lapsus hematemesis melena
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
SEORANG WANITA 54 TAHUN
DENGAN KELUHAN MUNTAH DARAH
DAN BERAK HITAM
Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik
Stase Komprehensif di RS Roemani Muhammadiyah Semarang
Dokter Pembimbing :
dr. Dian Avianti, M.Kes
dr. Asdiyati
Disusun Oleh :
AKHMAD AFRIANTO
H2A008004
KEPANITERAAN KLINIK STASE KOMPREHENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
0
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Merupakan perdarahan saluran makanan proksimal dari ligamentum Treitz.
Untuk keperluan klinik dibedakan perdarahan varises esofagus dan non varises
karena keduanya terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan dan prognosisnya.
Manifestasi pedarahan saluran cerna bagian atas bisa beragam tergantung lama,
kecepatan, banyaknya sedikitnya darah yang hilang dan apakah perdarahan
berlangsung secara terus menerus atau tidak. Kemungkinan pasien datang dengan:
1) Anemia defisiensi besi akibat perdarahan tersembunyi yang berlangsung lama.
2) Hematemesis dan atau melena disertai atau tanpa anemia, dengan atau tanpa
gangguan hemodinamik.
B. Etiologi
Penyebab dari Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas antara lain :
a) Pecahnya varises esophagus (tersering di Indonesia 70-75%)
b) Perdarahan tukak peptik (ulkus peptikum)
c) Gastritis (terutama gastritis erosive akibat NSAID)
d) Gastropathi hipertensi portal
e) Esofagitis
f) Sindroma Mallory – Weiss
g) Keganasan Misalnya pada kanker lambung
U lkus peptikum
Di Amerika Serikat, Peptic Ulcer Disease dijumpai pada 4,5 juta orang tahun
2011. Faktor risiko terjadinya ulkus peptikum meliputi infeksi Helicobacter pylori,
penggunaan NSAID, merokok, dan alkoholik. Gambaran klinik serta karakteristik
ulkus pada pemeriksaaan endoskopi memberikan informasi penting mengenai
prognostik. Sepertiga dari pasien dengan perdarahan aktif atau dengan pembuluh
darah yang tampak tidak berdarah dapat terjadi perdarahan yang akan membutuhkan
1
tindakan bedah darurat, jika pada pasien seperti ini dilakukan tindakan konservatif.
Pada keadaan ini dibutuhkan terapi bipolar elektrokoagulasi, heater probe, terapi
injeksi ( alcohol absolute 1:10.000 ) atau dengan klips. Terapi tersebut akan
mengurangi perdarahan, lama perawatan, angka kematian dan biaya.
Sebaliknya pasien dengan dasar ulkus yang bersih mempunyai risiko
perdarahan rendah. Jika tidak ada alasan untuk rawat inap, dapat di pulangkan pada
hari pertama, setelah keadaan stabil. Pasien tanpa dasar ulkus bersih tetap dirawat
untuk 3 hari, karena sebagian besar perdarahan berulang terjadi dalam 3 hari.
Sepertiga pasien dengan perdarahan ulkus akan kembali berdarah dalam 1-2 tahun
berikut. Pencegahan perdarahan berulang difokuskan pada 3 faktor utama
patogenesis terjadinya ulkus; H. Pylori, NSAID, dan asam. Eradikasi H. Pylori pada
pasien ulkus berdarah menurunkan risiko perdarahan ulang < 5%.
Perdarahan Mallory Weiss
Muntah – muntah yang hebat dapat mengakibatkan ruptur dari mukosa dan
submukosa pada daerah kardia atau esofagus bagian bawah, sehingga timbul
perdarahan. Keadaan seperti tersebut di atas telah dilaporkan pertama kali oleh
Mallory dan Weiss pada tahun 1929, yang menemukan 4 penderita alkoholik dengan
perdarahan yang masif.
Karena laserasi yang aktif disertai ulserasi pada daerah kardia dapat timbul
perdarahan yang masif. Timbulnya laserasi yang akut tersebut dapat terjadi sebagai
akibat terlalu sering muntah – muntah yang hebat, sehingga tekanan intra abdominal
menaik yang dapat menyebabkan pecahnya arteri di submukosa esofagus atau kardia.
Gambaran semacam ini juga ditemukan pada tiga penderita wanita dengan
hamil muda, yang mengalami hiperemesis gravidarum. Karena muntah yang hebat
terus menerus, maka tekanan intra abdominal menaik yang dapat mengakibatkan
timbulnya laserasi di daerah esophagogastric junction, sehingga timbul perdarahan.
Sifat hematemesis ialah timbulnya perdarahan yang tidak masif, setelah penderita
berungkali muntah yang hebat, yang disusul dengan rasa nyeri di epigastrium.
Varises Esophagus
2
Pasien dengan perdarahan varises mempunyai prognosis kurang baik
dibandingkan dengan perdarahan sumber lain dari SCBA. Terapi endoskopi pada
perdarahan akut dan sesi ulangan terapi endoskopi untuk mengeradikasi varises
esofagus bermakna mengurangi perdarahan ulang, serta menurunkan mortalitas.
Ligasi merupakan terapi endoskopi pilihan untuk varises esofagus karena kurang
terjadi perdarahan berulang, angka kematian rendah, komplikasi lokal kurang,
kurang membutuhkan sesi pengobatan untuk mencapai eradikasi varises
dibandingkan dengan skleroterapi.
Pada pasien dengan perdarahan yang menetap atau perdarahan berulang
meskipun telah diterapi endoskopi dan medikal, dipertimbangkan untuk invasif
transjugular intrahepatic portosystemic shunt ( TIPS ). Tindakan ini efektif
menurunkan perdarahan berulang dari pada terapi endoskopi meskipun ensefalopati
hepatik lebih sering muncul. Hipertensi portal juga bertanggungjawab pada
perdarahan varises gaster, varises pada usus halus atau usus besar, dan gastropati
hipertensi portal.
C. Patofisiologi
Penyebab tersering dari perdarahan saluran cerna adalah pecahnya varises
esofagus. Varises esofagus merupakan salah satu komplikasi dari sirosis hepatis.
Sirosis ini menyebabkan peningkatan tekanan pada vena porta yang disebut
hipertensi porta. Peningkatan tekanan vena porta menyebabkan aliran kolateral
menuju vena gastrika sinistra yang pada akhirnya tekanan vena esofagus akan
meningkat pula. Peningkatan tekanan pada vena esofagus menyebabkan pelebaran
pada vena yang disebut varises esofagus. Varises esofagus ini dapat pecah dan
menimbulkan perdarahan. Terjadinya perdarahan bergantung pada beratnya
hipertensi porta dan besarnya varises. Darah dari pecahnya varises esofagus ini akan
masuk ke lambung dan bercampur dengan asam klorida (HCl) yang terdapat pada
lambung sehingga menyebabkan darah berwarna kehitaman. Jika darah ini
dimuntahkan maka akan bermanifestasi sebagai hematemesis. Selain dimuntahkan,
darah juga dapat bersama makanan masuk ke usus dan akhirnya keluar bersama feses
yang menyebabkan feses berwarna kehitaman (melena). Hematemesis dan melena
juga dapat ditemukan pada penyakit tukak peptik. Mekanisme patogenik dari ulkus
3
peptikum ialah destruksi sawar mukosa lambung yang dapat menyebabkan cedera
atau perdarahan, dimana cedera tersebut nantinya akan menimbulkan ulkus pada
lambung. Aspirin, alkohol, garam empedu, dan zat-zat lain yang merusak mukosa
lambung mengubah permeabilitas sawar kapiler, sehingga memungkinkan difusi
balik asam klorida yang mengakibatkan kerusakan jaringan, terutama pembuluh
darah. Histamin dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan
meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap protein. Mukosa menjadi edema dan
sejumlah besar protein plasma dapat hilang. Mukosa kapiler dapat rusak,
mengakibatkan terjadinya hemoragi interstisial dan perdarahan. Sama seperti varises
esofagus, darah ini akan dapat bermanifestasi sebagai hematemasis dan atau melena.
D. Gejala klinik
Gejala klinis perdarahan saluran cerna ada 3 gejala khas, yaitu :
a) Hematemesis: muntah darah dan mengidentifikasikan adanya perdarahan
saluran cerna atas, yang berwarna coklat merah atau “coffee ground”
b) Melena: feses berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur asam
lambung
c) Hematochezia : keluarnya darah dari rectum akibat perdarahan saluran cerna
bahagian bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran cerna
bahagian atas yang sudah berat.
E. Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Diperlukan sekali anamnesis yang teliti, diantaranya :
1. Setiap penderita perdarahan SCBA, perlu ditanyakan apakah timbul mendadak
dan banyak, atau sedikit tetapi terus menerus, atau timbulnya perdarahan
berulang kali, sehingga lama kelamaan badan menjadi bertambah lemah.
Apakah perdarahan yang dialami ini untuk pertama kali ataukah sebelumnya
sudah pernah.
2. Sebelum hematemesis apakah didahului dengan rasa nyeri atau pedih di
epigastrium yang berhubungan dengan makanan untuk memikirkan tukak
peptik yang mengalami perdarahan. Apakah penderita makan obat/jamu yang
4
menyebabkan rasa nyeri atau pedih di epigastrium kemudian disusul dengan
muntah darah.
Penderita dengan hematemesis yang disebabkan pecahnya varises esofagus,
tidak pernah mengeluh rasa nyeri di epigastrium. Pada umumnya sifat perdarahan
timbulnya spontan dan masif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitaman dan
tidak membeku, karena sudah tercampur dengan asam lambung. Pada penderita perlu
ditanyakan apakah pernah menderita hepatitis, alkoholisme atau penyakit hati kronis.
Sebelum timbulnya hematemesis, apakah didahului muntah yang hebat, misalnya
pada peminum alkohol, pada wanita hamil muda. Hal ini perlu dipikirkan akan
kemungkinannya Sindroma Mallory – Weiss.
Pemeriksaan fisik
Pertama yang perlu diamati adalah keadaan umum, tensi, nadi, apakah sudah
memperlihatkan tanda syok atau belum. Bila penderita dalam keadaan syok segera
diberi pertolongan untuk mengatasinya. Di samping itu perlu diamati kesadaran
penderita, apakah masih kompos mentis ataukah sudah koma hepatikum (terutama
pada penderita sirosis dengan perdarahan). Bila sudah syok/koma, maka segera untuk
mengatasi syok/komanya. Pada keadaan gawat seperti ini, segala manipulasi yang
tidak esensial hendaknya ditinggalkan sampai keadaan umum membaik. Di samping
itu perhatikan apakah ada tanda-tanda anemi atau belum.
Hematemesis yang diduga karena pecahnya varises esofagus perlu
diperhatikan gangguan faal hati, yaitu ada tidaknya ikterus, spider nevi, eritema
palmaris, liver nail, venektasi di sekitar abdomen, asites, splenomegali, udema sakral
dan pretibial, tanda endokrin sekunder pada kaum wanita (gangguan menstruasi,
atrofi payudara) dan pada kaum pria (ginekomasti, atrofi testis).
Penderita dengan kelainan lambung sebagai penyebab perdarahan, misalnya
tukak peptik atau gastritis hemoragika, akan nyeri tekan di daerah epigastrium. Dan
bila teraba massa epigastrium yang kadang terasa nyeri tekan, kemungkinan besar
adalah karsinoma di lambung sebagai penyebab perdarahan.
Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
5
Setiap penderita dengan perdarahan apapun, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan darah lengkap: golongan darah, hemoglobin, hematokrit, jumlah
eritrosit, leukosit, trombosit, waktu perdarahan, waktu pembekuan, PT, APTT,
morfologi darah tepi . Selain itu perlu sekali dilakukan pemeriksaan biokimia
darah, antara lain : tes faal hati pada penderita dengan dugaan karena pecahnya
varises esofagus, tes faal ginjal untuk mengetahui ada tidaknya gangguan faal
ginjal dan bila perlu gula darah bila ada riwayat diabetes. Jika diperlukan
transfusi. Perdarahan baru atau masih berlangsung dengan hemoglobin < 10
atau hematokrit < 30 %.
b) Pemeriksa ureum dan kreatinin
Perbandingan BUN (Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin serum dapat
untuk memperkirakan asal perdarahan. Nilai puncak biasanya dicapai dalam
24-48 jam sejak terjadinya perdarahan. Normalnya adalah 20, bila >35,
kemungkinan perdarahan berasal dari Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) dan
bila <35 kemungkinan perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah (SCBB).
Azotemia sering terjadi pada perdarahan saluran cerna, derajat azotemia
tergantung pada jumlah darah yang hilang, lamanya perdarahan, dan derajat
integritas fungsi ginjal. BUN penting untuk menentukan prognosis. BUN 30
mg/100ml prognosis baik, 50-70mg/100ml memiliki mortalitas setinggi 33%.
Nilai >70 mg/100 ml mengakibatkan keadaan fatal. BUN = 2,14 x nilai ureum
darah.
c) Pemeriksaan fungsi hati: SGOT, SGPT, bilirubin, fosfatasealkali, gama
GT,protein total, albumin, globulin, HBsAg, AntiHBS.
d) Pemeriksaan elektrolit : kadar Na+, Cl-, K +. Kalium bisa lebih tinggi dari
normal akibat absorpsi dari darah di usus halus. Alkalosis hipokloremik pada
waktu masuk masih sakit menunjukan adanya episode perdarahan.
e) Endoskopi
Endoskopi digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis, menentukan
sumber perdarahan, memungkinkan pengobatan endoskopik awal, informasi
prognostik. Endoskopi dilakukan sebagai pemeriksaan darurat sewaktu
perdarahan atau segera setelah hematemesis berhenti.
f) Pemeriksaan radiologis
6
Barium meal: dengan kontras ganda dilakukan pemeriksaan esofagus,
lambung dan duodenum untuk melihat ada tidaknya varises di daerah 1/3
distal esofagus, terdapat ulkus, polip atau tumor di esofagus, lambung,
duodenum.
Barium enema: untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab perdarahan
saluran cerna bagian bawah
USG: untuk menunjang diagnosis hematemesis melena bila diduga
penyebabnya pecahnya varises esofagus secara tidak langsung memberi
informasi ada tidaknya hepatitis kronik, sirosis hati dengan hipertensi
portal, keganasan hati, dengan cara yang non invasif dan tak memerlukan
persiapan sesudah perdarahan akut berhenti.
EKG, foto toraks : untuk identifikasi dini adanya penyakit jantung paru
kronis, terutama pasien usia > 40 tahun.
F. Penatalaksanaan
Pengelolaan penderita dengan perdarahan SCBA, secara garis besar : setelah
memperhatikan keadaan umum penderita, jumlah perdarahan, tensi dan nadi
penderita, maka dipakai pedoman sebagai berikut :
Resusitasi
Jumlah perdarahan
Bila perdarahan <500 cc, biasanya jarang disertai gejala-gejala sistemik,
kecuali pada orang tua atau mereka yang sebelumnya sudah ada anemia,
dengan perdarahan yang sedikit saja sudah dapat menimbulkan perubahan
hemodinamik. Oleh karena itu perlu mengawasi tensi, nadi, suhu dan kesadaran
penderita. Disamping itu perlu diperiksa Hb dan Ht secara berkala, terutama
pada penderita yang masih mengalami perdarahan sedikit demi sedikit. Pada
penderita dengan perdarahan 500-1000cc, segera pasang infus D5% / RL /
NaCl 0,9%. Penderita sirosis hati dengan asites/edema, sebaiknya tidak
memberikan cairan NaCl 0,9. Penderita yang mengalami perdarahan masif
(>1000 cc, Hb < 8 gr%, atau Ht < 30% ), atau penderita yang datang dengan
tanda- tanda hipotensi / presyok, maka pemberian infus tetesannya di percepat,
segera disediakan darah.
7
Tekanan darah
Bila tekanan darah menurun < 90 mmHg disertai tanda-tanda kegagalan
sirkulasi perifer, infus dipercepat 1000 cc dalam satu jam. Bila tekanan darah
tetap < 100 mmHg, sambil menunggu darah untuk transfusi, perlu ditambah
plasma expander. Sebaiknya perlu segera diberikan transfusi darah biasa (
whole blood ). Jumlah dan kecepatan transfusi yang harus diberikan bergantung
pada respons hemodinamik terhadap perdarahan, yaitu dapat dilihat pada : CVP
yang stabil normal merupakan tanda-tanda vital yang baik, diuresis yang cukup
dengan Ht lebih dari 30% biasanya diperoleh sesudah transfusi darah yang
memadai ditambah infus larutan kristaloid yang diberikan bersamaan pada dua
tempat yang berbeda. Cara ini diberikan terutama kepada penderita yang
perdarahannya sulit diatasi dan terus terjadi (setiap pemberian dua labu
transfusi darah, diberikan 1 ampul 10 ml kalsium glukonas intravena, untuk
mencegah keracunan asam sitrat). Disamping itu diberikan O2 3-5 liter/menit.
Kuras lambung
Sesudah resusitasi berhasil dan keadaan stabil, segera pasang nasogastric tube
no.18, lakukan kuras lambung memakai air es (10-15°C) 1500 cc setiap 2,4 atau 6
jam tergantung dari perdarahannya. Bila hasil kuras lambung terlihat merah muda
jernih (perdarahan minimal atau berhenti) lakukan endoskopi. Selanjutnya terapi
tergantung dari sumber perdarahan. Tetapi bila hasil kuras lambung masih
memperlihatkan perdarahan terus berlangsung, lakukan evaluasi perdarahan sambil
dicoba untuk melakukan endoskopi.
Perdarahan minimal tetapi terus menerus, usia >70 tahun atau ada kelainan
EKG, dan perdarahan yang timbul akibat pecahnya varises atau bukan, kuras
lambung dengan air es tetap diteruskan dengan ditambahkan vasopresor
intragastrik ( nor-adrenalin 2 ampul dalam 50 cc air atau aramine 2-4 mg dalam
50 cc air ).
Perdarahan minimal tetapi terus menerus, usia < 70 tahun dengan EKG yang
normal, untuk penderita karena pecahnya varises esofagus, perlu diberikan
8
infus vasopresin, sedangkan untuk penderita perdarahan karena tukak peptik
diberikan suntikan 200 mg cimetidin 3 kali sehari atau ranitidin 50 mg tiga kali
selama 3 hari.
Perdarahan masif, ditemukan kelainan EKG atau usia > 70 tahun, secara klinis
suspek perdarahan varises, maka pilihan pertama adalah pemasangan SB tube
(Sengstaken Blakemore tube).
Pengobatan
Pengobatan perdarahan SCBA dapat dibagi dua yaitu :
a) Pengobatan umum
Infus/ transfus darah
Penderita dengan perdarahan sekitar 500-1000 cc, perlu segera diberi cairan
infuse D5% / RL / NaCl 0,9%. Hanya pada sirosis hati dengan asites /
edema sebaiknya jangan memberikan cairan NaCl 0,9%. Selain itu perlu
dipersiapkan kemungkinannya untuk memberikan transfusi darah. Apalagi
bagi penderita yang memperlihatkan perdarahan masif atau dalam syok,
maka pemberian transfusi darah harus dipikirkan.
Istirahat mutlak sangat dianjurkan, sekurang-kurangnya 3 hari setelah
perdarahan berhenti. Tetapi pada umumnya dilakukan selama ± 2 minggu.
Diit, dianjurkan berpuasa, sekurang-kurangnya sampai 24 jam setelah
perdarahan berhenti. Setelah 24-48 jam perdarahan berhenti, dapat diberikan
makanan cair.
Obat-obatan
Pemberian koagulansia perlu dipertimbangkan, untuk penderita akibat
pecahnya varises esofagus dianjurkan memberi vitamin K, sebagai akibat
perdarahan akan kehilangan besi, sehingga timbul anemi. Setelah perdarahan
berhenti sebaiknya di berikan preparat besi.
b) Pengobatan khusus
Pengobatan khusus ini ditujukan pada penyebab perdarahan yang dapat dibagi
2 penyebab, yaitu karena pecahnya varises esophagus dan non varises, sebagai
berikut :
9
1. Pengobatan pecahnya varises esophagus
Bila telah diketahui dengan pasti penyebab perdarahan SCBA adalah
pecahnya varises esofagus, maka pengobatannya adalah :
Vasopressin
Sebagai langkah pertama dianjurkan untuk memberikan vasopresin /
pitressin dosis rendah secara terus menerus. Caranya : selama 24 jam
diberikan 0,2 unit/cc/menit vasopressin / pitressin dimasukkan dalam
D5% selama 16 jam. Bila perdarahan masih tetap ada, infus
vasopressin diteruskan selama 8 jam lagi dengan dosis yang sama.
Tetapi bila perdarahan berkurang / berhenti, infus vasopresin
diteruskan untuk 8 jam lagi dengan dosis 0,1 unit/cc/menit. Dasar
penggunaan vasopressin / pitressin ialah mempunyai efek kontraksi
otot polos seluruh sistem vaskuler, sehingga terjadi penurunan aliran
darah splanknik dan koroner. Oleh karena itu harus berhati-hati
pemberiannya pada usia lanjut dan seyogyanya diperiksa EKG
sebelumnya. Berdasar pengalaman beberapa peneliti, membuktikan
bahwa pemberian vasopressin intravena dalam dosis rendah terus
menerus (continous low dose peripheral vein petressin), menunjukkan
hasil efektif pada penderita varises esofagus yang mengalami
perdarahan, tanpa timbul efek samping. Hal ini karena efek splanknik
relatif akan meninggi sedangkan efek sistemik akan lebih rendah. Jelas
bahwa pengobatan cara ini merupakan obat terpilih dan dianjurkan.
Somatostatin
Somatostatin bekerja membantu menghentikan perdarahan varises
esofagus, karena obat ini dapat menurunkan aliran darah splanknik,
dan penurunan tekanan portal, tanpa efek samping yang berarti.
Hormon ini tersebar di seluruh tubuh dalam konsentrasi tinggi
terutama pada susunan saraf pusat, saluran makan dan pankreas,
selain menghambat pelepasan hormon-hormon saluran makanan,
bahan ini juga mempunyai efek hambatan terhadap sekresi lambung
10
dan pankreas. Somatostatin mempunyai waktu paruh yang pendek (1-2
menit) dan tidak stabil dalam larutan.
Octreotide
Octreotide suatu obat sintetik octapeptide analog dari hormon alamiah
somatostatin, mempunyai waktu paruh yang lebih lama 45-60 menit di
dalam plasma dan stabil di dalam larutan. Efek hemodinamiknya sama
dengan somatostatin yaitu menurunkan aliran darah splanknik dan
tekanan portal tanpa efek samping yang berarti. Obat ini mempunyai
potensi 70 kali lebih kuat dibanding somatostatin, dengan efek
samping rendah. Oleh karena itu obat octreotide dianjurkan dalam
menghentikan perdarahan varises esofagus. Dosis bolus 100 mg/iv
dilanjutkan perinfus 25 mg/jam selama 8-24 jam / sampai perdarahan
berhenti.
Obat antisekresi asam
Bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang SCBA. Diawali bolus
omeprazol 80 mg/iv dilanjutkan per infus 8 mg/kgBB/jam selama 72
jam. Pada perdarahan SCBA, antasida, sukralfat dan antagonis
reseptor H2 dapat diberikan untuk penyembuhan lesi mukosa
penyebab perdarahan.
Tamponade Balon
Bila tata cara diatas masih belum berhasil, dapat dipasang temponade
balon yang bertujuan untuk menekan langsung pada varises di
esofagus dan fundus lambung, sebagaimana halnya yang dikemukakan
oleh Sengstaken dan Blakemore. Pemasangan temponade balon ini
dibatasi sampai 48 jam. Bila tetap tidak berhasil, maka harus
dipersiapkan tindakan pembedahan. Sengstaken Blakemore tube (SB-
tube ) mempunyai tiga pipa serta dua balon masing-masing untuk
esofagus dan lambung. Komplikasi pemasangan SB tube antara lain
pneumoni aspirasi, laserasi sampai perforasi.
2. Pengobatan pada perdarahan Non varises
11
Dari hasil penelitian, perdarahan SCBA non varises yang terbanyak ialah
gastritis erosiva hemoragika (26,7%), tukak peptik (7,6%) dan sisanya
disebabkan sindroma Mallory Weiss, kanker esofagus, kanker lambung.
Pada umumnya pengobatan dari kelompok ini hampir sama. Khusus untuk
penderita tukak peptik diberikan obat golongan cimetidin (tagamet, ulsikur,
ulcume) parenteral tiap 8 jam 200 mg iv selama 3 hari (72 jam) atau
ranitidin 50 mg tiap 8 jam selama 3 hari. Bila perdarahan berhenti diberikan
peroral 4x200 mg / 2x400mg. Pemberian obat ranitidin parenteral
dilanjutkan peroral dengan dosis 2x150mg atau 1x300mg tiap malam. Bila
ternyata setelah 72 jam pemberian parenteral tetap timbul perdarahan , maka
harus dilakukan tindakan pembedahan. Obat lain yang mempunyai khasiat
sama ialah diberikan somatostatin. Caranya: kepada penderita disuntikkan
250ug somatostatin intravena, dan selanjutnya selama 72 jam diberikan
somatostatin 250ug yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9%/jam. Sebagai
pengganti obat tersebut di atas, dapat diberikan sucralfat 8 gr/ hari selama
seminggu, yang tidak berbeda bermakna dengan cimetidin 1800mg/hari.
Caranya : sucralfat diberikan 2 gr/6jam melalui sonde hidung selama 48 jam,
kemudian dilanjutkan 2 gr peroral satu jam sebelum makan dan sebelum
tidur. Antasida dapat diberikan bila perdarahan sudah berhenti. Selain obat-
obatan di atas, untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan obat golongan
anti kholinergik. Bila tata cara tersebut diatas setelah 72 jam pengobatan
konservatif tidak berhasil, dan perdarahan masih tetap berlangsung, maka ini
merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan. Indikasi pembedahan
lainnya ialah perdarahan yang timbul merupakan perdarahan arteri.
12
BAB II
LAPORAN KASUS
II. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Raya Sekaran RT.01/RW.II Gunungpati Semarang
No. CM : 036-12-71
Tanggal Masuk RS : 22 Mei 2014
Bangsal : Ayub II
III. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesis dengan pasien dan keluarga pasien
pada hari Sabtu tanggal 22 Mei 2014 di Bangsal Ayub II
a) Keluhan Utama : muntah darah dan berak hitam
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
2 hari SMRS pasien mengeluh muntah darah dan berak hitam. Muntah
darah secara tiba-tiba, darah berwarna merah segar, frekuesi 3 kali/ hari,
tiap muntah banyaknya ± ½ -2 sendok makan, berbau amis, mual (+),
muntahan bercampur makanan (+), lendir (-), dahak (-), batuk (-), nyeri
ulu hati (-). Pasien juga mengeluh berak berwarna hitam seperti petis
mrongkol-mrongkol, terasa keras dan sakit, BAK berwarna seperti teh (-),
badan lemas dan pusing. Pasien berobat ke dokter praktek swasta namun
keluhan belum membaik.
Saat datang ke RS Roemani pasien mengaku keluhan muntah darah dan
berak hitamnya semakin berat, darah berwarna merah segar, frekuesi 2
13
kali/hari, tiap muntah banyaknya ± ½ - 1 gelas kecil, berbau amis, mual
(+), lendir (-), dahak (-), batuk (-), nyeri ulu hati (+) sampai menjalar ke
punggung. Pasien juga mengeluh berak hitam seperti petis mrongkol-
mrongkol, BAK warna seperti teh (-), terasa keras dan sakit, badan lemas
dan pusing. Pasien mengaku menderita sakit Diabetes Melitus sejak 2
tahun yang lalu, kontrol ke dokter hanya jika ada keluhan. Pasien
mengaku berat badannya semakin menurun padahal makan mimumnya
banyak, sering terbangun di malam hari untuk BAK. Pasien biasa minum
obat Metformin.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit seperti ini sebelumnya : disangkal
Riwayat Hepatitis B : disangkal
Riwayat Gastritis : diakui (+), sejak usia muda
Riwayat Diabetes Melitus : diakui (+), tidak rutin kontrol,
kontrol ke dokter hanya bila ada keluhan
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Trauma di daerah dada : disangkal
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit yang serupa di keluarga : disangkal
Riwayat Hepatitis B : disangkal
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
e) Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat mengkonsumsi minuman beralkohol : disangkal
Riwayat mengkonsumsi jamu/ obat anti nyeri: diakui (+) sering
minum jamu pegel linu
14
f) Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai pedagang, sedangkan suami pasien bekerja sebagai
supir, mempunyai 2 orang anak. Biaya pengobatan ditanggung BPJS.
Kesan : sosial ekonomi kurang
ANAMNESIS SISTEM
Keluhan utama : muntah darah dan berak hitam
Kepala : sakit kepala (+), pusing (+), nggliyer (-), jejas (-),
leher kaku (-)
Mata : penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),
pandangan berputar (-), berkunang-kunang (-).
Hidung : pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)
Telinga : pendengaran berkurang (-), berdenging (-),
keluar cairan (-), darah (-).
Mulut : sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-
pecah (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-).
Tenggorokan : sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).
Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (+), dahak (-), batuk darah(-),
mengi (-), tidur mendengkur (-)
Sistem kardiovaskuler : sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri
dada (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-)
Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah darah (+), nyeri ulu hati (+),
diare (-), berak hitam (+), nafsu makan menurun
(+), BB turun (+).
Sistem muskuloskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-)
Sistem genitourinaria : warna seperti teh (-),sering kencing (-), nyeri saat
kencing (-), keluar darah (-) berpasir (-) kencing nanah(-),
sulit memulai kencing (-), anyang-anyangan (-).
Ekstremitas atas : luka (-), kesemutan (-), kaku digerakan (-) bengkak (-)
sakit sendi (-) panas (-)
Ekstremitas bawah : luka (-), kesemutan (-) kaku digerakan (-) bengkak (-)
sakit sendi (-) panas (-)
Sistem neuropsikiatri : kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-)
15
mengigau (-), emosi tidak stabil (-)
Sistem Integumentum : kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), bercak
merah kehitaman di dada, punggung, tangan dan kaki (-)
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 22 Mei 2014 di Bangsal Ayub II
1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang dan lemas
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda Vital
Tensi : 100/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan menurun
Respirasi : 20 x/menit,
Suhu : 36,8° C (axiller)
4. Kepala : bentuk mesocephal, rambut warna hitam, distribusi rambut merata,
tidak mudah dicabut
5. Mata: konjungtiva palpebra pucat (+/+), sklera kuning (-/-), mata cekung (-/-),
pupil isokor (diameter 3mm/3mm), reflek cahaya (+/+), katarak (-/-)
6. Telinga : membran timpani intak (-/-), sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan
mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-) gangguan pendengaran (-/-)
7. Hidung : napas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
8. Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), stomatitis (-), gusi berdarah (-), lidah
kotor tepi hiperemis (-), lidah tremor (-), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1,
kripte (-), gigi karies (-).
9. Leher : simetris, deviasi trachea (-), pembesaran kelenjar getah bening(-),
pembesaran kelenjar tiroid (-).
10. Thoraks: normochest, simetris, retraksi supraternal (-) retraksi intercostalis (-)
sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening aksilla (-).
COR
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V, 2 cm medial linea midclavicularis
sinistra, pulsus para sternal (-), pulsus epigastrium (-)
Perkusi : batas jantung
16
kiri bawah : SIC V, 2 cm medial linea midclavicularis sinistra
kiri atas : SIC II linea sternalis sinistra
kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
pinggang jantung : SIC III linea parasternalis sinistra
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi: Bunyi Jantung I-II reguler, bising (-), gallop (-), murmur (-)
PULMO
Depan BelakangI : Statis : normochest (+/+), simetris
kanan kiri, retraksi (-/-)Dinamis : pergerakan paru simetris, retraksi (-/-)
Pa : Statis : simetris, sela iga tidak melebar, tidak ada yang tertinggal, retraksi (-/-)Dinamis : pergerakan paru simetris, sela iga tidak melebar, tidak ada yang tertinggal, retraksi (-/-) Stem fremitus kanan=kiri
Pe : sonor / sonor seluruh lapang paruAus: Suara dasar vesikuler (+/+),
ronki (-/-), wheezing (-/-)
I : Statis : normochest (+/+), simetris kanan kiri, retraksi (-/-)Dinamis : pergerakan paru simetris, retraksi (-/-)
Pa : Statis : simetris, sela iga tidak melebar, tidak ada yang tertinggal, retraksi (-/-)Dinamis : pergerakan paru simetris, sela iga tidak melebar, tidak ada yang tertinggal, retraksi (-/-) Stem fremitus kanan=kiri
Pe : sonor/sonor seluruh lapang paruAus: Suara dasar vesikuler (+/+),
ronki (-/-), wheezing (-/-)
11. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), nyeri ketok costovertebra (-)
12. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, spider nevi (-),
sikatriks (-), striae (-)
Auskultasi: bising usus (+) meningkat
Perkusi : pekak alih (-), pekak sisi (-), tes undulasi (-), timpani di semua
kuadran abdomen
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, turgor kembali cepat
13. Ekstremitas
Superior Inferior
17
Akral dinginEdema Reflek fisiologik Reflek patologikCapilary refillKekuatan
(-/-)(-/-)(+/+)(-/-)< 2 “
555/555
(-/-)(-/-)(+/+)(-/-)< 2 “
555/555V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 23 Mei 2014)
VI.
DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesis :
1. Muntah darah
2. Muntah darah secara tiba-tiba
18
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHEMATOLOGI
Hemoglobin 9,4 g/dl 11,7 – 15,5Lekosit 42.000 /mm3 3.600 – 11.000Trombosit 408.000 /mm3 150.000 – 440.000Hematokrit 30,0 % 35 – 47Eosinofil 2,0 % 2 – 4Basofil 0,1 % 0 – 1 N. segmen 78 % 50 – 70Limfosit 12,2 % 25 – 40 Monosit 6,7 % 2 – 9 Eritrosit 3,59 juta/uL 3,8 – 5,2 MCV 84 Fl 80 – 100MCH 26 pg 26 – 34 MCHC 31 % 32 – 66
HEMOSTASISPPT 14,4 11-15PPT control 11,2 detik 9-14INR 1,26PTTK 28,9 detik 25-35PTTK control 25,1 detik 23,5-31,7
KIMIA KLINIKGDS 223 mg/dL 80-150Ureum 38 mg/dL 10-50Kreatinin 0,7 mg/dL 0,45-0,75Albumin 3,71 g/dL 3,4 -4,8Bilirubin Total 0,37 mg/dLBilirubin Direk 0,17 mg/dL 0 – 0,2Bilirubin Indirek 0,20 mg/dL 0,1 – 0,7SGOT 32 U/L 0 – 35SGPT 23 U/L 0 – 35
3. Darah berwarna merah segar
4. Frekuesi dalam sehari 2 kali
5. Tiap muntah banyaknya ± ½ -1 gelas kecil
6. Berbau amis
7. Mual setiap kali makan dan minum
8. Nyeri ulu hati
9. Berak hitam warna seperti petis
10. Berak hitam mrongkol-mrongkol
11. Terasa keras dan sakit
12. Badan terasa lemas
13. Kepala pusing
14. Riwayat Diabetes Melitus sejak 5 tahun yang lalu
15. Berat badannya semakin menurun
16. Makan mimumnya banyak,
17. Sering terbangun di malam hari untuk BAK.
18. Riwayat Gastritis (+)
19. Riwayat mengkonsumsi jamu/ obat anti nyeri (+) sering minum jamu pegel
linu
Pemeriksaan Fisik :
20. Keadaan umum lemas
21. Konjungtiva palpebra pucat
22. Bising usus meningkat
23. Nyeri tekan epigastrium
Pemeriksaan Penunjang :
24. Eritrosit (L) 3,59 juta/uL
25. Lekosit (H) 42.000/mm3
26. Hematokrit (L) 30,0 %
27. Hemoglobin (L) 9,4 g/dl
28. GDS (H) 223 mg/dL
ANALISIS DAN SINTESIS
Abnormalitas 1-13,18, 19, 20 -27 Hemetamesis Melena
19
Abnormalitas 12 -17, 28 Diabetes Mellitus Tipe 2
Abnormalitas 12,13,20,21,27 Anemia Normositik Normokromik
VII.RENCANA PEMECAHAN MASALAH
Problem 1. Hematemesis Melena
Ass. Etiologi :
Non varises varises Penggunaan obat NSAID dalam jangka
waktu yang lama Infeksi helicobacter pylory Stres, konsumsi alhokol, konsumsi kafein Kelainan pada esofagus : esofagitis, ulkus
esofagus, sindroma Mallory-Weiss, kista esofagus, keganasan.
Kelainan pada lambung-duodenum : Ulkus peptikum, ulkus duodenum, Gastritis erosif, Tumor gaster
Kelainan darah : DIC (disseminated intravascular coagulation), leukemia, trombositopenia
Varises esofagus akibat hipertensi portal dan sirosis hepatis.
Ass. Faktor risiko : konsumsi obat NSAID, konsumsi alkohol, stress
Ass. Komplikasi : anemia, perforasi gaster, syok hipovolemik, aspirasi pneumonia
Ip Dx : EGD (esophagogastroduodenoscopy), foto rontgen thorak, USG abdomen
Ip Tx
Non medikamentosa :
1. Diit lunak
2. Hindari merokok, konsumsi alhokol, obat-obatan NSAID
3. Istirahat yang cukup
4. Hindari stres dan kecemasan
Medikamentosa :
1. Infus NaCl 0,9% 20 tpm
2. Injeksi Cefotaxim 3 x 1 gram
3. Injeksi Omeprazol 2 x 1 amp
4. Injeksi Asam Traneksamat 3 x 500 mg.
20
5. Injeksi vit K 1 amp
Ip Mx : keadaan umum, vital sign, lab darah rutin (Hb,Ht), tanda-tanda
perdarahan saluran cerna
Ip Ex : edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien dan untuk menghindari
faktor pencetus dan faktor yang dapat memperberat (hindari merokok, konsumsi
alhokol, kafein, obat-obatan NSAID).
Problem II. Diabetes Melitus
Ass. Etiologi : resistensi insulin
Ass. Faktor risiko: riwayat keturunan keluarga yang menderita DM, obesitas,
hipertensi, hiperlipidemia ( HDL >35 mg/dl), kurang aktivitas fisik dan olahraga.
Ass. Komplikasi :
a) Akut : hipoglikemi, ketoasidosis diabetik (KAD), Hiperosmolar Non Ketotik
(HONK), asidosis laktat.
b) Krosis: mikrovaskular (retinopati, nefropati, neuropati), makrovaskular
(penyakit jantung koroner, stroke), ulkus diabetikum
Ass. Penatalaksanaan : edukasi tentang penyakitnya, terapi gizi medis, latihan
jasmani dan farmakologi
Ip Dx :
a) Kadar gula darah puasa (≥126 mg/dl)
b) Kadar gula darah sewaktu (≥200 mg/ dl)
c) Kadar gula darah 2jam post pandrial ( ≥200 mg/dl)
Ip Tx :
Non medikamentosa:
1) Terapi gizi medis : prinsipnya menganjurkan makan gizi seimbang seperti
makan sehat empat sehat 5 sempurna, mengurangi makanan tinggi kalori,
lemak, dan gula, teratur dalam jumlah jadwal dan jenis makan, jumlah kalori
disesuaikan dengan : pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, kegiatan
jasmani.
2) Latihan jasmani
Medikamentosa: Metformin tab 500 mg 3x1
Ip Mx : monitoring keadaan umum, tanda vital, GDS
21
Ip Ex: menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita dan memberi
penjelasan tentang pentingnya menjaga pola makan dan olah raga secara teratur
Problem III. Anemia Normositik Normokromik
Ass. Etiologi :
1. Anemia akibat hemoragik (anemia pasca perdarahan akut, anemia akibat
perdarahan kronik)
2. Anemia akibat gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang:
a. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit (anemia defisiensi besi,
anemia defisiensi asam folat, anemia defisiensi vitamin B12)
b. Gangguan utilitas besi (anemia akibat penyakit kronik)
c. Kerusakan sumsum tulang (anemia aplastik, anemia mieplastik)
d. Anemia akibat kekurangan eritropoeitin (anemia pada GGK)
3. Anemia hemolitik
a. Anemia hemolitik intrakorpuskular (gangguan membran eritrosit, enzim
eritrosit, hemoglobin)
b. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular (anemia hemolitik autoimun,
anemia hemolitik mikroangiopati)
Ass. Komplikasi : syok hipovolemik.
Ass. Faktor risiko : hemolisis, perdarahan, penekanan sumsum tulang, defisiensi
nutrient
Ip Dx:
- Tanda klinis, seperti: tampak pucat, konjungtiva palpebra anemis
- Pemeriksaan darah rutin ( Hb, Ht, Eritrosit), hapusan darah tepi
Ip Tx: asam folat 2 x 5 mg
Ip Mx: kondisi umum, vital sign, Hb
Ip Ex: menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien dan menganjurkan
makan yang bergizi
PROGRESS NOTE
Tanggal 23 Mei 2014Subyektif
22
KeluhanObyektif
Keadaan umumKesadaranTanda vital
KepalaMata LeherThorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Assesmant
Plan
Mual (+),muntah darah segar (+), berak hitam (-),badan lemas (+)
Tampak lemas dan sakit sedangCompos mentisTD : 90/60 mmHgNadi : 72 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukupRR : 20 x/menitT : 36,0°C (axiller)MesochepalKonjungtiva pucat ( +/+ ), sklera kuning (-/-)Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)Simetris, sela iga tak melebarIktus kordis tak tampak, konfigurasi jantung dalam batas normal, Bunyi Jantung I-II regular, bising jantung (-)Taktil fremitus kanan=kiri, perkusi sonor seluruh lapang paru, Suara Dasar Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)Permukaan datar, BU(+) normal, timpani, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak terabaDalam batas normal
Obs. Hematemesis Melena, Diabetes Mellitus, Anemia Normositik Normikromik
Usul pemeriksaan : EGD (esophagogastroduodenoscopy), foto
rontgen thorak, USG abdomen
Terapi :
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Injeksi Cefotaxim 3 x 1 gram
Injeksi Omeprazol 2 x 1 amp
Injeksi Asam Traneksamat 3 x 500 mg.
Injeksi vit K 1 amp
Tanggal 03 Juni 2013Subyektif
KeluhanObyektif
Keadaan umumKesadaranTanda vital
Mual (+), muntah darah sedar (-), berak hitam (-),badan lemas (+)
Tampak lemas dan sakit sedangCompos mentisTD : 110/80 mmHgNadi : 82 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
23
KepalaMata LeherThorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Assesmant
Plan
RR : 20 x/menitT : 36,4°C (axiller)MesochepalKonjungtiva pucat ( +/+ ), sklera kuning (-/-)Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)Simetris, sela iga tak melebarIktus kordis tak tampak, konfigurasi jantung dalam batas normal, Bunyi Jantung I-II regular, bising jantung (-)Taktil fremitus kanan=kiri, perkusi sonor seluruh lapang paru, Suara Dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/,-), ronki (-/-)Permukaan datar, BU(+) normal, timpani, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak terabaDalam batas normal
Obs. Hematemesis Melena, Diabetes Mellitus, Anemia Normositik Normikromik
Usul pemeriksaan : EGD (esophagogastroduodenoscopy
Terapi :
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Injeksi Cefotaxim 3 x 1 gram
Injeksi Omeprazol 2 x 1 amp
Injeksi Asam Traneksamat 3 x 500 mg.
Injeksi vit K 1 amp
24
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien Ny. W usia 54 tahun dengan keluhan utama muntah darah dan berak
hitam, dimana saat datang ke RS mengaku keluhan muntah darah dan berak hitamnya
sejak 2 hari yang lalu dan semakin berat, darah berwarna merah segar, frekuesi dalam
sehari 2 kali, tiap muntah banyaknya ± ½ - 1 gelas kecil, berbau amis, mual (+), lendir (-),
dahak (-), batuk (-), nyeri ulu hati (+). Pasien juga mengeluh berak hitam seperti petis
mrongkol-mrongkol, BAK warna seperti teh (-), terasa keras dan sakit, badan lemas dan
pusing. Pasien mengaku mempunyai riwayat gastritis sejak usia muda dan
mengkonsumsi jamu/ obat anti nyeri (+) sering minum jamu pegel linu. Pasien juga
mengaku menderita Diabetes Melitus sejak 2 tahun yang lalu, kontrol ke dokter hanya
jika ada keluhan. Pasien mengaku berat badannya semakin menurun padahal makan
mimumnya banyak, sering terbangun di malam hari untuk BAK. Pasien mengkosumsi
Metformin
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas, kesadaran
composmentis, tanda vital : tensi 100/80 mmHg, nadi 72x/menit, irama reguler, isi dan
tegangan menurun, frekuensi pernapsan 20 x/menit, suhu 36,8° C. Konjungtiva palpebra
pucat (+/+), pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri pada regio epigastrium, bisisng
usus (+) meningkat.
Hasil pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium didapatkan:
trombosit 408.000 /mm3, lekosit 42.000 /mm3, eritrosit 3,59 juta/uL, hemoglobin 9,4
g/dl, hematokrit 30,0 %, MCV 84 Fl, MCH 26 pg, MCHC 31 %, GDS 223 mg/dL, ureum
38 mg/dL, kreatinin 0,7 mg/dL, albumin3, 71 g/dL, bilirubin direk 0,17 mg/dL, bilirubin
indirek 0,20 mg/dL, SGOT 32 U/L, SGPT 23 U/L.
Berdasarkan dari hasil anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
maka dapat disimpulkan Ny.S menderita Hemetamesis Melena et causa suspect gastritis
erosiva NSAID, Diabetes Melitus dan Anemia Normositik Normokromik.
Dasar diagnosis Hemetamesis Melena e.c susp. Gastritis erosiva, pada anamnesis
25
didapatkan keluhan muntah darah dan berak hitamnya sejak 2 hari yang lalu dan semakin
berat, darah berwarna merah segar, frekuesi dalam sehari 2 kali, tiap muntah banyaknya ±
½ - 1 gelas kecil, berbau amis, mual (+), nyeri ulu hati (+). Pasien juga mengeluh berak
hitam seperti petis mrongkol-mrongkol, BAK warna seperti teh (-), terasa keras dan sakit,
badan lemas dan pusing. Pasien mengaku mempunyai riwayat gastritis sejak usia muda
dan mengkonsumsi jamu/ obat anti nyeri (+) sering minum jamu pegel linu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak lemas, bising usus meningkat
dan nyeri epigastrium. Namun untuk meneggakan diagnosa perlu pemeriksaan penunjang
lain berupa EGD (esophagogastroduodenoscopy), foto rontgen thorak, USG abdomen.
Terapi yang diberikan : Non medikamentosa berupa diit lunak, hindari merokok,
konsumsi alhokol, obat-obatan NSAID, istirahat yang cukup dan hindari stres dan
kecemasan. Medikamentosa Infus NaCl 0,9% 20 tpm, Injeksi Cefotaxim 3 x 1 gram,
Injeksi Omeprazol 2 x 1 amp, Injeksi Asam Traneksamat 3 x 500 mg dan Injeksi vit K 1
amp
Terjadinya Anemia Normositik Normokromik pada pasien ini karena adanya
perdarahan akut. Dasar diagnosis Anemia Normositik Normokromik, pada anamesis
pasien mengeluh muntah darah segar, BAB hitam, badan lemas, mudah capek. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah dan nadi yang menurun, konjungtiva
palpebra pucat. Pemerksaan penunjang hemoglobin 9,4 g/dl, hematokrit 30,0 %, MCV 84
Fl, MCH 26 pg, MCHC 31 %. Terapi yang diberikan asam folat 2 x 5 mg dan
menganjurkan makan yang bergizi
Dasar diagnosis Diabetes Mellitus, pada anamnesis didapatkan pasien mengaku
menderita Diabetes Melitus sejak 2 tahun yang lalu, kontrol ke dokter hanya jika ada
keluhan. Pasien mengaku berat badannya semakin menurun padahal makan mimumnya
banyak, sering terbangun di malam hari untuk BAK. Pasien mengkosumsi Metformin.
Pemeriksaan penunjang laboratorium GDS 223 mg/dL. Terapi yang diberikan Metformin
3 x 500 mg.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer Arief. M, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 : 492 . Jakarta :
Media Ausculapius FKUI .
2. Sudoyo AW. 2009. Buku Ajar I Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi V. Jakarta :
Interna Publishing.
3. Sujono, Hadi. 2002. Gastroenterologi. Bandung:Alumni.
4. Waleleng BJ, Abdullah Murdani. 2011. Perdarahan Saluran Cerna. SetyoHadi B,
et all ed. EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam ( Emergency in
Internal Medicine ), Jakarta: Interna Publishing.
27