lapsus anak

41
BAB III TINJAUAN PUSTAKA HEMOPTISIS 30 Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan. Batuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas bawah laring. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti. Batuk darah masif dapat diklasifikasikan berdasarkan volume darah yang dikeluarkan pada periode tertentu. Batuk darah masif memerlukan penanganan segera karena dapat mengganggu pertukaran gas di paru dan dapat mengganggun kestabilan hemodinamik penderita sehingga bila tidak ditangani dengan baik dapat mengancam jiwa. Sumber perdarahan hemoptisis dapat berasal dari sirkulasi pulmoner atau sirkulasi bronkial. Hempotisis masif sumber perdarahan umumnya berasal dari sirkulasi 9

Upload: elsy-selvia-rahma-putri

Post on 11-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kasus anak

TRANSCRIPT

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

HEMOPTISIS30Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan. Batuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas bawah laring. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti. Batuk darah masif dapat diklasifikasikan berdasarkan volume darah yang dikeluarkan pada periode tertentu. Batuk darah masif memerlukan penanganan segera karena dapat mengganggu pertukaran gas di paru dan dapat mengganggun kestabilan hemodinamik penderita sehingga bila tidak ditangani dengan baik dapat mengancam jiwa. Sumber perdarahan hemoptisis dapat berasal dari sirkulasi pulmoner atau sirkulasi bronkial. Hempotisis masif sumber perdarahan umumnya berasal dari sirkulasi bronkial (95%). Sirkulasi pulmoner memperdarahi alveol dan duktus alveol, sistem sirkulasi ini bertekanan rendah dengan dinding pembuluh darah yang tipis. Sirkulasi bronkial memperdarahi trakea, bronkus utama sampai bronkiolus dan jaringan penunjang paru, esofagus, mediastinum posterior dan vasa vasorum arteri pulmoner. Sirkulasi bronkial ini terdiri dari arteri bronkialis dan vena bronkialis. Asal anatomis perdarahan berbeda tiap proses patologik tertentu: a. Bronkitis akibat pecahnya pembuluh darah superfisial di mukosa.b. TB paru akibat robekan atau ruptur aneurisma arteri pulmoner (dinding kaviti aneurisma Rassmussen). atau akibat pecahnya anastomosis bronkopulmoner atau proses erosif pada arteri bronkialis, c. Infeksi kronik akibat inflamasi sehingga terjadi pembesaran & proliferasi arteri bronchial misal : bronkiektasis, aspergilosis atau fibrosis kistik,(d. Kanker paru akibat pembuluh darah yg terbentuk rapuh sehingga mudah berdarah. Penyebab batuk darah sangat beragam antara lain : 1. Infeksi : tuberkulosis, staphylococcus, klebsiella,legionella), jamur, virus 2. Kelainan paru seperti bronchitis, bronkiektasis, emboli paru, kistik fibrosis, emfisema bulosa 3. Neoplasma : kanker paru, adenoma bronchial, tumor metastasis 4. Kelainan hematologi : disfungsi trombosit, trombositopenia, disseminated intravascular coagulation (DIC) 5. Kelainan jantung : mitral stenosis, endokarditis tricuspid 6. Kelainan pembuluh darah : hipertensi pulmoner, malformasi arterivena, aneurisma aorta 7. Trauma : jejas toraks, rupture bronkus, emboli lemak 8. Iatrogenik : akibat tindakan bronkoskopi, biopsi paru, kateterisasi swan-ganz, limfangiografi 9. Kelainan sistemik : sindrom goodpasture, idiopathic pulmonary hemosiderosis, systemic lupus erytematosus, vaskulitis (granulomatosis wagener, purpura henoch schoenlein, sindrom chrug-strauss) 10. Obat / toksin : aspirin, antikoagulan, penisilamin,kokain 11. Lain-lain : endometriosis, bronkiolitiasis, fistula bronkopleura, benda asing, hemoptisis kriptogenik, amyloidosisPenalaksanaan hemoptisis masif memerlukan penanganan khusus agar tidak berakibat fatal dengan angka mortaliti hemoptisis masif 75 % disebabkan oleh asfiksia. Pasien dengan hemoptisis masif seharusnya dirawat di unit perawatan intensif untuk memonitor status hemodinamik dan penilaian jumlah darah yang hilang. Penatalaksanaan dilakukan melalui tiga tahap: 1. Proteksi jalan napas dan stabilisasi pasien 2. Lokalisasi sumber perdarahan dan penyebab perdarahan 3. Terapi spesifik Tahap 1 adalah mempertahankan jalan napas yang adekuat, pemberian suplementasi oksigen, koreksi koagulapati, resusitasi cairan, dan berusah melokalisir sumber perdarahan. Tahap 2 setelah pasien dalam keaadan stabil perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut mencari sumber perdarahan dan penyebab perdarahan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain: foto toraks, CT scann toraks, angiografi, bronkoskopi ( BSOL atau bronkoskop kaku ). Tahap 3 adalah menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan berulang. Terapi ini dibagi 2 yaitu (a) dengan bronkoskop antara lain melakukan bilasan garam fisiologis, epinefrin, pemberian trombin fibrinogen, tamponade dengan balon., (b) tanpa bronkoskop antara lain pemberian obat dan antifibrinolitik pengobatan penyakit primernya Embolisasi arteri bronkialis dan pulmonerTeknik ini pertama kali dilakukan oleh Remy dkk pada tahun 1973. Teknik ini adalah melakukan oklusi pembuluh darah yang menjadi sumberperdarahan dengan embolisasi transkateter. Embolisasi ini dapat dilakukan pada arteri bronkialis dan sirkulasi pulmoner. Teknik ini terutama dipilih untuk penderita dengan kelaina paru bilateral, fungsi paru sisa yang minimal, menolak operasi ataupun memiliki kontraindikasi tindakan operasi. Terapi ini dapat diulang beberapa kali untuk mengontrol perdarahan. Embolisasi memiliki angka keberhasilan dalam mengontrol perdarahan (jangka pendek) antara 64-100%. Pada evaluasi lanjut selama 3-5 tahun, Rabkin dkk mengamati terjadinya rekurensi perdarahan pada 23% penderita. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu akibat oklusi arteri bronkialis yaitu nyeri dada, demam maupun emboli ektopik. Pembedahan Terapi definitif hemoptisis adalah pembedahan. Tindakan bedah dilakukan bila pasien memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Diketahui jelas sumber perdarahan, . b. Tidak ada kontra indikasi medik, c. Setelah dilakukan pembedahan sisa paru masih mempunyai fungsi yang adekuat (faal paru adekuat)d. pasien bersedia dilakukan tindakan bedah

TUBERKULOSIS PARU3.1 Definisi Tuberkulosis paru atau yang biasa disebut TB paru adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (atau kadang-kadang oleh M. bovis dan africanum).2-5,8 Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun juga dapat menyerang organ lain seperti kelenjar getah bening, selaput otak, kulit, tulang dan persendian, usus, ginjal dan organ tubuh lainnya.4,9,10

3.2 Epidemiologi

Gambar 2.1 Insiden TB Paru di dunia (WHO, 2004)a. Epidemiologi GlobalPada bulan maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai the global health emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat di seluruh dunia.2-5Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Diantara mereka 75% berada pada usia produktif, yaitu 20-50 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul terjadi di Asia.3-5b. Epidemiologi di IndonesiaBerdasarkan laporan WHO Global Tuberculosis Control tahun 2012, diketahui bahwa pada tahun 2011 Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia. Lima negara dengan jumlah terbesar insiden tuberculosis terbesar pada tahun 2011 tersebut adalah India, China, Afrika Selatan, Indonesia, dan Pakistan.3,10Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1992 dan survei kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking ketiga sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.3-5

3.3 Etiologi Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis.2-5,8 Kuman ini pertama kali ditemukan oleh dokter Robert Koch.8 M.tuberculosis berbentuk batang aerob dengan ukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, tidak berkapsul, dan nonmotil yang tahan asam (yaitu mengandung banyak lemak kompleks dan mudah mengikat pewarna Ziehl-Neelsen dan kemudian sulit didekolorisasi).2,3,11,12 Yang tergolong dalam kuman mycobacterium Tuberculosae complex adalah M. tuberculosae, varian Asian, varian African I, varian African II, dan M. bovis. Pembagian tersebut berdasarkan perbedaan epidemiologinya.3Sebagian besar dinding kuman terdiri dari asam lemak (lipid), yang terdiri dari asam mikolat atau asam lemak rantai panjang, kemudian peptidoglikan, dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.2,3,12,13 Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini dikarenakan kuman dapat bersifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif kembali.2Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang awalnya memfagosit justru kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid.3Mikobakterium cenderung lebih resisten terhadap bahan-bahan kimia dari pada bakteri lainnya karena sifatnya hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhannya yang berkelompok.13 Sifat lain kuman ini adalah aerob, yang menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.2.3,12 Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.3,12,13Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100oC selama 5-10 menit atau pada pemanasan 60oC selama 30 menit, dan dengan alcohol 70-95% selama 15-30 detik.2 bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara yang lembab, dan pada tempat yang gelap bisa berbulan-bulan, namun tidak tahan terhadap sinar matahari.2,5

3.4 Cara Penularan Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB.3,4 Proses terjadinya infeksi oleh M.tuberkulosis biasanya secara inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA).2,3,8 Masa inkubasinya adalah selama 3-6 bulan.2Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan biasanya melalui inokulasi langsung. Infeksi yang disebabkan oleh M. Bovis dapat disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi. Sudah dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik, pengobatan teratur, dan pengawasan minum obat ketat berhasil mengurangi angka morbiditas dan mortalitas di Amerika Serikat tahun 1950-1960.3Resiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik atau faktor pejamu lainnya.2 Bakteri yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke organ terdekatnya.2Faktor cahaya matahari, ventilasi, jumlah basil dan virulensi kuman juga berperan dalam transmisi kuman mikobakterium TB. Dapat dimengerti bahwa semakin banyak kuman yang terdapat di dalam sputum seorang penderita TB, maka semakin besar resiko penularannya. Setiap satu BTA (+) dapat menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga pasien TB paru dengan sputum BTA (+) berpotensi lebih besar untuk menularkan penyakitnya pada orang lain, dibandingkan dengan pasien TB paru dengan sputum BTA (-). Hasil studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua kali lebih beresiko dibandingkan kontak biasa (tidak serumah).2,12

Gambar 2.2 Faktor resiko dan transmisi TB paru

3.5 Patogenesis a. Tuberkulosis primerTuberkulosis primer terjadi pada orang yang belum pernah terpajan mikobakterium tuberkulosis, dimana infeksi primer terjadi setelah seseorang menghirup mikobakterium tuberkulosis tersebut dari droplet nuclei yang dibatukkan atau dibersinkan ke udara disekitar kita.3,5,14-16 Partikel infeksi ini akan bertahan selama 1-2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar matahari, ventilasi yang buruk dan kelembaban.3,14 Tiga ribu droplet nuclei akan dikeluarkan oleh pasien TB dengan BTA (+) yang sedang batuk dan berbicara selama 5 menit. Droplet nuclei ini dapat terinhalasi oleh orang-orang yang ada disekitar penderita ini, sampai kejauhan sekitar 3m. Satu droplet nuclei mengandung 3 basil tuberkulosis.17Setelah partikel yang terhisap tersebut melalui barier mukosilier saluran nafas, basil TB akan mencapai alveoli.3,5,17,18 Partikel yang dapat mencapai alveoli ini biasanya berukuran 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut positif tiga (+++)Terkadang hasil pemeriksaan sputum ini bisa saja salah (false) ada beberapa keadaan yang membuat hasil pemeriksaan ini menjadi false, seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.20Table 2.1 Sumber kesalahan hasil pada pemeriksaan sputum mikroskopis

Sumber :WHO, 2004Pada pasien yang jelas ditemukan BTA pada sputumnya harus segera mendapatkan pengobatan, karena pasien ini beresiko untuk menularkan penyakitnya kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Apabila dalam sebuah keluarga terbukti bahwa salah satu anggotanya terkena TB paru, maka anggota keluarga lainnya diharapkan bersedia untuk dilakukan pemeriksaan sputum juga, hal ini ditujukan untuk mendiagnosa secara dini penyakit TB paru.17,22Pemeriksaan dengan biakan, dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu egg base media Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh, dan agar base media Middle brook.3,11,23 Setelah 4-6 minggu penanaman sputum dalam media biakan, koloni kuman TB mulai tampak. Bila setelah 8 minggu penanaman koloni tidak juga tampak, biakan dinyatakan negatif.3 Selain itu, saat ini sudah dikembangkan pemeriksaan biakan sputum BTA dengan cara BACTEC (Bactec 400 radiometric system), dimana kuman sudah dideteksi dalam 7-10 hari. Disamping itu, dengan teknik PCR dapat dideteksi DNA kuman TB dalam waktu lebih cepat atau mendeteksi kuman TB yang tidak tumbuh pada sediaan biakan. Uji molecular lainnya yaitu Genomic Deletion Analysis. 3,5,23-25Pemeriksaan dengan biakan ini belum banyak dilakukan, mengingat biayanya yang cukup mahal dan pengerjaannya yang cukup rumit. Selain itu, biakan juga lebih beresiko untuk terkontaminasi dengan mikroorganisme lain, sehingga dapat mengacaukan penemuan BTA.23,26b. Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan radiologi standar untuk TB paru adalah foto thoraks PA. Cara ini cukup praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis, terutama untuk kasus TB anak dan TB milier.3,11,19,27 Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif, yaitu: 3-5,11 Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah. Terdapat kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan dan nodular. Gambaran tuberkulosis milier berupa bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru. Gambaran massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleura, baik unilateral maupun bilateral), bayangan hitam radio-lusen di pinggir paru/pleura (pneumothoraks).

Gambaran radiologis yang dicurigai lesi TB inaktif, yaitu :3-5,11 Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas dan atau segmen superior lobus bawah. Kalsifikasi Penebalan pleura (pleuritis TB)Luluh paru (destroyed lung) merupakan gambaran radiologis paru yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru. Gambarannya terdiri dari atelektasis, multikavitas/ektasis, dan fibrosis parenkim paru. Namun sulit untuk menilai aktivitas penyakit berdasarkan gambaran tersebut. Karena itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologis.4,5,11,27Luas proses yang tampak pada foto thoraks untuk kepentingan pengobatan dinyatakan sebagai berikut, yaitu :51. Lesi minimal,bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas lesi tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrosternal junction dari iga kedua dan prosesus spinosus vertebra torakalis IV, atau korpus vertebra torakalis V (sela iga kedua), dan tidak dijumpai kavitas.2. Lesi luas, bila proses lebih dari lesi minimal.Pemeriksaan radiologis lain yang lebih canggih dan sudah banyak dipakai di rumah sakit rujukan yaitu Computed Tomography Scanning ( CT Scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).3 c. Pemeriksaan DarahPemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk TB. Saat TB baru mulai aktif, akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran kekiri. Jumlah limfosit kurang spesifik. Laju endap darah (LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses yang aktif.3-5,11d. Uji Tuberkulin (Mantoux Test)Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis TB paru terutama pada anak. Uji ini dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD (purified protein derivative) secara intrakutan.3,8,18 Uji ini hanya menyatakan apakah seorang pernah mengalami infeksi M. Tuberkulosis. Hasil uji ini dibaca setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibodi seluler dan antigen tuberkulin.3,8Interpretasi hasil uji tuberkulin, sebagai berikut :3,8 Diameter indurasi 0-5 mm : mantoux test negatif = golongan no sensitivity. Disini peran antibodi humoral sangat menonjol. Diameter indurasi 6-9 mm : hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Disini peran antibodi humoral masih menonjol. Diameter indurasi 10-15 mm : mantoux positif = golongan normal sensitivity. Disin peran kedua antibodi seimbang. Diameter indurasi > 15 mm : mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity. Disini peran antibodi selular lebih dominan.3

3.10 Penegakan diagnosisDari uraian-uraian diatas, TB paru cukup mudah dikenal melalui keluhan-keluhan klinis, kelainan fisik, radiologis, maupun bakteriologis.3-5,28 Tetapi dalam prakteknya tidaklah selalu mudah menegakkan diagnosisnya. Menurut American Thoracic Society dan WHO 1964, TB paru dapat didiagnosis dengan menemukan kuman M. TB dalam sputum atau jaringan paru secara biakan.3

Gambar 2.3 Alur Penegakan Diagnosis TB paru

3.11 Pengobatan TBAda beberapa tujuan dari pengobatan TB paru, yaitu :4,5,11a. Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas serta produktivitas hidup.b. Mencegah kematian karena penyakit TB aktif atau efek lanjutnya.c. Mencegah kekambuhan.d. Mengurangi transimisi atau penularan kepada orang lain.e. Mencegah terjadinya resistensi obat serta penularannya.

Pengobatan TB paru terbagi atas dua fase, yaitu :4,5a. Fase intensif/initial/awal (2 bulan) Pada tahap ini pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi. Bila tahap ini dilakukan dengan tepat, biasanya pasien yang menular menjadi tidak menular dalam waktu 2 minggu Sebagian besar pasien BTA (+) menjadi BTA (-) dalam 2 bulan.b. Fase lanjutan (4-6 bulan) Pada tahap ini pasien diberikan obat lebih sedikit, namun jangka waktunya lebih lama. Bertujuan untuk membunuh kuman persisten (dorman) dan mencegah kekambuhan.WHO dan IUATLD (international Union Againts Tuberculosis and Lung Disease) merekomendasikan panduan OAT standar, yaitu :2,8Kategori I. Untuk pasien TB paru baru. 2HRZE/4H3R3 2HRZE/4HR 2HRZE/6HEKategori II. Untuk pasien ulangan ( gagal kategori I/kambuh) 2HRZES/HRZE/5H3R3E3 2HRZES/HRZE/5HREKategori III. Untuk pasien dengan BTA (-) dan Ro (+) 2HRZ/4H3R3 2HRZ/4H

Tabel 2.2 Rekomendasi Dosis OAT Lini Pertama untuk Dewasa *pasien umur > 60 tahun dosis tidak boleh lebih dari 10mg/kgBB/hr*pasien dengan BB < 50 kg dosis maksimal tidak boleh lebih dari 500-750 mg.Sumber : treatment of Tb guidelines fourth edition. 2009Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal penting untuk menyembuhkan pasien dan menghindari TB MDR. Strategi DOTS menjadi prioritas utama. IUALTD, dan WHO menyarankan untuk menggantikan panduan obat tunggal dengan kombinasi atau FDC dalam pengobatan TB primer. 11,29Tabel 2.3 Dosis OAT kombinasi dosis tetap

BBFase intensifFase lanjutan

2-3 bulan4 bulan

Harian Harian 3x/minggu

(RHZE)150/75/400/275(RH) (RH)150/75 150/150

30-3738-5455-70> 71

2345 2 2 3 3 4 4 5 5

Sumber : Tuberkulosis Paru, PDPIEfek samping dari OAT mungkin bisa terjadi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.11,24Tabel 2.4 Efek Samping OAT

Sumber : treatment of Tb guidelines fourth edition. 2009Evaluasi pasien TB paru meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek samping obat, serta evaluasi keteraturan minum obat.11Evaluasi klinis. Merupakan evaluasi terhadap respon pengobatan dan nada tidaknya efek samping obat, serta komplikasi. Evaluasi ini meliputi keluhan, berat badan, dan pemeriksaan fisik.11Evaluasi Bakteriologi (0-2-6/8 bulan pengobatan). Ditujukan untuk mendetaksi ada tidaknya konversi dahak.11,Evaluasi radiologi (0-2-6/8 bulan pengobatan). Dilakukan sebelum pengobatan, 2 bulan pengobatan, dan pada akhir pengobatan.11Evaluasi pasien yang sembuh. Minimal dilakukan dalam 2 tahun pertama. Untuk melihat ada tidaknya kekambuhan.113.12 KomplikasiPenyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar, maka akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi TB paru dibagi atas :3,11a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empyema, laryngitis,dllb. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas SOFT (sindrom obstruksi pasca tuberculosis), kerusakan parenkim berat/fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, Ca paru, dll.

3.13 Pemberantasan TB WHO menyatakan bahwa kunci keberhasilan program penanggulangan TB paru adalah dengan menerapkan strategi DOTS (directly observed treatment short course), yang juga telah dianut oleh negara kita.2,5,8,11DOTS memiliki lima komponen utama, yaitu :2,5,8,111. Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional2. Penemuan kasus Tb dengan pemeriksaan BTA mikroskopis.3. Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung, yang dikenal dengan istilah DOT.4. Pengadaan OAT secara berkesinambungan.5. Monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang baku/standar.Adapun tujuan dari DOTS, adalah :2,111. Tujuan umum : memutus rantai penularan sehingga penyakit TB diharapkan bukan lagi menjadi masalah kesehatan.2. Tujuan Khusus : cakupan penemuan BTA (+) sebesar 70%, angka kesembuhan yang tinggi, mencegah MDR, mencegah putus obat, dan efek samping yang timbul.34