lembaran negara republik indonesiarepublik indonesia, republik demokratik rakyat laos (selanjutnya...

80
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2015 PENGESAHAN. ASEAN. Liberalisasi. Angkutan Udara. Kargo. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN ASEAN MULTILATERAL AGREEMENT ON THE FULL LIBERALISATION OF AIR FREIGHT SERVICES (PERSETUJUAN MULTILATERAL ASEAN MENGENAI LIBERALISASI PENUH JASA ANGKUTAN UDARA KARGO), PROTOCOL 1 ON UNLIMITED THIRD, FOURTH, AND FIFTH FREEDOM TRAFFIC RIGHTS AMONG DESIGNATED POINTS IN ASEAN (PROTOKOL 1 TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA, KEEMPAT, DAN KELIMA YANG TIDAK TERBATAS DI ANTARA TITIK-TITIK YANG TELAH DITUNJUK DI ASEAN), DAN PROTOCOL 2 ON UNLIMITED THIRD, FOURTH, AND FIFTH FREEDOM TRAFFIC RIGHTS AMONG ALL POINTS WITH INTERNATIONAL AIRPORTS IN ASEAN (PROTOKOL 2 TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA, KEEMPAT, DAN KELIMA YANG TIDAK TERBATAS DI ANTARA SEMUA TITIK DENGAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI ASEAN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di Manila, Filipina pada tanggal 20 Mei 2009, Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani ASEAN Multilateral Agreement on the Full Liberalisation of Air Freight Services (Persetujuan Multilateral ASEAN Mengenai Liberalisasi Penuh Jasa Angkutan Udara Kargo) beserta Protocol 1 on Unlimited Third, Fourth, and Fifth Freedom Traffic Rights Among Designated Points in ASEAN (Protokol 1 tentang Kebebasan Hak Angkut Ketiga, Keempat, dan www.peraturan.go.id

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LEMBARAN NEGARAREPUBLIK INDONESIA

    No.143, 2015 PENGESAHAN. ASEAN. Liberalisasi. AngkutanUdara. Kargo.

    PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 74 TAHUN 2015

    TENTANG

    PENGESAHAN ASEAN MULTILATERAL AGREEMENT ON THE FULLLIBERALISATION OF AIR FREIGHT SERVICES (PERSETUJUAN

    MULTILATERAL ASEAN MENGENAI LIBERALISASI PENUH JASAANGKUTAN UDARA KARGO), PROTOCOL 1 ON UNLIMITED THIRD,

    FOURTH, AND FIFTH FREEDOM TRAFFIC RIGHTS AMONG DESIGNATEDPOINTS IN ASEAN (PROTOKOL 1 TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUTKETIGA, KEEMPAT, DAN KELIMA YANG TIDAK TERBATAS DI ANTARATITIK-TITIK YANG TELAH DITUNJUK DI ASEAN), DAN PROTOCOL 2 ONUNLIMITED THIRD, FOURTH, AND FIFTH FREEDOM TRAFFIC RIGHTS

    AMONG ALL POINTS WITH INTERNATIONAL AIRPORTS IN ASEAN(PROTOKOL 2 TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA, KEEMPAT,

    DAN KELIMA YANG TIDAK TERBATAS DI ANTARA SEMUA TITIK DENGANBANDAR UDARA INTERNASIONAL DI ASEAN)

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : a. bahwa di Manila, Filipina pada tanggal 20 Mei 2009,Pemerintah Republik Indonesia telahmenandatangani ASEAN Multilateral Agreement on theFull Liberalisation of Air Freight Services (PersetujuanMultilateral ASEAN Mengenai Liberalisasi Penuh JasaAngkutan Udara Kargo) beserta Protocol 1 onUnlimited Third, Fourth, and Fifth Freedom TrafficRights Among Designated Points in ASEAN (Protokol 1tentang Kebebasan Hak Angkut Ketiga, Keempat, dan

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 2

    Kelima yang Tidak Terbatas di Antara Titik-titik yangTelah Ditunjuk di ASEAN), dan Protocol 2 on UnlimitedThird, Fourth, and Fifth Freedom Traffic Rights AmongAll Points with International Airports in ASEAN(Protokol 2 tentang Kebebasan Hak Angkut Ketiga,Keempat, dan Kelima yang Tidak Terbatas di AntaraSemua Titik dengan Bandar Udara Internasional diASEAN), sebagai hasil perundingan antara wakilDelegasi-delegasi Negara Anggota ASEAN;

    b. bahwa Persetujuan dan Protokol tersebutdimaksudkan sebagai dasar hukum pengaturanliberalisasi penuh jasa angkutan udara kargo ASEANdan pelaksanaan hak angkut ketiga, keempat, dankelima tidak terbatas bagi angkutan udara kargo disemua bandar udara internasional di ASEAN;

    c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud pada huruf a dan huruf b, perlumengesahkan Persetujuan dan Protokol-protokoltersebut dengan Peraturan Presiden;

    Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia 1945;

    2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentangPerjanjian Internasional (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 185, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012);

    3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentangPenerbangan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4956);

    4. Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 2009 tentangPengesahan Persetujuan Kerangka Kerja ASEANuntuk Integrasi Sektor-sektor Prioritas (ASEANFramework Agreement for the Integration of PrioritySectors) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 93);

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHANASEAN MULTILATERAL AGREEMENT ON THE FULLLIBERALISATION OF AIR FREIGHT SERVICES(PERSETUJUAN MULTILATERAL ASEAN MENGENAILIBERALISASI PENUH JASA ANGKUTAN UDARA

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.1433

    KARGO), PROTOCOL 1 ON UNLIMITED THIRD, FOURTH,AND FIFTH FREEDOM TRAFFIC RIGHTS AMONGDESIGNATED POINTS IN ASEAN (PROTOKOL 1 TENTANGKEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA, KEEMPAT, DANKELIMA YANG TIDAK TERBATAS DI ANTARA TITIK-TITIKYANG TELAH DITUNJUK DI ASEAN), DAN PROTOCOL 2ON UNLIMITED THIRD, FOURTH, AND FIFTH FREEDOMTRAFFIC RIGHTS AMONG ALL POINTS WITHINTERNATIONAL AIRPORTS IN ASEAN (PROTOKOL 2TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA,KEEMPAT, DAN KELIMA YANG TIDAK TERBATAS DIANTARA SEMUA TITIK DENGAN BANDAR UDARAINTERNASIONAL DI ASEAN).

    Pasal 1

    Mengesahkan ASEAN Multilateral Agreement on the Full Liberalisation ofAir Freight Services (Persetujuan Multilateral ASEAN MengenaiLiberalisasi Penuh Jasa Angkutan Udara Kargo), Protocol 1 on UnlimitedThird, Fourth, and Fifth Freedom Traffic Rights Among Designated Pointsin ASEAN (Protokol 1 tentang Kebebasan Hak Angkut Ketiga, Keempat,dan Kelima yang Tidak Terbatas di Antara Titik-titik yang TelahDitunjuk di ASEAN), dan Protocol on Unlimited Third, Fourth, and FifthFreedom Traffic Rights Among All Points with International Airports inASEAN (Protokol 2 tentang Kebebasan Hak Angkut Ketiga, Keempat, danKelima yang Tidak Terbatas di Antara Semua Titik dengan BandarUdara Internasional di ASEAN) yang telah ditandatangani pada tanggal20 Mei 2009 di Manila, Filipina, yang naskah aslinya dalam BahasaInggris dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebagaimanaterlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PeraturanPresiden ini.

    Pasal 2

    Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahanPersetujuan dan Protokol dalam Bahasa Indonesia dengan naskahaslinya dalam Bahasa Inggris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1,yang berlaku adalah naskah aslinya dalam Bahasa Inggris.

    Pasal 3

    Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 4

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakartapada tanggal 19 Juni 2015

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    JOKO WIDODO

    Diundangkan di Jakartapada tanggal 19 Juni 2015

    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

    YASONNA H. LAOLY

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.1435

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 6

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.1437

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 8

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.1439

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 10

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14311

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 12

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14313

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 14

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14315

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 16

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14317

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 18

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14319

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 20

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14321

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 22

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14323

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 24

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14325

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 26

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14327

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 28

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14329

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 30

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14331

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 32

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14333

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 34

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14335

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 36

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14337

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 38

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14339

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 40

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14341

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 42

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14343

    PERSETUJUAN MULTILATERAL ASEAN

    MENGENAI LIBERALISASI PENUH JASA ANGKUTAN UDARA KARGO

    Pemerintah–pemerintah dari Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja,Republik Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos (selanjutnyadisebut Laos), Malaysia, Uni Myanmar, Republik Filipina, RepublikSingapura, Kerajaan Thailand, dan Republik Sosialis Vietnam, Negara-negara Anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN)(selanjutnya secara bersama-sama disebut “Para Pihak” atau secarasendiri-sendiri disebut “Pihak”)

    MENGINGAT Deklarasi ASEAN Concord II (Bali Concord II) yangditandatangani di Bali, Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2003, sesuaidengan komitmen ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasidan hubungan ekonomi internalnya dengan ekonomi dunia untukmewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN;

    MENEGASKAN agenda kebijakan untuk pelaksanaan progresif liberalisasipenuh dan integrasi jasa angkutan udara di ASEAN sebagaimana yangtercantum dalam Rencana Aksi Integrasi dan Liberalisasi Angkutan UdaraASEAN yang disahkan pada Pertemuan ke-10 Para Menteri TransportasiASEAN yang diselenggarakan pada tanggal 23 November 2004 di PhnomPenh, Kamboja;

    MENGINGAT Program Aksi Vientiane yang disahkan pada KonferensiTingkat Tinggi Kesepuluh (ke-10) ASEAN yang diselenggarakan tanggal 29November 2004 di Vientiane, Laos, yang meminta percepatan pengaturanruang udara tanpa batasan hak angkut udara (open sky) dan meningkatkanliberalisasi jasa angkutan udara, terutama jasa angkutan udara kargo;

    MENGINGAT juga keputusan Pertemuan Kesepuluh (ke-10) Para MenteriTransportasi ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, pada tanggal 23 November2004 untuk mengesahkan Peta Jalan Integrasi Sektor Angkutan Udaradan Rencana Aksi untuk Integrasi dan Liberalisasi Angkutan UdaraASEAN 2005 – 2015, yang menyediakan aksi strategis untukmeliberalisasikan lebih lanjut jasa angkutan udara di ASEAN danmeningkatkan suatu lingkungan yang memungkinkan bagi satu pasarpenerbangan tunggal dan terpadu di ASEAN;

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 44

    BERKOMITMEN untuk memelihara, mengembangkan dan memperkuathubungan dan kerjasama lebih lanjut yang bersahabat antara dan antarnegara–negaranya;

    MENGAKUI bahwa jasa angkutan udara internasional yang efisien danbersaing adalah penting untuk mengembangkan perdagangan,menguntungkan konsumen, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

    BERKEINGINAN untuk menjamin tingkat tertinggi keselamatan dankeamanan dalam angkutan udara internasional dan menegaskan kembalikepedulian mereka terhadap tindakan-tindakan atau ancaman–ancamankeamanan pesawat udara, yang membahayakan keselamatan barang,berdampak negatif terhadap operasi transportasi udara, dan mengurangikepercayaan masyarakat terhadap keselamatan penerbangan sipil;

    BERKEINGINAN untuk memfasilitasi dan meningkatkan jasa angkutanudara kargo serta jasa-jasa terkait, untuk melengkapi fasilitasi transportasilain dan upaya-upaya liberalisasi di ASEAN;

    BERKEINGINAN untuk menghilangkan hambatan-hambatan, secarabertahap, untuk mencapai fleksibilitas dan kapasitas yang lebih besardalam pelaksanaan jasa angkutan udara kargo di ASEAN denganpandangan untuk membangun satu pasar tunggal penerbangan yangterpadu ASEAN pada tahun 2015;

    SEBAGAI para Pihak pada Konvensi Penerbangan Sipil Internasional, yangterbuka bagi penandatangan di Chicago tanggal 7 Desember 1944, danberkeinginan untuk mematuhi dasar-dasar dan ketentuan-ketentuan yangtertera pada Konvensi tersebut; dan

    BERKEINGINAN untuk menyelesaikan suatu Persetujuan Multilateraltentang Liberalisasi Penuh Jasa Angkutan Udara Kargo

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14345

    TELAH MENYEPAKATI HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT :

    PASAL 1

    DEFINISI

    Untuk maksud Persetujuan ini, kecuali ditentukan lain dalam konteks :

    1. Istilah "Konvensi" berarti Konvensi Penerbangan Sipil Internasionalyang terbuka untuk penandatangan di Chicago pada tanggal 7Desember 1944, dan meliputi : (i) segala perubahan yang telahmulai berlaku berdasarkan Pasal 94(a) Konvensi tersebut dan telahdiratifikasi oleh semua Pihak pada Persetujuan ini, dan (ii) setiapLampiran atau setiap perubahannya yang disahkan berdasarkanPasal 90 Konvensi tersebut, selama Lampiran-lampiran atauperubahan–perubahan tersebut, setiap waktu secara efektif kepadaPara Pihak pada Persetujuan ini;

    2. Istilah "otoritas penerbangan" berarti Menteri yang bertanggungjawab pada Penerbangan Sipil, atau setiap orang atau badan yangberwenang untuk melaksanakan fungsi–fungsi yang saat ini dapatdilaksanakan olehnya atau fungsi serupa;

    3. Istilah "perusahaan angkutan udara yang ditunjuk" berarti suatuperusahaan angkutan udara yang telah ditunjuk dan diberiwewenang sesuai Pasal 3 (Penunjukan dan Otorisasi PerusahaanAngkutan Udara) Persetujuan ini;

    4. Istilah "wilayah" berarti wilayah daratan, perairan internal, lautperbatasan, perairan kepulauan, dasar laut dan tanah di bawahnyaserta angkasa di atasnya;

    5. Istilah “jasa angkutan udara”, ”jasa angkutan udara internasional”,dan ”perusahaan angkutan udara”, mempunyai arti sesuai denganketentuan yang ada pada pasal 96 Konvensi dimaksud;

    6. Istilah “jasa angkutan udara kargo internasional” berarti semuatransportasi udara kargo yang melewati angkasa di atas wilayahlebih dari satu Negara Anggota ASEAN;

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 46

    7. Istilah "tarif" berarti segala harga, tingkat tarif, atau pungutanuntuk pengangkutan kargo (tidak termasuk surat) dalamtransportasi udara yang dipungut perusahaan angkutan udara,termasuk agen-agennya, serta persyaratan yang membentukadanya harga, tingkat tarif, atau pungutan tersebut.

    8. Istilah “jasa yang disepakati” berarti jasa angkutan udara kargoberjadwal yang dilakukan untuk pengangkutan kargo dan/atausurat, untuk pembayaran atau penyewaan pada rute tertentu;

    9. Istilah “berhenti untuk tujuan non-traffic” berarti suatupendaratan untuk tujuan selain menaikkan atau menurunkankargo dan/atau surat pada jasa angkutan udara kargointernasional;

    10. Istilah “biaya pengguna bandar udara” berarti suatu biaya yangdikenakan terhadap perusahaan angkutan udara oleh otoritas yangberwenang, atau diizinkan oleh otoritas untuk dikenakan, untukpenyediaan peralatan atau fasilitas bandar udara atau fasilitasnavigasi udara, termasuk jasa dan fasilitas terkait untuk pesawatudara, awak, dan kargonya;

    11. Istilah "Persetujuan" berarti Persetujuan ini, dan ProtokolPelaksananya serta setiap perubahannya;

    12. Istilah “Lembaga Penyimpan” berarti Sekretaris Jenderal ASEAN;dan

    13. Semua referensi bentuk tunggal wajib meliputi bentuk jamak, dansemua referensi bentuk jamak wajib meliputi bentuk tunggal.

    PASAL 2

    PEMBERIAN HAK

    1. Setiap Pihak memberikan kepada Para Pihak lainnya hak–haksebagai berikut untuk pelaksanaan jasa angkutan udara kargointernasional oleh perusahaan angkutan udara yang ditunjuk olehPara Pihak lainnya :

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14347

    a) hak untuk melintasi wilayahnya tanpa pendaratan;

    b) hak untuk mendarat di wilayahnya untuk maksud non-traffic;dan

    c) hak-hak lainnya yang tercantum dalam Persetujuan ini,termasuk hak-hak yang terdapat dalam Protokol Pelaksana 1dan 2 dari Persetujuan ini.

    2. Tidak ada satu pun dalam Persetujuan ini yang dapat dianggapmemberikan suatu perusahaan angkutan udara atau perusahaan-perusahaan angkutan udara dari satu Pihak, hak untukmenaikkan, dalam wilayah Pihak lain, kargo atau surat yangdibawa dengan mengenakan pembayaran dan ditujukan ke titiklain dalam wilayah Pihak lain tersebut.

    PASAL 3

    PENUNJUKAN DAN OTORISASI

    PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA

    1. Setiap Pihak wajib mempunyai hak untuk menunjuk perusahaanangkutan udara sebanyak–banyaknya untuk maksud melakukanjasa angkutan udara kargo internasional sesuai Persetujuan inidan untuk menarik atau mengalihkan penunjukan itu. Penunjukantersebut wajib dikirimkan secara tertulis melalui jalur diplomatikkepada Lembaga Penyimpan yang selanjutnya wajibmemberitahukan kepada semua Pihak.

    2. Setelah penerimaan penunjukan tersebut, dan permohonan dariperusahaan angkutan udara yang ditunjuk tersebut, dalam bentukdan cara yang telah ditentukan untuk otorisasi pelaksanaan danizin teknis, setiap Pihak wajib memberikan otorisasi yangdiperlukan dan izin teknik dengan prosedur keterlambatanminimal, dengan syarat :

    a) (i) kepemilikan substansial dan pengawasan efektifperusahaan angkutan udara tersebut dimiliki di Pihak

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 48

    yang menunjuk perusahaan angkutan udara tersebut,merupakan warga Negara Pihak tersebut, atau keduanya;atau

    (ii) tunduk pada penerimaan oleh suatu Pihak yang menerimapermohonan dimaksud, perusahaan angkutan udara yangditunjuk didirikan dan mempunyai kantor pusat usaha diwilayah Pihak yang menunjuk perusahaan angkutan udaratersebut, yang kepemilikan substansial dan diawasi secaraefektif oleh satu atau lebih Negara Anggota ASEANdan/atau warga negaranya, dan Pihak yang menunjukperusahaan angkutan udara mempunyai dan menjagapengawasan pengaturan yang efektif; atau

    (iii) tunduk pada penerimaan oleh suatu Pihak yang menerimapermohonan tersebut, perusahaan angkutan udara yangditunjuk didirikan dan mempunyai kantor pusat usaha diwilayah Pihak yang menunjuk perusahaan angkutan udaratersebut, dan Pihak yang menunjuk perusahaan angkutanudara mempunyai dan menjaga pengawasan pengaturanyang efektif, dengan ketentuan bahwa pengaturan-pengaturan tersebut tidak akan setara denganmengizinkan perusahaan angkutan udara atau anakperusahaan mengakses hak angkut selain yang telahdiberikan kepada perusahaan angkutan udara tersebut;dan

    b) perusahaan angkutan udara yang ditunjuk mampu memenuhiketentuan-ketentuan lainnya sebagaimana diatur dalamhukum, peraturan dan aturan yang biasanya diterapkan dalampelaksanaan jasa angkutan udara kargo internasional dariPihak yang mempertimbangkan permohonan-permohonantersebut; dan

    c) Pihak yang menunjuk perusahaan angkutan udara tersebutsesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 5(Keselamatan) dan Pasal 6 (Keamanan Penerbangan) dariPersetujuan ini.

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14349

    3. Para Pihak yang memberikan otorisasi pelaksanaan sesuai ayat 2Pasal ini wajib memberitahukannya kepada Lembaga Penyimpanyang selanjutnya akan memberitahukan kepada semua Pihak.

    PASAL 4

    PENOLAKAN, PEMBATALAN, PENANGGUHAN DAN PEMBATASANOTORISASI

    1. Setiap Pihak wajib memiliki hak untuk menolak, membatalkan,menangguhkan, memberlakukan ketentuan-ketentuan ataumembatasi otorisasi pelaksanaan atau izin teknis sebagaimanadirujuk pada Pasal 3 (Penunjukan dan Otorisasi PerusahaanAngkutan Udara) dari Persetujuan ini berkenaan denganperusahaan angkutan udara yang ditunjuk Pihak lainnya, untuksementara atau secara permanen apabila :

    a) perusahaan angkutan udara telah gagal membuktikanmemenuhi kualifikasi Pasal 3 ayat 2 (a) (i) atau (ii) atau (iii);sebagaimana diberlakukan; atau

    b) perusahaan angkutan udara telah gagal untuk mematuhihukum, peraturan dan aturan sebagaimana dirujuk dalamPasal 15 (Pemberlakuan Peraturan Perundang-undangan) dariPersetujuan ini; atau

    c) Pihak lainnya tidak mempertahankan dan mengatur standar–standar sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 5(Keselamatan) dari Persetujuan ini.

    2. Kecuali tindakan segera diperlukan untuk mencegahketidakpatuhan lebih lanjut atas ayat 1(b) atau 1(c) dari Pasal ini,hak yang diberikan oleh Pasal ini wajib dilaksanakan hanya setelahberkonsultasi dengan Pihak yang menunjuk perusahaan angkutanudara tersebut, sesuai ketentuan-ketentuan yang tercantum dalamPasal 17 (Konsultasi dan Perubahan).

    3. Suatu Pihak yang telah melaksanakan haknya untuk menolak,membatalkan, menangguhkan, memberlakukan ketentuan-ketentuan atau membatasi otorisasi pelaksanaan atau izin teknis

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 50

    suatu perusahaan angkutan udara sesuai dengan ayat 1 Pasal ini,wajib memberitahukan tindakannya tersebut kepada LembagaPenyimpan dan Lembaga Penyimpan tersebut selanjutnya wajibmemberitahukan kepada semua Pihak.

    4. Pasal ini tidak membatasi hak setiap Pihak untuk menolak,membatalkan, menangguhkan, memberlakukan ketentuan-ketentuan atau membatasi otorisasi pelaksanaan atau izin teknissuatu perusahaan angkutan udara dari Para Pihak lainnya sesuaidengan ketentuan-ketentuan Pasal 6 (Keamanan Penerbangan).

    PASAL 5

    KESELAMATAN

    1. Setiap Pihak wajib mengakui sebagai hal yang sah untuk maksudpelaksanaan jasa angkutan udara kargo sebagaimana diatur dalamPersetujuan ini, sertifikat kelaikan udara, sertifikat kompetensi,dan lisensi dari perusahaan angkutan udara yang ditunjukditerbitkan atau divalidasi oleh Pihak yang menunjuk perusahaanangkutan udara tersebut, dan masih berlaku, dengan syarat bahwasyarat-syarat bagi sertifikat atau lisensi tersebut paling tidaksetara dengan standar minimal yang telah diatur Konvensi. SetiapPihak, berhak, bagaimanapun, menolak mengakui sebagai hal yangsah untuk maksud penerbangan di atas wilayahnya sendiri,sertifikat kompetensi dan lisensi yang diberikan atau divalidasiuntuk warga negaranya oleh Pihak lainnya.

    2. Setiap Pihak boleh meminta konsultasi berkenaan standar–standarkeselamatan dan keamanan yang dipelihara oleh Pihak lainnyaterkait fasilitas penerbangan, awak kabin, pesawat udara, danpelaksanaan dari perusahaan angkutan udara yang ditunjuk Pihaklainnya. Apabila, sesudah konsultasi tersebut, Pihak Pertamamenemukan bahwa Pihak lain tidak mempertahankan danmelakukan standar–standar dan persyaratan–persyaratan dibidang-bidang tersebut yang paling tidak setara dengan standarminimal yang dapat diberikan sesuai Konvensi, maka Pihak lainnyatersebut wajib diberitahukan mengenai penemuan tersebut danlangkah–langkah yang dipandang perlu untuk memenuhi standar-standar minimal dimaksud; dan Pihak lainnya tersebut wajibmelakukan tindakan perbaikan yang sesuai. Setiap Pihakmempunyai hak untuk menolak, membatalkan, menangguhkan,

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14351

    memberlakukan ketentuan-ketentuan atau membatasi otorisasipelaksanaan atau izin teknis suatu perusahaan angkutan udarayang ditunjuk Pihak lainnya dalam hal Pihak lainnya tidakmelakukan tindakan perbaikan yang sesuai dalam jangka waktuyang wajar.

    PASAL 6

    KEAMANAN PENERBANGAN

    1. Sesuai dengan hak dan kewajiban dalam hukum internasional,Para Pihak menegaskan kembali kewajiban mereka terhadap Pihaklain untuk melindungi keamanan penerbangan sipil dari tindakanmelawan hukum sebagai bagian yang tidak terpisahkan dariPersetujuan ini. Tanpa membatasi sifat umum dari hak dankewajibannya berdasarkan hukum internasional, Para Pihak wajibdalam tindakan khususnya sesuai ketentuan Konvensi mengenaiPenyerangan atau Tindakan-tindakan Tertentu Lainnya yangDilakukan di dalam Pesawat Udara, yang ditandatangani di Tokyopada tanggal 14 September 1963, Konvensi mengenai PenangananTindakan Melawan Hukum Penyitaan Tidak Sah terhadap PesawatUdara, ditandatangani di Den Haag pada tanggal 16 Desember1970, Konvensi mengenai Penanganan Tindakan Melawan Hukumterhadap Keselamatan Penerbangan Sipil, ditandatangani diMontreal pada tanggal 23 September 1971, serta Konvensi atauProtokol lainnya yang terkait dengan keamanan penerbangan sipilyang seluruh Pihak mengadopsinya.

    2. Para Pihak, atas permintaan, wajib memberikan satu sama lainseluruh bantuan yang diperlukan untuk mencegah tindakanpenyitaan tidak sah terhadap pesawat udara sipil dan tindakantidak sah lainnya terhadap keselamatan pesawat udara tersebut,awak kabin, bandar udara dan fasilitas navigasi udara, danmengatasi setiap ancaman terhadap keamanan penerbangan sipil.

    3. Para Pihak, dalam hubungan saling menguntungkan, wajibbertindak sesuai dengan ketentuan-ketentuan keamananpenerbangan yang diatur oleh Organisasi Penerbangan SipilInternasional dan ditetapkan sebagai Lampiran Konvensi tersebut;Para Pihak wajib meminta para operator pesawat udara dengantanda pendaftaran Negara mereka, operator pesawat udara yangmempunyai tempat usaha utama atau berkedudukan permanen diwilayahnya, dan operator bandar udara di wilayahnya, bertindaksesuai ketentuan keamanan penerbangan tersebut.

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 52

    4. Setiap Pihak wajib mematuhi ketentuan keamanan sebagaimanadiminta Pihak lainnya untuk memasuki, berangkat dari, dansementara berada di wilayah masing-masing dan mengambillangkah-langkah yang memadai untuk melindungi pesawat udaradan memeriksa awak kabin, dan barang-barang bawaan mereka,serta kargo dan barang di pesawat udara, sebelum dan selamapemuatan atau pembongkaran. Setiap Pihak juga wajibmemberikan pertimbangan yang positif atas setiap permintaan dariPihak lainnya untuk melakukan langkah-langkah khusus untukmengatasi ancaman khusus.

    5. Apabila suatu kejadian atau ancaman terhadap suatu kejadiantindakan tidak sah penyitaan pesawat udara sipil atau tindakantidak sah lain yang mengancam keselamatan awak kabin, pesawatudara, bandar udara atau fasilitas navigasi udara terjadi, ParaPihak wajib membantu satu sama lain dengan memfasilitasikomunikasi dan langkah-langkah lain yang sesuai yangdimaksudkan untuk menghentikan peristiwa atau ancaman itusecara cepat dan aman.

    6. Apabila satu Pihak mempunyai alasan yang wajar untuk meyakinibahwa Pihak lainnya telah keluar dari ketentuan keamananpenerbangan dari Pasal ini, otoritas penerbangan dari Pihaktersebut dapat meminta dengan segera konsultasi dengan otoritaspenerbangan Pihak lainnya. Kegagalan untuk mencapai suatukesepakatan yang memuaskan dalam waktu limabelas (15) harisejak tanggal diterimanya permintaan tersebut, wajib menjadidasar untuk menolak, membatalkan, menangguhkan,memberlakukan ketentuan-ketentuan atau membatasi otorisasipelaksanaan atau izin teknis suatu perusahaan angkutan udaradari Pihak itu. Apabila diminta karena keadaan darurat, satu Pihakdapat mengambil tindakan sementara sebelum berakhirnya limabelas (15) hari tersebut.

    7. Setiap Pihak wajib meminta pesawat udara Pihak lainnya untukmemberikan jasa kepada Pihak tersebut, untuk menyampaikansuatu program keamanan operator secara tertulis yang telahdisetujui oleh otoritas penerbangan Pihak dari perusahaanangkutan udara itu, untuk diterima.

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14353

    PASAL 7

    TARIF

    1. Tarif yang akan diberlakukan oleh perusahaan angkutan udarayang ditunjuk satu Pihak untuk jasa angkutan udara sebagaimanatercakup dalam Persetujuan ini, wajib diberikan dengan batas yangwajar, sesuai dengan yang dibayar untuk seluruh faktor yangrelevan, termasuk kepentingan para pengguna, biaya operasional,karakteristik pelayanan, keuntungan wajar, tarif perusahaanangkutan udara lainnya, dan pertimbangan komersial lainnya dipasar.

    2. Tarif yang dikenakan oleh perusahaan angkutan udara wajib tidakdipersyaratkan untuk dilaporkan, atau disetujui oleh salah satuPihak. Meskipun demikian, dalam hal hukum nasional suatu Pihakmeminta persetujuan sebelumnya atas suatu tarif, pemberlakuantariff tersebut wajib diberlakukan sesuai ketentuan nasionaltersebut. Dalam hal ini, prinsip timbal balik dapat diterapkan olehPara Pihak yang terlibat atas kebijakannya.

    3. Para Pihak sepakat untuk memberikan perhatian khusus mengenaitarif yang dapat diajukan keberatannya karena terjadi diskriminasisecara tidak wajar, sangat tinggi atau membatasi karenapenyalahgunaan suatu posisi dominan, atau tampak direndahkankarena subsidi atau dukungan Pemerintah secara langsung atautidak langsung atau praktik-praktik anti persaingan lainnya.

    4. Para Pihak wajib memastikan bahwa perusahaan angkutan udarayang ditunjuk memberikan kepada masyarakat umum informasisepenuhnya dan menyeluruh mengenai tarif dan harga angkutanudaranya serta ketentuan-ketentuan sebagaimana terlampir dalamiklan kepada masyarakat terkait tarif angkutan udara.

    PASAL 8

    PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA SEWA

    1. Apabila suatu perusahaan angkutan udara yang ditunjukmengajukan permohonan untuk menggunakan suatu pesawatudara selain yang dimilikinya pada jasa angkutan udara kargo

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 54

    internasional yang ditentukan Persetujuan ini, hanya dapatdilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

    a) bahwa pengaturan-pengaturan dimaksud tidak akan setaradengan mengizinkan suatu perusahaan angkutan udara yangmenyewakan, untuk mengakses hak angkut selain yangdiberikan bagi perusahaan angkutan udara penyewa;

    b) bahwa keuntungan finansial yang akan diperoleh olehperusahaan angkutan udara pihak yang menyewakan tidakakan menjadi tanggungan atas keuntungan atau kerugianpengoperasian perusahaan angkutan udara yang ditunjuktersebut, dan

    c) bahwa tanggung jawab terhadap kelangsungan kelaikan udaradan kecukupan standar pengoperasian dan perawatan daripesawat udara yang disewa yang dioperasikan oleh sebuahperusahaan angkutan udara yang ditunjuk oleh satu Pihakakan diberikan sesuai dengan Konvensi.

    2. Suatu perusahaan angkutan udara yang ditunjuk sebaliknya tidakdilarang untuk memberikan pelayanan angkutan udara denganmenggunakan pesawat udara yang disewakan dengan ketentuanbahwa segala pengaturan sewa menyewa memenuhi ketentuan ayat1 Pasal ini.

    PASAL 9

    KEGIATAN KOMERSIAL

    1. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pihak lainnya,perusahaan angkutan udara yang ditunjuk dari suatu Pihak wajibmempunyai hak

    a) berhubungan dengan masuk, tinggal dan mempekerjakan,membawa ke dalam dan mempertahankan dalam wilayahPihak lainnya, staf administrasi dan staf khusus lainnya,perlengkapan kantor dan perlengkapan lainnya yang terkaitdan bahan-bahan promosi yang diperlukan untuk pelaksanaanjasa angkutan udara kargo internasional;

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14355

    b) mendirikan kantor di wilayah Pihak lainnya dengan maksudpenyediaan, promosi dan penjualan jasa angkutan udara;

    c) terlibat penjualan jasa angkutan udara dalam wilayah Pihaklain secara langsung, dan dalam kebijakannya, melalui agen-agennya; menjual jasa angkutan udara dimaksud, dan setiapPIhak wajib bebas untuk membeli jasa tersebut dalam matauang lokal di wilayah itu atau, tunduk pada peraturan danperundang-undangan nasional, dalam mata uang lain yangmudah dipertukarkan secara bebas di negara-negara lainnya.

    d) untuk menukar dan mengirimkan ke wilayah perusahaannya,atas permintaan, pendapatan lokal yang melebihi jumlah totalyang dicairkan secara lokal. Penukaran dan pengiriman wajibdiizinkan dengan segera tanpa pembatasan atau pemajakanberkenaan dengan nilai tukar yang berlaku untuk transaksidan pengiriman terkini pada tanggal perusahaan angkutanudara melakukan permohonan awal untuk pengiriman.Penukaran dan pengiriman tersebut wajib dilakukan sesuaidengan peraturan pertukaran mata uang asing di Pihak yangbersangkutan; dan

    e) untuk membayar pengeluaran lokal, termasuk pembelianbahan bakar, di wilayah Pihak lainnya dalam mata uangsetempat. Dalam kebijakannya, perusahaan angkutan udaradari setiap Pihak dapat membayar untuk pengeluaran tersebutdi wilayah Pihak lainnya dalam mata uang yang dapatdipertukarkan secara bebas sesuai aturan mata uangsetempat.

    2. Dalam mengoperasikan atau menyelenggarakan jasa yang resmipada rute yang telah disepakati, perusahaan angkutan udara yangditunjuk dimaksud dapat, tunduk pada hukum dan aturanperundang-undangan nasional, membuat pengaturan pemasaranyang kooperatif yang dapat meliputi tetapi tidak terbatas padacode-sharing, block-space dengan:

    a) perusahaan angkutan udara dari Pihak yang sama; dan

    b) perusahaan angkutan udara dari Para Pihak lainnya; dan

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 56

    c) penyedia transportasi darat dari setiap Pihak

    dengan syarat bahwa semua peserta dalam pengaturan dimaksudmempunyai kewenangan dan memenuhi persyaratan-persyaratan yangdiberlakukan untuk pengaturan dimaksud.

    3. Tunduk pada hukum, aturan, dan peraturan nasional dari setiapPihak, setiap perusahaan angkutan udara yang ditunjuk danpenyedia tidak langsung dari jasa transportasi kargo dari setiapPihak wajib diizinkan tanpa pembatasan untuk menggunakanterkait dengan jasa angkutan udara kargo internasional, dari setiaptransportasi dari darat untuk kargo ke atau dari segala titik didalam atau di luar wilayah para Pihak, termasuk transport ke dandari semua bandar udara dengan fasilitas kepabeanan, dantermasuk, apabila berlaku hak untuk mengangkut kargo yangdisimpan di gudang sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku. Kargo tersebut, bilamana dipindah melalui daratatau melalui udara wajib mempunyai akses terhadap pemeriksaandan fasilitas kepabeanan bandar udara. Tunduk pada hukum,aturan, dan peraturan nasional dari setiap Pihak, setiapperusahaan-perusahaan angkutan udara yang ditunjuk bolehmemilih untuk menyelenggarkan transportasi darat sendiri ataumeyediakannya melalui pengaturan-pengaturannya melaluipengangkut darat lainnya, termasuk pengangkutan darat yangdioperasikan oleh perusahaan angkutan udara lain dan penyediatransportasi kargo secara tidak langsung. Jasa kargo intermodaltersebut dapat ditawarkan dalam satu kesatuan, termasukgabungan harga untuk transportasi udara dan darat, dengansyarat pihak pengirim tidak diartikan sebagai keadaan yang terkaitdengan transportasi dimaksud.

    PASAL 10

    PERUBAHAN UKURAN

    1. Setiap perusahaan angkutan udara yang ditunjuk dapat dalambeberapa atau semua penerbangan pada pelayanan yang disepakatidan atas pilihannya sendiri, mengganti pesawat udara di wilayahdari Pihak lainnya atau di setiap titik sepanjang rute yang telahditentukan, dengan ketentuan bahwa :

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14357

    a) pesawat udara yang digunakan di luar titik perubahan wajibdijadwalkan sesuai dengan pesawat udara yang masuk ataukeluar, apabila dimungkinkan; dan

    b) dalam hal suatu penggantian pesawat udara di wilayah Pihaklainnya dan apabila lebih dari satu pesawat udara diizinkanuntuk beroperasi di luar titik perubahan tersebut, tidak lebihdari satu pesawat udara yang dimungkinkan dengan ukuransetara dan tidak ada yang mungkin lebih besar dari pesawatudara yang digunakan tersebut, pada sektor dengankebebasan hak angkut ketiga dan keempat, dengan syaratbahwa total kapasitas yang diizinkan dari pesawat udara yangkeluar, apabila digabungkan bersama, wajib tidak lebihdaripada keseluruhan kapasitas pesawat udara yang tiba dititik perubahan ukuran dimaksud.

    2. Untuk maksud perubahan ukuran operasional tersebut, suatuperusahaan angkutan udara yang ditunjuk menggunakanperalatan sendri dan tunduk pada hukum, aturan, dan peraturannasional, peralatan sewa, dan dapat mengoperasikan berdasarkanpengaturan komersial dengan perusahaan angkutan udara lain.

    3. Suatu perusahaan angkutan udara yang ditunjuk dapatmenggunakan nomor-nomor penerbangan yang berbeda atauidentik untuk sektor – sektor perubahan operasional pesawatudaranya.

    PASAL 11

    BIAYA PENGGUNA BANDAR UDARA

    1. Tidak ada satu Pihak pun dapat mengenakan atau mengizinkanuntuk dikenakan pada suatu perusahaan angkutan udara kargoyang ditunjuk pihak lainnya, biaya pengguna bandar udara yanglebih tinggi daripada yang dikenakan pada perusahaan angkutanudaranya sendiri yang sedang mengoperasikan jasa angkutanudara kargo internasional yang sejenis.

    2. Setiap Pihak wajib mendorong konsultasi mengenai biaya penggunabandar udara antara otoritas-otoritas yang berkompeten untuk

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 58

    mengenakan biaya dimaksud dan perusahaan angkutan udarayang menggunakan jasa dan fasilitas yang diberikan oleh otoritas-otoritas yang mengenakan tersebut, apabila dapat dipraktikkanmelalui organisasi-organisasi perwakilan perusahaan angkutanudara tersebut. Pemberitahuan yang wajar mengenai setiap usulanperubahan biaya pengguna bandar udara seharusnya diberikanbagi pengguna tersebut untuk memungkinkan mereka menyatakanpandangan-pandangnanya sebelum perubahan-perubahandilakukan. Setiap Pihak wajib mendorong lebih lanjut otoritas yangberwenang mengenakan biaya pengguna bandar udara danpengguna untuk melakukan pertukaran informasi yang diperlukanterkait biaya pengguna bandar udara.

    PASAL 12

    BEA KEPABEANAN

    1. Setiap Pihak, berdasarkan prinsip timbal balik, wajibmembebaskan suatu perusahaan angkutan udara kargo yangditunjuk oleh Pihak lain untuk memperluas sebesar mungkinberdasarkan hukum nasional, aturan dan peraturan terhadap beakepabeanan, cukai, penghapusan pajak, biaya pemeriksaan danbea-bea dan pungutan–pungutan nasional lainnya untuk pesawatudara, bahan bakar, perlengkapan di darat, minyak pelumas,pasokan teknis yang dapat dikonsumsi, suku cadang termasukmesin-mesin, perlengkapan pesawat udara rutin, barang dipesawat udara, dan barang-barang lainnya seperti cetakan suratmuatan udara, setiap bahan cetakan yang membubuhkan logoperusahaan yang dicetak di atasnya dan bahan-bahan publikasiseperti biasanya yang disebarkan secara gratis dari perusahaanangkutan udara yang ditunjuk tersebut, yang dimaksudkan untukpenggunaan atau digunakan semata-mata untuk pengoperasianatau pelayanan pesawat udara dari perusahaan angkutan udarayang ditunjuk dari Pihak lainnya yang mengoperasikan layanan-layanan yang disepakati tersebut.

    2. Pembebasan sebagaimana diberikan pada Pasal ini wajib berlakuuntuk benda-benda sebagaimana dirujuk pada ayat 1 :

    a) memperkenankan dibawa dalam wilayah Pihak tersebut olehatau atas nama perusahaan angkutan udara yang ditunjukoleh Pihak lainnya;

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14359

    b) menetapkan tetap berada dalam pesawat udara dariperusahaan angkutan udara yang ditunjuk oleh satu Pihaksejak kedatangan di atau meninggalkan wilayah Pihak lainnya;atau

    c)d) memuat ke dalam pesawat udara dari perusahaan angkutan

    udara yang ditunjuk oleh salah satu Pihak di wilayah Pihaklainnya dan dimaksudkan untuk pengoperasian pelayananyang disepakati;

    baik digunakan atau tidak atau dikonsumsi secara keseluruhan diwilayah Pihak yang memberikan pembebasan tersebut, diatur dengansyarat bahwa kepemilikan benda-benda tersebut tidak dialihkan kewilayah Pihak tersebut.

    3. Perlengkapan pesawat udara yang digunakan secara rutin, sertabahan-bahan dan persediaan-persediaan yang biasa ditempatkandalam pesawat udara dari perusahaan angkutan udara yangditunjuk dari setiap Pihak, hanya dapat dibongkar di wilayah Pihaklainnya dengan persetujuan otoritas kepabeanan di wilayahtersebut. Dalam hal ini, barang-barang tersebut dapat ditempatkandalam pengawasan otoritas tersebut hingga mereka dieksporkembali atau sebaliknya dimusnahkan sesuai peraturankepabeanan.

    4. Pembebasan sebagaimana diatur dalam Pasal ini wajib jugaberlaku apabila perusahaan angkutan udara yang ditunjuk darisalah satu Pihak telah melakukan kontrak dengan perusahaanangkutan udara yang sejenis, menikmati pembebasan tersebut dariPihak lainnya untuk pinjaman atau transfer di wilayah Pihaklainnya atas barang-barang sebagaimana diuraikan pada ayat 1Pasal ini.

    PASAL 13

    PERSAINGAN ADIL

    Setiap Pihak sepakat :

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 60

    a) bahwa setiap perusahaan angkutan udara yang ditunjuk masing-masing Pihak wajib mempunyai peluang yang adil dan setarauntuk bersaing dalam memberikan jasa angkutan udara kargointernasional yang diatur Persetujuan ini, dan

    b) mengambil tindakan untuk menghapuskan segala bentukdiskriminasi dan/atau praktik anti persaingan oleh Pihakdan/atau perusahaan angkutan udara yang ditunjuknya yangdianggap berdampak negatif terhadap posisi bersaing dari suatuperusahaan angkutan udara yang ditunjuk oleh Pihak lainnya.

    PASAL 14

    PENGAMAN

    1. Para Pihak sepakat bahwa praktik–praktik perusahaan angkutanudara berikut dapat dianggap sebagai praktik anti-persaingan yangdapat memungkinkan dilakukannya pemeriksaan lebih mendalam :

    a) memungut harga dan tarif pada rute, di tingkat yang, secarakeseluruhan, tidak cukup untuk menutupi biaya penyediaanjasa angkutan udara kargo internasional yang terkait;

    b) penambahan kapasitas atau frekuensi yang berlebih dari jasaangkutan udara kargo internasional;

    c) praktik-praktik yang dicurigai terus berlanjut dan tidakbersifat sementara;

    d) praktik-praktik yang dipermasalahkan mempunyai dampakekonomi negatif yang serius atau menyebabkan kerusakanmendasar terhadap perusahaan angkutan udara lain;

    e) praktik-praktik yang dipermasalahkan memperlihatkan tujuanyang jelas atau yang kemungkinan berdampak, untukmelumpuhkan, mengeluarkan, atau menyingkirkanperusahaan angkutan udara lain dari pasar; dan

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14361

    f) tindakan mengindikasikan penyalahgunaan posisi dominanpada suatu rute.

    2. Apabila otoritas penerbangan dari salah satu satu Pihakmempertimbangkan bahwa suatu pelaksanaan yang dimaksudkanatau dilakukan oleh perusahaan angkutan udara yang ditunjuk dariPihak lain dapat menimbulkan persaingan tidak adil sebagaimanaindikator yang terdapat pada ayat 1, atau setiap diskriminasidengan menggunakan bantuan dan/atau subsidi Negara yang tidaksemestinya oleh Pihak lainnya itu, otoritas penerbangan tersebutdapat meminta konsultasi sebagaimana pasal 17 (Konsultasi danPerubahan) dengan maksud untuk menyelesaikan masalahdimaksud. Setiap permintaan dimaksud wajib disertai denganpemberitahuan tentang alasan permintaan tersebut, dan konsultasiwajib dimulai dalam jangka waktu lima belas (15) hari sejakditerimanya permintaan dimaksud.

    3. Apabila para Pihak gagal mencapai penyelesaian masalah melaluikonsultasi, setiap Pihak dapat mengajukan mekanisme penyelesaiansengketa berdasarkan Pasal 18 (Penyelesaian Sengketa) untukmenyelesaikan sengketa dimaksud.

    4. Pemberian bantuan dan/atau subsidi Negara wajib bersifattransparan diantara para Pihak, dan wajib tidak mengganggupersaingan di antara perusahaan-perusahan angkutan udara yangditunjuk dari para Pihak. Para Pihak terkait, atas permintaanmereka, wajib menyediakan informasi yang lengkap kepada paraPihak yang berkepentingan lainnya mengenai bantuan dimaksuddan setiap perubahannya atau perpanjangan bantuan dimaksud.Informasi tersebut wajib diperlakukan secara hati-hati dan bersifatrahasia.

    PASAL 15

    PEMBERLAKUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

    1. Selama memasuki, berada atau meninggalkan wilayah salah satuPihak, hukum, peraturan dan aturan yang terkait denganpengoperasian dan navigasi pesawat udara wajib dipatuhi olehperusahaan angkutan udara setiap Pihak yang lain.

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 62

    2. Selama memasuki, berada atau meninggalkan wilayah salah satuPihak, hukum, peraturan dan aturan Pihak tersebut yangberkaitan dengan izin memasuki atau keberangkatan dariwilayahnya dimana awak kabin atau kargo dalam pesawat udara(termasuk peraturan yang terkait dengan izin masuk, pemeriksaan,keamanan penerbangan, imigrasi, paspor, kepabeanan dankarantina atau, dalam hal surat, peraturan pos) wajib dipatuhioleh, atau atas nama awak kabin atau kargo perusahaan angkutanudara dari Pihak lainnya.

    3. Kargo dalam transit melalui wilayah setiap Pihak dan tidakmeninggalkan kawasan Bandar udara yang dikhususkan untukmaksud tersebut wajib tidak menjalani pemeriksaan kecuali untukalasan keamanan penerbangan, pemeriksaan narkotika,pencegahan masuk secara ilegal atau dalam situasi tertentu.

    PASAL 16

    STATISTIK

    Otoritas penerbangan setiap Pihak wajib memberikan kepada paraotoritas penerbangan Pihak lainnya, apabila diminta, data statistikberkala atau informasi sejenis yang berkaitan dengan data traffic yangdiangkut pada layanan yang telah disepakati.

    PASAL 17

    KONSULTASI DAN PERUBAHAN

    1. Otoritas penerbangan dari para Pihak wajib berkonsultasi satusama lain dari waktu ke waktu dengan maksud untuk memastikanpelaksanaan, dan dipenuhinya ketentuan Persetujuan ini. Kecualidisepakati sebaliknya, konsultasi tersebut wajib dimulai sesegeramungkin, namun tidak lebih dari enam puluh (60) hari dari tanggalpenerimaan oleh Pihak lain atau para Pihak, melalui salurandiplomatik atau saluran resmi lainnya, permintaan tertulistermasuk penjelasan mengenai masalah yang akan dibahas.Apabila tanggal konsultasi telah disepakati, Pihak pemohon wajibmemberitahukan juga kepada semua Pihak lain tentang konsultasidan masalah-masalah yang akan dibahas. Setiap Pihak dapatmenghadiri. Apabila konsultasi tersebut telah selesai, semua Pihakdan Lembaga Penyimpan wajib diberitahukan hasilnya.

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14363

    2. Apabila sepertiga dari para Pihak tersebut berkeinginan untukmengubah suatu ketentuan dalam Persetujuan ini wajib diberi hak,melalui permintaan ditujukan kepada Sekretaris Jenderal ASEAN,paling cepat dua belas (12) bulan setelah mulai berlakunyaPersetujuan ini, untuk meminta dilakukan pertemuan semua Pihakuntuk mempertimbangkan setiap perubahan yang akan merekausulkan terhadap Persetujuan ini. Perubahan tersebut, apabiladisepakati antar para Pihak dan apabila diperlukan setelahkonsultasi sebagaimana disebutkan pada ayat 1 Pasal ini, wajibmulai berlaku pada saat lebih dari setengah dari para Pihak telahmenyampaikan penyimpanan Piagam Ratifikasi atauPenerimaannya mengenai perubahan dimaksud.

    3. Dalam hal diselesaikannya suatu konvensi multilateral umummengenai jasa angkutan udara kargo internasional yang semuaPihak menjadi terikat, Persetujuan ini wajib diubah untukdisesuaikan dengan konvensi tersebut.

    PASAL 18

    PENYELESAIAN SENGKETA

    Ketentuan–ketentuan dari Protokol ASEAN tentang PeningkatanMekanisme Penyelesaian Sengketa yang dibuat di Vientiane, Laos, padatanggal 29 November 2004 dan setiap perubahannya, wajib berlakupada setiap sengketa yang timbul berdasarkan Persetujuan ini.

    PASAL 19

    HUBUNGAN DENGAN PERJANJIAN LAIN

    1. Persetujuan ini atau setiap tindakan yang diambil, wajib tidakmempengaruhi hak dan kewajiban para Pihak berdasarkan setiapPersetujuan atau Konvensi Internasional yang ada yang merekajuga menjadi Pihak, kecuali sebagaimana yang disebutkan padaayat 3 Pasal ini.

    2. Tidak ada satu pun dalam Persetujuan ini wajib mengurangi hakatau pelaksanaan hak tersebut oleh setiap Pihak berdasarkanketentuan-ketentuan Konvensi Perserikatan Bangsa – Bangsa

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 64

    tentang Hukum Laut tahun 1982, terutama yang berkaitan dengankebebasan laut lepas, hak lintas damai, lintas alur laut kepulauanatau lintas transit kapal dan pesawat udara, dan sesuai denganPiagam Perserikatan Bangsa–Bangsa.

    3. Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara suatu ketentuan padaPersetujuan ini dan suatu ketentuan pada setiap perjanjianangkutan udara bilateral atau multilateral yang berlaku (termasuksetiap perubahannya), yang dua atau lebih Negara Anggota ASEANterikat atau yang tidak tercakup dalam Persetujuan ini, ketentuanyang kurang membatasi atau lebih liberal atau yang tidak dicakupdalam Persetujuan ini wajib berlaku. Apabila ketidaksesuaiantersebut berkaitan dengan ketentuan tentang keselamatan ataukeamanan penerbangan, maka ketentuan-ketentuan standarkeselamatan atau keamanan penerbangan yang lebih tinggi ataulebih ketat wajib berlaku sepanjang yang berkaitan denganketidaksesuaian tersebut.

    PASAL 20

    KETENTUAN AKHIR

    1. Persetujuan ini wajib disimpan kepada Lembaga Penyimpan yangwajib segera memberikan salinan naskah resmi kepada setiapPihak.

    2. Persetujuan ini tunduk pada ratifikasi atau penerimaan oleh paraPihak. Piagam Ratifikasi atau Penerimaan wajib disimpan kepadaLembaga Penyimpan dan selanjutnya Lembaga Penyimpan wajibsegera memberitahukan setiap Pihak mengenai penyimpanantersebut.

    3. Persetujuan ini wajib mulai berlaku sejak tanggal penyimpananPiagam Ratifikasi atau Penerimaan ketiga (ke-3) kepada SekretarisJenderal ASEAN dan wajib mulai berlaku hanya untuk para Pihakyang telah meratifikasi atau menerimanya.

    4. Berdasarkan ayat 3 Pasal ini, Protokol Pelaksana Persetujuan iniwajib berlaku setelah ratifikasi atau penerimaan sebagaimana yangtercantum dalam “Ketentuan Akhir” dari setiap Protokol Pelaksana.

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14365

    Ketentuan–ketentuan Persetujuan ini hanya wajib berlaku untukProtokol Pelaksana yang telah mulai berlaku diantara para Pihakyang telah meratifikasi atau menerimanya.

    5. Lembaga Penyimpan wajib menjaga sentralisasi pencatatanmengenai penunjukan perusahaan angkutan udara dan otorisasipelaksanaan sebagaimana disebutkan pada Pasal 3 (Penunjukandan Otorisasi Perusahaan Angkutan Udara) Persetujuan ini.

    6. Pada saat Persetujuan ini telah mulai berlaku untuk semua Pihak,Memorandum Saling Pengertian ASEAN Tahun 2002 mengenai JasaAngkutan Udara Kargo wajib berhenti berlaku.

    7. Lembaga Penyimpan wajib mendaftarkan Persetujuan ini kepadaOrganisasi Penerbangan Sipil Internasional segera setelahPersetujuan ini mulai berlaku.

    SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan di bawah ini, yang diberi kuasaoleh masing-masing Pemerintahnya, telah menandatangani PersetujuanMultilateral ASEAN tentang Liberalisasi Penuh Jasa Angkutan UdaraKargo ini.

    DIBUAT di Manila, Filipina, pada tanggal 20 bulan Mei Tahun Dua RibuSembilan, dalam satu salinan naskah asli dalam bahasa Inggris.

    Untuk Brunei Darussalam:

    ttd

    PEHIN DATO ABU BAKAR APONG

    Menteri Komunikasi

    Untuk Kerajaan Kamboja :

    ttd

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 66

    SUN CHANTHOL

    Sekretaris Negara

    Sekretariat Negara Penerbangan Sipil

    Untuk Republik Indonesia:

    ttd

    JUSMAN SYAFII DJAMAL

    Menteri Transportasi

    Untuk Republik Demokrasi Rakyat Laos:

    ttd

    SOMMAD PHOLSENA

    Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi

    Untuk Malaysia:

    ttd

    DATO’SRI ONG TEE KEAT

    Menteri Transportasi

    Untuk Uni Myanmar:

    ttd

    MAJOR GENERAL THEIN SWE

    Menteri Transportasi

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14367

    Untuk Republik Filipina:

    Ttd

    LEANDRO R. MENDOZA

    Sekretaris Transportasi dan Komunikasi

    Untuk Republik Singapura:

    Ttd

    RAYMOND LIM

    Menteri Transportasi

    Untuk Kerajaan Thailand:

    ttd

    SOPHON ZARAM

    Menteri Transportasi

    Untuk Republik Sosialis Vietnam:

    ttd

    HO NGHIA DZUNG

    Menteri Transportasi

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 68

    PROTOKOL 1

    TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA, KEEMPAT, DAN KELIMAYANG TIDAK TERBATAS

    DI ANTARA TITIK-TITIK YANG TELAH DITUNJUK DI ASEAN

    (ON UNLIMITED THIRD, FOURTH AND FIFTH FREEDOM TRAFFIC RIGHTSAMONG DESIGNATED POINTS IN ASEAN)

    Pemerintah – pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja,Republik Indonesia, Republik Demokrasi Rakyat Laos, Malaysia,Uni Myanmar, Republik Filipina, Republik Singapura, KerajaanThailand, dan Republik Sosialis Vietnam, Negara-negara AnggotaAsosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) (selanjutnya secarabersama-sama disebut “Para Pihak” atau secara sendiri-sendiridisebut ” Pihak”),

    MENGINGAT Persetujuan Multilateral ASEAN tentang Liberalisasi PenuhJasa Angkutan Udara Kargo yang ditandatangani pada tanggal 20 Mei2009 di Manila, Filipina (selanjutnya disebut “Persetujuan”) ;

    MENGAKUI juga ayat 3 Pasal I dari Persetujuan Kerangka Kerja tentangPeningkatan Kerja Sama Ekonomi ASEAN yang ditandatangani padatanggal 28 Januari 1992 di Singapura, bahwa, dalam pelaksanaanpengaturan ekonomi, dua atau lebih Negara-negara Anggota dapatmelaksanakan terlebih dahulu apabila Negara Anggota lain belum siapmelaksanakan pengaturan ini; dan

    BERKEINGINAN untuk menghapuskan hambatan – hambatan pada jasaangkutan udara kargo dengan suatu pandangan untuk mencapailiberalisasi penuh di ASEAN pada tahun 2008,

    TELAH MENYEPAKATI HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT :

    Pasal 1 – Definisi

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14369

    Untuk maksud Protokol ini, istilah “kebebasan hak angkut kelima (5)”berarti hak angkut kelima (5) antara dan setelahnya yang akandioperasikan secara menyeluruh di dalam ASEAN.

    Pasal 2 – Rute dan Hak Angkut

    1. Perusahaan-perusahaan angkutan udara yang ditunjuk dari setiapPihak wajib diizinkan untuk mengoperasikan jasa angkutan udarakargo internasional di antara titik- titik yang telah ditunjuk denganbandar-bandar udara internasional dengan kebebasan penuh hakangkut ketiga (3), keempat (4), dan kelima (5).

    2. Meskipun telah diatur pada ayat 1 Pasal ini, hak untuk menaikkanatau menurunkan, di wilayah setiap Pihak lainnya, kargo atau posyang dibawa dengan pembayaran dan ditujukan atau berasal darititik di wilayah bukan Pihak atau bukan Negara anggota ASEAN,wajib tunduk pada perjanjian antara otoritas penerbangan paraPihak yang bersangkutan.

    Pasal 3 – Kapasitas dan Frekuensi

    Wajib tidak terdapat pembatasan mengenai kapasitas, frekuensi danjenis pesawat udara berkenaan dengan jasa angkutan udara kargo yangdilaksanakan berdasarkan Protokol ini sebagaimana diatur dalam Pasal2.

    Pasal 4 – Spesifikasi Titik

    1. Titik-titik yang ditunjuk dari para Pihak sebagaimana tercantumdalam Pasal 2 adalah sebagai berikut :

    Brunei Darussalam : Bandar Seri Begawan

    Kamboja : Phnom Penh

    Indonesia : Batam, Balikpapan, Biak,Makassar,Manado,Palembang, Pontianak

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 70

    Laos : Vientiane, Luang Phabang, Pakse

    Malaysia : Kuala Lumpur

    Myanmar : Yangon, Mandalay

    Filipina : Clark, Subic, Cebu, Davao, Iloilo, Laoag

    Singapura : Singapore

    Thailand : Bangkok, Chiang Mai, Hat Yai, Khon Kaen,Phuket, U-Tapao, Ubon Ratchathani

    Vietnam : Hanoi, Danang, Ho Chi Minh City, Chu Lai

    2. Para Pihak dapat menunjuk titik-titik tambahan berdasarkansukarela. Penunjukan dimaksud wajib disampaikan secara tertulismelalui saluran diplomatik kepada Lembaga Penyimpan danLembaga Penyimpan dimaksud wajib memberitahukan kepada paraPihak lainnya.

    Pasal 5 – Fleksibiltas Operasional

    Setiap perusahaan angkutan udara yang ditunjuk, berdasarkanbeberapa atau semua penerbangan dan berdasarkan pilihannya, dapat:

    a. mengoperasikan penerbangan pada salah satu atau keduaarah;

    b. menggabungkan nomor-nomor penerbangan yang berbedadalam satu pengoperasian pesawat udara;

    c. melayani titik-titik antara, dan titik-titik setelah serta titik-titikdi wilayah para Pihak pada rute-rute dengan kombinasi danurutan apapun;

    d. mengabaikan pemberhentian pada setiap titik atau titik- titik;dan

    e. mengalihkan lalu lintas dari setiap pesawat udaranya ke setiap

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14371

    pesawat udara lain pada setiap titik dari rute-rute tersebut;

    tanpa pembatasan jurusan atau geografis dan tanpa kehilangan setiaphak angkut yang diizinkan sebaliknya berdasarkan Persetujuan ini;dengan syarat bahwa jasa tersebut melayani dari suatu titik di wilayahPihak yang menunjuk perusahaan angkutan udara tersebut.

    Pasal 6 – Penyetujuan Jadwal dan Penerbangan Tambahan

    1. Perusahaan-perusahaan penerbangan yang ditunjuk dari masing-masing Pihak dapat diminta untuk menyampaikan perkiraan jadwalpenerbangan untuk mendapatkan persetujuan dari otoritas-otoritaspenerbangan dari Pihak lainnya paling lambat tiga puluh (30) harisebelum pengoperasian jasa yang disepakati tersebut. Setiapperubahan jadwal tersebut wajib disampaikan untuk mendapatpertimbangan sedikitnya lima belas (15) hari sebelumpengoperasian.

    2. Untuk penerbangan tambahan yang perusahaan angkutan udarayang ditunjuk satu Pihak ingin dilaksanakan pada pelayanan di luarjadwal yang telah diizinkan, perusahaan angkutan udara tersebutharus meminta izin terlebih dahulu dari otoritas penerbangan Pihaklainnya. Permintaan tersebut biasanya wajib disampaikan sedikitnyaempat (4) hari kerja sebelum pengoperasian penerbangan tersebut.

    Pasal 7 – Ketentuan Akhir

    1. Protokol ini wajib disimpan oleh Lembaga Penyimpan yang wajibdengan segera menerbitkan suatu salinan naskah resmidaripadanya kepada setiap Pihak.

    2. Protokol ini tunduk pada ratifikasi atau penerimaan oleh para Pihakyang telah meratifikasi atau menerima Persetujuan tersebut. PiagamRatifikasi atau Penerimaan wajib disimpan kepada Penyimpan yangwajib segera memberitahukan setiap Pihak mengenai penyimpanantersebut.

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 72

    3. Protokol ini wajib mulai berlaku sejak tanggal penyimpanan PiagamRatifikasi atau Penerimaan ketiga (ke-3) kepada Sekretaris JenderalASEAN dan wajib berlaku efektif hanya antar para Pihak yang telahmeratifikasi atau menerimanya. Bagi setiap Pihak yang meratifikasiatau menerima Protokol tersebut setelah penyimpanan PiagamRatifikasi atau Penerimaan ketiga (ke-3), Protokol tersebut wajibmulai berlaku pada tanggal penyimpanan Pihak itu atas PiagamRatifikasi atau Penerimaan ketiga (ke-3)nya.

    4. Setiap perubahan terhadap ketentuan–ketentuan Protokol ini, wajibberlaku dengan persetujuan dari semua Pihak, sebagaimanadisebutkan dalam Pasal 17 (Konsultasi dan Perubahan) Persetujuantersebut.

    SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan dibawah ini, yang diberi kuasaoleh masing-masing Pemerintahnya, telah menandatangani Protokol 1tentang Kebebasan Hak Angkut Ketiga, Keempat dan Kelima yangTidak Terbatas di antara Titik – titik yang Telah Ditunjuk di ASEAN.

    DIBUAT di Manila, Filipina, pada tanggal 20 bulan Mei Tahun DuaRibu Sembilan, dalam satu salinan naskah asli dalam bahasa Inggris.

    Untuk Brunei Darussalam:

    ttd

    PEHIN DATO ABU BAKAR APONG

    Menteri Komunikasi

    Untuk Kerajaan Kamboja :

    ttd

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14373

    SUN CHANTHOL

    Sekretaris Negara

    Sekretariat Negara Penerbangan Sipil

    Untuk Republik Indonesia:

    ttd

    JUSMAN SYAFII DJAMAL

    Menteri Transportasi

    Untuk Republik Demokrasi Rakyat Laos:

    ttd

    SOMMAD PHOLSENA

    Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi

    Untuk Malaysia:

    ttd

    DATO’SRI ONG TEE KEAT

    Menteri Transportasi

    Untuk Uni Myanmar:

    ttd

    MAJOR GENERAL THEIN SWE

    Menteri Transportasi

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 74

    Untuk Republik Filipina:

    Ttd

    LEANDRO R. MENDOZA

    Sekretaris Transportasi dan Komunikasi

    Untuk Republik Singapura:

    ttd

    RAYMOND LIM

    Menteri Transportasi

    Untuk Kerajaan Thailand:

    ttd

    SOPHON ZARAM

    Menteri Transportasi

    Untuk Republik Sosialis Vietnam:

    ttd

    HO NGHIA DZUNG

    Menteri Transportasi

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14375

    PROTOKOL 2

    TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA, KEEMPAT DAN KELIMAYANG TIDAK TERBATAS

    DI ANTARA SEMUA TITIK DENGAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL DIASEAN

    Pemerintah – pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja,Republik Indonesia, Republik Demokrasi Rakyat Laos, Malaysia, UniMyanmar, Republik Filipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand,dan Republik Sosialis Vietnam, Negara-negara Anggota PerhimpunanBangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) (selanjutnya secara bersama-sama disebut “Para Pihak” atau secara sendiri-sendiri disebut ” Pihak”),

    MENGINGAT Persetujuan Multilateral ASEAN tentang Liberalisasi PenuhJasa Angkutan Udara Kargo yang ditandatangani pada tanggal 20 Mei2009 di Manila, Filipina (selanjutnya disebut “Persetujuan”);

    MENGAKUI juga ayat 3 Pasal I dari Persetujuan Kerangka Kerja tentangPeningkatan Kerja Sama Ekonomi ASEAN yang ditandatangani padatanggal 28 Januari 1992 di Singapura, bahwa, dalam pelaksanaanpengaturan ekonomi, dua atau lebih Negara-negara Anggota dapatmelaksanakan terlebih dahulu apabila Negara Anggota lain belum siapmelaksanakan pengaturan ini; dan

    BERKEINGINAN untuk menghilangkan hambatan – hambatan dalamjasa angkutan udara kargo dengan suatu pandangan untuk mencapailiberalisasi penuh di ASEAN pada tahun 2008,

    TELAH MENYEPAKATI HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT :

    Pasal 1 – Definisi

    Untuk maksud Protokol ini, istilah “kebebasan hak angkut kelima” berartihak angkut kelima antara (intermediate) dan setelahnya (beyond) yangakan dioperasikan secara menyeluruh di dalam ASEAN.

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 76

    Pasal 2 – Rute dan Hak Angkut

    1. Perusahaan angkutan udara yang ditunjuk dari masing-masingPihak wajib diperbolehkan untuk melaksanakan jasa angkutan udarakargo internasional di antara semua titik dengan bandar udarainternasional dengan kebebasan penuh hak angkut ketiga, keempat, dankelima pada tanggal 31 Desember 2008.

    2. Meskipun telah diatur ayat 1 Pasal ini, hak untuk menaikkan ataumenurunkan di wilayah setiap Pihak lainnya, kargo atau pos yang dibawadengan pembayaran dan ditujukan atau berasal dari titik di wilayahbukan Pihak atau bukan Negara anggota ASEAN, wajib tunduk padaperjanjian antara otoritas penerbangan Para Pihak yang bersangkutan

    Pasal 3 – Kapasitas dan Frekuensi

    Wajib tidak ada pembatasan terhadap kapasitas, frekuensi dan jenispesawat udara yang berkaitan dengan jasa angkutan udara kargo yangdilaksanakan berdasarkan Protokol ini sebagaimana yang ditentukandalam Pasal 2.

    Pasal 4 – Fleksibiltas Pelaksanaan

    Setiap perusahaan angkutan udara yang ditunjuk dapat, pada beberapaatau semua penerbangan dan dengan pilihannya :

    a. melaksanakan penerbangan pada salah satu atau kedua arah;b. menggabungkan nomor penerbangan yang berbeda dalam satu

    pengoperasian pesawat udara;c. melayani titik-titik antara, dan setelah dan titik-titik di

    wilayah para Pihak pada rute kombinasi dan sesuai urutan;d. mengabaikan pemberhentian pada setiap atau beberapa titik;e. memindahkan traffic dari suatu pesawat udaranya ke pesawat

    udaranya yang lain pada setiap titik di rute tersebut; dan

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14377

    tanpa pembatasan arah atau geografi dan tanpa kehilangan hak untukmengangkut traffic selain yang diizinkan Persetujuan ini; denganketentuan bahwa layanan tersebut melayani satu titik di wilayah Pihakyang menunjuk perusahaan angkutan udara tersebut.

    Pasal 5 – Persetujuan Jadwal dan Penerbangan-penerbangan tambahan

    1. Perusahaan angkutan udara yang ditunjuk dari masing-masingPihak dapat diminta untuk menyampaikan perkiraan jadwalpenerbangannya untuk mendapatkan persetujuan dari otoritaspenerbangan Pihak lainnya sedikitnya tiga puluh (30) hari sebelumpelaksanaan layanan yang disepakati. Setiap perubahan jadwaltersebut wajib disampaikan untuk mendapat pertimbangansedikitnya lima belas (15) hari sebelum pelaksanaan.

    2. Untuk penerbangan tambahan yang perusahaan angkutan udarayang ditunjuk satu Pihak ingin dilaksanakan pada pelayanan di luarjadwal yang telah diizinkan, perusahaan angkutan udara tersebutharus meminta izin terlebih dahulu dari otoritas penerbangan Pihaklainnya. Permintaan tersebut biasanya wajib disampaikan sedikitnyaempat (4) hari kerja sebelum pelaksanaan penerbangan tersebut.

    Pasal 6 – Ketentuan Akhir

    1. Protokol ini wajib disimpan kepada Penyimpan yang wajib segeramemberikan salinan naskah kepada setiap Pihak.

    2. Protokol ini tunduk pada ratifikasi atau penerimaan oleh para Pihakyang telah meratifikasi atau menerima Persetujuan tersebut. PiagamRatifikasi atau Penerimaan wajib disimpan kepada Penyimpan yangwajib segera memberitahukan setiap Pihak mengenai penyimpanantersebut.

    3. Protokol ini wajib mulai berlaku sejak tanggal penyimpanan PiagamRatifikasi atau Penerimaan ketiga (ke-3) kepada Sekretaris JenderalASEAN dan wajib berlaku efektif hanya antar para Pihak yang telahmeratifikasi atau menerimanya. Bagi setiap Pihak yang meratifikasi

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 78

    atau menerima Protokol tersebut setelah penyimpanan PiagamRatifikasi atau Penerimaan ketiga (ke-3), Protokol tersebut wajibmulai berlaku pada tanggal penyimpanan Pihak itu atas PiagamRatifikasi atau Penerimaan ketiga (ke-3)nya.

    4. Setiap perubahan terhadap ketentuan–ketentuan Protokol ini, wajibberlaku dengan persetujuan dari semua Pihak, sebagaimanadisebutkan dalam Pasal 17 (Konsultasi dan Perubahan) Persetujuantersebut.

    SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan dibawah ini, yang diberi kuasaoleh masing-masing Pemerintahnya, telah menandatangani Protokol 1tentang Kebebasan Hak Angkut Ketiga, Keempat dan Kelima yang TidakTerbatas di antara semua Titik dengan Bandar Udara Internasional diASEAN

    DIBUAT di Manila, Filipina, pada tanggal 20 bulan Mei tahun Dua RibuSembilan, dalam satu naskah asli dalam bahasa Inggris.

    Untuk Brunei Darussalam:

    ttd

    PEHIN DATO ABU BAKAR APONG

    Menteri Komunikasi

    Untuk Kerajaan Kamboja :

    ttd

    MAO HAVANNALL

    Sekretaris Negara

    Sekretariat Negara Penerbangan Sipil

    Untuk Republik Indonesia:

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.14379

    ttd

    JUSMAN SYAFII DJAMAL

    Menteri Transportasi

    Untuk Republik Demokrasi Rakyat Laos:

    ttd

    SOMMAD PHOLSENA

    Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi

    Untuk Malaysia:

    ttd

    DATO’SRI ONG TEE KEAT

    Menteri Transportasi

    Untuk Uni Myanmar:

    ttd

    MAJOR GENERAL THEIN SWE

    Menteri Transportasi

    Untuk Republik Philipina:

    ttd

    LEANDRO R. MENDOZA

    Sekretaris Transportasi dan Komunikasi

    www.peraturan.go.id

  • 2015, No.143 80

    Untuk Republik Singapore:

    ttd

    RAYMOND LIM

    Menteri Transportasi

    Untuk Kerajaan Thailand:

    ttd

    SOPHON ZARAM

    Menteri Transportasi

    Untuk Republik Sosialis Viet Nam:

    ttd

    HO NGHIA DZUNG

    Menteri Transportasi

    www.peraturan.go.id