lecture notes : sgbm 1-10
TRANSCRIPT
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
1
C1 Empat Jaringan Dasar
Lecture Notes : Sel dan Empat Jaringan Dasar (9 Februari 2016)
Oleh : dr. Ahmad Aulia Jusuf, AHK, PhD (Bagian Histologi FKUI)
A. Pendahuluan
Atom merupakan partikel terkecil dari suatu unsur. Tapi ternyata atom dapat dibagi lagi
menjadi proton, neutron, dan elektron yang mengelilingi inti sel. Sel hanya bisa dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Sel-sel yang membentuk suatu kesatuan disebut dengan jaringan.
Jaringan akan membentuk organ. Organ-organ yang berfungsi sama membentuk sistem
organ. Dan sistem organ akan membentuk suatu organisme (individu). Dari sel ke organisme :
Misal dapat kita lihat di atas, sistem muskuloskeletal disusun oleh otot dan tulang. Dari tiap
organ akan disusun oleh jaringan-jaringan yang memiliki sel-sel yang menyusun secara
spesifik. Berikut diagramnya :
Diagram 1.1 Struktur Makhluk Hidup
Sel
•Unit terkecil makhuk
hidup. Contoh : Sel
Punca
Jaringan
• Struktur yang
dibentuk dari
sekumpulan sel yang
serupa bentuk, besar,
dan fungsinya.
Contoh : jaringan
lemak
Organ
• Struktur yang
dibentuk dari
sekumpulan jaringan
yang berbeda yang
menjadi satu dan
mempunyai fungsi
tertentu. Contoh :
kulit, jantung
Sistem Organ
• Susunan organ-organ
yang memiliki fungsi
tertentu. Contoh
sistem reproduksi
yang disusun oleh
tuba fallopii, vagina,
uterus, dll.
Organisme
• Suatu kesatuan yang
tersusun dari berbagai
sistem yang
terkoordinasi
Gambar 1.1 Jaringan Ikat
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
2
C1 Empat Jaringan Dasar
B. Sel Punca (Stem Cell)
Sifat-sifat sel punca :
1. Belum berdiferensiasi dan terspesialisasi
2. Dapat membentuk berbagai macam sel (berproliferasi/memperbanyak diri dan
berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel) yang lebih spesifik :
- Sel saraf
- Sel otot jantung
- Sel otot rangka
- Sel pankreas
3. Dapat beregenarasi dan berproliferasi kapanpun (immortal) tapi baru ditemukan bahwa
stem cell bisa mati pada saat terlalu banyak dikultur (meja kultur memiliki banyak nutrisi)
4. Nutrisi yang digunakan untuk kultur sel punca malah memengaruhi usia sel punca
Macam-macam sel punca :
1. Totipoten
Dapat membentuk berbagai jenis sel tanpa batas dan dapat membentuk satu individu
yang utuh. Yaitu mampu membentuk sel-sel yang menyusun plasenta dan tali pusat.
Contohnya : Zigot (hasil pertemuan sel sperma dan ovum) atau stadium 2 set dan Morula.
Misal : Dalam Morulla terdapat 30 sel, kemudian tiap sel diambil dan dikultur dalam
medium masing-masing, kemudian sel-sel tersebut dapat membentuk 30 individu dengan
sifat yang sama dan ini merupakan prinsip kloning domba Dolly.
2. Pluripoten
Sel yang dapat menjadi berbagai jenis sel yang menyusun 3 lapisan germinal (ectoderm,
mesoderm, dan endoderm). Contohnya : Embryionik Stem Cell (Inner Cell Mass) yaitu sel
yang berada di dalam blastula
3. Multipoten
Sel punca yang mampu berdiferensasi hanya dalam satu lapisan germinal. Misal sel punca
dari ektoderm hanya mampu menjadi organ dari lapisan ektoderm. Tapi ditemukan
bahwa sel punca multipoten memiliki plastisitas. Contoh : neural stem cells, hemopoitet
cell.
Gambar 1.2 Stem Cell Cultivation
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
3
C1 Empat Jaringan Dasar
4. Unipoten
Sel punca yang hanya mampu menjadi satu jenis sel saja. Biasanya adalah sel yang
terminal. Misalnya erythroid progenitor cells (retikulosit) hanya mampu berdiferensiasi
menjadi sel darah merah.
Sumber sel punca :
Ternyata sel punca ada pada individu yang telah dewasa tidak hanya pada embrio.
Menurut Cajal (Neuroanatomis) sekali sel saraf pusat rusak sudah tidak bisa disembuhkan,
ternyata pernyataan ini disangkal di mana pada periventrikular zone (pengaturan
neuroendokrin) dan gyrus hippocampus (pusat memori) ditemukan sel punca sel saraf.
Memori dapat dibagi dua, yaitu memori jangka panjang dan memori jangka pendek.
Berikut sumber-sumber sel punca, antara lain :
- Embryonic Stem Cells (Inner Cell Mass)
- Adult Stem Cells
Sumsum tulang, umbilical cord blood (darah di plasenta), Wharton jelly (bagian dari
tali pusar yang mirip jelly), dan jaringan adiposa (semakin banyak adiposa semakin
banyak stem cell)
Multipoten
Berasal dari sel-sel yang berasal dari 1 lempeng (ektoderm, mesoderm, endoderm)
Unipoten
Berasal dari se-sell yang telah matur
C. Jaringan Dasar Penyusun Tubuh
1. Jaringan Epitel – Kelenjar
CIPOK (Ciri-Ciri Pokok) :
- Kaya akan sel yang menempel pada membran plasma
- Ada substansi interseluler/matriks ekstraseluler (sedikit)
- Jaringan yang dibentuk lembaran sel-sel yang
menutup permukaan tubuh atau melapisi rongga-
rongga dalam tubuh
- Membentuk struktur kelenjar
- Berperan dalam :
Proteksi
Reseptor sensoris
Sekresi
Pembentukan permukaan licin dengan lubrikan
Absorpsi
Transporasi ion
Filtrasi
- Komponen seluler lebih dominan
- Kontak antar sel
- Polaritas :
Aspek apikal (permukaan) bebas
Aspek lateral sel epitel dengan taut antar sel
Aspek basal (dasar) terdiri atas lamina basal yang membentuk membran basal
Gambar 1.3 Epitelium
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
4
C1 Empat Jaringan Dasar
- Disokong oleh jaringan ikat
- Avaskuler tapi memiliki ujung serat saraf
- Memiliki kemampuan regenerasi tinggi
- Klasifikasi jaringan epitel berdasarkan jumlah lapisan :
Selapis
Berlapis
- Klasifikasi jaringan epitel berdasarkan morfologi (bentuk) sel epitel yang terletak di
permukaan :
Gepeng (Skuamosa)
Kubus (Kuboid)
Silinder (Kolumnar/Torak)
- Klasifikasi jaringan epitel berdasarkan struktur khusus di jaringan epitel
Sel goblet
Silia
Lapisan keratin atau zat tanduk
- Klasifikasi jaringan epitel jika penamaannya tidak mengikuti penamaan konvensional
Bertingkat
Transisional
- Memiliki bentuk tertentu, memiliki senyawa biokimia, dan memiliki fungsi tersendiri
- Berikut penjelasan lebih detil tentang jaringan epitel : (Tabel 1.1)
Epitel Skuamosa (Pipih atau Gepeng)
Struktur dari epitel skuamosa ini diisi oleh sel-sel pipih dan fungsinya sebagai
fasilitator dalam transport dan difusi cepat melintasi epitel. Memiliki lebar lebih
panjang daripada tingginya.
Jumlah Lapisan Penjelasan Letak
Selapis Bentuknya disusun oleh selapis sel
pipih dan sangat tipis. Sangat
berperan dalam proses difusi.
Alveolus
Pembuluh darah
(endotel)
Membentuk lapisan
mesotel di seluruh
tubuh
Berlapis Bentuknya disusun oleh berlapis sel
pipih dan fungsinya untuk mencegah
abrasi.
Epitel kulit
Esofagus
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
5
C1 Empat Jaringan Dasar
Epitel Kuboid
Dibentuk oleh sel berbentuk kotak/kubus yang biasanya aktif dalam proses ekskresi,
sekresi, atay absorpsi. Di antara nukleus dengan permukaan apikal terdapat Golgi
dan organel-organel.
Lapisan Penjelasan Letak
Selapis Melapisi bagian sekretoris beberapa
kelenjar.
Beberapa kelenjar
Tubulus ginjal
Berlapis Melapisi bagian ekskretoris kelenjar.
Kelenjar keringat
Kelenjar saliva
Epitel Kolumnar/Torak
Disusun oleh sel silindris yang memiliki tinggi lebih panjang daripada lebarnya. Sel-sel
yang menyusun sangat aktif dalam sekresi.
Lapisan Penjelasan Letak
Selapis Disusun oleh selapis sel yang
berbentuk silinder.
Lambung
Kantong empedu
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
6
C1 Empat Jaringan Dasar
Berlapis Disusun oleh sel-sel kolumnar yang
berlapis-lapis yang fungsinya untuk
proteksi dan sekresi.
Uretra
Bertingkat Disusun oleh epitel kolumnar yang
pertumbuhannya tidak merata
mengakibatkan adanya posisi yang
lebih tinggi dan lebih pendek
sehingga terlihat berlapis
(pseudostratified). Sel-sel basal yang
lebih kecil merupakan sel punca yang
bisa meregenerasi sel epitel. Sel-sel
basal tersebut memiliki nukleus yang
terdapat di bagian basal. Selain itu
juga ada kekhususan yaitu memiliki
silia dan sel goblet. Fungsinya
biasanya untuk sekresi mukus.
Trakea
Epitel Transisional
Merupakan epitel berlapis yang disusun oleh sel-
sel yang bisa berubah dalam kondisi tertentu misal
nya pada kandung kemih. Saat rileksi epitel berben
tuk kuboid dan saat regang epitel akan berbentuk
pipih.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
7
C1 Empat Jaringan Dasar
- Kekhususan Epitel (Tabel 1.2)
No. Kekhususan Epitel Penjelasan
1. Mikrovili Tonjolan sitoplasma yang kecil dan tipis berbentuk jari
dan berukuran kecil dari permukaan sel ke dalam
lumen.
Berada di apikal sel
Mengandung filament aktin
Berfungsi untuk meningkatkan area permukaan sel
untuk absorpsi
Berada di sel-sel usus halus
2. Silia Tonjolan panjang dan halus di permukaan sel
Mengandung inti mikrotubulus
Silia yang motil bergerak secara ritmis dan menggeser
lendir pada permukaan apikal sel
Dapat diklasifikasikan menjadi dua macam
berdasarkan motilitasnya :
a) Kinosilia
- Motil
- Mikrovili panjang
- Saluran napas
b) Stereosilia
- Tidak motil
- Panjang seperti rambut yang menonjol ke
permukaan sel
- Terdapat pada epididimis dan sel rambut
koklea
3. Sel Goblet Sel khusus yang menyekresikan lendir (glikoprotein dan
proteoglikan) ke permukaan apikal epitel.
4. Keratin Merupakan jenis filamen intermedia yang dibentuk
oleh sel epitel
Dibentuk bersilangan menuju permukaan terluar
Terletak di permukaan luar epitel
Berfungsi untuk mengurangi evaporasi dan mencegah
abrasi
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
8
C1 Empat Jaringan Dasar
- Hubungan antar sel :
Tight Junction (Zonula Occludens/Occluding Junction)
Ikatan sangat kuat dan tidak memungkinkan apapun lewat
Letaknya dekat dengan permukaan apeks
Dilekatkan oleh protein klaudin di mana sisi perlekatannya disebut kiss site
Adhering Junction
Melekatkan satu sel dengan sel lain dan lebih renggang dibanding tight junction.
Bentuk-bentuknya antara lain :
Zonula adherens
Fascia adherens
Macula adherens (desmosom) – hemidesmosom/adhesi fokal (pelekat sel
dengan membran basal)
Desmosom tersebar di jaringan kulit, jantung, dan uterus. Desmosom terdiri atas
dua komponen yang akan membuat desmosom mengikat dua sel bersebelahan
tanpa bersentuhan :
Plak
Sepasang gumpalan sitoplasma yang terletak
pada permukaaan dalam kedua sel
Filamen glikoprotein liat mengandung kaderin
Struktur ini menembus ruang di antara kedua
sel dan melekatkan ke plak di kedua sisi sel.
Kaderin merupakan salah satu jenis CAM.
Filamen Intermedia
Di dalam desmosom juga disusun oleh
filamen intermedia yaitu filament keratin yang
liat di kulit di mana filament ini menembus
bagian dalam sel-sel dan melekat ke plak.
Gap Junction
Memungkinkan adanya pertukaran ion antar sel
- Kelenjar dapat menghasilkan dua jenis sekret yaitu mukus (kental) dan serous (cair)
Mukus (kental, mengandung glikoprotein)
Serosa (cair)
Campuran (Bulan Sabit Giannuzzi) bagian mukosa memanggul bagian serosa
- Kelenjar dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuk region sekretorisnya,
antara lain :
Tubular (alveolar) Contoh : kelenjar keringat
Asinar (mirip anggur) Contoh : kelenjar saliva
- Kelenjar berdasarkan tidak adanya saluran dibagi dua yaitu endokrin (tak memiliki
saluran) dan eksokrin (memiliki saluran)
Gambar 1.4 Desmosom (Sherwood 9th Ed)
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
9
C1 Empat Jaringan Dasar
Kelenjar Endokrin
Kelenjar ini akan mengeluarkan sekret yang akan langsung ke darah karena tidak
memiliki saluran khusus. Di sekitar kelenjar akan banyak pembuluh darah.
Contohnya : kelenjar Adrenal dan kelenjar Tiroid
Kelenjar Eksokrin
Merupakan kelenjar yang mengeluarkan secret melalui saluran khusus sendiri.
Dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu sederhana (tak bercabang) dan
kompleks (bercabang).
Berikut cara-cara kelenjar eksokrin menghasilkan sekret : Tabel 1.2
Merokrin Apokrin Holokrin
Sekret seorsa dilepaskan
ke luar sel, pars
terminalis utuh.
Contohnya : kelenjar
saliva, kelenjar pankreas
dan kelenjar keringat
Sekret dikeluarkan
disertai dengan hilangnya
sebagian apikal sel pars
terminalis. Contohnya :
kelenjar mamae dan
kelenjar ketiak
Sekret dikeluarkan
disertai dengan
hancurnya sel pars
terminalis. Contohnya :
kelenjar sebasea
2. Jaringan Ikat
CIPOK (Ciri-Ciri Pokok) :
- Substansi antar sel sangat banyak
- Berasal dari jaringan mesenkim
- Menyokong, mengikat dan melindungi jaringan lainnya
- Banyak matriks ekstraseluler
- Vaskularisasi bervariasi
- MES diproduksi oleh sel-sel dan kemudian dikeluarkan ke ruang ekstrasel
- Sel-selnya aktif membelah (bermitosis)
- MES memiliki dua komponen :
Substansi Dasar/Ground/Amorphous Substance (Gel Like – Tissue Fluid) :
o GAG (Glikosaminoglikan – asam hialuronik, heparin, sulfated GAG)
o Proteoglikan (GAG-Protein)
o Adhesive Proteoglycan (fibronektin, laminin, entaktin, tenaskin, kondronektin,
osteonektin)
Gambar 1.5 Macam-Macam Jaringan Ikat
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
10
C1 Empat Jaringan Dasar
Serat (dapat dilihat di mikroskop)
o Elastin
o Retikular
o Kolagen
- Berikut pembentukan jaringan ikat :
- Berikut macam-macam jaringan ikat :
Jaringan Ikat Mesenkim
Ada tonjolan sitoplasma dan disusun oleh sel-sel mesenkim. Terdapat pada
embrio. Struktur mirip gel yang mengandung serat.
Gambar 1.6 Pembentukan Jaringan Ikat dari Mesenkim
Gambar 1.7 Jaringan Ikat
Mesenkim
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
11
C1 Empat Jaringan Dasar
Jaringan Ikat Longgar
a) Disusun oleh kolagen, retikular, dan elastin
b) Disusun oleh berbagai sel antara lain :
o Fibroblast
o Makrofag
o Sel Mast
o Histosit
o Leukosit
o Perisit dan endotel
c) Berfungsi dalam meyokong jaringan lain, berperan dalam reaksi inflamasi, dan
fagositosis bakteri
d) Terdapat di bagian bawah jaringan epitel dan menyusun lamina propia dari
membran mukosa, mengelilingi kapiler dan organ
Jaringan Ikat Padat
a) Disusun oleh serat kolagen, elastin, dan reticular
b) Serat kolagen lebih dominan dalam penyusunan jaringan ikat padat
c) Distribusi terdapat di tendon, ligamen, dan aponeurosis (pengikat otot lebar
ke tulang)
Gambar 1.8 Jaringan Ikat Longgar
Gambar 1.9 Jaringan Ikat Padat
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
12
C1 Empat Jaringan Dasar
Jaringan Lemak (Adiposa)
a) Letaknya di bawah kulit, di sekitar ginjal, di sekitar bola mata, dan di kelenjar
mammae
b) Fungsi utama untuk menyediakan energi, meningkatkan suhu tubuh bila
menurun, menyokong serta melindungi organ-organ tubuh
c) Disimpan dalam adiposity
d) Vakuolanya mengandung droplet lemak
e) Berikut jenis-jenis jaringan lemak berdasarkan jumlah vakuolanya :
o Univakuolar
Merupakan lemak yang sedikit vakuola.
o Multivakuolar
Merupakan lemak yang baik di mana memiliki banyak vakuola.
Jaringan Ikat Retikular
a) Menyusun tulang bagian dalam yang lunak (stroma) yang menyuplai sel darah
putih, sel mast, dan makrofag.
b) Berlokasi di organ limfoid (nodus limfe, sumsum tulang, dan limpa)
Gambar 1.10 Jaringan Adiposa
Gambar 1.11 Jaringan Ikat Retikular
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
13
C1 Empat Jaringan Dasar
Jaringan Ikat Khusus
o Jaringan Tulang Rawan
Matriks kaku, kondrosit dalam lacuna, dan avaskular.
o Tulang Rawan Hialin
Paling sering ditemukan, di ujung tulang, hidung, salurang pernapasan,
dan tulang embrional
o Tulang Rawan Elastin
Bersifat fleksibel
o Fibrokartilago
Terdapat di discus invertebralis
o Jaringan Tulang Keras
o Memiliki osteogenik, osteoblast (membentuk matriks), osteosit, dan
osteoklas (mengatur tingkat matriks yang dibentuk osteoblast).
Jaringan Darah
Hafalkan bentuk-bentuk leukosit
3. Jaringan Otot
CIPOK :
- Kaya akan sel otot
- Dibagi dari tiga, antara lain :
Otot rangka
Otot jantung
Gambar 1.12 Macam-Macam Tulang Rawan
Gambar 1.13 Struktur Sel Tulang
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
14
C1 Empat Jaringan Dasar
Otot polos
4. Jaringan Saraf
CIPOK :
- Kaya akan sel saraf
- Disusun oleh sel penyokong (sel Glia/neuroglia)
- Sel fungsional adalah neuron
- Ditemukan di otak, medulla spinalis, dan saraf tepi
- Sel-sel neuroglia menyokong dan menghubungkan komponen neuron
- Sel saraf (neuron disusun oleh :
Badan sel saraf
Dendrit
Akson
Gambar 1.14 Macam-Macam Jaringan Otot
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
15
C1 Empat Jaringan Dasar
Gambar 1.15 Struktur Neuron (Sherwood, Lauralee. From Cell to the System 9th Ed
- Sel glia berdasarkan jenisnya :
No. Neuroglia Lokasi Fungsi
1. Astrosit Fibrosa Substansia alba Menjadi penyokong
Insulator listrik
Membatasi penyebaran neurotransmiter
Mengambil ion K+
2. Astrosit Protoplasmik Substansia grisea Menyimpan glikogen
Memiliki fungsi fagositik
Menggantikan neuron yang mati
Menjadi penyalur bahan dasar dan
metabolit
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
16
C1 Empat Jaringan Dasar
Menghasilkan zat-zat tropik
3. Oligodendrosit Mengelilingi
badan sel saraf
di selubung
mielein SSP
Membentuk mielin di SSP
Memengaruhi biokimiawi neuron
4. Mikroglia Tersebar di
seluruh SSP
Fagositosis
5.
-
-
-
Ependimal
Ependimosit
Tanisit
Epitel Koroidea
Ventrikel, canalis
sentralis
Mengalirkan dan absorbsi cairan
serebrospinal
Ventriculus
tertius
Mengangkut zat-zat dari cairan
serebrospinal ke sistem portal hipofisis
Permukaan
Plexus
choroideus
Memproduksi dan menyekresikan cairan
serebrospinal
6. Sel Schwann Mielin SST Membentuk selubung mielin di sel saraf
tepi
Gambar 1.16 Macam-Macam Neuroglia (Richard S. Snell. Neuroanatomi Klinik 7th Ed.)
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
17
C2 Transduksi Sinyal
Lecture Notes : SGBM
Theme : Transduksi Sinyal
Oleh : Dr. dr. Ani Retno Prijanti, MS
A. Pendahuluan Transduksi Sinyal
Bagian dari komunikasi antar sel di mana proses untuk
mengerti (menerjemahkan) berita (sinyal) yang diminta oleh tubuh.
Di mana harus ada trigger (pemicu) dalam pensinyalan ini.
Contohnya adalah adrenal akan membuat semua organ bersiaga
karena dalam kondisi yang darurat dengan perbedaan respon dari
masing-masing organ walaupun sama-sama dengan sinyal
adrenal.
Organisme yang kompleks memiliki sel yang berfungsi special
dan memiliki cara hidup terintegrasi (saling berhubungan) selama
bertumbuh, diferensiasi, dan beradaptasi untuk merubah kondisi.
Integrasi tersebut membutuhkan komunikasi antar sel yang
diselenggarkaan oleh messanger dengan cara :
- Berjalan jauh dari sel satu ke sel lainnya
- Kontak langsung sel dengan matriks ekstrasel atau dengan sel
lainnya
B. Tujuan Sinyal
Mengubah kerja yang terjadi di dalam sel target yang meliputi :
- Enzim-enzim metabolisme
- Protein regulator gen
- Kanal ion
- Protein sitoskeleton
C. Proses Sinyal Yang Disebabkan Oleh Caraka Kimia
Chemical messenger :
- Disebut juga molekul-molekul sinyal
- Menyampaikan berita antar sel
- Disekresi sel sebagai respon terhadap stimulus yang spesifik
- Berjalan ke sel target dimana mereka dapat berikatan ke
reseptor spesifik membangkitkan suatu respon
Caraka kimia dapat diklasifikasikan, antara lain :
- Dalam sistem saraf, caraka kimia disebut neurotransmiter
- Pada sistem endokrin disebut hormon
- Pada sistem imun disebut sitokin
- Tambahan : retinoids, eicosanoids, dan growth factor
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
18
C2 Transduksi Sinyal
Sesuai perjalanannya :
- Endokrin : diedarkan melalui darah
- Parakarin : diedarkan ke sel sasaran di sekitar sekretori
- Autokrin : bekerja pada sel itu sendiri
D. Reseptor dan Transduksi Sinyal
Reseptor merupakan radar penerima sinyal yang akan
menerjemahkan sel (transduksi sinyal). Reseptor adalah suatu
protein yang bersifat :
- Mengandung suatu situs pengikatan spesifik untuk sinyal
tertentu dan situs pengikatan lainnya terlibat dalam
memancarkan pesan yang dimaksud
- Siitus pengikatan yang kedua tersebut dapat berinteraksi
dengan protein lain (transduser) atau DNA
Berikut macam-macam reseptor berdasarkan letaknya, antara lain :
- Reseptor Membran Plasma (dengan sinyal hidrofilik)
Sinyal dari hormon hidrofilik bisa menyebabkan metabolisme
atau transkripsi gen. Mekanismenya antara lain setelah
pengikatan sinyal ke situs aktif :
Fosforilasi reseptor pada residu tirosin (Reseptor Tirosin
Kinase)
Perubahan konformasi pada protein transduser
(Heterotrimeric G Protein)
Pengikatan kadar sinyal dengan second messanger intrasel
Berikut macam-macam reseptor membran sel :
Ion Channel Receptors (Reseptor Kanal Ion)
Jika reseptornya ditempel oleh sinyal maka kanal akan
terbuka.
Receptor Tyrosine Kinase (Tirosin Kinase Reseptor)
Bagian reseptor ekstraseluler terkena sinyal maka
bagian tirosin kinase akan terfosforilasi. Merupakan
monomer heliks transmembran yang memiliki 2 reseptor
sehingga membentuk dimer reseptor. Bila dimer terbentuk
(akibat penempelan ligan ke situs pengikatan ekstrasel)
kemudian domain tirosin kinase akan melakukan
autofosforilasi pada kedua reseptor. Sehingga fosfotirosin
ini membentuk situs pengikatan spesifik untuk protein
transduser lain. Dalam hal ini sangat penting dalam faktor
Gambar 2.1
Transduksi Sinyal Melalui Gap
Junction 1
Gambar 2.2
Transduksi Sinyal Penanda Permukaan Sel 1
Gambar 2.3 Parakrin 1
Gambar 2.4 Neurotransmiter1
Gambar 2.5 Hormon1
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
19
C2 Transduksi Sinyal
pertumbuhan epidermis (EGF / Epidermal Growth Factor)
dan fibroblas (FGF / Fibroblast Growth Factor). Berikut
mekanismenya : 2
1. Ligan (growth factor) berikatan di situs pengikatan
ekstrasel pada reseptor tirosin kinase
2. Terjadi dimeriasasi yang diikuti dengan fosforilasi
reseptor tirosin kinase
3. Kemudian, reseptor tirosin kinase terfosforilasi akan
berikatan dengan protein intrasel lain (misalnya : RAS,
fosfatidilinositol 3-kinase, atau fosfolipase Cγ)
4. Jika mengaktifkan RAS dan akhirnya terjadi fosforilasi
protein Raf (protein kinase serin yang disebut juga
MAPKKK / Mirogen Activated Protein Kinase Kinase
Kinase)
5. Dilanjutkan dengan fosforilasi bertingkat dan berhenti
pada suatu faktor transkripsi gen
Tyrosin-Kinase Associated Receptors (JAK-STAT)
Ujung dalam reseptor dapat mengikat protein tirosin.
Digunakan oleh sitokin dalam pengaturan proliferasi sel
tertentu. Reseptor ini terlibat dalam sistem imun. Reseptor
ini tidak memiliki aktivitas intrinsic kinase tetapi memiliki
aktivitas tirosin kinase JAK (Janus Kinase). Berikut
mekanismenya : 2
1. Terdapat reseptor tanpa aktivitas tirosin kinase intrinsic
2. Sitokin menempel pada reseptor
3. Akibat dari penempelan sitokin, terjadi perubahan
konformasi intrasel sehingga memungkinkan
hubungan dengan kinase protein intrasel
4. Terjadi aktivasi protein intrasel
5. Hal tersebut menimbulkan fosforilasi kompleks
reseptor
6. Terjadi aktivasi JAK (Janus Kinase)
7. Dilanjutkan dengan aktivasi STAT (Signal Transducer
and Activators of Transcription)
8. Dilanjutkan dengan transkripsi gen
Receptor Serin-Threonin kinase (protein dengan tujuh
heliks α mengelilingi membran)
Ujung dalam reseptor terdiri atas serin-threonin kinase
(situs aktifnya serin dan treonin). Ligan yang berikatan
adalah TGF-β (sitokin untuk pertumbuhan jaringan).
Gambar 2.6 Neurohormon 1
Gambar 2.6 Tahap 1 Penempelan Ligan3
Gambar 2.7 Tahap 2 Dimerisasi3
Gambar 2.8 Tahap 3 Fosforilasi Dimer3
Gambar 2.9 Tahap 4 Aktivasi Protein Intrasel3
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
20
C2 Transduksi Sinyal
Heptahelix Receptor
Gabungan antara G-Protein Receptor dengan tujuh heliks
α. Merupakan protein reseptor membran yang akan
melakukan transduksi sinyal menggunakan second
messenger. Berikut macam-macam second messenger :
1. 3’, 5’ – cyclic AMP (cAMP)
2. Inositosil Triposphat (IP3)
3. Diasilglisreol (DAG)
Berikut karakteristik protein G terkopel :
Memiliki tujuh domain hidrofobik yang menembus
membrane plasma
Gambar 2.10 Macam-Macam Reseptor Membran Sel2
Gambar 2.11 Struktur Protein G – Terkopel4
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
21
C2 Transduksi Sinyal
Terdiri atas 3 subunit yaitu : α, β, dan γ
Dalam hal ini, subunit α yang membedakan antara protein
G aktif (Gs) dan inaktif (Gi), di mana αs (s = stimulatorik)
menunjukan subunit aktif yang mengikat GTP dan hormon,
sementara untuk αi (i = inhibitorik) menunjukan subunit
inaktif yang mengikat GDP
Reseptor ini menghasilkan sinyal lewat perantara protein
terikat-nukleotida guanin
Di mana akan berbeda saat dalam kondisi aktif dan inaktif,
perbedaannya antara lain :
Aktif
Akan ada hormon yang berikatan di protein G
GTP (Guanin Triposphat) terikat di subunit αs
Subunit β dan γ selalu berikatan βγ
Saat aktif ini (akibat pengikatan hormon s), subunit
βγ akan lepas dari subunit αs karena terjadi
perubahan GDP menjadi GTP
Hal ini bisa terjadi karena di dalam subunit αs
terdapat aktivitas GTPase intrinsik
Setelah hidrolisis GTP menjadi GDP selesai, protein
Gs (aktif) menjadi Gi (inaktif)
Kemudian protein G akan kembali bersiap
menerima siklus pengaktifan baru dan subunit α
bergabung lagi dengan subunit βγ
Inaktif
Tidak ada hormon yang berikatan di protein G
GDP terikat di subunit αi dan kemudian akan
kembali membentuk ikatan αβγ
Berikut mekanisme dari pensinyalan dengan Kompleks Protein
G Terkopel sesuai dengan second messenger yang ada :
a) cAMP (AMP Siklik)1,4
Proses ini terjadi jika protein G berikatan dengan hormon
yang bisa menstimulasi (s) adenilil siklase, sementara tidak
terjadi jika berikatan dengan hormon yang menginhibisi (i)
adenilil siklase. Berikut macam-macam hormon
berdasarkan stimulator atau inhibitor adenilil siklase :
Tabel 2.1 Macam-Macam Hormon Hidrofilik4
Stimulator (Hs) Inhibitor (Hi)
ACTH
ADH
Asetilkolin
Angiotensin II
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
22
C2 Transduksi Sinyal
Β-Andregenik
CRH
FSH
Kalsitonin
Glukagon
hCG
LH
LPH
MSH
PTH
TSH
Somatostatin
α2-Adrenergik
Berikut mekanisme pensinyalan jika terjadi pengikatan Hs
(Hormon Stimulator) ke Protein G :
Berikut penjelasannya lebih detil :
1) Hs berikatan ke protein G menyebabkan terikatnya
GTP di protein G di subunit-α
2) Kemudian terjadi hidrolisis GTP menjadi GDP melalui
GTPase yang ada di subunit-α sekaligus mengaktifkan
adenilil siklase
3) Posphat yang dilepaskan dari hidrolisis GTP menjadi
GDP ditangkap oleh ADP ATP
Gambar 2.12
Pensinyalan Hormon Hidrofilik Dengan cAMP Sebagai
Second Messanger 3
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
23
C2 Transduksi Sinyal
4) Adenilil siklase akan mengubah ATP menjadi cAMP
(AMP siklik) dengan memutuskan dua posphat
5) cAMP ini akan mengaktifkan protein kinase A (PKA)
yang disusun oleh dua subunit regulatorik (R) dan dua
subunit katalitik (C)
6) Reaksi yang terjadi antara cAMP dengan PKA sebagai
berikut :
4 cAMP + R2C2 ⇆ R2(4 cAMP) + 2C
7) Karena pengikatan ini, yang awalnya di PKA tidak ada
aktivitas enzimatik, C (kalatitik) menjadi aktif sehingga
C dapat mengkatalis pemindahan posphat γ ATP ke
serin atau treonin di berbagai protein
8) Fosforilasi tersebut menjadi protein sasaran yang
inaktif menjadi aktif
9) Protein sasaran yang aktif ini menghasilkan respon
yang dibutuhkan
b) IP3 – Ca2+ dan DAG (Diasilgliserol)
Dalam jalur ini, yang diaktifkan bukan lagi adenilil siklase
melainkan fosfolipase C. Selain itu, dalam jalur ini juga
akan ada bantuan suatu protein yang disebut kalmodulin
yang memiliki empat situs pengikatan Ca2+ sehingga bisa
mengakitfkan enzim dan kanal ion sel. Berikut mekanisme
pensinyalannya :
1) Hs berikatan ke protein G dan mengaktifkan protein G
tersebut
2) Kemudian karena pengaktifan protein G, terjadi pula
pengaktifan enzim Fosfolipase C
3) Enzim ini akan mengubah fosfatidilinositol bifosfat
(PIP2) menjadi inositol trifosfat (IP3) dan diasilgliserol
(DAG)
4) Ada perbedaan antara IP3 dengan DAG yaitu IP3 larut
air sementara DAG larut lipid
5) Maka IP3 berdifusi ke dalam sel sementara DAG tetap
berada di membran sel
6) IP3 kemudian memobilisasi Ca2+ dari retikulum
rndoplasma halus yang disebut retikulum sarkoplasma
ke sitosol sehingga konsenterasi Ca2+ di sitosol
bertambah
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
24
C2 Transduksi Sinyal
7) Ion Ca2+ menjadi second messanger dan kemudian
berikatan ke kalmodulin (empat Ca2+ dalam satu
kalmodulin)
8) Kalmodulin menjadi aktif sehingga mengaktifkan
protein kinase yang dependen Ca2+-kalmodulin (CaM
Kinase)
9) CaM Kinase memfosforilasi protein sasaran sehingga
protein tersebut berubah bentuk dan mengakitfkannya
10) Protein yang aktif membuat terjadinya respon sel
11) Sementara di samping jaras Ca2+, secara bersamaan
DAG mengaktifkan protein kinase C (PKC)
12) PKC ini akan memfosforilasi protein sasaran yang
inaktif menjadi aktif dan merubah bentuknya
13) Protein tersebut mengakibatkan respon sel yang
dibutuhkan
Suatu sinyal harus memiliki terminasi agar tidak terjadi sintesis
protein sampai hasilnya bertumpuk-tumpuk. Bila tidak
dihambat akan menyebabkan penyakit. Cara terminasi :
Gambar 2.13
Pensinyalan Hormon Hidrofilik Dengan IP3-
Ca2+
dan DAG Sebagai Second Messanger1
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
25
C2 Transduksi Sinyal
1. Degradasi sinyal
2. The automatic G protein clock
3. Deaktivasi kinase-kinase yang bekerja pada transukdis
sinyal melalui kerja enzim fosfatase (membuang fosfat dari
suatu senyawa mengakibatkan senyawa itu menjadi inaktif)
- Reseptor Intrasel (Intracellular Binding Protein)
Dengan sinyal lipofilik. Reseptor intrasel yang terikat sinyal
akan menjadi faktor transkirpsi. Di mana seluruh sinyal bersifat
lipofilik akan langsung merangsang transkripsi.
Berikut penjelasannya lebih detil : 1
1) Hormon lipofilik bebas berdifusi ke dalam sel melalui
membran sel karena sifatnya yang lipofilik
2) Di dalam sel terdapat reseptor spesifik hormon lipofilik
3) Setelah berikatan, kompleks hormon-reseptor tersebut
akan berikatan dengan DNA
4) Tempat perlekatan tersebut sangat spesifik dan disebut
dengan elemen respons hormon (hormone response
element, HRE)
5) Pengikatan tersebut mengaktifkan gen spesifik di dalam sel
sasaran
6) Gen tersebut mengadung kode sintesis protein yang
dibutuhkan untuk respon sel
7) Kode tersebut diterjemahkan menjadi mRNA
8) mRNA akan keluar dari nukleus menuju ribosom bebas di
sitosol
9) Terjadi proses sintesis protein
10) Protein baru akan menghasilkan respon yang dibutuhkan
Reseptor Insulin
Salah satu reseptor tirosin kinase yang melakukan transduksi sinyal
divergen. Reseptor dimer terdiri atas subunit α dan β. Subunit β
akan saling memfosforilasi saat insulin terikat di reseptor akibat
dari aktivasi reseptor tersebut. Reseptor yang telah teraktivasi akan
mengikat protein IRS (Insulin Receptor Substrat) di mana reseptor
itu akan memfosforilasi IRS dan memungkinkan terjadi pengikatan
dengan protein-protein yang memiliki domain ~SH2. Salah satu
binding site mengikat Grb2 yang menyebabkan aktivasi RAS dan
jalur MAP kinase. Grb2 ini akan terikat pada PI-3,4,5-tris P pada
membrane plasma melalui domain PH (Pleckstrin Homology).
Dilanjutkan dengan aktivasi PI 3 kinase dan PLCγ yang juga terikat.
Gambar 2.14 Pensinyalan Hormon Lipofilik1
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
26
C2 Transduksi Sinyal
Reseptor insulin meneruskan sinyal lewat direct docking dengan
intermediet transduksi sinyal lainnya.
E. Transduksi Sinyal Secara Listrik1
Dalam jalur listrik dapat dibedakan menjadi dua, antara lain :
- Jalur Lokal
Jalur lokal ini menggunakan bantuan gap junction yang
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Contohnya pada
otot jantung yang menggunakan gap junction untuk
memberikan pensinyalan listrik.
- Jarak Jauh1
Jarak jauh ini menggunakan cara potensial aksi. Sebelum
masuk ke mekanismenya kita harus mengetahui terlebih
dahulu istilah-istilah dalam transduksi sinyal jalur listrik
jarak jauh :
Depolarisasi1
Merupakan peristiwa penurunan potensial membran
(menjadi kurang negatif dari awal). Atau bisa dibilang
membuat potensial membran menjadi ke arah positif.
Gambar 2.15 Mekanisme Reseptor Insulin
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
27
C2 Transduksi Sinyal
Repolarisasi1
Peristiwa kembalinya nilai potensial membran dari
depolarisasi menuju potensial istirahat.
Hiperpolarisasi1
Peningkatan nilai potensial membran sel (menjadi
semakin negatif dari awal). Atau bisa dibilang
membuat potensial membran menjadi ke arah negatif.
Potensial Istirahat1
Merupakan kondisi di mana membran sel dalam
keadaan istirahat tidak depolarisasi maupun
hiperpolarisasi. Biasanya potensial membran sel adalah
-70 mV.
Potensial Ambang1
Merupakan suatu patokan untuk menyimpulkan
apakah potensial ini termasuk potensial aksi atau
potensial berjenjang. Jika nilai potensial membran
melewati potensial ambang, maka dianggap sedang
terjadi potensial aksi. Sementara jika tidak melewati
potensial ambang maka disebut potensial berjenjang.
Potensial ambang bernilai -50 mV.
Potensial Berjenjang1
Merupakan perubahan potensial membran yang tidak
melewati potensial ambang dan sifatnya jika semakin
kuat pemicu akan semakin kuat potensial berjenjang
yang dihasilkan. Sifat dari potensial berjenjang adalah
decremental (menurun stimulusnya semakin jauh
jaraknya).
Gambar 2.16 Potensial Berjenjang Bersifat Decremental 1
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
28
C2 Transduksi Sinyal
Potensial Aksi 3
Kondisi perubahan potensial membran sehingga
melewati potensial ambang. Jalur potensial aksi adalah
dengan transport ion Na+-K+. Potensial aksi bersifat
non-decremental. Hal ini terjadi di neuron (saraf) yang
dipengaruhi oleh :
1) Semakin besar diameter dari neuron semakin
cepat potensial aksi
2) Jika terdapat selubung myelin, potensial aksi akan
meloncat dari satu nodus renvier ke nodus renvier
lain (lebih cepat)
Berikut proses potensial aksi :
1) Diawali dengan potensial istirahat -70 mV
2) Kemudian karena kanal ion K+ bocor, ion K+ keluar
sel perlahan-lahan
3) Akibatnya memicu membukanya kanal ion Na+
dan menutupnya kanal ion K+
4) Selanjutnya influks Na+ ke dalam sel
mengakibatkan depolarisasi potensial membran
5) Depolarisasi berhenti sampai di angkat +30 mV
6) Nilai ini disebut potensial puncak
7) Selanjutnya, kanal ion Na+ tertutup diikuti
membukanya kanal ion K+
8) Kemudian, K+ keluar sel mengakibatkan
repolarisasi ke potensial istirahat
9) Perpindahan K+ keluar sel lebih lanjut
mengakibatkan hiperpolariasi melebihi potensial
istirahat
10) Karena itu, kanal ion K+ tertutup dan membran
kembali istirahat
Gambar 2.17
Potensial Aksi 1
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
29
C2 Transduksi Sinyal
F. Neuromuscular Junction1
Merupakan suatu taut antara neuron dengan otot skelet.
Berikut mekanisme dari taut neuromuskular :
1. Terjadi penyebaran potensial aksi sampai ke bagian
terminal akson
2. Hal ini memacu Ca2+ masuk ke dalam neuron melalui
synaptic knob
3. Karena masukan Ca2+ ini ke dalam kanal Ca2+ merangsang
sekresi asetilkolin oleh neuron di suatu vesikel
4. Vesikel yang mengandung asetilkolin akan tereksositosis
keluar neuron menuju reseptor di sel otot yang disebut
nicotinic acetylcholine receptors
5. Saat asetilkolin menempel pada reseptor terjadi influks Na+
dan eksfluks K+ sehingga terjadi respon seluler dari otot
6. Jika ingin menterminasi sinyal maka asetilkolin akan
dihancurkan oleh enzim asetilkolinesterase
G. Macam-Macam Sinyal
1. Sinyal Sistem Saraf
Jenis sinyal saraf antara lain neutrotransmiter (molekul
yang mengandung nitrogen dan dapat berupa asam
amino atau derivatnya seperti asetilkolin dan γ-
Gambar 2.18 Taut Neuromuskular1
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
30
C2 Transduksi Sinyal
aminobutirat) dan neuropeptida (peptide kecil disusun dari
4-35 asam amino yang disekresi neuron yang bekerja
sebagai neurotransmiter pada sambungan saraf atau
disekresikan ke dalam darah). Neuropeptida dapat
berperan sebagai neurohormon.
2. Sinyal Sistem Endokrin
Berikut macam-macam sinyal endokrin :
Tabel 2.2 Macam-Macam Hormon1
Sifat Hormon
Peptida
Hormon Amina
Hormon
Steroid Tiroid
Katekolamin
dan
Indolamin
Kelarutan Hidrofilik Hidrofilik Lipofilik Lipofilik
Tempat
Dibuat RE Kasar Sitosol
Kelenjar
Tiroid Intrasel
Letak
Reseptor
Permukaan
sel
Permukaan
sel Di dalam sel
Di dalam
sel
Contoh Insulin
Glukagon
Derivat
tirosin Epinefrin
Derivat
kolesterol
Berikut beberapa senyawa yang juga dapat berperan
sebagai hormone, antara lain :
Retinoid (derivat vitamin A atau retinol)
Vitamin D (derivat kolesterol)
3. Sinyal Sistem Imun
Sinyal yang membawa pesan dalam sistem imun disebut
sitokin. Sitokin ini disekresikan oleh sistem imun dengan
cara mengaktifkan transkripsi gen protein yang terlibat
dalam respon imun. Berikut kelas-kelas sitokin :
Interleukin
Tumor Necrosis Factors (TNF)
Interferon
Colony Stimulating Factors
4. Eicosanoid
Berfungsi dalam jalur parakrin dan autokrin, antara lain :
Prostaglandin
Thromboksan
Leukotrien
Berfungsi dalam respon terhadap perlukaan. Senyawa-
senyawa tersebut diturunkan dari asam arakhidonat (asam
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
31
C2 Transduksi Sinyal
lemak tak jenuh) dan terdapat di sel sebagai bagian dari
lipid membrane yang disebut phosphatidylcholine.
5. Growth Fators
Merupakan protein yang merangsang proliferasi sel
Contoh :
platelet yang beragregasi di tempat luka pembuluh darah
mensekresi PDGF (platelet-derived growth factor).
PDGF memicu proliferasi sel-sel otot polos didekatnya,
membentuk plak yang menutupi tempat luka.
Daftar Acuan
1. Sherwood, Lauralee. Human Physiology : From Cells to the
Systems 8th Edition. Australia: Brooks/Cole, Cengage Learning;
2012
2. Cotran, R.S., Kumar, V. Robbins, S.L. 2007. Pathology Basic of
Disease. 8th edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
3. Campbell, Neil A. Biology. 9th ed. 2011
4. Murray, Robert K et al. Harper’s Ilustrated Biochemistry 29th
Edition. Toronto: McGraw-Hill Companies; 2012
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
32
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
Lecture Notes : SGBM
Theme : Jejas dan Penyembuhan Luka
Oleh : dr. Rahmiati Sp. PA (K)
A. Pengertian Jejas dan Adaptasi Sel
Jejas merupakan segala suatu yang dapat mengganggu
homeostasis sel.1 Di mana sel yang homeostasis merupakan sel
yang sehat dan dapat melakukan segala aktivitas dengan normal.1
Jejas dapat bersifat reversible maupun irreversible : 2
1. Jejas Reversible
Kondisi bahwa jejas dapat diadaptasi oleh sel dan sel kembali
ke kondisi stabil. Adaptasi utama dari sel antara lain atrofi,
hipertrofi, hiperplasia, dan metaplasia. Berikut respon adaptasi
oleh sel setelah terkena jejas reversible :
a) Atrofi
Adaptasi sel dengan mengerutkan ukuran sel dengan
hilangnya substansi sel. Hal ini diakibatkan oleh :
- Imobilisasi akibat istirahat panjang
- Hilangnya persarafan
- Berkurangnya suplai darah
- Kurang nutrisi
- Hilangnya rangsang endokrin
- Penuaan
- Sintesis berkurang dan peningkatan katabolisme
Yang mengalami pengecilan dan pengurangan adalah
sel parenkim
Sel parenkim adalah sel yang menjalankan fungsi
tubuh
Sementara ada sel mesenkim yaitu sel yang menyusun
tubuh
Secara mikroskopik stroma terlihat bertambah padahal
tetap
Jika atrofi mengakibatkan sel parenkim berkurang
jumlahnya maka disebut atrofi numerik dan biasanya
atrofi merupakan proses patologik yang disebut atrofi
fisiologik
Bagian tubuh memang harus ada yang mengecil atau
menghilang bila tidak malah disebut kelainan seperti
kelenjar timus, ductus omphalomesentericus, dan
ductus thyroglossus
Berkut macam-macam atrofi tersajikan dalam tabel 3.1
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
33
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
Tabel 3.1 Macam-Macam Atrofi 2,3
No. Macam
Atrofi Penjelasan
1. Senilis Atrofi pada pasien geriatri (manula) dan
termasuk atrofi umum dan termasuk adaptasi
Disebabkan oleh :
a) Pengaruh endokrin
b) Involusi karena berkurangnya rangsang
tumbuh
c) Berkurangnya suplai darah
d) Penebalan dinding arteri (sklerosis) yang
membuat aliran darah berkurang sehingga
suplai darah berkurang juga
Akibat dari atrofi senilis :
a) Tulang mengecil dan berongga sehingga
rapuh dan mudah patah
b) Sel ganglion berkurang tetapi neuroglia
bertambah sehingga terjadi perubahan otak
dan mengakibatkan dementia senilis
Gambar 3.1 Perbedaan Otak2
A : normal
B : akibat penuaan dan kurang O2
c) Pembuluh darah otak mengalami
arteriosklerosis
2. Setempat Terjadi karena keadaan-keadaan yang tertentu
(dalam buku kurang jelas mungkin harus
ditambahkan dari sumber lain).
3. Inaktivitas Diakibatkan kelumpuhan otot (poliomyelitis)
Hal ini dikarenakan :
a) Terlalu lama istirahat (misal : bagian tubuh
yang digips dan lama tak digerakan)
b) Sumbatan (occlusio) pada saluran (misal :
saat saluran pengeluaran sekret pankreas
tersumbat, maka sel-sel asinus yang eksokrin
akan menjadi atrofi sementara sel-sel pulau
Lagerhans tetap normal)
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
34
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
c) Hilangnya impuls trofik (atrofi neurotrofik)
4. Desakan Disebabkan oleh tekanan terus meneru atau
dalam waktu lama terhadap suatu bagian tubuh
Misalnya :
a) Pelebaran aorta di daerah substernal karena
terkena penyakit sifilis mengakibatkan
sternum tertekan dan semakin lama semakin
menipis
b) Hydronephrosis (ginjal menjadi kantung
berisi air) karena obstruksi (penyumbatan)
ureter karena batu
c) Desakan dari tumor yang semakin besar
ukurannya kepada sel di dekatnya
5. Endokrin Disebabkan oleh berkurangnya atau terhentinya
sekresi hormon
Misalnya :
Penyakit Simmonds di mana hipofisis tidak aktif
mengakibatkan terhentinya pelepasan hormone
TSH, ACTH, dan Estrogen yang mengakibatkan
atrofi pada kelenjar gondok, kelenjar adrenal,
dan ovarium
6. Kelaparan Karena kelaparan dalam waktu lama
Seperti berpuasa dan tidak berbuka
Hal ini bisa mengakibatkan penyempitan pada
esofagus (striktura)
Makanan yang masuk akan dikeluarkan kembali
karena penyempitan esofagus ini
Selain itu harus dibedakan antara atrofi, hipoplasi,
aplasia, dan agenesis :
Atrofi : normal menjadi kecil
Hipoplasi : memang sudah kecil dari awal
Aplasi : jaringan tidak sama sekali tumbuh
dan tersisa benihnya (anlage)
Agenesis : tidak terbentuk jaringan maupun
benihnya
Untuk lebih jelas mengenai adaptasi sel, langsung
membaca ke bagian hipertropi, hiperplasi, dan
metaplasia.
b) Hipertrofi
Merupakan adaptasi sel dengan penambahan ukuran sel
dan menyebabkan penambahan ukuran organ. Dapat
diakibatkan karena peningkatan beban kerja dan dipicu
oleh faktor trofil seperti aktivasi reseptor α-adrenergik.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
35
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
Contoh hipertrofi adalah pembesaran miokard karena
hipertensi sehingga otot jantung perlu meningkatkan
tenaga agar dapat memompa darah melawan resistensi.
c) Hiperplasia2
Merupakan adaptasi dengan meningkatkan jumlah sel
dalam jaringan dan bisa terjadi bersamaan dengan
hipertrofi. Contoh dari hyperplasia adalah karena rangsang
hormon estrogen sehingga terjadi proliferasi dinding
endometrium dan respon jaringan ikat pada
penyembuhan luka.
d) Metaplasia1,2
Merupakan adaptasi sel dengan mengubah struktur
jaringan dewasa menjadi jaringan dewasa lainnya.
Contohnya terjadi saat menginhalasi asap rokok yang
mengandung NO menyebabkan epitel kolumnar
bertingkat bersilia pada trakea berubah bentuk menjadi
epitel skuamosa berlapis yang bermaksud untuk
meningkatkan proteksi terhadap jejas namun malah
membuat kondisi semakin parah karena jika tidak ada silia
tersebut debris dan kontaminan akan masuk ke dalam
paru-paru.
Gambar 3.2 Hipertrofi Pada Uterus 2
Keterangan :
A : uterus hipertrofi (kiri) dan uterus normal (hipertrofi)
B : Otot polos uterus normal
C : Otot polos uterus hipertrofi
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
36
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
Berikut adaptasi-adaptasi lain yang selain dari adaptasi utama
di atas, antara lain :
a) Displasi3
Merupakan perubahan bentuk, besar, dan orientasi sel
dewasa dan displasi ini bersifat reversible (dapat kembali
lagi). Biasanya ukuran sel bisa lebih besar atau lebih kecil,
inti-inti sel menghilang, dan biasanya terjadi pada epitel
serta jaringan mesenkim.
b) Anaplasi2,3
Mirip displasia tetapi lebih ekstrim dan sifatnya
irreversible 3
Perubahan bentuk, ukuran, kualitas kromatin, jumlah
mitosis, dan orientasi pada sle-sel3
Sel dewasa mengalami kemunduran menjadi lebih
primitif 3
Penambahan besar sel bisa mencapai empat kali sel
normal dan menjadi sel datia (giant cell) 3
Ukuran perbandingan nukleus dan sitoplasma : 3
Sel Normal 1 : 4
Sel Anaplasi 1 : 2
Sel Datia Tumor 1 : 1
Jumlah nukleus dapat membedakan antara dua macam sel
datia, yaitu : 3
Sel Datia Tumor : nukleusnya ada 3 – 4 buah
Sel Datia Benda Asing : nukleusnya ada 30-100 buah
Sel datia benda asing dapat disebut sel datia Langhans
dan ditemukan pada penyakit tuberkulosis
Di mana yang termasuk ke dalam adaptasi suatu sel dari
lingkungannya adalah hipertrofi, atrofi, metaplasia, dan
hiperplasi.2
2. Jejas Irreversible
Merupakan jejas berat dan menetap sehingga sel mati.
Kematian sel berdasarkan polanya dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu nekrosis dan apoptosis.
a) Nekrosis1,2,3
Merupakan kematian sel akibat jejas irreversible. Berikut
macam-macam nekrosis :
No. Macam Nekrosis Penjelasan
1. Coagulativa Protein sel mengalami koagulasi
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
37
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
sehingga protoplasma terlihat
membeku mengakibatkan suplai
oksigen menurun. Secara mikroskopik
inti sel menjadi berwarna hitam gelap
(piknotik) dan sitoplasmanya
bergranula. Intinya :
Sitoplasma mencair, rangka sel tetap
2. Liquefaktif Terjadi dalam waktu cepat, diakibatkan
oleh enzim-enzim yang bersifat litik.
Nekrosis jenis ini sering terjadi pada
otak. Bakteri akan menyekresikan
enzim proteolitik dan menginfeksi
jaringan sehingga membentuk nanah
atau piogenik. Intinya :
Sitoplasma dan rangka sel mencair
3. Caseosa Disebut juga perkijuan karena
bentuknya berbutir, berlemak, dan
berwarna putih kekuningan seperti
keju. Bisa diakibatkan oleh infeksi
jamur.
4. Gangrenosa Biasanya dimulai dengan infeksi
bakteri. Kemudian sel-sel
membengkak mengakibatkan aliran
darah terganggu sehingga oksigen
tidak dapat memenuhi kebutuhan sel
dan terjadi ishkemia atau hipoksia.
Dilanjutkan dengan masuknya kuman
saprofitik. Biasanya terjadi pada
appendix dan disebut appendicitis
gangrenosa.
5. Enzimatik Biasanya karena destruksi suatu
jaringan yang dapat menyekresikan
enzim dan enzim yang dikeluarkan
terlalu banyak dan mengganggu
homeostasis.
6. Fibrinoid Terjadi pembentukan struktur seperti
fibrin pada jaringan ikat atau endotel
pembuluh darah.
7. Lemak Diakibatkan oleh pelepasan patologi
enzim panreatik sehingga terjadi
destruksi lemak
b) Apoptosis2
Merupakan suatu cara kematian sel yang telah
terprogram. Berikut langkah-langkah apoptosis : 2
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
38
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
1) Signaling
Beberapa hal dapat memicu apoptosis seperti :
Sinyal terprogram sejak perkembangan janin
Kurangnya growth factor
Interaksi antara protein-ligan
Sel T sitotoksik yang melepaskan granzim
Agen jejas tertentu (misal : radiasi)
Sinyal-sinyal tersebut dapat diterima oleh reseptor
pada membrane sel seperti TNF Receptor dan FAS.
2) Kontrol dan integrasi
Jalur penghubung sinyal dengan reseptor program
eksekusi akhir karena apoptosis akan melakukan
proses jalur kaskade dari satu reseptor ke reseptor lain.
Ada dua jalur luas dalam tahap ini, antara lain :
Menyalurkan sinyal secara langsung melalui
protein pencocok (adapter proteins)
Mengatur permeabilitas mitokondria oleh protein
BCL-2
Dalam hal ini, peremabilitas mitokondria
meningkat sehingga mitokondria bengkak.
Dilanjutkan dengan pengurangan produksi ATP.
Hal ini mengakibatkan pelepasan sitokrom C dari
kompleks sitokrom mitokondria menuju sitosol dan
berikatan dengan protein (misal : Apaf-1 yaitu
faktor pengaktivasi protease proapoptotik)
sehingga terjadi eksekusi sel akibat pengaktifan
protein caspace.
3) Eksekusi
Dalam eksekusi ini akan terjadi peristiwa berikut :
Pemecahan protein
Ikatan silang protein yang luas melalui aktivasi
translutaminase membentuk badan apoptotik
Pemecahan DNA
4) Pengangkatan sel mati
Fagosit akan membuang sel-sel yang mati akibat
apoptosis. Sel-sel tersebut memiliki penanda di
permukaan selnya sehingga mudah ditemukan oleh sel
fagosit.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
39
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
Berikut gambar dari proses apoptosis :
c) Perbedaan antara Nekrosis dan Apoptosis
Tabel 3.2 Perbedaan Nekrosis dan
Apoptosis4,5
Perbedaan Nekrosis Apoptosis
Cara Kematian Langsung
sekelompok sel
Satu per satu sel
Kondisi
membran sel
Mengalami
kehilangan
bentuk
membran sel
Membentuk tonjolan-
tonjolan ke luar tanpa
kehilangan strukturnya
Tonisitas Sel Bengkak Lisis Mengkerut badan
apoptosis
Kondisi Lisosom Lisosom bocor Tetap memiliki lisosom
Komposisi
Kromatin
Kromatin
berkumpul dan
menumpuk
Menjadi kompak dan
membentuk suatu massa
yang padat
Peradangan Sel-sel di
dekatnya
mengalami
respon
peradangan
Sel-sel di sekitar tidak
mengalami respon
peradangan
Reaksi Imun Dimakan
makrofag
Dimakan sel tetangga dan
makrofag
Nukleus Pyknosis
Karyorrhexis
Karyolysis
Mengecil menjadi fragmen
nukleosom
Gambar 3.3 Proses Apoptosis pada Mitokondria 2
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
40
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
Gambar 3.4 Perbedaan Nekrosis dan Apoptosis3
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
41
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
B. Macam – Macam Jejas
1. Hipoksia (Deprivasi Oksigen)2
Hal ini mengakibatkan terjadi gangguan dalam respirasi aerob.
Dapat diakibatkan oleh ishkemia (terhentinya suplai darah
dalam jaringan akibat adanya gangguan pada aliran darah
arteri atau drainase vena). Perbedaan antara hipoksia dan
ishkemia dapat dilihat dari saat sebelum respirasi aerob di
mana kondisi hipoksia masih dapat melakukan respirasi seluler
tetapi tidak maksimal dan biasanya menggunakan respirasi
anaerob sementara ishkemia karena jalur darah dihambat
padahal di darah ada glukosa (substrat glikolisis)
mengakibatkan tidak terjadinya respirasi seluler. Selain
ishkemia, hipoksia disebabkan oleh oksigenasi darah yang
tidak cukup dan kemampuan pengangkutan oksigen menurun
(biasanya karena keracunan CO dan anemia). Berikut efek
biokimia yang terjadi jika terjadi ishkemia dan hipoksia :
Intinya adalah karena hipoksia akan terjadi penurunan
tegangan oksigen dan pembentukan ATP yang menurun,
sehingga berdampak pada :
Gambar 3.5 Dampak Biokimia Ishkemia dan Hipoksia2
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
42
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
a) Akitivitas Pompa Na+
Terjadi penurunan aktivitas pompa Na+ dependen ATP
sehingga :
Terjadi akumulasi Na+ sangat banyak di dalam sel
K+ yang keluar sangat banyak
Karena kejadian tersebut akan meningkatkan volume
sel sehingga sel bengkak secara akut akibat kondisi
isosmotik
Kondisi isosmotic ini meningkatkan penumpukan
metabolit lain yaitu fosfat anorganik, asam laktak, dan
nukleosida purin
b) Aktivitas Glikolisis Anaerob
Terjadi peningkatan glikolisis jalur anaerob karena
kurangnya oksigen sehingga :
Komposisi glikogen berkurang drastic
Akumulasi asam laktak dan fosfat anorganik akibat
pemutusan ester fosfat
Terjadi peningkatan tingkat keasaman intrasel
Penurunan oksigen dan peningkatan AMP yang
merangsang pembentukan enzim fosfofruktokinase
menjadi penyebab peningkatan aktivitas glikolisis anaerob.
Karena pH intrasel menurun disertai penurunan ATP
mengakibatkan ribosom lepas dari RE kasar yang
berdampak pada penurunan sintesis protein.
Jika ada ishkemia, tentu akan terjadi adaptasi yang mengakibatkan
terjadinya reperfusi (kembalinya aliran darah) ke bagian yang
ishkemik, tapi ternyata meningkatkan kerusakan, yaitu :
a) Aliran darah yang kembali mengandung banyak Ca2+
sehingga terjadi beberapa respon antara lain peningkatan
enzim-enzim berikut :
ATPase ATP dihidrolisi jadi ADP dan P sehingga jumlah
ATP akan menurun
Fosfolipase akan menghidrolisis fosfolipid sehingga
fosfolipid rendah
Protease akan menghidrolisis protein sehingga akan
berkurang jumlah protein
Endonkulease menyababkan perusakan kromatin
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
43
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
Berikut skema dalam gambar :
b) Terjadi rekruitmen sel radang yang dapat melepaskan spesies
oksigen reaktif dengan kadar tinggi
c) Mitokondria yang rusak namun hidup mereduksi oksigen tak
lengkap sehingga meningkatkan radikal bebas
Berikut penjelasan mengenai radikal bebas :
Radikal bebas merupakan senyawa yang berstruktur tanpa
memiliki pasangan elektron di kulit terluarnya (1e- valensi)
sehingga bersifat jenuh dan mampu atau cenderung berikatan
dengan zat kimia anorganik maupun organik. Berikut cara-
cara pembentukan radikal bebas di dalam sel, antara lain : 2
Reaksi Reduksi-Oksidasi
Di mitokondria, oksigen direduksi secara bertahap dengan
menambahkan 4e- membentuk air. Dalam proses ini
terbentuk spesies intermedia toksik seperti :
Superoksida (O2-)
Hidrogen peroksida (H2O2)
OH-
Gambar 3.6 Efek Reperfusi ke Jaringan Ishkemik2
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
44
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
Setelah itu dilanjutkan dengan membentuk radikal bebas
oleh bantuan enzim oksidase (misal : xantin osidase) dan
logam transisi (Cu2+ dan Fe3+).
Nitrat Oksida
Mediator kimia yang disintesis oleh sel dan berperan
sebagai radikal bebas atau dapat diubah menjadi spesies
nitrit yang sangat reaktif.
Penyerapan Energi Radian
Dalam hal ini yang berperan adalah sinar UV dan sinar X
yang dapat menghidrolisis air menjadi OH- dan H+ radikal
bebas.
Metabolisme Enzimatik Zat Kimia Eksogen
Misalnya karbon tetraklorida (CCl4)
Berikut reaksi yang dapat terjadi akibat radikal bebas : 2
Peroksidasi Lipid Membran
Lemak tak jenuh rentan diserang radikal bebas oksigen
sehingga menghasilkan peroksida. Praktikum Kimia
(Penentuan Bilangan Peroksida)
Fragmentasi DNA
Reaksi timin di mitokondria dan nucleus dengan radikal
bebas menyebabkan kematian sel.
Ikatan Silang Protein
Radikal bebas menyebabkan ikatan silang protein
diperantarai sulfhidril sehingga meningkatkan kecepatan
degradasi enzimatik dan fragmentasi polipeptida.
Walaupun radikal bebas mudah rusak (misal karena
penambahan air) namun tubuh tetap mempersiapkan bantuan
untuk menghancurkan radikal bebas melalui beberapa cara
enzimatik maupun non enzimatik, antara lain :
Superoksida dismutase (SOD) yang ada di mitokondria
maupun sitosol yang menjadi katalisator dalam reaksi :
2O2- + 2H H2O2 + O2
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
45
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
Glutation peroksidase akan melindungi sel agar tidak
mengalami jejas dengan mengatalis reaksi :
2OH- + 2GSH 2H2O + GSSG
Keterangan :
GSH : glutation tereduksi
GSSG : glutation teroksidasi
Katalase di dalam peroksisom mendegradasi peroksisom
dalam reaksi :
2H2O2 O2 + 2H2O
Radikal bebas yang terbentuk ditangkap oleh antioksidan
endogen atau eksogen (vitamin E, A, C, serta β-karoten)
Protein karier seperti transferin, ferritin, dan seruloplasmin
akan membawa Cu2+ dan Fe2+ yang dapat mengatalis
reaksi Fenton
2. Agen Fisik2
Agen fisik yang menjadi jejas dapat berupa trauma, suhu yang
terlalu tinggi ataupun rendah, radiasi, syok eletrik, perubahan
mendadap pada tekanan atmosfer, dan lain-lain.
3. Agen Penginfeksi
Agen penginfeksi dapat berupa virus, bakteri, fungi, protista,
dan cacing parasit.
4. Defek Genetik2
Karena kesalahan fungsi metabolisme dan substitusi asam
amino dapat menjadi jejas. Defek genetik bisa terlihat (misal :
down syndrome) dan bisa tidak terlihat (anemia sel sabit).
5. Ketidakseimbangan Nutrisi2
Terjadi karena kekurangan atau kelebihan nutrisi seperti
kelaparan dan obesitas.
6. Zat Kimia2
Zat kimia ini dapat berupa zat kimia endogen maupun
eksogen. Selain itu, ada zat kimia yang sebenarnya secara
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
46
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
internal tidak membahayakan namun akan diubah menjadi
metabolit toksik reaktif. Contohnya jika keracunan CCl4. Berikut
mekanismenya :
7. Penuaan2
Penuaan sel menyebabkan penurunan respon sel dan
perubahan pada kemampuan perbaikan dan replikasi sel
jaringan.
8. Penimbunan Metabolit
Berikut macam-macam penimbunan metabolit, antara lain :
a) Penimbunan Lemak / Perlemakan (Steatosis)2
Merupakan agregasi secara abnormal dari trigliserida di
dalam sel parenkim. Hal ini diakibatkan oleh toksin,
malnutrisi protein, diabetes melitus, obseitas, anoksia, dan
penggunaan alkohol.
b) Penimbunan Kolesterol dan Ester Kolesteril2
Makrofag terisi oleh vakuola lipid (kolesterol dan ester
kolesteril) sehingga terlihat bentuknya seperti busa. Saat
makrofag sampai di jaringan ikat subepitelial kulit atau
tendo maka akan terbentuk massa yang disebut dengan
xanthoma.
c) Penimbunan Protein2
Diakibatkan oleh sintesis protein berlebihdan dan protein
yang disajikan pada sel berlebihan. Hal ini dapat terjadi
pada sindroma nefritis dimana kebocoran filter ginjal yang
mengakibatkan albumin lolos dari proses filtrasi.
Gambar 3.7 Proses Keracunan CCl4
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
47
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
d) Penimbunan Glikogen2
Terjadi pada penderita diabetes melitus dan gangguan
metabolisme glukosa atau glikogen. Glikogen ini dapat
terakumulasi di epitel tubulus ginjal, miosit jantung, dan sel
β pankreas di pulau Langerhans.
e) Penimbunan Pigmen2
Pigmen dapat dibedakan menjadi pigmen endogen dan
eksogen berdasarkan asalnya, berikut penjelasannya :
Pigmen Endogen2
Lipofuscin2
Merupakan material intrasel granular kuning
kecoklatan tak mudah larut sebagai indicator
adanya kompleks protein-lipid dari radikal bebas-
peroksidasi terkatalisis pada lemak polyunsaturated
membrane subseluler.
Melanin2
Pigmen hitam coklat hasil dari melanosit di epitel
kulit yang dibentuk saat enzim tirosinase
mengatalis oksidasi tirosin menjadi dihidroksi
fenilalanin.
Hemosiderin2
Pigmen granular dari hemoglobin yang berwarna
kuning keemasan sampai coklat yang terakumulasi
di jaringan yang memiliki kelebihan zat besi di
mana terdapat pada misel feritin.
Pigmen Eksogen
Contohnya adalah karbon yang diinhalasi. Saat masuk
ke dalam saluran napas, karbon akan difagosit oleh
makrofag alveolar kemudian diangkut menuju kelenjar
getah beneing trakeobronkial regional dan terlihat
bahwa aliran kelenjar getah bening akan berwarna
hitam.
C. Radang dan Proses Regenerasi Jaringan
Radang atau inflamasi merupakan reaksi protektif dari tubuh
terhadap jejas dan jaringan yang mengalami nekrosis akibat jejas.
Inflamasi atau radang dapat dibagi dua, antara lain inflamasi akut
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
48
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
(radang singkat yang ditandai dengan menonjolnya eksudat dan
leukosit) dan inflamasi kronik (radang lama yang berlangsung bisa
mencapai berhari-hari sampai bertahun-tahun). Berikut penjelasan
inflamasi secara umum :
Diawali vasokontriksi sementara (hanya beberapa detik)
Kemudian terjadi vasodilatasi arteriol yang mengakibatkan
kemerahan (rubor) pada kulit
Peningkatan permeabilitas kapiler (akibat histamin dari sel
mast, selain itu juga disebabkan oleh histamine, bradykinin,
leukotrien, dll) sehingga terjadi pengeluaran cairan plasma
dan protein (diawali dari albumin kemudian globulin dan
yang terakhir fibrinogen)
Cairan yang tinggi akan protein disebut eksudat sementara
yang sedikit protein disebut transudate
Cairan ini mengakibatkan pembengkakan (edema)
Sel darah merah menjadi tinggi viskositasnya sehingga
aliran darah melambat sehingga fase ini disebut fase statis
Di saat ini, terjadi marginasi neutrofil dan monosit (akibat
sitokin yang dihasilkan oleh makrofag residen di jaringan
setelah memfagosit jejas) di endotel
Kemudian terjadi diapedesis neutrofil terlebih dahulu ke
bagian luka kemudian setelah 8-12 jam dilanjutkan
monosit yang ke jaringan luka
Monosit akan berdiferensiasi menjadi makrofag di jaringan
Pergerakan leukosit ke jejas ini disebut kemotaksis
Gambar 3.8 Inflamasi6
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
49
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
Berikut penjelasan lebih lanjut :
1. Inflamasi Akut
- Respon cepat terhadap jejas dengan datangnya leukosit ke
tempat jejas
- Komponen utama yang terjadi pada inflamasi akut antara
lain :
Vasodilatasi kapiler dan peningkatan permeabilitas
kapiler
Inflamasi akut akan menyebabkan bocornya endotel
yang ada pada arteriol, kapiler, maupun venula.
Berikut macam-macam penyebab kebocoran
(peningkatan permeabilitas) sel endotel :
1) Kontraksi endotel
o Dipicu oleh histamin, bradikinin, dan leukoterin
o Hanya terjadi di venula pascakapiler kecil
Gambar 3.9 Inflamasi Akut2
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
50
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
2) Retraksi Sel Endotel
o Terjadi reorganisasi sitoskeleton endotel sehingga
sel endotel mengalami retraksi satu sama lain
kemudian hubungan antar sel terganggu
o Terjadi karena pengeluaran sitokin oleh TNF
(Tumor Necrosis Factor) serta Interleukin 1 (IL-1)
3) Jejas Endotel Langsung
o Diakibatkan oleh cedera berat seperti infeksi atau
luka bakar
o Menyebabkan nekrosis dan lepasnya sel endotel
o Lepasnya sel endotel diikuti dengan adhesi
trombosit dan thrombosis (perbaikan pembuluh
darah)
o Terjadi di venula, kapiler, maupun arteriol
4) Jejas Endotel Bergantung Leukosit
o Diakibatkan karena akumulasi leukosit pada
jaringan
o Leukosit bisa melepaskan spesies oksigen toksin
serta enzim proteolitik
o Dua jejas itu mengakibatkan lepasnya sel endotel
o Terjadi pada venula dan kapiler pulmonalis di
mana leukositnya melekat di endotel tersebut
5) Peningkatan Transitosis
o Diakibatkan oleh VEGF (Vascular Endothelial
Growth Factor)
o Terbentuk kanal-kanal dari fusi vesikel tanpa
selubung
o Terjadi di venula
6) Kebocoran dari Pembuluh Darah Baru
o Saat angiogenesis, bakal pembuluh masih bocor
sampai ke sel endotel
o Diakibatkan karena VEGF (meningkatkan
transitosis) yang baru dikeluarkan oleh endotel
untuk membuat pembuluh darah baru
o Terjadi di tempat angiogenesis
Perpindahan leukosit dan terakumulasi di tempat jejas
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
51
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
o Kemotaksis ini diinduksi oleh kemokin, C5a,
leukotrien B4, dan produk bakteri
Demam (kalor) akibat IL-1, IL-6, dan TNF serta
rangsangan prostaglandin
Nyeri (dolor) akibat prostaglandin dan bradikinin
Dan akan terjadi kerusakan jaringan (fungsio laesa)
akiobat enzim lisosom, neutrofil, makrofag, metabolit
oksigen, serta nitrat oksida
Akibat dari inflamasi akut ini akan terjadi :
Pembuangan mediator kimia serta normalisasi
permeabilitas vascular
Pembentukan jaringan parut atau fibrosis
Kemajuan kea rah inflamasi kronik
2. Inflamasi Kronik
Merupakan inflamasi yang bersifat panjang bisa sampai
bertahun-tahun. Hal-hal yang terjadi di inflamasi kronik antara
lain :
Infiltrasi Sel Mononuklear
Destruksi Jaringan
Perbaikan Jaringan
Perbedaan antara inflamasi akut dan inflamasi kronik : Gam
bar 3
.10 P
erb
ed
aan In
flam
asi A
kut d
an In
flam
asi K
ronik
2
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
52
C3 Jejas dan Penyembuhan Luka
Daftar Acuan
1. Kuliah SGBM Jejas dan Penyembuhan Luka dr. Ramiati
(Bagian Patologi FKUI)
2. Cotran, R.S., Kumar, V. Robbins, S.L. 2007. Pathology Basic
of Disease. 8th edition. Philadelphia: W.B. Saunders
Company.
3. Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik FKUI, 1973.
Patologi, Bagian Patologi Anatomik FKUI. Jakarta
4. Gavrieli, Y., Y. Sherman, and S.A. Ben-Sasson. (1992).
Identification of Programmed Cell Death in Situ Via
Specific Labeling of Nuclear DNA Fragmentation. J. Cell
Biol. 119: 493-501
5. Thompson, H.J., R. Strange and P.J. Schedin. (1992).
Apoptosis in the Genesis and Prevention of Cancer. Cancer
Epidem. Biomarkers and Prevention 1: 597-602
6. Lauralee, Sherwood. 2016. Human Physiology From Cells
to the Systems. 9th edition. San Fransisco: Cengage
Learning.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
53
C4 Genetic Counseling
Lecture Notes : SGBM
Theme : Genetic Counseling
Oleh : DR. dr. Damayanti R. Sjarif, SpA (K)
A. Pengertian, Tujuan, dan Tempat Melakukan Genetic Counseling
Genetic counseling merupakan kegiatan berkomunikasi antara counselor dengan counselee
yang membahas mengenai masalah penyakit genetika yang bersifat langsung maupun risiko
terjadinya kelainan genetik.
Tujuan dari genetic counseling adalah untuk memberikan counselee opsi solusi terbaik agar
counselee dapat memutuskan solusi yang menurutnya paling baik tanpa intervensi dari
counselor dan tujuannya bukan untuk mengurangi atau menghilangkan kelainan genetik di
masa yang akan datang.
Genetic counseling ini dapat dilakukan di rumah counselee, di rumah sakit, di tempat
counselor bekerja, dan intinya lebih baik di tempat yang pribadi.
B. Komponen Genetic Counseling
Ada counselor yang menjelaskan (professional dalam bidang genetika yang berarti tidak
harus dokter) dan ada counselee (orang yang berkonsultasi). Counselor minimal memiliki
pendidikan genetika sekitar dua tahun.
C. Waktu Melakukan Genetic Counseling
1. Jika kepada orang tua
Dilakukan sebelum atau saat masa kehamilan (sebagai media pencegahan kelainan
genetik dari anak).
2. Jika kepada orang tua dan anaknya
Dilakukan setelah kelahiran (neonatal) sehingga fungsinya untuk mengecek kelainan
genetik dari anak.
3. Jika kepada masyarakat umum
Dilakukan kepada masyarakat yang sedang atau telah melewati masa dewasa dan ingin
menikah untuk mengecek probabilitas kelainan genetik dari keluarga masing-masing.
D. Langkah-Langkah Melakukan Genetic Counseling
1. Melakukan pemastian validitas diagnosis dengan cara :
Mencari tahu mengenai kondisi kehamilan
Mencari tahu kelainan genetik pada silsilah keluarga counselee
Melakukan analisis fisik, klinis, dan lab dari counselee
2. Menentukan faktor risiko penyakit genetik tersebut pada counselee atau keturunannya
Membuat dan menganalisis pedigree chart
Informed consent mengenai recurrence risk dengan cara harus sejelas-jelasnya
Dalam tahap informed consent, counselee akan mengalami tahapan :
Shock Marah Depresi Menerima Bekerja sama
Untuk itu biarkan counselee mengekspresikan kemarahannya, tenang, dan hargai apa
keputusan dari counselee selanjutnya
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
54
C4 Genetic Counseling
3. Informed consent mengenai diagnsosis
4. Memberikan alternatif pilihan atau solusi, berikut solusi yang dapat diberikan :
Menerima takdir saja
Membatasi jumlah anak
Preimplantation Genetic Diagnosis
Diagnosis prenatal (diagnosis prenatal dengan serangkaian tes), berikut macam-
macam tes yang dapat dilakukan untuk mengecek risiko penyakit genetik dalam
tahapan pra-natal :
1. Amniocentesis
2. Chorionic Vilus Sampling
Diagnosis neonatal yaitu dengan mengambil darah dari tumit bayi dan melakukan
screening gen
Mencari donasi gamet dari bank sperma namun ada kendala etis
Adopsi anak
5. Memberikan kesempatan kepada counselee untuk memilih
Gambar 4.1 Tes Pranatal (Campbell, Biology 9th Edition)
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
55
C5 Genetika Populasi dan Probabilitas
Genetik
Lecture Notes : SGBM
Theme : Genetika Populasi dan Probabilitas Genetik
Oleh : Dr. Puji Sari, MS
A. Pengertian Genetika Populasi
Genetika populasi akan berkaitan dengan teori kemungkinan
(probabilitas). Prinsip dasar genetika yaitu ilmu yang mempelajari
penurunan karakter (trait) dari satu generasi ke generasi berikutnya. Di
mana merupakan suatu karakter mungkin dikontrol (dikode) oleh satu
gen (monogen), beberapa atau banyak gen (poligen).
Setiap karakter (fenotip) pada satu individu dikode oleh pasangan
gen (alel), masing-masing berasal dari gamet paternal dan maternal yang
bersaut pada pembentukan zigot. Alel merupakan bentuk alternatif dari
pasangan gen. Alel merupakan gen yang membawa determinan berbeda
untuk satu karakter. Pada tiap individu alel tidak berubah atau bisa
dibilang tetap sejak embrio sampai akhir hidupnya.
Populasi adalah kumpulan individu yang terdiri atas ribuan, jutaan,
dst individu yang masing-masing membawa varian genetik (alel). Maka
genetika populasi adalah cabang ilmu genetika menguraikan secara
matematis kemungkinan penyebaran gen dalam suatu populasi.
Jumlah dan proporsi alel dalam satu populasi dinyatakan dalam
frekuensi alel yang menentukan karakter populasi. Frekuensi alel dalam
populasi dapat berubah sehingga karakter populasi ikut berubah.
Perubahan frekuensi alel (gen) dalam populasi berimplikasi pada adaptasi
dan evolusi spesies pada habitat/lingkungan.
Variasi genetik (alel) yang besar berimplikasi pada kemampuan
spesies untuk bertahan (survive) terhadap perubahan waktu dan
lingkungan atau bisa disebut evolusi. Varian genetic yang kecil
menyebabkan spesies kurang dapat bertahan (less survive) terhadap
perubahan waktu dan lingkungan.
B. Variabilitas dan Frekuensi Gen (Alel)
Frekuensi setiap alel yang ada di dalam populasi mendeskripsikan
karakter populasi tersebut. Setiap gen minimal mempunyai 2 alel (HH,
Hh, hh). Variabilitas anggota populasi ditentukan atau dideterminasi oleh
komposisi alel dari gen yang diekspresikan. Populasi yang berbeda dari
spesies yang sama tidak selalu mempunyai frekuensi alel yang sama.
Hukum Hardy-Weinberg :
Populasi dalam keseimbangan, frekuensi gen dan frekuensi genotip
akan tetap dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perpaduan 2
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
56
C5 Genetika Populasi dan Probabilitas
Genetik
konsep Hardy & Weinberg. Memprediksi frekuensi gen yang
ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan asumsi
(syarat) :
1. Populasi besar (tidak terbatas)
2. Perkawinan bebas antar anggota populasi (random mating)
3. Tidak ada ‘evolutionary forces’ yang menyebabkan perubahan
komposisi populasi antara lain mutasi, migrasi, dan seleksi
4. Ketahanan (fitness) potensi mempertahankan frekuensi alel (dalam
populasi), tergantung pada :
- Viability
Kemampuan mempertahankan diri (dari perubahan lingkungan)
- Fertility
Kemampuan bereproduksi
Apabila ketahanan anggota populasi berubah maka viabilitas dan
kapasitas reporduksi dalam populasi berubah. Hal ini mengakibatkan
karakter populasi berubah atau bisa disebut terjadi evolusi. Berikut
beberapa faktor yang memengaruhi frekuensi gen/alel :
- Mutasi
Dapat terjadi pada kromosom maupun pada basa bernitrogen.
Dapat mengakibatkan frameship mutation, non-sense mutation,
dan lain-lain.
- Migrasi
Akan terjadi aliran gen di mana masuknya populasi ke populasi
lain akan terjadi proses perkawinan.
- Seleksi
Mutasi dapat menyebabkan terekspresinya sifat (bentuk)
baru. Sifat ini dapat berimplikasi pada ketahanan anggota
populasi. Apabila ketahanan tersebut menyebabkan
perbaikan/kemajuan reproduksi sehingga alel yang dibawa akan
menjadi prevalen (dominan) di dalam populasi.
Alel tersebut terseleksi menurut teori Darwin sehingga alle
tersebut mengalami selelsi alam (natural selection) yang
mendorong terjadinya evolusi.
Hal di atas dapat mengubah fenotip sehingga proporsi alel juga
akan berubah.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
57
C5 Genetika Populasi dan Probabilitas
Genetik
Sementara, frekuensi adalah perbandingan antara banyaknya
suatu individu dalam suatu kelas terhadap jumlah seluruh individu.
Jika frekuensi alel A dalam suatu populasi adalah p, sedangkan
frekuensi alel a adalah q, maka kombinasi sel gamet pada perkawinan
heterzigot Aa x Aa :
Frekuensi genotip yang dihasilkan pada perkawinan alel dengan
frekuensi p dan q sesudah satu generasi menurut Hardy & Weinberg:
p q
P p2 pq
q pq q2
Frekuensi gen (alel) akan tetap seimbang dari generasi ke generasi
dengan mengikuti tiga ketentuan tadi, berikut rumusnya :
(p+q)(p+q) = p2 + 2pq + q
2
Keterangan :
p2 : AA
q2 : aa
pq : Aa
Suatu populasi disebut polimorfik bila kedua alel tersebut
bersegregasi (menurut Hukum Mendel), dan frekuensi salah satu
alelnya tidak kurang dari 0,01. Prinsip Hardy-Weinberg pada gen
terangkai-X :
Jika frekuensi alel untuk normal melihat warna (C) adalah p = 0,88
; maka frekuensi alel buta warna (c) adalah q = 0,12. Distribusi
ekuilibrium frekuensi alel pada laki-laki dan wanita adalah :
Jenis Seks Genotip Frekuensi Fenotip
Pria C p = 0,88 Normal
c q = 0,12 Buta Warna
Wanita CC p2 = 0,77 Normal
Cc 2pq = 0,21 Normal
cc q2 = 0,02 Buta Warna
Prinsip Hardy-Weinberg pada Alel Berganda :
Pada golongan darah ABO dikenal ada tiga alel yaitu , yaitu IA, IB,
dan IO. Maka akan digunakan tiga variabel yaitu p, q, dan r.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
58
C6 Biomakromolekul
Lecture Notes : SGBM
Theme : Biomakromolekul Organik (Karbohidrat, Protein, dan Lipid)
Oleh : Ade Arsianti (Departemen Kimia Kedokteran FKUI)
A. Karbohidrat
- Karbohidrat merupakan polihidroksi (banyak gugus –OH) keton atau aldehid
- Senyawa besar yang jika dihidrolisis dapat menghasilkan polihidroksi aldehid atau keton
(misalnya : Polisakarida seperti Kanji atau Amilum)
- Memiliki rumus empiris : CH2nO
- Tipe-tipe karbohidrat berdasarkan unit gula penyusun :
Monosakarida
Terdiri dari satu gugus gula contohnya : glukosa, fruktosa, galaktosa. Dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam :
1. Berdasarkan konfigurasi atom C kiral (C asimetris atau stereosenter) yang
mengikat empat substituent yang berbeda yang terjauh dari gugus karbonil. Jika
ada tulisan D-glukosa dan L-glukosa menunjukan konfigurasi atom C kiralnya.
Contoh :
2. Berdasarkan gugus fungsi aldosa dan ketosa
Tergantung gugus fungsi yang dimiliki :
Ketosa (C=O) biasanya ada di C nomor 2
a) Fruktosa
Merupakan ketoheksosa
Bersifat memutar cahaya polarisasi ke kiri maka disebut levulosa
Rasanya manis
Dibuktikan dengan pereaksi Seliwanoff karena termasuk gula ketosa
Aldosa (>CHO) biasanya ada di C nomor 1
a) Glukosa
Termasuk aldoheksosa dan dekstrosa (memutar cahaya terpolarisasi ke
arah kanan)
Terdapat di buah-buahan dan madu lebah
Kadar normal dalam darah antara 70-100 mg per 100 mL darah
Penderita diabetes mellitus akan memiliki kadar glukosa dalam darah
lebih dari 130 mg per mL darah
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
59
C6 Biomakromolekul
Dapat dijadikan sirup berviskositas tinggi dengan melakukan proses
hidrolisis dengan asam
b) Galaktosa
Terdapat bebas di alam
Rasanya kurang manis dibanding glukosa
Sukar larut dalam air
Memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan
Reaksi :
[O]
Galaktosa Asam Musat
[HNO3]
Sifat asam musat ini sulit larut dalam air dibanding dengan asam
sakarat
Asam sakarat merupakan hasil oksidasi dari glukosa
3. Berdasasrkan jumlah karbon yang menyusun
o Triosa : 3 atom C penyusun
o Tetrosa : 4 atom C penyusun
o Pentosa : 5 atom C penyusun
o Heksosa : 6 atom C penyusun
Gambar 5.1 Aldosa dan Ketosa2
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
60
C6 Biomakromolekul
Klasifikasi 2 dan 3 sering digabungkan misalnya : ketoheksosa, aldoheksosa.
Aldoheksosa yang sering ditemukan adalah D-glukosa, D-manosa, dan D-
galaktosa yang merupakan isomer fungsi karena memiliki rumus sama hanya
berbeda tempat pelekatan –OH.
Macam-macam isomer :
1. Epimer : hanya berbeda pada salah satu konfigurasi yang diikat atom C kiral
Contoh : D-Glukosa dengan D-Manosa
2. Diasterioisomer : berbeda pada dua konfigurasi yang diikat atom C kiral
Contoh : D-Manosa dengan D-Galaktosa
3. Enantiomer : berbeda semua konfigurasi yang diikat atom C kiral
Contoh : L-Glukosa dengan D-Glukosa
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
61
C6 Biomakromolekul
Golongan aldopentosa merupakan gula memiliki lima C dan bergugus fungsi aldehid.
Contohnya : D-2-deoksiribosa, D-Arabinosa, D-Xilosa (gula kayu pada tunas tumbuh-
tumbuhan), D-ribosa dan D-Liksose . Arabinosa merupakan salah satu monosakarida yang
merupakan komponen biopolimer seperti hemiselulosa dan pektin.
Berikut beberapa cara penulisan struktur glukosa :
1. Struktur Rantai (Fischer Projection)
2. Struktur Siklis (Haworth Projection)
3. Chair Conformation dan Boat
Berikut cara-caranya :
Karbonil mengalami polarisasi di C nomor 1, perbedaan muatan di mana elekteron
akan lebih mengikat Oksigen dan Oksigen bermuatan parsial negatif dibanding
karbon yang bermuatan parsial positif
Ikatan antara C dan –OH juga mengalami polarisasi di mana O memiliki muatan
parsial negatif dibanding H yang bermuatan parsial positif
Reaksi terjadi antara H dari gugus C paling jauh dari gugus karbonil dengan O di
gugus karbonil membentuk –OH yang disebut siklisasi intramolekular
Kemudian C pada gugus karbonil menjadi C kiral dan disebut karbon anomer
sementara –OH yang berikatan pada C kiral disebut OH laktol, dan OH yang tidak
mengikat pada karbon anomer disebut OH alkohol biasa
Nama Struktur Siklis : α-D-Glukopiranosa
Kemudian, akan membentuk siklik dengan 5 atom C dan 1 atom O yang disebut piran
Tuliskan nomor atom sesuai dengan proyeksi Fishcer di mana atom O diapit oleh
atom C1 dan atom C2 sehingga di bagian antara O adalah C1 dan C2
Selanjutnya menuliskan atom yang diikat di mana jika di Fischer Projection ada di kiri
maka dituliskan di atas, sementara yang ada di kanan dituliskan di bawah
Jika ingin membentuk struktur α maka gugus OH laktol harus berseberangan dengan
gugus C6
Untuk membentuk struktur beta maka gugus OH laktol harus sama letaknya dengan
gugus C6 di mana jika C6 di atas maka OH laktol di atas
Kemudian jika ingin membentuk struktur L maka harus menuliskan C6 di bawah
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
62
C6 Biomakromolekul
Selanjutnya jika ingin membuat chair conformation di mana seolah-olah atom C4
ditarik ke atas sementara atom C1 seolah-olah ditarik ke bawah
Jika ikatan yang tegak lurus disebut aksial dan yang miring disebut ekuatorial
Sehingga jika diproyeksikan menjadi chair conformation menjadi :
Chair conformation akan lebih stabil dibanding boat karena jika boat antar gugus -H
dalam satu line sehingga akan terjadi tolak-menolak yang membuat struktur tidak
stabil
Alasan disebut chair conformation :
Jika dalam struktur gula terdapat memiliki –OH laktol maka disebut gula pereduksi
Siklisasi D-Fruktosa :
Dilakukan biasanya pada gula keton. Di mana terjadi reaksi oksigen di C2 dengan
hidrogen di C5 dan membentuk rangka furan di mana –OH laktol berada di C2
Dari struktur ikatan piranosa dengan furanosa yang lebih stabil adalah piranosa karena
memiliki lingkar lima
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
63
C6 Biomakromolekul
Glukosa anomer jika dapat mengalami mutarotasi yaitu perubahan dari α menjadi β.
Jika didiamkan dalam larutan air dapat terbentuk menjadi rantai terbuka maupun
tertutup. Dapat dilihat dari nilai putaran optis :
1. α-Anomer : 112,20
2. β-Anomer : 18,70
3. Rantai Tertutup : 52,50
Disakarida
Terdiri dari dua gugus gula contohnya : sukrosa, laktosa, dan maltosa. Dibentuk
dengan adanya ikatan glikosidik sehingga melepaskan air. Berikut macam-macamnya :
1. OH Laktol dan OH Alkohol
Antara –OH laktol di C1 dengan –OH alkohol di C4, penamaannya akan
menggunakan gula yang memiliki –OH laktol menjadi induk dan –OH alkohol
menjadi subtituen dan ditambahkan akhiran –il.
2. OH Laktol dan OH Laktol
Antara –OH laktol dan –OH laktol sehingga disakarida tidak memiliki –OH laktol
lagi dan mengakibatkan menjadi gula tidak pereduksi dan contohnya sukrosa.
Untuk penamaan IUPAC yang menjadi induk dan substituen bebas dan jika yang
substituen harus ditambahkan akhiran –il.
Berikut penjelasan masing-masing disakarida :
1. Laktosa
o Disebut gula susu
o Disusun dari D-galaktosa dan D-glukosa
o Berikatan glikosidik di β-1,4-glikosidik (C1 pada galaktosa dan C4 pada glukosa)
o Memiliki –OH laktol bebas sehingga memiliki sifat mereduksi dan mutarotasi
o Mengkristal dalam bentuk α
o Jika dihidrolisis kemudian dipanaskan dengan HNO3 akan menghasilkan asam
musat
2. Sukrosa
o Gula non pereduksi
o Dapat membalikan putaran optis jika dihidrolisis dan menghasilkan glukosa
dan fruktosa
Oligosakarida
Terdiri dari 2 – 4 monosakarida atau dapat disebut disakarida, trisakarida dan
tetrasakarida. Yang paling banyak ditemukan adalah disakarida. Berikut macam-
macam oligosakarida selain disakarida :
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
64
C6 Biomakromolekul
1. Rafinosa
Merupakan trisakarida yang disusun oleh : galaktosa – glukosa – fruktosa. Di mana
antara galaktosa dan glukosa terhubung dalam ikatan 1,6 dan sementara pada
glukosa dan fruktosa berikatan pada ikatan 1,2.
2. Stakiosa
Merupakan tetrasakarida yang jika dihidrolisis akan menghasilkan :
o 2 molekul galaktosa
o 1 molekul glukosa
o 1 molekul fruktosa
Stakiosa ini tidak memiliki sifat yang mereduksi. Gabungan dari dua galaktosa dan
satu glukosa akan menghasilkan manotriosa.
Polisakarida
Terdiri dari banyak gugus gula. Contohnya : amilum, glikogen, kitin. Sudah tidak
memiliki gugus fungsi aldehid maupun keton. Dalam tumbuhan polisakarida yang
tersedia adalah amilosa (tidak bercabang dan bentuknya spiral dengan ikatan
glikosida α-1,4’) sementara amilopektin (bercabang dan lurus dengan ikatan glikosida
α-1,4’ dan pada percabangannya α -1,6’).
Jika direaksikan dengan iodin amilosa akan berubah menjadi biru dan amilopektin
menjadi ungu kemerahan. Enzim amilase hanya bisa memutus ikatan α-1,4 tapi α-1,6
tidak dapat diputus oleh enzim amliase.
Contoh lainnya adalah glikogen yang memiliki percabangan lebih banyak
dibanding amilopektin. Kemudian, selulosa merupakan homopolisakarida di mana
ikatannya berbeda dengan amilosa. Selulosa disusun oleh ikatan glikosidik β-1,4
sehingga tidak dapat dicerna manusia. Selulosa menyusun dinding sel tumbuhan. Dan
yang terakhir adalah kitin yang termasuk heteropolisakarida karena jika dihidrolisis
akan dihasilkan glukosa dan asetilamin. Banyak terdapat di eksoskeleton arthropoda
dan dinding sel jamur. Fungsinya digunakan untuk membuat benang operasi.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
65
C6 Biomakromolekul
- Fungsi karbohidrat :
1. Sumber energi pada hewan dan tumbuhan
2. Sumber karbon untuk metabolisme
3. Simpanan energi
4. Elemen struktur dari sel dan jaringan
B. Protein
- Polimer dari asam alfa amino yang disusun dari gugus karboksil dan gugus amina
- Karbon yang mengikat disebut karbon alpha
- Asam amino yang ada ada 300 jenis tapi hanya 20 yang menyusun protein dan
dikategorikan menjadi asam amino essensial dan non-essensial
- Dibedakan menjadi rantai samping asam atau basa, asam jika memiliki gugus karbonil di
gugus sampingnya, sementara basa jika memiliki gugus amina di rantai sampingnya
- Kemudian ada rantai samping yang polar tapi tidak bermuatan
- Memiliki atom C kira (C asimetris)
- Penentuan D dan L adalah posisi dari gugus amina (-NH2) jika amina di kiri disebut L-asam
amino sementara jika di kanan disebut D-asam amino
- Dapat ditemukan dalam ion zwitter (ion dipolar) yaitu memiliki kutub negatif maupun
positif dalam satu struktur
- Dalam keaadan isoelektrik (sama muatan listriknya) maka muatan total = 0
- Jika ditambahkan H+ maka H+ diikat karbonil dan membentuk COOH tapi saat
ditambahkan OH-, OH- akan mengikat H+ dari amonium yang ada di rantai samping
- Protein dibentuk dari ikatan peptida (antara gugus kaborksil dengan gugus amina)
sehingga asam amino – asam amino dapat berikatan
- Struktur protein dibedakan menjadi :
1. Primer
Rantai lurus saja.
2. Sekunder
Bentuknya bisa α-heliks, β-sheet dan loops (coils) dan distabilkan oleh ikatan Hidrogen.
Contohnya : keratin pada rambut dan tidak larut dalam air.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
66
C6 Biomakromolekul
3. Tersier
Bentuknya globular melipat dan distabilkan dengan ikatan kovalen seperti ikatan
disulfida dan reaksi hidrofilik dan hifrofobik. Dapat larut dalam air. Contoh : telur
4. Kuartener
Gabungan dari dua macam polipeptida yang berstruktur tersier. Contohnya :
hemoglobin
- Fungsi protein :
1. Katalisator
2. Transpor zat
3. Menyimpan energi
4. Struktur penyokong
5. Proteksi
6. Regulasi dan komunikasi
7. Transmisi impuls saraf
- Yang dapat mengalami denaturasi adalah struktur non-primer dan diakibatkan oleh :
Panas
Kocokan
Detergen
Ion logam berat
Asam kuat dan basa kuat
C. Lipid
- Senyawa yang tidak larut dalam pelarut polar (air)
- Larut dalam pelarut non-polar (kloroform dan eter)
- Contohnya : minyak dan lemak
- Fungsi :
1. Membangun struktur membran sel (fosfolipid)
2. Sumber energi
3. Menyimpan energi (trigliaserida)
4. Hormon
5. Vitamin
6. Pengemulsi
7. Proteksi
- Berikut penjelasan asam lemak :
a. merupakan asam monokarboksilik
b. dapat dibedakan menjadi jenuh dan tak jenuh
c. jenuh : tidak memiliki ikatan rangkap
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
67
C6 Biomakromolekul
d. tidak jenuh : memiliki ikatan rangkap
Tidak jenuh ini dapat dibedakan menjadi monosaturated fatty acid dan polysaturated
fatty acid
e. Asam lemak juga dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan biosintesisnya :
o Rantai Panjang : 12 – 26 karbon
o Rantai Sedang : 6 – 10 karbon
o Rantai Pendek : 4 -6 karbon
f. Ikatan rangkap pada asam lemak biasanya pada bentuk cis
g. Jumlah karbon yang lebih banyak di alam berjumlah genap
h. Yang rangkap rentan akan oksidasi jika terjadi oksidasi maka harus diberikan
antioksidan untuk mencegah proses oksidasi
- Perbedaan lemak dan minyak :
Lemak Minyak
Padat Cair
Dari hewan Dari Tumbuhan
Dibentuk dari asam lemak jenuh Dibentuk dari asam lemak tidak jenuh
Titik didih dan leleh lebih tinggi Titik didih dan leleh lebih rendah
- Reaksi Oksidasi lemak mengakibatkan kualitas minyak buruk
- Reaksi Hidrogenasi lemak dapat mengakibatkan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal
atau dari minyak menjadi padat sehingga mengakibatkan rantai cis berubah jadi trans
yang berbahaya bagi tubuh. Asam lemak trans berbahaya karena tubuh hanya bisa
mencerna yang asam lemak cis. Lemak trans dianggap asing bagi tubuh.
- Berikut struktur fosfolipid :
Disusun oleh dua asam lemak dan gliserol
Posisi ketiga yang biasanya diisi lemak ternyata diisi oleh posphat
Jika bergabung dengan inositol maka dinamakan Phospatidyl inositol
Sementara jika bergabung dengan kolin maka dinamakan Posphatidyl choline (lesitine)
Bagian ekornya hidrofobik dan bagian kepala hidrofilik
Terdapat pada membran sel
- Sfingolipid memiliki rangka utama yang disebut spingosin yang di bagian gugus aminanya
dapat mengikat asam lemak sehingga membentuk sfingolipid dan dapat membentuk
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
68
C6 Biomakromolekul
struktur saraf yang disebut sfingomielin atau juga bisa berikatan degan polisakarida
membentuk serebrosida yang menyusun pada cerebrum
- Kolesterol termasuk lipid dan bersifat amfipatik karena memiliki gugus hidrofobik dan
hidrofilik (-OH). Merupakan senyawa pembangun asam empedu. Asam empedu untuk
mengemulsikan lemak. Dapat memecah lipid dari struktur besar jadi struktur kecil. Dan
asam empedu juga mencegah penumpukan kolesterol pada arteri (mencegah
aterosklerosis)
- Kemudian asam lemak dapat menyusun omega-3 yaitu dari golongan asam α-linoleat
dan EPA
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
69
C7 Interaksi Protein-Ligan
Lecture Notes : SGBM
Theme : Interaksi Protein-Ligan
Oleh : Prof. Dr. Moh. Sadikin D.Sc
A. Pendahuluan
Biomolekul merupakan senyawa kimia yang berperan dalam
proses kehidupan. Dapat dibagi berdasarkan ukuran, antara lain :
air dan elekrolit : air menyusun tubuh sebanyak lebih dari 60%
berat makhluk hidup. Biomikromolekul merupakan senyawa
organik yang berat molekulnya kurang dari 10 kD sementara
biomakromolekul merupakan senyawa organik dengan berat
molekul lebih dari 10 kD.
Biomikromolekul biasanya akan dibuang oleh tubuh seperti
contohnya urea, asam urat, dan kreatinin. Sementara
biomakromolekul merupakan bahan penyusun utama sel. Sel
berbentuk secara histologi karena dibentuk oleh biomakromolekul.
Selain itu biomakromolekul melaksanakan fungsi kehidupan.
B. Biomakromolekul
Secara biokimia biomakromolekul dapat dibedakan menjadi
empat kelompok, antara lain :
1. Protein
2. Asam nukleat
3. Polisakarida
4. Lipid
Dalam kuliah ini akan lebih membahas mengenai protein.
C. Protein
1. Ciri-Ciri Protein :
Bersifat makromolekul (Berat molekul > 10.000)
Disusun oleh asam amino – asam amino
Ada 20 asam amino yang berkombinasi dalam jumlah
berbeda
Protein bukan sekedar polimer asam amino melainkan
heteropolimer
Heteropolimer berarti disusun oleh berbagai macam
ragam protein berdasarkan jumlah dan urutan asam
amino
Jumlah dan urutan asam amino ditentukan oleh gen
Asam amino-asam amino satu sama lain diikatkan dengan
ikatan peptida (ikatan kovalen)
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
70
C7 Interaksi Protein-Ligan
Merupakan molekul terbanyak kedua dalam sel atau
organisme setelah air
Protein merupakan 60% berat kering dari sel atau
organisme
Maka protein memiliki peran sangat penting untuk
kelangsungan hidup dan menjalankan fungsi hidup
2. Protein Biomolekul Terbanyak
Asal nama protein adalah proteos sebagai yang terbanyak
jumlahnya. Merupakan biomakromolekul yang paling
berperan besar dalam fungsi hidup manusia secara praktis
untuk tiap satu fungsi hidup paling sedikit ada satu jenis
molekul protein.
D. Macam-Macam Protein
Protein dapat berperan sebaga antiapoptosis dan
proapoptosis maka jenis dan struktur tiap jenis molekul protein
berbeda. Fungsi biologis protein didukung oleh struktur molekul
yang tiga dimensi. Tiap jenis protein punya struktur tiga dimensi
tertentu. Tiap jenis protein memiliki 20 asam amino dan jumlah
mol tiap asam amino dari satu jenis protein tetap. Posisi tiap asam
amino dalam urutan suatu protein tetap. Kepastian tersebut
ditentukan oleh gen.
E. Mekanisme Kerja Protein
Fungsi Protein :
1. Pendukung sel (sekilas pasif)
2. Pelaksana berbagai fungsi
Untuk mendukung dua fungsi tersebut, protein harus berinteraksi
dengan molekul lain secara individual. Molekul lain antara lain
sesama protein yang sama atau beda dan non-protein. Molekul
non-protein yang dapat memenuhi syarat untuk berikatan secara
spesifik dengan protein disebut ligan. Interaksi molekul dapat
dibedakan menjadi dua macam :
Reaksi kimia yang dapat ditulis dalam suatu reaksi kimia dan dapat
dihitung (kuantitatif)
Protein + Ligan Kompleks Protein-Ligan
P + L PL
Persamaan di atas sangat sederhana namun sangat
penting karena sekali kompleks PL terbentuk maka akan terjadi
efek biologis (pada tingkat sel) dan efek fisiologis. Contoh
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
71
C7 Interaksi Protein-Ligan
protein yang dapat bereaksi (P) adalah enzim (mengikat
substrat), hemoglobin (mengikat oksigen), reseptor (mengikat
hormon, neuromediator, sitokin, obat), antibiotik (mengikat
antigen), transporter (mengikat ligan) contohnya lemak ingin
dibawa dalam darah maka perlu adanya lipoprotein, contoh
lain adalah besi (oksidator kuat) berbahaya di dalam darah
maka perlu transferin untuk membawa besi tersebut, dan
faktor transkripsi (mengikat DNA promoter, dll).
Persamaan di atas dapat diukur secara kuantitatif
dengan hokum kegiatan massa (law of mass action) :
Keseimbangan reaksi dapat dinyatakan sebagai hasil kali
produk yang telah dipangkatkan dengan koefisiennya dibagi
dengan hasil kali reaktan yang masing-masing juga telah
dipangkatkan dengan koefisiennya.
Secara umum persamaan ketetapan keseimbangan :
mA + nB pC + qD
KA = [A]m [B]n / [C]p[D]q
KD = [C]p[D]q / [A]m [B]n
Pada enzim nilai KD disebut sebagai KM (tetapan atau
konstanta Michaelis-Menten). Afinitas suatu P terhadap suatu L
dan sebaliknya dapat menerangkan fungsi atau peran
boiologis dari P tersebut, Contoh (L dengan 2 P berbeda)
glukosa dengan enzim heksokinase dan enzim glikokinase.
Afinitas protein kepada ligan dapat dihitung dengan
membandingkan nilai KD semakin besar KD maka semakin
besar afinitas.
Arti metabolisme :
Heksokinase bagian dari rangkaian enzim glikolisis dan
jalur metabolism ini harus berjalan tiap saat dalam keadaan
apapun untuk memasok energi. Sementara glukokinase
bagian dari rangkaian enzim untuk menyintesis glikogen.
Pembentukan kompleks PL langkah pertama yang
penting dalam efek biologis/fisiologis/farmakologis misal :
1. PL sebagai ES reaksin enzimatik perubahan substrat
produk
2. PL sebagai Ab-Ag eliminasi benda asing (Ag)
3. PL sebagai Hb-O2 transportasi O2 dalam jumlah banyak
4. PL sebagai FT-Prmt ekspresi gen
5. PL sebagai Ac-Myo kontraksi otot
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
72
C7 Interaksi Protein-Ligan
Keterangan singkatan Prof Sadikin :
PL = Protein-Ligan ; Ab-Ag = Antibodi-Antigen ; Hb-O2 =
hemoglobin-oksigen ; FT-Prmt = Faktor Transkripsi–Promotor ;
Ac-Myo = kontraksi otot
Sel darah merah mengandung beberapa hemoglobin selain
itu, ada berbagai jaringan yang memiliki Hb ekstraeritrosit :
1. Mioglobin : otot lurik (rangka dan jantung)
2. Neuroglobin : sel-sel saraf
3. Sitoglobin (Cygb) : di jaringan lain
Afinitas Hb ekstraeritrosit terhadap oksigen akan lebih tinggi
dibanding afinitas hemoglobin sel darah merah. Ketika sel
darah merah sampai di kapiler kecil dan ruang sinusoid akan
terjadi kontak sangat dekat antara jaringan dengan sel darah
merah. Karena afinitas myoglobin, neuroglobin, dan sitoglobin
lebih tinggi maka oksigen akan ditarik oleh Hb ekstraeritrosit..
F. Bilangan Pergantian (Turnover Number)
- Konsep lain yang juga menjelaskan biologi dan fisiologi
protein
- Jumlah mol L yang dapat diikat oleh satu molekul P per satuan
waktu
- Jika jumlah mol L untuk saturasi atau penjenuhan P seluruhnya
menjadi PL per satuan waktu
- Bekerja secara kaskade dari beberapa P berbeda
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
73
C8 Lysosomal Storage Disorders
Lecture Notes : SGBM
Theme : Lysosomal Storage Disorders
Oleh : DR. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A (K)
A. Pendahuluan
Di dalam sel terdapat sel organel dan sel inklusi di mana di sel organel memiliki organela
bermembran dan organel tak bermembran. Organel dapat berkontribusi dalam penyakit karena
organela tersebut mengalami kegagalan fungsi atau karena ada faktor luar sehingga organela
tidak berfungsi. Berikut beberapa penyakit akibat kerusakan organela :
1. Kerusakan golgi : Alzheimer, sindrom CDG
2. Kerusakan Nuclear envelope : progeria, ED muscular distrofi
3. Lisosom : autoimune digesty dan LSD
4. Ribosom : Ribosompathies
B. Lisosom
Ditemukan oleh Chrsitian de Duve lewat hati tikus. Bentuknya bulat dengan dua lapisan
dinding yang diisi oleh enzim hidrolitik sebanyak 40 macam yang bekerja dengan pH 5 dengan
fungsi untuk metabolisme lemak, protein, karbohidrat, purin, dan pirimidin.
Sel bekerja dalam pH netral namun lisosom memiliki enzim hidrolitik yang memiliki pH 5,
maka jika membran lisosom bocor belum tentu sel akan terhidrolisis. Karena jika secara akut
enzim hidrolitik tidak aktif sementara jika secara kronik akan terjadi hidrolisis sel karena pH
intrasel akan tertitrasi oleh pH lisosom.
Jika makanan telah didegradasi menjadi monomernya baru makanan dapat masuk ke dalam
sel. Masuknya makanan secara endositosis dan kemudian membentuk food vacuole dan
akhirnya berfusi dengan lisosom. Kemudian terjadilah hidrolisis makanan tersebut oleh enzim
hidrolisis yang dimiliki lisosom.
Di dalam RE kasar terjadi glikosilasi protein untuk menjadi penanda ke mana protein ini akan
ditransfer. Selanjutnya, terjadi fosforilasi manosa membentuk manosa-6-phospat. Selanjutnya
di akhir saat ingin dilepas terjadi penempelan protein tersebut ke sebuah reseptor yang disebut
M-6-P Receptor. Selanjutya clathrin-coated vesicle bergerak di sitosol dilanjutkan dengan
pelepasan klatrin selanjutnya pelepasan reseptor yang akan kembali ke RE kasar dan ke
membran sel. Protein tersebut berfusi ke dalam lisosom dan menjadi enzim hidrolitik. Kemudian,
protein yang tidak ditandai akan disekresi keluar sel, namun dapat kembali lagi ke dalam sel
dan membentuk enzim lisosom kembali.
Kerja lisosom ada tiga yaitu endositosis, fagositosis, dan autofagi. Endositosis menangkap
small substrat dengan bentuk cair. Semetara fagositosis menangkap subtrat yang lebih besar.
Sedangkan untuk autofagi merupakan fagositosis kepada organel intrasel sendiri.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
74
C8 Lysosomal Storage Disorders
Gambar 8.1 Mekanisme Pembentukan Enzim Lisosomal1
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
75
C8 Lysosomal Storage Disorders
C. Lysosomal Storage Disorders
Merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal resesif dengan prevalensi 1 anak
mengidap LSD dari 5000 sampai 8000 kelahiran. Diklasifikasikan menjadi dua macam
berdasarkan penyebabnya :
1. Enzimatik
- Tidak memiliki enzim hidrolisis
Defek metabolisme glikosaminoglikan (GAG)
Defek degradasi glikan dari glikoprotein
Defek degradasi glikogen
Defek degradasi komponen sfingolipid
Defek degradasi polipeptida
Defek degradasi atau transpor kolesterol, kolesterol ester, dan kompleks lipid lain
- Tidak memiliki M6PR (lebih parah dibanding tidak memiliki enzim)
Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan membentuk enzim hidrolitik lisosom
sementara jika defek enzim hanya tidak bisa atau tidak punya beberapa enzim hidrolitik
tetapi jika tidak memiliki M6PR (Manosa 6-Fosfat Receptor) mengakibatkan semua
enzim hidrolitik lisosom tidak bisa dibentuk.
2. Non-Enzimatik
- Defek pada transpor zat karena ketiadaan protein transpor
Suatu tipe dari penyakit LSD tergantung dari substrat yang menumpuk pada sel.
D. Patogenesis LSD
Bayi yang mengidap LSD lahir dengan normal tapi selama berjalan waktu saat makan tidak
terjadi metabolisme makanan sehingga terjadi penumpukan metabolit dan mengakibatkan
terjadinya pembengkakan sel. Akumulasinya akan menyebabkan :
1. Respon inflamasi
2. Abnormal lipid traffic
3. Dll.
Berikut gejala klinisnya :
1. Coarse facial features
2. Visceromegali (organomegali)
3. Hernia umbilicalis (pembesaran dan keluarnya bagian pusar)
4. Macula cherryweb
5. Pembengkakan tulang tapi bagian ujungnya runcing dan dindingnya tipis
6. Gejala paru
7. Angiokeratoma (kulit kebiruan karena neoplasma di pembuluh darah kulit
8. Corneal clouding (pembengkakan pada kornea)
9. Joint deformities
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
76
C8 Lysosomal Storage Disorders
Berikut gambar-gambar gejala klinis yang dialami oleh penderita LSD (Lysosomal Storage
Disoreders) :
Gambar 8.2 Coarse facial features
Gambar 8.3 Corneal clouding
Gambar 8.4 Angiokeratoma Gambar 8.5 Visceromegaly
Gambar 8.6 Joint deformities Gambar 8.7 Pembengkakan Tulang
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
77
C8 Lysosomal Storage Disorders
Sel yang jelas dalam pengamatan LSD adalah histiosit. Bentuknya bermacam-macam ada yang
disebut gaucher, MPS I, sea-blue histiocytes, dan lain-lain. Jika ada simptom maka harus
dilakukan langkah-langkah berikut :
1. Melihat gambaran unik
2. Tunjukan kepada genetis atau metabolis spesialis
E. Macam-Macam Lysosomal Storage Disorders
Berikut macam-macam penyakit yang disebabkan penumpukan substrat pada lisosom yang
dinamakan berdasarkan jenis substrat yang menumpuk :
Tabel 8.1 Macam-Macam LSD1
Penyakit Defisiensi Enzim Metabolit yang
Menumpuk
Glikogenosis :
Tipe II (Penyakit Pompe)
Glukosidase lisosom
Glikogen
Sfingolipidosis :
GM1 (gangliosidosis)
GM2 (gangliosidosis)
penyakit Tay Sachs
GM1 gangliosida (β-galaktosidase)
Hekosamindase A Subunit-α
Gangliosida GM1
Gangliosida GM2
Sulfatidosis :
Penyakit Gaucher
Penyakit Niemann-Pick,
tipe A dan B
Glukoserebrosidase
Sfingomeinase
Glukoserebrosida
Sfingomielin
Mukopolisakaridosis :
MPS I H (Hurler)
MPS II (Hunter) (reses
terkait-X)
L-Iduronidase
L-Iduronosulfat sulfatase
Heparan Sulfat
Dermatan Sulfat
Heparan Sulfat
Dermatan Sulfat
Glikoproteinosis Enzim yang berperan dalam
penguraian rantai samping
oligosakarida pada beberapa
glikoprotein
Beberapa tergantung
pada enzim spesifik
Berikut penjelasan lebih detil :
1. Gangliosidosis GM2 (Penyakit Tay-Sachs)1
Seperti pada dasarnya sfingolipid merupakan lipid yang menyusun selubung mielin.
Maka gangliosidosis merupakan penumpukan sfingolipid pada sistem saraf dan paling
banyak terjadi di otak. Hal ini terjadi karena adanya mutasi dan defisiensi dari subunit α
pada enzim heksosaminidase A di mana enzim ini penting dalam menguraikan GM2.
Penimbunan GM2 terjadi di dalam neuron, silinder akson saraf, dan sel glia di seluruh sistem
saraf.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
78
C8 Lysosomal Storage Disorders
Faktanya penyakit ini paling banyak didapat dari gen heterozigot yang dimiliki oleh
orang keturunan Yahudi Ashkenazi di mana diperkirakan dalam 30 populasi ada 1 orang
yang membawa gennya. Heterozigot dapat dideteksi dengan melihat kadar
heksoaminidase di dalam serum atau dengan analisis DNA. Seseorang yang mengidap
penyakit Tay-Sachs ini akan mengalami kebutaan, disfungsi saraf berat, retardasi mental,
dan kematian dalam 2-3 tahun pasca kelahiran.
2. Penyakit Niemann-Pick1
Penyakit ini dibedakan berdasarkan kriteria biokimiawi dan molekuler antara lain :
a) Tipe A dan Tipe B
Diakibatkan oleh defisiensi primer sfingomielinase asam
Akibatnya terjadi penimbunan sfingomilein yang harusnya bisa diurai menjadi
seramid dan fosforilkolin
Kemudian, sel fagositik berfusi dengan sfingomilein ini sehingga di sitoplasma
terlihat berbusa
Organ yang paling sering terkena adalah limpa, hati, sumsum tulang, kelenjar getah
bening, dan paru karena di organ-organ tersebut banyak terdapat sel fagositik
b) Tipe C
Diakibatkan oleh mutasi pada protein NPC I
NPC I ini terlibat dalam pengolahan intrasel dan transpor kolesterol yang asalnya
dari LDL
Jarang terjadi maka akan lebih berfokus pada tipe A dan B
Gejala yang dimiliki adalah erjadi viseromegali dan kelainan neurologik yang terjadi
pada masa bayi. Kelanjutnanya adalah kematian setelah 3 tahun pasca lahir. Untuk
mengetahui adanya penyakit Niemann-Pick dapat dilakukan screening yaitu pengukuran
Gambar 8.7 Penimbungan GM2 pada Sel Ganglion1
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
79
C8 Lysosomal Storage Disorders
aktivitas sfingomielinase di leukosit atau biakkan fibroblas untuk deteksi sifat pembawa.
Selain itu dapat dilakukan dengan pemeriksaan enzim atau analisis probe DNA.
3. Penyakit Gaucher
- Diakibatkan oleh mutasi gen pengkode enzim glukoserebrosidase
- Terdapat tiga varian resesif autosomal di penyakit Gaucher akibat mutasi alelik
- Tapi pada intinya dari tiga varian tersebut karena adanya defisiensi aktivitas
glukoserebrosidase yang tugasnya memecah residu glukosa dari seramid
- Sehingga terjadi penumbunan glukoserebrosida di sel fagositik mononukleus dan
terbentuklah yang disebut sel Gaucher
- Terjadi di organ hatim limpa, dan sum-sum tulang
Gambar 8.8 Penyakit Niemann-Pick di Hati di mana hepaotist
dan sel Kupffer tampak bervakuola1
Gambar 8.9 Penyakit Gaucher di Hati1
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
80
C8 Lysosomal Storage Disorders
- Berikut macam-macam tipe atau varian dari penyakit Gaucher :
Tipe I
Bentuk kronik dari nonneuropatik dan menyebabkan 99% kasus penyakit
Gaucher
Gejalanya adalah splenomegali tapi tidak ada keterlibatan sistem saraf pusat
Sel gaucher di tipe ini dapat ditemukan pada hati, limpa, kelenjar getah bening,
dan sumsum tulang
Akibat hipersplenisme akan terjadi anemia dan leukopenia
Tipe II
Terjadi pada anak usia 6 tahun
Ditandai dengan kelainan sistem saraf pusat (dominan)
Ada gejala hati dan limpa
Tipe III (Juvenilis)
Melibatkan otak selain organ dalam
Perjalanannya berada di antara tipe I dan tipe II
Terjadi akibat mutasi berbeda-beda pada gen glukoserebrosidase
4. Mukopolisakaidosis1
- Terjadi karena adanya gangguan penguraian mukopolisakarida
- Terjadi di berbagai jaringan karena mukopolisakarida membentuk ground substance
(dermatan sulfat, heparan sulfat, keratan sulfat, dan kondroitin sulfat)
- Mukopolisakarida ini disintesisi oleh fibroblas di jaringan ikat
- Ketidakadaan enzim untuk menguraikan mukopolisakarida mengakibatkan terjadinya
penimbunan mukopolisakarida di liisosom
- MPS ini diklasifikasikan menjadi MPS I sampai MPS VII
F. Terapi LSD
1. Gene therapy untuk gene defect
2. ERT/BMT/Chaperones untuk protein defect
3. SRT untuk subtrate storage
4. Stem cell transplantation
5. Organ transplantation
6. Enzym replacemnet or enhancement
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
81
C8 Lysosomal Storage Disorders
G. Penyakit LSD yang Dapat Disembuhkan
1. Gaucher Diseases dibantu dengan ERT (Enzym Replacement Therapy)
2. Pompe disease (penumpukan glikogen) dibantu dengan ERT
3. MPS – 1
Daftar Acuan
1. Cotran, R.S., Kumar, V. Robbins, S.L. 2007. Pathology Basic of Disease. 8th edition.
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
2. Platt FM, Boland B, van der Spoel AC. Lysosomal storage disorders: The cellular impact of
lysosomal dysfunction. J Cell Biol. 2012;199(5):723–34.
Tabel 8.2 Terapi dan Pengobatan Penderita LSD2
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
82
C9 Penurunan Poligenik, Multifaktorial,
dan Alel Ganda
Lecture Notes : SGBM
Theme : Penurunan Poligenik, Multifaktorial, dan Alel Ganda
Oleh : Dr. Puji Sari, MS
A. Pendahuluan
Penurunan poligen ini tentunya ditentukan oleh lebih dari satu
gen (banyak gen) pada lokus yang berbeda. Ekspresi dan derajat
dari sifat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terutama selama
perkembangan individu (zigot melakukan cleavage morulla
blastula proses gastrulasi embryo lahir). Derajat
ekspresinya bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya.
Intinya penurunan poligenik ini berlawanan dengan pleiotropi yang
di mana banyak sifat dipengaruhi oleh satu gen. Contoh pleitropi
adalah sickle cell anemia.
B. Poligenik dan Multifaktorial
1. Penurunan Poligenik
Sifatnya terlihat dan merupakan kumpulan atau jumlah dari
ekskresi banyak gen, masing-masing memiliki efek sifat yang
signifikan. Temuan faktual dari penurunan poligenik :
- Tiap gen memiliki kontribusi yang berefek sama
- Efek dari tiap alel akan saling menambah satu sama lain
- Tidak ada dominansi gen-gen pada tiap lokus berperilaku
seperti sifat dominan tidak lengkap (semi dominan)
sehingga sifat keduanya akan muncul dan saling
menambah
- Tidak ada epistasis (menutupi gen lain)
- Tidak terlibat dengan linkage atau kaitan
Sifat dari poligenik ini tidak mengikuti pola penurunan
Mendel di mana ada variasi fenotip yang sangat bergradasi.
Berikut contoh dari poligenik :
Yaitu adanya warna kulit yang berbeda-beda akibat pigmen
melanin. Pigmen ini berkombinasi dengan protein membentuk
granula pigmen dalam melanosit. Pembentukan melanin
bergantung pada metabolisme tirosin.
Gen resesif autosom dapat menghambat pembentukan
melanin dan terlihat sebagai bentuk albinisme atau albino.
Albino merupaka kondisi abnormal dari jumlah pigmen melanin
yang sangat sedikit.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
83
C9 Penurunan Poligenik, Multifaktorial,
dan Alel Ganda
Jika ada dua pasang alel bermanifestasi penentuan warna
kulit gelap pada manusia maka :
AABB semua alel pigmen aktif kulit berwarna hitam legam
Aabb tidak ada alel pigmen yang aktif kulit putih (albino)
Jika terjadi perkawaninan antara hitam legam dan putih
akan menghasilkan anakan yang bersifat intermedier (AaBb).
Berikut macam-macam sifat poligenik :
Berat badan
Rambut
Panjang tungkai kaki
Pola sidik jari
Sistem imun
Tingkat kecerdasan
Penurunan sifat poligenik dapat berubah cirinya karena adanya
kontribusi lingkungan yang signifikan sehingga terjadi
penurunan multifaktorial.
2. Penurunan Multifaktorial
Merupakan penurunan poligenik di mana terdapat kontribusi
dari faktor-faktor lingkungan yang signifikan. Dan biasanya
harus dengan faktor yang kuat. Faktor-faktor tersebut tidak
berhubungan dengan genetik. Besarnya faktor-faktor genetik
dari fenotip dalam generasi pada sistem multifaktor dinotasikan
sebagai tingkat konkordansi (r).
0 < r < 1
Keterlibatan faktor genetik untuk membuat sifat enjadi berbeda
dari normal (tipe asli/wild type) dinotasikan sebagai heritability
index (H2) dengan rumus :
H2 = rwt - rnp
Keterangan :
rwt : laju konkordansi normal
rnp : laju konkordansi fenotip baru
Contoh penurunan multifaktorial : bibir sumbing, schizoprenia,
diabetes mellitus tergantung insuli, obesitas, hipertensi, kelainan
jantung bawaan, asma, theumatoid arthritis, dan pyloric stenosis.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
84
C9 Penurunan Poligenik, Multifaktorial,
dan Alel Ganda
C. Alel Ganda
1. Sistem ABO
2. Sistem MN
Secara alami MN tidak memiliki anti dan baru didapat
melalui hewan. Antiserum kelinci dapat digunakan untuk
menguji golongan darah. Dengan hasil berikut :
Jika menggunakan antiserum yang mengandung Ab-M
maka akan tampak adanya aglutinasi sedangkan juga
Ab-N tidak, maka golongan darah seseorang itu
golongan darah M
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
85
C9 Penurunan Poligenik, Multifaktorial,
dan Alel Ganda
3. Golongan Darah Rhesus
Pada golongan darah ini sistem rhesus dikenal dua alel,
yaitu RR/Rr, dan rr. Ditemukan melalui kera yang bernama
Macaca sp. . Plasma darah tidak memiliki anti rhesus kecuali
melalui percobaan binatang dan perkawinan. Jika ada wanita
berhesus negatif menikah dengan laki-laki berhesus positif
kemudian anaknya akan membentuk keadaan heterozigot dan
akhirnya dilawan oleh tubuh ibu dengan memproduksi anti
rhesus yang tinggi dan mengakibatkan aglutinasi pada eritrosit
bayi penyakit ini disebut erhytroblastosis fetalis. Bayi yang
terkena eritoblastosis mengandung banyak eritroblast sehingga
akan merusak perkembengan otak bayi. Saat dilahirkan bayi
akan mati atau bisa abortus. Lainnya juga dapat meninggal
setelah beberapa hari hidup.
Untuk mencegahnya dapat dilakukan injeksi sesuatu
yang dapat menghalangi terbentuknya antibodi Rhesus
dalam darah ibu.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
86
C9 Penurunan Poligenik, Multifaktorial,
dan Alel Ganda
4. Sistem MHC
Merupakan kode untuk major histocompatibility
complex antigens di mana merupakan protein ermukaan
yang menentukan ketidakcocokan jaringan.
Sistem MHC pada manusia diketahui melalui sistem HLA
(Human Leukocyte Antigens) sehingga dapat menentukan
ketidakcocokan jaringan pada manusia, mediasi perbedaan
diri sendiri atau orang lain, dan menjadi media antigen
untuk pengenalan reseptor sel T (TCR).
Sel T baru bisa bekerja jika memiliki susatu reseptor
(protein yang dikontrol oleh suatu gen) sesuai yang disebut
reseptor sel T (TCR).
Gen HLA terletap pada kromosom nomor 6 yang
mengandung tiga daerah utama, antara lain kelas I, kelas II,
dan kelas III. Berikut penjelasannya :
Gen HLA Kelas I
Terdiri atas tiga subregions antara lain HLA-B, HLA-C,
dan HLA-A.
Gen HLA Kelas II
Terdiri atas tiga subregions antara lain HLA-DR, HLA-
DQ, dan HLA-DP.
Gen HLA Kelas III
Terdiri atas beberapa subregions C48, C4A, B1, C2, HSP,
dan TNF.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
87
C10 Enzim
Lecture Notes : SGBM
Theme : Enzim
Oleh : Prof. Dr. Mohamad Sadikin DSc
A. Pendahuluan
Lima puluh persen dari produk bioteknologi adalah produk bioteknologi kedokteran.
Hampir 90% bioteknologi kedokteran berhubungan dengan enzim. Efek jangka panjangnya jika
di Indonesia tidak ada yang meneliti tentang teknik ini maka Indonesia akan menjadi bahan
paten oleh luar negeri.
Enzim dapat digunakan sebagai model untuk pemahaman kerja protein. Sel dapat
dipandang sebagai reaktor kimia (tempat terjadinya reaksi kimia misalnya sel dan tabung reaksi)
super kompleks dan super canggih karena :
1. Mampu melakukan berbagai reaksi kimia secara serentak dan simultan
2. Berbagai reaksi tersebut berjalan dalam suhu yang relatif rendah (suhu tubuh)
3. Seluruh reaksi menghasilkan senyawa rumit dan tidak bisa dibuat di luar sel
Contohnya kolesterol :
Dari gambar di atas diketahui bahwa terdapat zat-zat antara lain fenol, benzena,
hidrokarbon, dan siklopentena. Reaksi pembentukannya hampir hanya didapatkan di dalam
sel jadi jika mengambil fenol, benzena, hidrokarbon, dan siklopentena diminta untuk dibuat
kolesterol di luar tubuh maka akan terjadi pembentuknya senyawa berbahaya. Kecuali
ditambahkan asetat yang disusun oleh hidrogen tritium atau atom C14 (unsur radioaktif)
maka baru dapat terbentuk kolesterol.
4. Reaksinya bersifat reversible karena memiliki kesetimbangan masing-masing
5. Reaksi di dalam sistem in vitro (intrasel) diwujudkan oleh substansi yang disebut katalisator
(dapat berbentuk zat, ion atau logam) contohnya :
Pembentukan urea di luar sel
CO2 + NH3 Urea
Tapi membutuhkan bahan-bahan lain seperti katalis platina (dilakukan oleh Haber-Bosch)
dan suhu hampir 1000C, sementara jika ingin membentuk urea di dalam tubuh (di hati)
hanya menambahkan CO2 dengan asam amino sehingga terbentuklah urea.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
88
C10 Enzim
B. Sejarah Enzim
Berbagai penelitian dari Reamur dan dilanjutkan oleh Lazzaro Spalanzani ingin
mengetahui proses pencernaan. Reamur menggunakan hewan peliharaan burung elang
untuk melakukan penelitiannya dengan cara menggunakan bejana-bejana besi yang
berisikan daging dan diberikan kepada elang kemudian setelah didiamkan berberapa saat
dan ditarik kembali, hasilnya bejana besi tidak dicerna sementara daging rusak.
Kemudian di Perancis terjadi penelitian karena ingin meningkatkan kualitas anggur
di Perancis dalam reaksi fermentasi. Akhirnya Louis Pasteur mengetahui bahwa di dalam
anggur yang terfermentasi ada jasad-jasad renik yang mempercepat proses fermentasi. Di
saat yang sama ahli histologi menemukan bahan-bahan diperkirakan akan bekerja seperti
yang diamati oleh Reamur dan Spalanzani yang terdapat di pencernaan. Disimpulkan di
dalam sel terdapat suatu enzim dan ternyata merupakan suatu protein yang dikatakan oleh
Sumner.
C. Enzim
Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai katalis untuk satu reaksi kimia dan sebagian
besar terdapat di intrasel. Semua enzim adalah protein dan sifatnya sama dengan protein yaitu:
1. Sintesis enzim hanya dapat dilakukan di dalam sel
2. Memerlukan blue print DNA untuk sintesis enzim
3. Enzim rusak pada kondisi lingkungan ekstrem (suhu dan pH)
4. Enzim bisa bekerja optimum dalam suhu dan pH tertentu (suhu dan pH optimum)
5. Enzim rawan terhadap denaturasi (rusaknya struktur tiga dimensi yang menyebabkan enzim
tidak dapat bekerja)
6. Katalisator untuk satu reaksi kimia saja, tapi jika katalis in vitro mampu mengkatalis beberapa
reaksi
7. Perlu beberapa enzim untuk mengolah suatu senyawa sederhana menjadi bentuk yang
lebih sederhana lagi
8. Sebesar 95% enzim bekerja hanya di dalam sel terutama enzim metabolisme (maka
metabolisme hanya terjadi di dalam sel) jadi jika ingin melihat metabolisme jangan
mengambil dari darah karena termasuk plasma yang berada di luar sel
9. Enzim yang di ekstrasel adalah enzim-enzim saluran cerna karena di dalam saluran cerna
harus ada perombakan makanan-makanan, di dalam plasma ada enzim untuk
menggumpalkan darah saat perbaikan luka, dan ada komplemen (C’) untuk membantu
antibodi merusak antigen
10. Enzim akan emngikat ligan (substrat) yang spesifik dan diterangkan oleh Emil Fischer
dengan model “Lock and Key” :
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
89
C10 Enzim
11. Enzim akan mencari kondisi di mana ada tingkat energi terendah (akibat penyesuaian
bentuk enzim terhadap substrat yang menabrak enzim), kemudian akhirnya Koshland
memberikan model baru yang disebu model Ubah-Suai (Induced Fit) :
12. Karena gagasan ini akhirnya muncul adanya kata catalytic site karena enzim memiliki situs
aktif di tiap tempat
13. Berikut tahapan pembentukan kompleks ES :
a) Tahap I
- Enzim mengenali substrat melalui situs katalitik
- Bila cocok terbentuk kompleks ES
E + S ES
Mengikuti kesetimbangan :
Keq1 = [ES] / [E] [S]
b) Tahap II
- Selanjutnya substrat diolah oleh enzim
ES E+P
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
90
C10 Enzim
Mengikuti keseimbangan :
Keq2=[E][P]/[ES]
- Sehingga terbentuklah produk
Maka konstanta ekuivalen total adalah :
Keqtotal = Keq1 x Keq2= {[ES]/[E][S]} x {[E][P]/[ES]} = [P]/[S]
14. Dengan adanya enzim, hambatan diatasi dengan mudah sehingga reaksi berjalan dalam
waktu yang singkat
15. Jadi fungsi enzim adalah mempercepat tercapainya Keq denan cara memintasi sawar energi
16. Berikut diagram keadaan transisi dan sawar energi :
Sawar energi adalah jumlah energi yang diperlukan untuk mencapai bentuk transisi dari
substrat di mana bentuk transisi substrat adalah truktur tiga deminsi subtrat yang metastabil.
Jika bentuk itu telah dicapai maka substrat mudah berubah menjadi produk. Dalam keadaan
transisi, substrat ada dalam keadaan teregang. Selanjutnya struktur situs katalitik memaksa
substrat mengambil bentuk transisi tanpa menggunakan asupan energi berlebihan melalui
berbagai reaksi kimia. Substrat memiliki enzim yang spesifik.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
91
C10 Enzim
D. Segi Praktis Enzim
1. Sistem Kerja Obat
Substrat harus berada dalam keadaan transisi agar dapat pecah menjadi produk.
Misalkan ada substrat 1 sama bentuknya substrat 2 yang ada dalam keadaan transisi,
substrat 2 dipecah enzim sementara substrat 1 berikatan pada situs katalitik tapi tidak bisa
dipecah karena belum dalam keadaan transisi dan substrat 1 ini disebut inhibitor. Kinerja ini
merupakan sistem kerja obat.
2. Abzym
Jika ada protein yang direkayasa untuk memiliki bentuk sesuai dengan situs katalitik misalnya
antibodi memiliki situs katalitik sesuai dengan inhibitor sehingga inhibitor akan berikatan di
antibodi tersebut. Sementara jika substrat sesuai berikatan ke situs katalitik antibodi rekayasa
tadi maka substrat akan dipaksa masuk ke masa transisi. Antibodi ini disebut abzym atau
catalytic antibodi.
E. Faktor Lingkungan dan Kerja Enzim
1. pH
Tiap enzim memiliki pH optimum agar dapat bekerja maksimum untuk menurunkan
energi aktivasi. Berikut pH optimum untuk dua contoh enzim :
Spesifik enzim terhadap pH disebabkan karena dalam suatu protein terdapat side chain
(R) yang dapat diisi oleh berbagai macam senyawa sehingga menyebabkan adanya pH yang
spesifik bagi enzim untuk bekerja.
2. Suhu
Enzim memiliki suhu optimum untuk melakukan kerja maksimum untuk menurunkan
energi aktivasi. Berikut grafiknya :
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
92
C10 Enzim
Jika suhu terlalu rendah maka benturan antar molekul akan semakin kecil sehingga tidak
bisa terjadi reaksi sementara jika suhu terlalu tinggi mengakibatkan struktur tiga dimensi
dari protein akan rusak.
3. Konsenterasi Enzim dan Substrat
Konsenterasi enzim dalam sel umumnya tetap namun konsenterasi substrat dapat berubah-
ubah (misalnya lebih banyak makan maka substrat lebih tinggi konsenterasinya). Hubungan
antara kecepatan reaksi dan konsenterasi enzim tidak lurus melainkan melengkung dan
membentuk asimtot.
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
93
C10 Enzim
Dari data di atas dapat dilihat bahwa nilai [S] = ½ Vmaks dan ini merupaka persamaan
Michaelis-Menten dalam rumus berikut :
Nilai Km lebih tinggi maka afinitas substrat terhadap enzim lebih kecil. Suatu inhibtor
dapat mengubah pola hiperbola di atas. Bila kecepatan tetap oleh adanya inhibtor tetapi
Km menjadi lebih tinggi sehingga inhibitor dapat dikatakan bekerja secara kompetitif
terhadap substrat. Dapat diperkirakan struktur tiga dimensi inhibitor mirip dengan struktur
tiga dimensi substrat.
Untuk membuat grafik di atas sangat sulit karena membutuhkan banyak
pengukuran sehingga membutuhkan banyak enzim. Harga enzim pun mahal karena
dilakukan secara in vitro. Maka dari itu dibuat suatu kurva garis lurus yang disebut garis
Lineweaver-Burke yang secara matematis hanya perlu 2 titik sementara secara praktis
membutuhkan 4-5 titik. Berikut persamaan Lineweaver-Burk :
Berikut kurva Lineweaver-Burk :
Cara lain adalah Persamaan Eadie – Hofstee yang juga menghasilkan garis yang linier
untuk menghindari nilai negatif. Berikut persamaan Eadie-Hofstee :
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
94
C10 Enzim
Dan berikut gambar grafiknya :
Ada sejumlah enzim yang tidak memiliki kurva hiperbola tetapi berbentuk sigmoid
(huruf S). Tetapi secara keseluruhan memperlihatkan sifat Michaelis-Menten. Ini
menyebabkan adanya konsep alosterik pada protein yaitu interaksi antara suatu protein
dengan ligan yang menyebabkan perubahan bagian lain dari protein dan hasilnya dapat
memudahkan atau mempersulit pengikatan dengan substrat. Jika menghambat maka ligan
disebut inhibitor alosterik. Contohnya pada pemecahan glukosa :
Pemecahan glukosa lewat glikolisis terjadi setiap saat selama sel masih hidup. Langkah
pertama dari glikolisis adalah mengikat glukosa dan difosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat
oleh heksokinase. Dalam 10 langkah akan menjadi 2 molekul dengan 3 atom C (asam laktak
atau asam piruvat). Langkah krusial ada di langkah pertama (glukosa glukosa-6-fosfat)
dan pemutusan menjadi 2 molekul 3C dengan enzim aldolase. Ketika produk menumpuk,
maka glikolisis terhambat. Dipastikan produk menginhibisi proses glikolisis.
4. Logam Berpengaruh
Ada logam yang dapat mempercepat dan menghambat reaksi.
F. Apoenzim, Koenzim, Kofaktor, dan Proenzim (Zimogen)
Ternyata enzim yang dipishkan atau dibuat estraknya dan disebut enzim murni tidak dapat
bekerja. Tetapi pertambahan ekstrak sel kepada enzim murni tersebut akan memulihkan kerja
enzim. Faktor-faktor yang ditambahkan ke enzim murni itu ternyata memiliki ciri-ciri berikut :
1. Tidak dapat berfungsi sebagai katalis bila sendirian
2. Tahan terhadap panas sehingga pasti bukan suatu protein jadi bukan enzim juga
3. Berat molekul kecil sehingga dapat diendapkan dan lolos saat dialisis atau ultrafiltrasi
4. Tidak spesifik untuk satu enzim saja jadi dapat ditambahkan ke banyak enzim
Enzim yang dalam keadaan murni dan tidak dapat bekerja sebagai katalisator itu akan
disebut sebagai apoenzim. Kemudian komponen atau substansi pembantu yang
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
95
C10 Enzim
memungkinkan apoenzim bekerja adalah koenzim atau kofaktor. Berikut perbedaan antara
kofaktor dan koenzim :
1. Koenzim
Merupakan molekul organik yang bersfiat termostabil, non-protein, mudah terhidrolisis,
dan dapat dipisahkan dari enzim dengan cara dialisis. Contoh koenzim antara lain vitamin
B, vitamin C, dan vitamin D. Tapi koenzim tidak semuanya vitamin seperti contohnya
glutation yang merupakan suatu tripeptida (γ-glutamilsisteinglisin yang disingkat GSH),
nukleotida, heme, dan acid carrier protein. Koenzim yang seperti heme dapat disebut
sebagai gugus prostetik yang sifatnya sulit dipsahkan bila tanpa merusak molekul
holoenzim. Contoh gugus prostetik adalah FAD dan FMN. ATP juga dapat berperan sebagai
koenzim yang berfungsi untuk memindahkan gugus fosfat dan menjadi koenzim dalam
enzim kinase (heksokinase dan piruvat kinase). Berikut beberapa macam vitamin (golongan
senyawa kimia yang terkandung dalam makanan dan dibutuhkan dalam jumlah sedikit)
yang dapat berperan sebagai koenzim, antara lain :
a) Niasin (Vitamin B3)
Merupakan vitamin dalam bentuk nikotinamida atau asam nikotinat. Vitamin ini
dapat ditemukan di hewan maupun di tumbuhan. Berikut gambar molekulnya :
Molekul nikotinamida terdapat dalam NAD+ dan NADP+ yang dikenal sebagai koenzim
untuk enzim dehidrogenase misalnya alkohol dehidrogenase.
b) Riboflavin (Vitamin B2)
Disusun oleh D-ribitol yang terikat cincin isoalloksazin yang telah tersubstitusi.
Berikut struktur dari riboflavin :
Struktur Riboflavin
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
96
C10 Enzim
Dikenal sebagai faktor pertumbuhan, contohnya adalah FAD yang menjadi koenzim di
enzim suksinat dehidrogenase yang mengubah asam fumarat menjadi asam suksinat.
c) Asam Lipoat
Merupakan suatu vitamin yang juga faktor pertumbuhan dan terdapat di hati.
Bentuknya ada dalam dua macam yaitu yang terkoksidasi dan tereduksi :
Berfungsi sebagai koenzim dalam enzim piruvat dehidrogenase dan ketoglutarat
dehidrogenase.
d) Biotin
Vitamin yang berikatan ke suatu protein dan terdapat banyak di dalam hati.
Contohnya adalah biositin yang disusun oleh biotin dan lisin, biotisin dapat diperoleh
dari hidrolisis protein yang mengandung biotin. Fungsinya sebagai keoenzim pada
reaksi karboksilasi di mana biotin ini terikat ke protein yang disebut BCCP (Biotin
Carboxyl Carrier Protein). Berikut strukturnya :
e) Tiamin (Vitamin B1)
Biasanya ada bebas dalam beras atau gandum. Maka jika ada seseorang
kekurangan vitamin B1 akan megakibatkan penyakit beri-beri. Contoh koenzim yang
berasal dari vitamin B1 adalah tiaminpirofsofat (TPP) yang berperan dalam reaksi dengan
katalis enzim α-keto dekarboksilase, fosfo ketolase, transketolase, dan lain-lain. Berikut
struktur dari tiamin :
Biotin
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
97
C10 Enzim
f) Vitamin B6
Disusun oleh piridoksal, piridoksin, dan piridoksamin. Terdapat banya di beras dan
gandum. Jika kekurangan citamin ini akan mengakibatkan dermatitis (penyakit kulit) dan
gangguan pada sistem saraf pusat. Koenzim yang dibentuk dari vitamin B6 antara lain
adalah piridoksalfosfat dan piridoksaminofosfat. Contoh enzim yang disusun oleh
koenzim vitamin B6 adalah glutamat aspartat transaminase. Berikut struktur dari dua
macam vitamin B6 tersebut :
g) Asam Folat
Zat ini bersama dengan derivatnya terdapat dalam alam dan juga diproduksi oleh
bakteri di dalam usus. Contoh koenzim yang terbentuk dari asam folat adalah asam
tetrahidrofolat. Berikut struktur asam folat :
h) Vitamin B12
Salah satu koenzim yang dibentuk dari vitamin B12 adalah sianokobalamina dengan
struktur seperti berikut :
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
98
C10 Enzim
Sifatnya tidak stabil dan jika dikenai cahaya akan terurai menjadi hidroksikobalamin
tapi jika dicampur dengan sianida akan terurai menjadi sianokobalamin. Fungsi dari
koenzim adalah menjadi koenzim dari enzim mutase dan dehidrase untuk memecah
ikatan C-C, C-O, dan C-N.
i) Asam Pantotenat (Vitamin B5)
Merupakan komponen dari molekul koenzim A (Co-A). Selain itu vitamin ini dikenal
sebagai faktor pertumbuhan. Fungsi koenzim A adalah membawa gugus asetil dalam
biosintesis asam lemak.
2. Kofaktor
Kofaktor merupakan komponen logam yang berfungsi untuk keberfungsian dari enzim,
jika tidak terdapat materi kofaktor ini maka enzim tidak bisa menjadi katalisator. Kofaktor ini
contohnya adalah Ca2+, Cu2+, Cr2+, Fe2+, K+, Mg2+, Mn2+, Na+, dan Zn2+. Ion-ion logam dapat
dibedakan menjadi dua macam :
a) Dapat langsung berikatan ke apoenzim :
Ca2+, Cu2+, Cr2+, Fe2+ (non heme iron), Mn2+, dan Zn2+.
b) Harus berikatan ke suatu senyawa yang berikatan ke apoenzim :
Fe (berikatan ke porifirin yang telah berikatan ke apoenzim) dan Mg (berikatan ke suatu
koenzim berupa suatu nukleotida).
Kemudian, holoenzim merupakan enzim aktif yang dapat mengkatalis suatu reaksi
intrasel karena holoenzim disusun oleh apoenzim dan koenzim. Kemudian proenzim
merupakan enzim yang berada dalm bentuk tidak aktif yang dapat dijadikan enzim jika
terjadi reaksi hidrolisis terbatas. Reaksinya sering menunjukan fenomena otokatalisis.
Contoh dari proenzim antara lain :
- Pepsinogen, tripsinogen, kimotripsinogen, proelastase (enzim pencernaan)
- Profibrinolisin / Plasminogen (enzim pelarut gumpan darah)
- Protrombin
- Komplemen (C’) untuk membantu antibodi dalam pertahanan tubuh
Enzim memiliki potensi untuk merusak jaringan sendiri maka untuk mengurangi atau
menghentikan enzim ada suatu zat yang disebut antienzim. Biasanya antienzim ini
golongan anti protease serin seperti serpin (serin protease inhibitor). Contohnya :
- α1 – antitripsin (AAT) untuk mencegah pepsin, tripsin, kimotripsinm dan elastase
- Antitrombin-3 untuk menncegah trombin
- Antiplasma jaringan untuk mencegah plasmin dan fibrinolisin
Catatan Kuliah SGBM
Authored by : taufiqbal
99
C10 Enzim
G. Penggolongan Enzim
Enzim digolongkan menjadi enam kelas berdasarkan fungsinya, antara lain :
Sumber : Lehninger Principles of Biochemistry