendekatan psikodinamika berakar dari ketidakmampuan egonya untuk mengatasi dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya secara terus menerus sehingga ia akan mengembangkan mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri ini sebenarnya upaya ego untuk menyalurkan dorongan dalam dirinya dan bisa tetap berhadapan dengan lingkungan. Tetapi jika mekanisme pertahanan diri ini dipergunakan secara kaku, terus-menerus dan berkepanjangan maka hal ini dapat menimbulkan perilaku yang tidak adaptif dan tidak realistis.1, 6, 7Ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang bisa dipergunakan oleh individu, antara lain1, 4:1. Represi, yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan dan dirasakan mengancam ego masuk ke ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak menganggu ego lagi. Tetspi sebenarnya pengalaman yang sudah disimpan itu masih punya pengaruh tidak langsung terhadap tingkahlaku si individu.2. Rasionalisasi, yaitu upaya ego untuk melakukan penalaran sedemikian rupa terhadap dorongan-dorongan dalam diri yang dilarang tampil oleh superego, sehingga seolah-olah perilakunya dapat dibenarkan.3. Kompensasi, upaya ego untuk menutupi kelemahan yang ada di salah satu sisi kehidupan dengan membuat prestasi atau memberikan kesan sebaliknya pada sisi lain. Dengan demikian, ego terhindar dari ejekan dan rasa rendah diri.4. Penempatan yang keliru, yaitu upaya ego untuk melampiaskan suatu perasaan tertentu ke pihak lain atau sumber lain karena tidak dapat melampiaskan perasaannya ke sumber masalah.5. Regresi, yaitu upaya ego untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap ego dengan menampilkan pikiran atau perilaku yang mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah.Para ahli dari aliran humanistik-eksternal mengatakan bahwa konsep kecemasan bukan hanya sekedar masalah, yang bersifat individual tetapi juga merupakan hasil konflik antara individu dengan masyarakat atau lingkungan sosialnya.1,6Jika individu melihat perbedaan yang sangat luas antara pandangannya tentang dirinya sendiri dengan yang diinginkan maka akan`muncul perasaan inadekuat dalam menghadapi tantangan di kehidupan ini, dan hal ini menghasilkan kecemasan. Jadi menurut pandangan humanis eksternalis, pusat kecemasan adalah konsep diri, yang terjadi sehubungan dengan adanya gap antara konsep diri yang sesungguhnya (real self) dan diri yang diinginkan (idea self). Hal ini muncul sehubungan tidak adanya kesempatan bagi individu untuk mengaktualisasikan` dirinya sehingga perkembangannya menjadi terhalang. Akibatnya, dalam menghadapi tantangan atau kendala dalam menjalani hari-hari, di kehidupan selanjutnya, ia akan mengalami kesulitan untuk membentuk konsep diri yang positif. Setiap kita sebenarnya perlu mengembangkan suatu upaya untuk menjadi diri sendiri (authenticity), sedangkan indivisu yang neurotis, atau mengalami gangguan kecemasan adalah individu yang gagal menjadi diri sendiri (inauthenticity) karena mereka mengembangkan konsep diri yang keliru/palsu4,7 Sementara para ahli dari pendekatan behavioristik mengatakan bahwa kecemasan muncul karena terjadi kesalahan dalam belajar, bukan hasil dari konflik intrapsikis, individu belajar menjadi cemas. Ada 2 tahapan belajar yang berlangsung dalam diri individu yang menghasilkan kecemasan yaitu:1, 4, 71. Dalam pengalaman individu, beberapa stimulus netral tidak berbahaya atau tidak menimbulkan kecemasan, dihubungkan dengan stimulus yang menyakitkan (aversive) akan menimbulkan kecemasan (melalui respondent condotioning)2. Individu yang menghindar dari stimulus yang sudah terkondisi, dan sejak penghindaran ini menghasilkan pembebasan/terlepas dari rasa cemas, maka respon menghindar ini akan menjadi kebiasaan (melalui operant conditioning)Dari sudut pandang kognitif, gangguan kecemasan terjadi karena adanya kesalahan dalam mempersepsikan hal-hal yang menakutkan. Berdasarkan dari teori kognitif, masalah yang terjadi dari individu yang mengalami gangguan kecemasan adalah terjadinya kesalahan persepsi atau kesalahan interpretasi terhadap stimulus internal maupun eksternal. Indivisu yang mengalami gangguan kecemasan akan melihat suatu hal yang tidak benar-benar mengancam sebagai sesuatu yang mengancam. Jika individu mengalami pengalaman sensasi dalam tubuh yang tidak biasa, lalu mengintepretasikannya sebagai sensasi yang bersifat catastropic, yaitu suatu gejala bahwa ia sedang mengalami sesuatu hal seperti serangan jantung, maka akan timbul rasa panik. 4,7

IV. MANIFESTASI KLINISGambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak utama yang mana perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk Gangguan Kecemasan Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi kronis secara terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, sulit tidur. 3,7,8Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di bawah:Tabel 1. Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh:11Ketegangan Motorik1. Kedutan otot/ rasa gemetar2. Otot tegang/kaku/pegal3. Tidak bisa diam4. Mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas Otonomik5. Nafas pendek/terasa berat6. Jantung berdebar-debar7. Telapak tangan basah/dingin8. Mulut kering9. Kepala pusing/rasa melayang10. Mual, mencret, perut tak enak11. Muka panas/ badan menggigil12. Buang air kecil lebih sering

Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan berkurang13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu14. Mudah terkejut/kaget15. Sulit konsentrasi pikiran16. Sukar tidur17. Mudah tersinggung

V. DIAGNOSISDiagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM-IV halaman 435, 300.02) ditegakkan bila terdapat kecemasan kronis yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6 bulan; biasanya tahunan dengan gejala bertambah dan kondisi melemah) dan termasuk gejala seperti respons otonom (palpitasi, diare, ekstremitas lembab, berkeringat, sering buang air kecil), insomnia, sulit berkonsentrasi, rasa lelah, sering menarik nafas, gemetaran, waspada berlebihan, atau takut akan sesuatu yang akan terjadi. Ada kecenderungan diturunkan dalam keluarga, memiliki komponen genetik yang sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan sederhana serta depresi mayor (terdapat pada 40% atau lebih pasien; meningkatkan resiko bunuh diri. Biasanya pada kondisi ini tidak`ditemukan etiologi stres yang jelas, tetapi harus dicari penyebabnya.2,3, 4Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan berdasarkan :5 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang). Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dsb)2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb) Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F.32.-), gangguan anxietas fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F.42.-) 3,4,7VI. PENANGANANTerapi pada Gangguan Kecemasan Menyeluruh pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi). Angka-angka keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini. Psikoterapi yang sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien dengan dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi farmakoterapi yang tidak perlu.1,6, 8 Penanganan dengan psikoterapi juga dapat dijelaskan melalui pendekatan psikodinamika, humanistik eksistensialis atau pendekatan behavioristik maupun kognitif.1Menurut para ahli psikodinamika, karena gangguan ini berakar pada keadaan internal individu sehubungan dengan adanya konflik intrapsikis yang dialami individu sehingga ia mengembangkan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri, maka upaya menanganinya juga terarah pada pemberian kesempatan bagi individu untuk mengeluarkan seluruh isi pikiran atau perasaan yang muncul di dalam dirinya. Asumsinya adalah jika individu bisa menghadapi dan memahami konflik yang dialami, ego akan lebih bebas dan tidak harus terus berlindung di balik mekanisme pertahanan diri yang dikembangkannya.1,7Teknik dasar yang digunakan disebut free association, individu diminta untuk menjelaskan secara sederhana tentang hal-hal yang ada di dalam pikirannya, tanpa melihat apakah itu logis atau tidak, tepat atau tidak, ataupun pantas atau tidak. Hal-hal dari alam bawah sadar atau tidak sadar yang diungkapkan akan dicatat oleh terapis untuk diinterpretasikan. Tehnik ini juga bisa dimanfaatkan saat menggunakan teknik dream interpretation; individu diminta untuk menceritakan mimpinya secara detail dan tepat. Kedua teknik ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dalam melaksanakan teknik-teknik tersebut di atas, ada dua hal yang biasanya muncul, yaitu apa yang disebut dengan resistance (yaitu individu bertahan dan beradu argumen dengan terapis saat terapis mulai sampai pada bagian sensitif), dan transference (yaitu individu mengalihkan perasaannya pada terapis dan menjadi bergantung.1,5, 7Sementara para ahli dari pendekatan humanistik eksistesialis yang melihat kecemasan sebagai hasil konflik diri yang terkait dengan keadaan sosial dimana pengembangan diri menjadi terhambat, maka mereka lebih menyarankan untuk membangun kembali diri yang rusak (damaged self). Tekhniknya sering disebut sebagai client centered therapy yang berpendapat bahwa setiap individu memiliki kemampuan yang positif yang dapat dikembangkan sehingga ia membutuhkan situasi yang kondusif untuk mengeksplorasi dirinya semaksimal mungkin.1,7, 8Setiap permasalahan yang dihadapi setiap individu sebenarnya hanya dirinyalah yang paling mengerti tentang apa yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, individu itu sendirilah yang paling berperan dalam menyelesaikan permasalahan yang mengganggu dirinya.1,7,8Karena para ahli melihat kecemasan sebagai sebagai hasil dari belajar (belajar menjadi cemas) maka untuk menanganinya perlu dilakukan pembelajaran ulang agar terbentuk pola perilaku baru, yaitu pola perilaku yang tidak cemas.1,7Tehnik yang digunakan untuk mengurangi kecemasan adalah systematic desentisitization, yaitu mengurangi kecemasan dengan menggunakan konsep hirarki ketakutan, menghilangkan ketakutan secara perlahan-lahan mulai dari ketakutan yang sederhana sampai ke hal yang lebih kompleks. Pemberian reinforcement (penguat) juga dapat digunakan dengan secara tepat memberikan variasi yang tepat antara pemberian reward- jika ia memperlihatkan perilaku yang mengarah keperubahan ataupun punishment jika tidak ada perubahan perilaku atau justru menampilkan perilaku yang bertolak belakang dengan rencana perubahan perilaku. Adanya model yang secara nyata dapat dilihat dan menjadi contoh langsung kepada individu juga efektif dalam upaya melawan pikiran-pikiran yang mencemaskan.7, 8Pendekatan kognitif yang melihat gangguan kecemasan sebagai hasil dari kesalahan dalam mempersepsikan ancaman (misperception of threat) menawarkan upaya mengatasinya dengan mengajak individu berpikir dan mendesain suatu pola kognitif baru. David Clark dkk (dalam Acocella dkk, 1996) mengembangkan desain kognitif yang melibatkan 3 bagian yaitu1 :1. Identifikasi interpretasi negatif yang dikembangkan individu tentang sensasi tubuhnya2. Tentukan dugaan atau asumsi dan arahkan alternatif intrepretasi, yang noncatastropic.3. Bantu individu menguji validitas penjelasan dan alternatif-alternatif tersebut.Dengan kata lain, para ahli dari pendekatan kognitif ini menyatakan bahwa tujuan dari terapi sebagai upaya menangani gangguan kecemasan adalah membantu individu melakukan intrepretasi sensasi tubuh dengan cara yang noncatastropic1.Dalam beberapa hal, penanganan terhadap penderita gangguan kecemasan tidak selalu hanya berpegang pada satu tehnik saja, atau hanya mengikuti pendapat salah satu ahli dari suatu pendekatan saja. Terapi yang diberikan dapat sekaligus dengan menggunakan lebih dari satu pendekatan atau lebih dari satu tehnik, asalkan tujuannya jelas dan tahapan-tahapannya juga terinci.1,6,7Pertimbangkan penggunaan obat-obatan maupun psikoterapi. Anti depresan yang baru, venlafaksin XR, tampaknya cukup efektif dan aman untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh. Gunakan benzodiazepin dengan tidak berlebihan(diazepam, 5 mg per oral, 3-4 kali sehari atau 10 mg sebelum tidur) untuk jangka pendek(beberapa minggu hingga beberapa bulan); biarkan penggunaan obat-obatan untuk mengikuti perjalanan penyakitnya. Pertimbangkan pemberian buspiron untuk pengobatan awal atau untuk pengobatan kronis (20-30 mg/hari dalam dosis terbagi). Pasien tertentu yang telah terbiasa dengan efek cepat benzodiazepin akan merasakan kurangnya efektivitas buspiron. Anti depresan trisiklik, SSRI, dan MAOI bermanfaat terhadap pasien-pasien tertentu (terutama bagi mereka yang disertai dengan depresi). Sedangkan pasien dengan gejala otonomik akan membaik dengan -bloker (misal, propanolol 80-160 mg/hari). 4, 8Tabel 2. Sediaan Obat Anti-Anxietas dan Dosis Anjuran (menurut IiMS Vol. 30-2001)11NoNama GenerikNama DagangSediaanDosis Anjuran

1.DiazepamDiazepinLoviumStesolid

Tab. 2-5 mgTab. 2-5 mgTab. 2-5 mgAmp. 10mg/2cc10-30 mg/h

2.ChlordiazepoxideCetabriumArsitranTensinylDrg. 5-10 mgTab. 5 mgCap. 5 mg15-30 mg/h

3.LorazepamAtivanRenaquilTab. 0,5-1-2 mgTab. 1 mg2-3 x 1 mg/h

4.ClobazamFrisiumTab. 10 mg2-3 x 1m mg/h

5.AlprazolamXanaxAlganaxTab. 0,25-0,5 mgTab. 0,25-0,5 mg0,75-1,50 mg/h

6.SulpirideDogmatilCap. 50 mg100-200 mg/h

7.BuspironeBusparTab. 10 mg15-30 mg/h

8.HydroxyzineIteraxCaplet 25 mg3x25 mg/h

Obat anti-anxietas Benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya (benzodiazepine receptors) akan meng-reinforce the inhibitory action of GABA-ergic neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut di atas mereda.11Dorong rasa percaya diri, rumatan aktivitas produktif, dan kognisi yang berdasarkan pada realita. Latihlah pasien dengan teknik relaksasi (misal biofeedback, meditasi, otohipnotis). Lebih dari 50% pasien menjadi asimtomatik seiring berjalannya waktu, tetapi sisanya memberat pada derajat hendaya yang bermakna. Bantulah pasien untuk memahami akan sifat kronis penyakitnya dan mengerti akan adanya kemungkinan untuk selamanya hidup dengan beberapa gejala yang memang tidak akan hilang. 4,6 VII. PROGNOSISPrognosis Gangguan Kecemasan Menyeluruh sukar untuk untuk diperkirakan. Nemun demikian beberapa data menyatakan peristiwa kehidupan berhubungan dengan onset gangguan ini. Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan. Hal ini berkaitan pula dengan berat ringannya gangguan tersebut.8,10

DAFTAR PUSTAKA

1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.2. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hal. 1-153. Kaplan, Harold. I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika. Hal. 145-544. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-1105. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 72-756. Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.7. Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 20 Oktober 2008.8. Yates, W. R. 2008. Anxiety Disorders. Update August 13, 2008. www.emedicine.com9. Anonim. Kecemasan atau Ansietas. Update 32 Desember 2008. www.mitrariset.blogspot.com10. Ashadi. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi. Updates 22 Mei 2008. www.sidenreng.com11. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12

LAPORAN KASUS

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI (F41.2)

OLEH :ABDUL RACHMAN USMANN 111 14 043

PEMBIMBING KLINIK:dr. ANDI SORAYA, T.U, M.Kes, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWARSUANUTAPURA DAN UNIVERSITAS TADULAKOPALU201522