latar belakang -...
TRANSCRIPT
A. LATAR BELAKANG
Negara Republik Indonesia jauh sebelum kemerdekaan realitas
sosiologis suku bangsa, bahasa, budaya, tradisi dan adat istiadat telah ada
diberbagai wilayah maupun pedesaan. Desa merupakan suatu pemerintahan
terkecil yang memiliki kesatuan masyarakat hukum yang dipimpin oleh kepala
desa. sebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan
pembentukannya, seperti Gampong, Nagari , Bori, Huta dan Marga1. demikian
juga sisitem pemerintahan desa, minsal di daerah Minangkabau (Sumatra
Barat) dikenal dengan “tali tiga sipilin, tungku tiga sejarangan” yang
meliputi nenek mamak, bunda kandung dan pemangku adat. Sedangkan di
Suku Gayo (Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues) bernama
sarakopat, yakni terdiri dari : Reje, Imem, Petue dan Rakyat Genap Mupakat.
Lembaga Sarakopat sudah sejak masa Kerajaan Linge sultan Adi Genali.
Pada masa lalu sistem pemerintahan di Gayo berpusat pada belah (klan)
keluarga luas maupun inti, mereka dapat dibedakan menurut kelompok-
kelompok yang disebut “kuru” yakni kekelurgaan dalam satu belah yang
anggota-anggotanya merasa dekat antara satu dengan yang lain karena
hubungan keturunan yang ditautkan pada empat unsur pimpinan belah yang
disebut sarakopat. Oleh karena itu dalam setiap belah terdapat (1) kuru reje,
yakni kerabat raja, (2) kuru imem, kerabat pimpinan keagamaan, (3)kuru
petue, kerabat penegak pemelihara ketertiban, dan (4) kuru rayat, kerabat
orang-orang biasa yang tidak termasuk kedalam salah satu dari tiga kerabat
tersebut2.
Masing-masing empat unsur sarakopat mempunyai tugas dan fungsi
diantaranya (1) Reje (pengulu). Kepala masyarakat hukum adat, ia senantiasa
1 Bratakusumah Supriady Deddy dkk, Otonomi Penyelengaraan Pemerintah Daerah: Jakarta, 2004 PT Gramedia Pustaka Utama, Hlm(1). 2 Muklis., Belah di Gayo Studi Kasus di Kebayaken., Banda Aceh. 1977., hlm. 29.
musuket sipet makna berusaha selalu menegakkan keadilan, kebenaran, kasih-
sayang diantara anggota belahnya. (2) Imem berfungsi (muperlu sunet) berasal
dari kata-kata perlu atau fardhu dan sunet atau sunnat, katagori hukum Islam.
(3) petue. melakukan tugas atau fungsinya, musidik sasat: harus senantiasa
mengamati, menyelidiki dan memahami anggota belahnya. (4) Rayat genap
mupakat, menilai, mengawasi norma adat gayo dilaksanakan dalam berbagai
tugas yang ditetapkan masyarakat hukum adat setiap anggota belah.
Selain itu terdapat beberapa jabatan lainnya yang melaksanakan tugas
pemerintahan sehari-hari, yaitu Bedel (wakil/pembantu Reje), Lebe
(wakil/pembantu Imem), Banta (sekretaris/Ajudan Reje), dan Sekolat
(Wakil/pembantu Petue)3. Disamping itu juga ada lembaga kedinasan, sebagai
unsur pelaksana tugas teknis sehari-hari, yaitu: (1) Kejurun Blang (semah tun)
bertugas dibidang pertanian; (2) Pengulu Uten, bertugas dibidang kehutanan
dan kelestarian alam; (3) Pawang Uer, bertugas dibidang peternakan; (4)
Pawang Lut bertugas dibidang perikanan; (5) Biden, (Bidan); (6) Harie
bertugas dibidang informasi, komunikasi, dan hubungan masyarakat. dengan
kebesamaan sarakopat dan berpartisipasi seluruh anggota belah, melalui tertib
bermajelis, umet bermulie, segala upaya mencapai ketertiban masyarakat
terselengara secara musyawarah, pakat jeroh genap bise.
Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia telah mejadi bagian dari
sistem politik pemerintahan Hindia Belanda dan melancarkan
imperialismenya melalui kebijakan hukum adat (adatrecht). Konsep adatrecht
ini dikembangkan dari Universitas Leiden dimana Cornelis Van Vollenhoven
(1876-1933) menjadi tokoh utamanya. Ia mendefenisikan adat sebagai tata
aturan dalam kehidupan masyarakat indonesia, dengan kata recht, sebuah kata
yang secara konvensional diterjemahkan dalam bahasa inggris „law‟ atau
„hukum‟ dalam bahasa indonesia. Van Vollenhoven dan teman-temannya di
Leiden turun ke lapangan di pulau-pulau Hindia-Belanda dengan tujuan
3 Aman Pinan AR Hakim., syariat Islam dan Adat Istiadat, Yayasan Mahkamahmuda, Takengon,
hlm; 137.
membuat konplikasi-konplikasi hukum adat. Akhirnya merak harus mengakui
bahwa model hukum Eropa (Roman Law) kurang cocok dengan kenyataan
dalam praktek adat yang lebih ke arah rekonsiliasi. Meskipun begitu,
pengertian adat sebagai hukum tetap hidup di indonesia sampai sekarang4.
Warisan kolonial mempengaruhi sistem hukum dan pemerintahan pada
masa awal kemerdekaan Indonesia. Sikap pemerintahan Soekarno terhadap
adat ternyata tidak kalah kontroversialnya dengan masa kolonial. Disatu sisi
pemimpin-pemimpin nasionalis merasa adat kurang cocok dengan sistem
masyarakat modern yang mau dibangun di Indonesia. Diawal 1950-an
peradilan-peradilan adat dihapus hampir seluruh indonesia dan digantikan
dengan peradilan negara..
Pada masa pemerintahan Orde Baru lembaga adat mendapat tantangan
yang lebih besar lagi. Hal ini disebabkan kebijakan sentralisasi yang dilakukan
pemerintah Soeharto. Sentralisasi merupakan kebijakan dimana pemerintah
melakukan intervensi sampai pada tingkat pemerintahan lokal pedesaan. Hal
ini dilakukan dengan membentuk jaringan administrasi yang ketat yang serupa
(penyeragaman) diseluruh daerah di Indonesia Kebijakan itu tertuang dalam
Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang sistem Pemerintahan Desa. Alasan
yang utama dimunculkan adalah kebutuhan pembangunan dan efektifitas
pemerintahan. Akibatnya adalah munculnya suatu sistem yang paling sentralis
dan tidak punya fleksibilitas sedikitpun untuk memperhatikan keperluan-
keperluan yang ada di daerah-daerah negara yang luas ini.Pemerintah Orde
Baru tetap mengakui kemajmukan budaya dan masyarakat Indonesia, dan juga
posisi adat sebagai dasar pluralisme. Tetapi adat hanya diposisikan sebagai
seni dan budaya5.
Pada masa berlakunya UU, No.5 Tahun 1979, lembaga sarakopat tidak
menentu, persoalan-persoalan gampong cenderung diselesaikan di kepolisian
4 Avonius Leena dkk, Adat dalam Dinamika Politik Aceh. 2010. ICAIOS, PT ISB Unsyah. Banda Aceh. Hlm (4) 5 Ibid4 hlm: 5
dan pengadilan tinggi lainnya, penyelenggaraan pemerintahan gampong
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku seperti struktur pemerintahan desa,
penyebutan Reje diganti dengan Kepala Desa, Banta diganti dengan Sekretaris
dan lain-lainya, pelaksanaan adat tetap ada namun non-formal dalam
penyelengaraanya di gampong, contoh kejurun blang yang mengatur pertanian
khusus dibidang persawahan menentukan waktu bercocok tanam. sedangkan
penyelesaian sengketa baik secara perdata maupun pidana kebanyakan
ditangani di pengadilan tinggi, dampak yang terjadi kontrol sosial memudar
dan salah satu sebab memperparah konflik berkepanjangan di Aceh.
Oleh karena itu Era reformasi ini, keberadaan adat dan lembaga adat
mulai diakui kembali hal ini dilihat dari berbagai landasan hukum, seperti
UUD, dan Qanun (PERDA). UUD 1945 Pasal 18 B ayat (1) dan (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa;
Pasal (1) negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang di atur dengan
Undang-undang; Pasal (2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia6.
Lahirnya Undang-Undang No.11 Tahun 2006, tentang Pemerintahan
Aceh telah mengeluarkan beberapa regulasi di tingkat provinsi: Qanun No.9
Tahun 2008 tentang pembinaan Kehidupan adat dan istiadat, serta Qanun No.
10 Tahun 2008 tentang lembaga adat. Kedua qanun tersebut disatu sisi
menjadi indikasi keseriusan pemerintah Aceh dalam upaya menjadikan adat
yang ada di Aceh berlaku kembali dan menjadikan adat yang ada di Aceh
berlaku kembali dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pemerintahan
Aceh. Disisi lain ini juga menjadi sebuah “sentralisasi” yang dilakukan
pemerintahan Aceh terhadap prulisme adat yang ada diberbagai kabupaten di
Aceh. Saat ini Aceh memiliki 23 kabupaten yang setiap kabupaten memiliki
6 Lihat : Undang-undang pasal 18/1945.
perkembangan adat tersendiri. Di daerah yang mayoritas suku Aceh sekalipun
memiliki adat yang khas. Minsalnya perkembagan adat yang ada di Aceh
Barat berbeda dengan adat di Aceh Timur, meskipun pada dasarnya mereka
sama-sama suku Aceh. perbedaan ini lebih besar lagi pada suku-suku kecil
yang ada di kabupaten lain, seperti suku Gayo, Alas, Kluet dan lainya.
Implikasi dari UU-PA maupun qanun-qanun Provinsi ini adalah pemerintah
kabupaten diminta untuk menghidupkan kembali lembaga adat Aceh di
wilayah masing-masing, oleh karena itu Kabupaten Aceh Tengah memiliki
Qanun yakni Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Pemerintahan Gampong dan Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 5 Tahun
2011 tentang Kemukimen, kedua qanun ini banyak mengatur peran lembaga
adat dalam penyelenggaraan pemerintahan meski tidak sepenuhnya mirip
dengan adat masa lalu.
Walau lembaga adat telah sah sebagai sistem pemerintahan gampong
namun pemahaman genarasi baru saat ini baik masyarakat maupun yang
masuk dalam sistem lembaga adat sangat kurang dari segi pengetahuan
apalagi pengalaman dalam hal Impelementasi adat seperti dahulu, maka
tingkat pemerintahan dan masyarakat perlu pelatihan atau sosialisasi.
Dari masalah diatas saya selaku penulis tertarik untuk meneliti lebih.
Dengan pertimbagan pentingnya manfaat penelitian ini baik secara teoritik
maupun praktis. Maka saya selaku penulis mengambil judul:
PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENEYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN GAMPONG
(Studi Penyelengaraan Pemerintah di Gampong Gegarang, Kecamatan
Bintang, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun persoalan yang terdapat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut;
“Bagaimana Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Gampong. di Gampong Gegarang Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh
Tengah”.
C. TUJUAN
Tujuan Penelitian merupakan suatu yang ingin diteliti, penelitian
ini bersangkutan dengan sistem pemerintahan Gampong yang mempunyai
relasi adat antara unsur pemerintah, sejauhmana implementasi dan
progres yang sudah tercapai di Kabupaten Aceh Tengah khususnya di
Gampong Gegarang, jadi tujuan peneliti ialah:
a. Untuk mengetahui Bagaimana Peran Lembaga Adat dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong di Kabupaten Aceh
Tengah .
b. Untuk Mengetahui apa saja dinamika Pemerintah Gampong
terhadap Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Gampong di Aceh Tengah.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dalam Ilmu
Pengetahuan Yakni;
1. Manfaat Secara Akademik
Sebagai suatu wacana dan referensi bagi kaum intelektualis
atau akademis umumnya di ilmu sosial politik maupun khususnya
untuk Mahasiswa ilmu pemerintahan.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah sejauh mana
prospek yang dicapai dalam Peran Lembaga Adat dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong Gegarang,
Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah
b. Dapat dijadikan pertimbangan positif kepada elemen
masyarakat supaya sadar hukum, politik maupun
pemerintahan..
E. DEPENISI KONSEP DAN OPERASIONAL
1. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah, terdiri terdiri dari suatu kata atau lebih yang
mengambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu.
Bailey (1982) menyebutkan sebagai persepsi (mental image) atau abstrak
yang dibentuk dengan umum pada hal-hal khusus.7 Untuk jauh dari
kekeliruan, pernyataan yang bulat
Untuk mempelajari variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan
depenisi konsep untuk menghindari kesalah pahaman dan perluasan materi
penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, maka depeni konsep yang
dipaparkan sebagai berikut;
1. Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam
suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.Peran adalah bentuk
dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial
7 Iqbal Hasan, Analisa Data Peneelitian dengan Statistik, Bumi Aksara, 2004, hlm 12
tertentu.Peran adalah suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang
diharapkan dari seseorang yangberdasarkan
posisinya dimasyarakat. posisi ini merupakan identifikasi dari
status atau tempat seseorang dalam suatu sistim sosial dan merupakan
perwujudan aktualisasi diri. Peran juga diartikan sebagai
serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu dalam berbagai kelompok
sosial.Peran merupakan salah satu komponen dari konsep diri
(gambaran diri, ideal diri, harga diri,peran dan identitas diri)
Menurut Beck, William and Rawlin (1986) pengertian konsep
diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh
meliputi fisik, emosional, intelektual, sosial dan
spiritual.Penampilan peran adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi
individu diberbagai kelompok sosial atau masyarakat.Peran
yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak
mempunyai pillihan.8
2. Lembaga Adat
a. Lembaga
pola perilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi
sosial berstruktur dalam suatu kerangka9. Lembaga kata dalam
bahasa inggris disebut dengan institution, yang berarti
pendiriaan.
b. Adat
adat ialah aturan (perbuatan disebut) yang lazim diturut
atau dilakukan sejak dahulu kala: menurut daerah ini, laki-
lakilah yang berhak sbg ahli waris cara (kelakuan disebut) yg
8 http://id.scribd.com/doc/39727097/Peran-. 9 http://kbbi.web.id/
sudah menjadi kebiasaan budaya, norma, hukum, dan aturan
yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem10
.
Adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun
temurun dari generasi pendahulu yang dihormati dan
dimulyakan sebagai warisan sesuai dengan syariat islam.11
Jadi lembaga adat merupakan seperangkat peranata sosial
yang masuk dalam sistem adat sebagai pelaku sekaligus kontrol
bagian dari adat sesuai dengan kesepakatan maupun peraturan
yang berlaku, yang bersifat tradisi.
3. Penyelenggaraan
Pemeliharaan pemiaraan proses, cara, perbuatan
menyelenggarakan dalam berbagai arti (seperti pelaksanaan,
penunaian)12
.
4. Pemerintah Gampong
Pemerintahan Gampong merupakan lembaga
perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis
dalam pengaturan masyarakat desa/Kampunng dan
keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang
besar, maka perlu adanya Peraturan-peraturan atau Undang-
Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang
mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda
pemerintahan berjalan dengan optimal. Gampong merupakan
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usul adat istiadat yang
10 http://kbbi.web.id/ 11 Lihat:Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 4 Tahun 2011, 12 http://kbbi.web.id/
diakui dan dihormati sebagai keistimawaan Aceh dalam sistem
pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia13
.
2. Defenisi Operasional
Memperoleh data atau indikator-indikator yang menuju pada
konsep yang ingin didapat, maka penelitian ini memiliki defenisi
operasional atau sub kajian untuk memperoleh data sehingga memaknai
lebih khusus dalam memperoleh data dan metode operasional sebagai
pengacu operasional;
Adapun operasional yang dimaksut adalah sebagai berikut;
1. Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong
Gegarang Kabupaten Aceh Tengah.
a. Landasan hukum Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Gampong Gegarang Kabupaten Aceh Tengah.
b. Bentuk-bentuk Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan oleh
Pemerintahan Gampong Gegarang, Kabupaten Aceh Tengah.
c. Sosialisasi Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan di Gampong Gegarang, Kabupaten Aceh Tengah.
2. Kendala-kendala Lembaga Adat dalam menjaga Penyelenggaraan
Pemerintahan Gampong;
a. Pemahaman hukum adat diatur dalam qanun yang baru baik secara
tektual maupun secara aplikasi.
b. Kerja sama Lembaga Adat dalam menjaga kinerja yang
diselengarakan oleh pemerintahan gampong.
13 Ibid11
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriftif kualitatif. Yaitu menyajikan
satu gambaran yang terperinci tentang situasi khusus, atau hubungan.14
Deskriptif kualitatif semata-mata indentifikasi sifat-sifat yang
membedakan atau karakter sekelompok manusia, benda atau peristiwa.
Penelitian ini mengunakan deskriftif kualitatif dengan alasan
peneliti berupaya menggali data dari Responden yang telah menjadi
sumber dalam penelitian ini. Selain itu metode diskriftif kualitatif ini
sangat cocok untuk diterapkan untuk penelitian lapangan dengan alasan
penelitian bisa berintraksi langsung dengan responden serta bisa
mengamati langsung pergerakan objek yang akan diteliti yakni tentang
Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong di
Kabupaten Aceh Tengah Khususnnya Gampong Gegarang.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti mengadakan
pengamatan langsung terhadap masalah yang ada sehingga peneliti bisa
mendapatkan informasi, gambaran, data-data yang dinginkan. Tempat
penelitian dimaksut adalah Gampong Gegarang, Kecamatan Bintang,
Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam.
3. Subjek Penelitian
Hal ini sebagai unsur variabel penentu agar secara mudah untuk
mendapatkan beberapa sumber data dari subjek yang akan diteliti. Ada
beberapa subjek peneliti ingin agar bisa mendapatkan apa yang
dibutuhkan. Diantaranya sebagai berikut:
14 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditiama,2009). Hlm. 27
a. Seluruh Struktur Lembaga Adat yang berkaitan dengan
Penyelenggaraan Gampong seperti;
Reje/Pengulu (Kepala Gampong).
Imem (Pemangku Agama).
Petue (Tokoh Masyarakat).
Rakyat Genap Mupakat (Badan Permusyawaratan
Gampong) dan
Lembaga Teknis (sesuai kebutuhan)
b. Mukim Bintang, Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah.
4. Sumber Data
Sebagaimana pengklarifikasian yang dianut Oleh Suharismi,
Sumber Data diklarifikasi menjadi 3P yaitui,15
:
1. P = person, sumber data berdasarkan orang. Yaitu sumber data
yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui jawaban
tertulis melalui angket. Pada poin ini peneliti akan mewawancarai
Reje (Kepala Gampong) dan segenap Struktur Lembaga Adat yang
mampu memberikan informasi dan data-data yang berkaitan
dengan penelitian .
2. P = place, sumber data berupa tempat. Peneliti mengali informasi
atau data di Kabupaten Aceh Tengah. Khusunya di kemukiman
Bintang, Gampong Gegarang.
3. P = paper, Admistrasi tertulis maupun berupa simbol. Yaitu
sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka
gambar atau simbol-simbol lainya. Poin ini , peneliti mengunakan
dokumen-dokumen instan terkait seperti monografi, foto-foto
15 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi VI. Cet XIII (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),hlm 7.
penyelenggaraan adat atau peradilan adat berlangsung di Gampong
Gegarang.
Selain itu , sumber data dan penelitian ini juga dibagi menjadi dua,
yakni
1. Data Primer
Sumber data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data
dihasilkan.16
sumber data ini peneliti untuk memperoleh data yang
Valid dan lengkap terhadap apa yang peneliti teliti dimana data ini
berkaitan dengan Adat masyarakat setempat.
2. Data Skunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder, data sekunder kemudian
dikategorikan menjadi dua17
.
a. Internal data, yaitu tersedia tertulis pada data sekunder.
Memuat landasan hukum Undang-Undang Pemerintahan Aceh,
dan qanun daerah.
b. Ekternal data, yaitu yang diperoleh dari sumber luar. Seperti
koran, buku, majalah dan lainnya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan tiga metode pengumpulan data,
yakni sebagai Beriku:
1. Observasi
Informasi atau data dapat dikumpulkan dengan
metodeobservasi. Dengan cara ini peneliti hanya mengamati dan
16 Bugin Burhan, Metodelogi Penelitian sosial format-format Kuantitatif dan kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hlm.128 17 Ibid17 hlm.16
tidak banyak melakukan kegiatan, melainkan hanya mencatat apa
yang dilihat atau disaksikan.18
Pengumpulan data dengan observasi langsung pengamatan
dan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan
mengunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut.19
Pengunaan metode observasi ini memiliki beberapa
keuntungan, diantaranya;
a. Dengan cara pengamatan langsung terdapat
kemungkinan untuk mencatat hal-hal perilaku,
pertumbuhan sewaktu kejadiaan,
b. Melalui pengamatan langsung dapat diperoleh data dari
subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal
maupun tidak mau bekomunikasi secara verbal.20
2. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah suatu percakapan dengan maksut
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan: dan
terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.
3. Dokumentasi,
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti dalam suatu masalah atau persoalan. Sedangkan
dokumentasi adalah kegiatan atau proses pekerjaan mencatat atau
18 Suparmoko, metode penelitian praktis untuk ilmu-ilmu sosial,ekonomi dan bisnis, cet, ke IV (Yokyakarta: BPEFE,1997), hlm. 68 19 Moh.Nazir, Metode penelitian, Cet, Ke VI (Jakarta: Gahila Indonesia, 2005), hlm. 175 20 Ibid19 hlm. 17
merekam suatu peristiwa dan objek atau aktifitas yang dianggap
berharga dan penting. mengumpulkan data, sumber tertulis yang
mengalir yang mempunyai naskah kerangka yang sipatnya
tidak terbatas.
6. Teknik Analisa Data
Analisa deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai
subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari
kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksut untuk pengujian
hipotesis. Sekalipun penelitian yang dilakukan bersifat inferensial, sajian
keadaan subjek dan data penelitian secara deskriptif tetap perlu
diketengahkan lebih dahulu sebelum hipotesis dilakukan. Apabila dalam
penelitian pendekatannya bersifat kualitatif , tentu deskriptif tersebut lebih
penting lagi21
.
Data analisa data dapat diartikan sebagai proses pengorganisasian dan
mengurutkan data yang diperoleh secara sistematis baik untuk menafsirkan
dan menginterpresikan data-data yang didapat dari peneliti.
Dalam hal ini peneliti mengunakan analisa deskriptitif dimana lebih
menitik beratka pada pengambaran dan penguraian objek yang nantinya
akan menghasilkan suatu kesimpulan. Dalam menganalisa data ada
beberapa proses untuk mencapai hasil yang terbaik22
, yaitu:
a. Pengumpulan data. Peneliti mengumpulkan data dari hasil peneliti
dengan beberapa cara. Diantaranya dengan mengunakan yang
diperoleh dari hasil wawancara, dokumen dan dari media cetak.
b. Reduksi data. Suatu bentuk yang mempertegas, memperpendek,
membuat fokus data agar peneliti mudah dalam menyajikan data.
21 Azwar saifuddin, metode penelitin, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar; 2001) hlm.126 22 Bungin Burhan, Metodelogi Peneleitian Sosial format-format Kuantitatif dan kualitatif. (Surabaya:Airlangga University Press: 2001) hlm.180
c. Display data. Serangkayan data memungkinkan peneliti untuk
menyimpulkan dengan mengunakan gambar, tabel, dan lainya.
d. Kesimpulan berkenaan dengan dengan hasil seluruh dari analisa
data kualitatif terletak pada pemahaman atau penuturan tentang apa
yang sudah peneliti lakukan.
Daftar Pustaka
Aman Pinan AR Hakim. 1975, syariat Islam dan Adat Istiadat, Yayasan
Mahkamahmuda, Takengon.
Avonius Leena dkk. 2010, Adat dalam Dinamika Politik Aceh.. ICAIOS, PT ISB
Unsyah. Banda Aceh
Azwar saifuddin. 2001 metode penelitin, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar;
Bungin Burhan. 2001 Metodelogi Peneleitian Sosial format-format Kuantitatif
dan kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.
Bratakusumah Supriady Deddy dkk, Otonomi Penyelengaraan Pemerintah
Daerah: Jakarta, 2004 PT Gramedia Pustaka Utama.
http://kbbi.web.id/
Iqbal Hasan. 2004, Analisa Data Peneelitian dengan Statistik, Bumi Aksara,
Muklis.1971, Belah di Gayo Studi Kasus di Kebayaken., Banda Aceh
Suparmoko. 1997. metode penelitian praktis untuk ilmu-ilmu sosial,ekonomi dan
bisnis, cet, ke IV (Yokyakarta: BPEFE,),
Moh.Nazir.2005, Metode penelitian, Cet, Ke VI Jakarta: Gahila Indonesia,
Suharismi Arikunto,; 2006, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi
revisi VI. Cet XIII (Jakarta: Rineka Cipta,
Ulber Silalahi.2009, Metode Penelitian Sosia ,Bandung: PT Refika Aditiama.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 b.
Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 4 Tahun 2011,