lapsus mata

10
PTERIGIUM DEFINISI Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS Penyebab dari pterigium tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi. Pterigium juga diduga disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara panas. Penyebab paling umum adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, berperan penting dalam hal ini. Selain itu dapat pula dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti zat allegen, kimia dan zat pengiritasi lainnya. Faktor resiko untuk pterigium meliputi sebagai berikut :

Upload: amytria

Post on 14-Apr-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pterigium

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Mata

PTERIGIUM

DEFINISI

Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat

degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak

bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea berbentuk

segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

    Penyebab dari pterigium tidak diketahui dengan jelas dan diduga

merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi. Pterigium juga diduga

disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara panas.

Penyebab paling umum adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar

matahari yang diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, berperan

penting dalam hal ini. Selain itu dapat pula dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

seperti zat allegen, kimia dan zat pengiritasi lainnya.

Faktor resiko untuk pterigium meliputi sebagai berikut :

1. Meningkatnya terkena sinar ultraviolet, termasuk tinggal di daerah yang

beriklim subtropics dan tropis.

2. Melakukan pekerjaan dan memerlukan kegiatan di luar rumah serta  orang

yang hidup di daerah dengan banyak sinar matahari, daerah berpasir atau

daerah berangin. Petani, nelayan dan orang-orang yang hidup di sekitar

garis khatulistiwa sering terpengaruh.

Predisposisi genetika timbulnya pterygium cenderung pada keluarga

tertentu. Kecenderungan laki-laki mengalami kasus ini lebih banyak dibandingkan

Page 2: Lapsus Mata

dengan perempuan, meskipun disini hasil temuan ini lebih banyak disebabkan

besarnya paparan sinar ultraviolet dalam kelompok populasi tertentu.

            Gangguan lain yang mungkin ikut berperan adalah Pseudopterygia

(misalnya disebabkan oleh bahan kimia atau luka bakar, trauma, penyakit kornea

marginal) dan Neoplasma (misalnya karsinoma in situ yang menyebabkan

konjungtiva perilimbal yang tidak meluas sampai ke kornea).

Beberapa teori telah dikemukakan untuk menerangkan patogenesis

terjadinya pterigium, tetapi etiologinya yang pasti dan penyebabnya bersifat

multifaktorial. Maka berkembang berbagai teori untuk menerangkan patogenesis

pterigium. Antara lain teori degenerasi, infl amasi, tropik, ataupun teori yang

menghubungkan terjadinya pterigium dengan sinar ultra violet. Sebagai tambahan,

hampir sebagian penderita menunjukkan ekspresi abnormal gen tumor suppresor

p53, tanda-tanda neoplasia, differensiasi sel dan apoptosis. Teori tropik

dikemukakan oleh Barraquer yang mengatakan bahwa pterigium adalah suatu

manifestasi pembentukan jaringan parut pada daerah yang mengalami iritasi yang

menahun. Dengan terbentuknya penonjolan di limbus, ada daerah diskontinuitas

precorneal tear film, sehingga terjadi pengeringan kornea yang kemudian menjadi

ulkus. Penyembuhan ulkus tidak dapat dilakukan oleh regenerasi epitel kornea

dan memerlukan konjungtiva yang kaya pembuluh darah dimana akan

menyebabkan terbentuknya jaringan ikat. Akibatnya terjadi perlekatan antara

konjungtiva dengan jaringan sub konjungtiva akan menjadi lebih erat yang

menyebabkan pterigium.

GEJALA KLINIS

Mata merah dengan tajam penglihatan normal disertai jaringan

fibrovaskular konjungtiva yang tumbuh secara abnormal berbentuk seperti sayap

(wing shaped). Gangguan penglihatan dapat terjadi jika pterigium menutupi aksis

visual atau terdapat astigmatisme.

Page 3: Lapsus Mata

DERAJAT PERTUMBUHAN PTERIGIUM

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, derajat

pertumbuhan pterigium dibagi menjadi 4 derajat: derajat 1, jika pterigium hanya

terbatas pada limbus kornea; derajat 2, jika sudah melewati limbus kornea tetapi

tidak lebih dari 2 mm melewati kornea; derajat 3, sudah melebihi derajat 2 tetapi

tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam

keadaan normal sekitar 3 – 4 mm); derajat 4, pertumbuhan pterygium melewati

pupil sehingga mengganggu penglihatan.

TERAPI

Penanganan pterIgium pada tahap awal adalah berupa tindakann

konservatif seperti penyuluhan pada pasien untuk mengurangi iritasi maupun

paparan sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata anti UV dan pemberian

air mata buatan/topical lubricating drops. Indikasi eksisi pterigium termasuk: (a).

Ketidaknyamanan yang persisten; (b). Distorsi visual; (c). pertumbuhan tumor

yang progresif (lebih dari 3-4 mm) ke sentral kornea atau visual aksis; (d).

Berkurangnya pergerakan bola mata.

Adapun indikasi operasi pterigium antara lain: (a). Mengganggu visus; (b).

Mengganggu pergerakan bola mata; (c). Berkembang progresif; (d). Mendahului

suatu operasi intraokuler; (e). Progresif, resiko rekurensi > luas; (f). Di depan

apeks pterigium terdapat grey zone; (g). Pada pterigium dan kornea sekitarnya ada

nodul pungtat; (h). Terjadi kongesti (klinis) secara periodik.

Terdapat berbagai macam teknik dalam penanganan pterigium secara

operatif. Akan tetapi, yang menjadi masalah ialah angka kekambuhan setelah

dilakukan operasi pada pterigium. Beberapa penelitian melaporkan angka

kekambuhan yang bervariasi antara 24% hingga 89%, bergantung pada teknik

operatifnya. Namun penelitian menunjukkan bahwa eksisi pterigium saja

memberikan hasil kejadian rekurensi yang lebih tinggi dibanding eksisi yang

Page 4: Lapsus Mata

disertai dengan terapi adjuvan lain. Autograft konjungtiva atau limbal lebih

superior dibandingkan dengan graft membran amniotik. Penelitian lain

menunjukkan bahwa graft yang disertai pemberian mitomycin C (obat sitostatika)

menunjukkan hasil rekurensi yang terendah dibanding jika kedua metode ajuvan

tersebut dilakukan secara sendiri-sendiri. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai efek jangka panjang, serta dosis dan durasi daripada pemberian

mitomycin C.

Page 5: Lapsus Mata

KATARAK

DEFINISI

Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang

berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia di sebut bular dimana penglihatan

seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap

kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,

denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.

PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Patogenesis katarak masih belum dapat sepenuhnya dimengerti, akan tetpi

penuaan merupakan faktor yang paling berperan. Berbagai temuan menunjukkan

bahwa lensa yang mengalami katarak mengalami agregasi protein yang berujung

pada penurunan transparansi, perubahan warna menjadi kuning atau kecoklatan,

ditemukan vesikel antara lensa dan pembesaran sel epitel. Perubahan lain yang

juga muncul adalah perubahan fisiologi kanal ion, absorbsi cahaya, penurunan

aktivitas anti-oksidan dalam lensa juga mengakibatkan katarak.

Katarak komplikata merupakan katarak yang timbul akibat penyakit mata

lain atau penyakit sistemik. Berbagai kondisi yang dapat mengakibatkan

terjadinya katarak sekunder adalah uveitis anterior kronis, glaukoma akut, miopoa

patologis dan diabetes melitus merupakan penyebab yang paling umum.

Penggunaan obat-obatan (steroid) dan trauma, baik trauma tembus, trauma

tumoul, kejutan listrik, radiasi inframerah, dan radiasi pengion untuk tumor mata

juga dapat mengakibatkan kekeruhan lensa/katarak.

KLASIFIKASI

Klasifikasi katarak berdasarkan maturitasnya:

Page 6: Lapsus Mata

Katarak insipiens: kekeruhan awal pada lensa dengan visus pasien masih

mencapai 6/6

Katarak imatur: lensa mengalami kekeruhan parsial

Katarak matur: lensa mengalami kekeruhan total

Katarak hipermatur: katarak menyusut dan kapsul anterior berkerut karena

kebocoran air mata lensa

Katarak morgagni: liquefaksi korteks lensa katarak hipermatur berakibatka

nukleus jauh ke inferior.

MANIFESTASI KLINIS

Akibat perubahan opasitas lensa, terdapat berbagai gangguan pada penglihatan

termasuk:

Penurunan tajam penglihatan perlahan

Penurunan sensitivitas kontras, pasien mengeluhkan sulitnya melihat

benda di luar ruangan pada cahaya terang

Pergeseran ke arah miopia

Diplopia monokular. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan indeks

refraksi antara satu bagian lensa yang mengalami kekeruhan dengan

bagian lensa lainnya

Sensasi silau (glare). Opasitas lensa mengakibatkan rasa silau karena

cahaya dibiaskan akibat perubahan indeks refraksi lensa.

TERAPI

Tata laksana utama katarak adalah pembedahan. Tidak ada manfaat dari

suplementasi nutrisi atau terapi farmakologi dalam mencegah atau memperlambat

progesivitas dari katarak.

Indikasi bedah:

Page 7: Lapsus Mata

Penurunan fungsi penglihatan yang tidak dapat lagi ditoleransi pasien

karena mengganggu aktivitas sehari-hari

Adanya anisometropia yang bermakna secara klinis

Kekeruhan lensa menyulitkan pemeriksaan segmen posterior

Terjadi komplikasi terkait lensa seperti peradangan atau glaukoma

sekunder.

Teknik operasi yang digunakan:

Fakoemulsifikasi: teknik operasi yang memungkinkan lensa

dihancurkan dan diemulsifikasi kemudian dikeluarkan dengan bantuan

probe dan ekstraksi dikerjakan ekstrakapsular

Teknik ekstraksi katarak manual:

a. Intracapsular cataract extraction (ICCE): ekstraksi lensa utuh

serta seluruh kapsul lensa

b. Extracapsular cataract extraction (ECCE): ekstraksi lensa utuh

dengan meninggalkan bagian posterior dari kapsul lensa

c. Small incision surgery (SICS): ekstraksi lensa dengan insisi

kecil

Terapi pasca-operasi yang diberikan biasanya kombinasi antibiotikDn

steroid tetes mata 6 kali sehari hingga 4 minggu pasca operasi.