li 1
TRANSCRIPT
HEMATOPOIESIS
Hematopoiesis, proses pembentukan sel darah, postnatal terjadi di red bone marrow (RBM).
Pada janin, hematopoiesis berawal dari mesoderm, hepar, limpa, dan timus, lalu diambil alih oleh
RBM di trimester akhir.
Red bone marrow merupakan jaringan ikat yang sangat tervaskularisasi yang terletak pada
rongga-rongga mikroskopik diantara traberkula jaringan tulang spons. RBM terutama terdapat
pada tulang aksial, pektoral, dan pelvis, dan pada epifisa proksimal dari humerus dan femur.
Sekitar 0,005-0,1% sel-sel RBM merupakan derivasi dari mesenkim, yang dinamakan
pluripotent stem cells atau hemositoblast. Sel-sel ini memiliki kapasitas untuk berkembang
menjadi banyak tipe sel lain. Pada bayi yang baru lahir, seluruh bone marrow merupakan RBM
yang aktif dalam produksi sel darah. Seiring dengan pertumbuhan individu, rata-rata produksi sel
darah berkurang; RBM pada rongga medular tulang panjang menjadi tidak aktif dan digantikan
oleh yellow bone marrow (YBM) yang merupakan sel-sel lemak. Pada kondisi-kondisi tertentu,
seperti saat terjadi pendarahan, YBM dapat berubah menjadi RBM dengan ekstensi RBM kearah
YBM, dan repopulasi YBM oleh pluripotent stem cells.
Stem cells pada RBM memperbanyak diri sendiri, berproliferasi, dan berdiferensiasi menjadi
sel yang selanjutnya akan berkembang menjadi sel darah, makrofag, sel retikular, sel mast, dan
adiposit. Sebagian stem cells juga membentuk osteoblast, chondroblast, dan sel-sel otot. Sel
retikular memproduksi serabut retikular, yang membentuk stroma untuk menunjang sel-sel
RBM. Saat sel darah selesai diproduksi di RBM, sel tersebut masuk ke sirkulasi darah melalui
sinusoid (sinus), kapiler-kapiler yang membesar dan mengelilingi sel-sel dan serabut RBM.
Terkecuali limfosit, sel-sel darah tidak membelah setelah meninggalkan RBM.
Untuk membentuk sel darah, pluripotent stem cells di RBM memproduksi 2 jenis stem cells
lanjutan, yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi beberapa jenis sel. Sel-sel ini
dinamakan myeloid stem cells dan lymphoid stem cells. Sel myeloid memulai perkembangannya
di RBM, dan selanjutnya akan menghasilkan sel-sel darah merah, platelet, monosit, neutrofil,
eosinofil, dan basofil. Sel lymphoid mulai berkembang di RBM dan mengakhiri
perkembangannya di jaringan-jaringan limpatik; sel-sel ini akan membentuk limfosit.
Saat berlangsung hematopoiesis, beberapa sel myeloid berdiferensiasi menjadi sel progenitor.
Sel myelod yang lain dan sel-sel lymphoid berkembang langsung menjadi sel prekursor. Sel-sel
progenitor tidak lagi memiliki kemampuan untuk memperbanyak dirinya sendiri, dan sebagai
gantinya membentuk elemen darah yang lebih spesifik.
Pada tahap selanjutnya, sel-sel ini dinamakan sel prekursor, dikenal juga dengan sebutan
blast. Melalui beberapa tahap pembelahan, sel-sel ini berkembang menjadi sel darah yang
sebenarnya. Sebagai contoh, monoblast berkembang menjadi monosit, myeloblast eosinofilik
berkembang menjadi eosinofil, dan seterusnya. Sel prekursor dapat dikenali dan dibedakan
gambaran mikroskopisnya.
Beberapa hormon yang dinamakan faktor pertumbuhan hematopoietik (hematopoietic growth
factors) meregulasi diferensiasi dan proliferasi dari sel progenitor. Eritropoietin atau EPO
meningkatkan jumlah prekursor sel darah merah. EPO diproduksi oleh sel-sel ginjal yang
terletak diantara tubulus-tubulus ginjal (sel intersisial peritubular). Dalam keadaan gagal ginjal,
pelepasan EPO melambat dan produksi sel darah merah menjadi tidak adekuat. Trombopoietin
atau TPO merupakan hormon yang diproduksi oleh hati yang menstimulasi pembentukan platelet
(trombosit) dari megakariosit. Beberapa sitokin yang berbeda meregulasi perkembangan
berbagai jenis sel darah. Sitokin merupakan glikoprotein kecil yang diproduksi oleh sel, seperti
sel RBM, leukosit, makrofag, fibroblast, dan sel endotel. Sitokin umumnya bekerja sebagai
hormon lokal (autokrin atau parakrin), yang menstimulasi proliferasi sel-sel progenitor di RBM
dan meregulasi aktivitas sel yang berperan dalam pertahanan nonspesifik (seperti fagosit) dan
respon imun (seperti sel B dan sel T). Dua keluarga penting sitokin yang menstimulasi
pembentukan sel darah putih adalah colony-stimulating factors (CSFs) dan interleukin.
Sel induk dewasa (adult stem cells)
Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik. Karakteristik pertama adalah sel-sel tersebut
dapat berproliferasi untuk periode yang panjang untuk memperbarui diri. Karakteristik kedua,
sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel khusus yang mempunyai
karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial.
Sel yang dapat bereplikasi menjadi mature cell dengan karakteristik dan bentuk khas.
Teminologi stem sel oleh para peneliti dibedakan berdasarkan karakteristik in vivo, in vitro dan
paska transplantasi in vivo; yaitu:
1. Totipoten: Sel berasal dari sel telur yang mempunyai kemampuan menjadi sel dan
jaringan embrio serta jaringan yang mendukung pertumbuhan embrio itu sendiri
2. Pluripoten: Sel berasal dari 3 lapisan germinal embrio yang berasal dari inner cell
blastokis sebelum menempel pada dinding uterus. Ketiga lapisan tersebut terdiri dari;
mesoderm, endoderm dan ektoderm yang merupakan cikal dari semua sel dalam tubuh.
3. Unipoten: Terminologi ini digunakan pada sel yang berasal dari suatu organ, sehingga
hanya mampu membentuk sel yang sama, sehingga dengan karakteristik demikian maka
stem sel dapat berupa stem sel embrional dan stem sel dewasa.
1. ERITROSIT
Sel darah merah tidak memiliki nukleus, oleh karena itu sel ini tidak dapat mensintesis DNA
untuk membentuk protein yang digunakan dalam pertumbuhan, pembelahan dan perbaikan sel.
Maka dari itu sel darah merah hanya mampu bertahan rata-rata 120 hari dengan hanya berbekal
sedikit zat-zat yang disintesis sebelum nukleus dan organel-organel dikeluarkan pada fase
pembentukan sel darah merah/eritropoiesis di dalam sumsum tulang merah (Baldy,2006).
Produksi sel darah merah oleh sumsum tulang merah dalam keadaan normal seimbang dengan
kecepatan lenyapnya sel darah merah yang sudah tua dalam organ limpa dan hati, sehingga
hitung sel darh merah konstan. Eritropoiesis dirangsang oleh eritopoietin, hormon yang
dikeluarkan ginjal sebagai respon terhadap peningkatan kapasitas mengangkut O2 oleh sel darah
merah akibat kebutuhan O2 oleh jaringan yang semakin meningkat atau kurang
teroksigenisasinya suatu jaringan. Berikut gambaran proses eritropoiesis dan kontrol umpan
balik negatif (Sacher dan Richard,2004; Sheerwood,2001):
Eritropoiesis :
Sel Bakal Pluripoten → Sel Bakal Mieloid → BFU-E (burst forming unit erythroid) → CFU-E
(colony forming unit erythroid) → Proeritroblas → Basofilik Eritroblas → Polikromatofilik
Eritroblas → Ortokromatofilik Eritroblas → Retikulosit → Eritrosit (sel darah merah)
Kontol umpan balik negatif :
Kebutuhan jaringan akan O2 → Peningkatan kapasitas mengangkut O2 → Ginjal mensekresi
eritropoietin → Eritropoiesis meningkat di sumsum tulang → Produk sel darah merah meningkat
→ Oksigenisasi jaringan terpenuhi → Ginjal menurunkan jumlah sekresi eritropoietin.
- Pembentukan Hemoglobin
Hemoglobin terdiri dari kompleks senyawa globin-hem. Hemoglobin secara fisiologis ada 2
macam yaitu HbA dan HbF. HbA adalah hemoglobin yang terdapat pada orang dewasa,
sebaliknya HbF terdapat pada janin. Berikut perbedaan kedua jenis hemoglobin (Sadikin,2002)
dan proses pembentukan hemoglobin (Guyton,1997):
Hemoglobin
Sejak masa embrio, janin, anak dan dewasa sel darah merah mempunyai 6 hemoglobin antara
lain :
1. Hemoglobin embrional : Gower-1, Gower-2, Portland
2. Hemoglobin fetal : Hb-F
3. Hemoglobin dewasa : Hb-A1 dan Hb-A2
Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam
stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam
aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari
berikutnya.Skema di atas menunjukkan tahap dasar kimiawi pemebentukan hemoglobin
(Guyton,1997).
PEMATANGAN ERITROSIT
Sel matang adalah sel yang telah berdiferensiasi mencapai tahap dimana sel telah memiliki
kemampuan untuk melaksanakan segala fungsi khususnya. Proses dasar pematangan adalah
sintesa hemoglobin dan pembentukan suatu enukleasi, bikonkaf, badan kecil. Selama
pematangan eritrosit, terjadi beberapa perubahan besar. Volume sel berkurang, anak inti
mengecil sampai tidak tampak dengan mikroskop cahaya. Garis tengah inti berkurang, dan
kromatin tampak makin padat sampai inti kelihatan piknotik dan akhirnya didorong keluar sel.
Terjadi pengurangan poliribosom (basofilia) yang diikuti secara bersamaam oleh peningkatan
jumlah hemoglobin (asidofilia) di dalam sitoplasma, dan mitokondria yang secara perlahan-lahan
menghilang.
Perkembangan sautu eritrosit dari pertama rangkaian sel tersebut dikenali sampai pelepasan
retikulosit ke dalam darah membutuhkan waktu kurang lebih 7 hari. Hormon eritropoetin dan zat
lain seperti besi, asam folat dan vitamin B12 penting untuk pematangan eritrosit. Eritropoetin
sendiri adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan di dalam ginjal yang merangsang mRNA untuk
globin sebagai komponen protein dalam molekul hemoglobin.
Diferensiasi dan maturasi eritrosit meliputi pembentukan proeritroblas, eritroblas basofilik,
eritroblas polikromatofilik, retikulosit eritroblas ortokromatofilik (normoblas) dan eritrosit.
a. Proeritroblas merupakan sel besar dengan kromatin longgar, berikatan dan anak inti yang jelas
terlihat dikelilingi oleh sitoplasma yang basofilik.
b. Eritroblas basofilik ditandai dengan sitoplasma yang basofilik kuat dan suatu nukleus padat
yang tidak memperlihatkan nukleolus. Sifat basofil ini disebabkan oleh banyaknya poliribosom
yang ikut dalam sintesis hemoglobin.
c. Eritroblas polikromatofilik ditandai dengan berkurangnya poliribosom dan daerah sitoplasma
mulai dipenuhi oleh hemoglobin sehingga pada pewarnaan akan menyebabkan munculnya
beberapa warna
d. Eritroblas ortokromatofilik ditandai dengan nukleus yang terus memadat dan tidak ada
sitoplasma basofil yang terlihat, menghasilkan suatu sitoplasma asidofilik uniformis
e. Retikulosit ditandai dengan adanya suatu seri tonjolan sitoplasma dan terdorongnya nukleus ke
dalam suatu lapisan tipis sitoplasma. Terdapat sisa sejumlah kecil poliribosom yang ketika diberi
pewarnaan supravital brilliant cresyl blue beragregasi membentuk suatu jaringan yang berwarna.
f. Eritrosit ditandai dengan hilangnya seluruh poliribosom dan nukleusnya.
2. LEUKOSIT
Leukosit (sel darah putih) merupakan unit sistem pertahanan tubuh. Secara garis besar,
berdasarkan ada tidaknya granula dan jumlah nukleus, leukosit terbagi menjadi dua, yaitu : 1.
Granuler Polimorfonukleus, meliputi : neutrofil, eosinofil, dan basofil. 2. Agranuler
Mononukleus, meliputi : limfosit dan monosit.
Semua sel darah berasal dari sel bakal sama (pluripoten stem cell) yang diproduksi di sumsum
tulang. Namun untuk perkembangan selanjutnya, pematangan sel limfosit T dilaksanakan di luar
sumsum tulang (ekstramedular), yaitu dimatangkan di kelenjar timus. Sel darah putih selain
limfosit T, semua pematangan (maturasi) dilaksanakan di dalam sumsum tulang (Sadikin,2002;
Sheerwood,2001)
Tahap-tahap perkembangan dan pematangan sel darah putih secara umum sebagai berikut :
berawal dari pluripoten stem cell akan membelah menjadi dua macam sel bakal yaitu mieloid
stem cell (sel bakal dari sel granulosit, monosit, trombosit, dan eritrosit) dan limfoid stem cell
(sel bakal dari sel limfosit). Perkembangan selanjutnya untuk kedua sel bakal tersebut
mempunyai kemiripan yaitu : Dari stem cell akan berkembang membentuk CFU (colony-
forming-unit), kemudian mieloblast/limfoblast, promielosit, mielosit, selanjutnya akan
mengalami maturasi menjadi metamielosit, band (batang), dan hasil akhir berupa sel darah putih
yang bermacam-macam yang dapat dilihat variasi bentuknya dalam apusan darah tepi
(Baldy,2006; Dorland, 2002; Sacher,2004). Apabila sel darah putih imatur (limfoblast) tidak
berkembang menjadi sel darah putih matur,
3. TROMBOSIT
Trombosit atau platelet sangat penting untuk menjaga hemostasis tubuh. Adanya abnormalitas
pada vaskuler, trombosit, koagulasi, atau fibrinolisis akan menggangu hemostasis sistem
vaskuler yang mengakibatkan perdarahan abnormal/gangguan perdarahan (Sheerwood,2001).
HEMOPOEISIS
adalah proses pembentukan darah.
Darah terbagi atas:
Bagian yang berbentuk (formed elements)
Terdiri atas sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit), dan keeping-keping
darah (trombosit; platelet).
Bagian yang tak berbentuk
Plasma yang terdiri atas molekul-molekul air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, enzim.
TEMPAT HEMOPOEISIS
Janin 0-2 bulan kantung kuning telur
2-7 bulan hati, limpa
5-9 bulan sumsum tulang
Bayi sumsum tulang (pada semua tulang)
Dewasa vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak, sacrum dan pelvis, ujung
proksimal femur dan humerus
Pada beberapa minggu pertama gestasi, kantung kuning telur, yolk sac, adalah tempat utama
terjadinya hemopoiesis. Sejak usia 6 minggu sampai bulan ke-6-7 masa janin, hati dan limpa
merupakan organ utama yang berperan dan terus memproduksi sel darah sampai sekitar 2
minggu setelah lahir. Sumsum tulang adalah tempat yang penting sejak usia 6-7 bulan
kehidupan janin dan merupakan satu-satunya sumber sel darah baru selama masa anak dan
dewasa normal.
Pada masa bayi, seluruh sumsum tulang bersifat hemopoietik tetapi pada masa anak, terjadi
penggantian sumsum tulang oleh lemak yang sifatnya progresif di sepanjang tulang panjang,
sehingga pada masa dewasa, sumsum tulang hemopoietik terbatas pada tulang rangka sentral
dan ujung-ujung proksimal os femur dan humerus. Bahkan, pada daerah hemopoietik
tersebut, sekitar 50% terdiri dari lemak. Sumsum berlemak biasanya dapat berubah kembali
untuk hemopoiesis, dan pada banyak penyakit, juga terjadi perluasan hemopoietik pada tulang
panjang. Hati dan limpa dapat kembali berperan seperti masa janin (hemopoiesis ekstramedular)
Hemopoiesis dibagi berdasarkan:
• Berdasarkan waktu terbentuknya :
a. Hemopoisis Prenatal (3 stadium)
1. Stadium Mesoblastik
• Masa embrio – 2 bulan
• Yolk sac: kantung kuning telur tempat utama terjadinya hemopoisis
Pulau-pulau darah jaringan mesenkim
• Didominasi eritroblast primitif
• hemoglobinisasi
2. Periode hepatik/limpa
• Janin sejak 2-7 bulan
• Organ utama yang berperan hati dan limpa
3. Stadium mieloid
• Janin sejak umur 5 bulan kelahiran seumur hidup
• Sumsum tulang (bone marrow) menggantikan hati dan limpa
- Bayi semua sumsum tulang
- Dewasa sumsum tulang pada tulang pipih (vertebra, costa, sternum,
tengkorak, sakrum, pelvis sarta ujung proks os femur & humerus)
b. Hemopoisis postnatal
• Kelahiran sampai seumur hidup
• Pada sumsum tulang: granulopoisis, eritropoisis, dan trombopoisis
• Pada limpa, kelenjar limfe, dan thymus: Limfopoisis
• Berdasarkan tempat terbentuknya
1. Hemopoisis intrameduler
- terjadi pada stadium mieloid
2. Hemopoisis ekstrameduler
- Hati, limpa, thymus
- dapat kembali berperan aktif seperti masa janin pada keadaan tertentu
KOMPONEN – KOMPONEN HEMOPOEISIS
Meliputi :
Komponen atau kompartemen ke-1
Terdiri atas sel-sel darah mulai dari sel induk, sel bakal dan sel matur
Komponen atau kompartemen ke-2
Disebut sebagai stroma atau lingkungan mikrohemopoeitik (LMH)
komponen 1 diibaratkan sebagai benih sedangkan komponen 2 dianggap sebagai media
tanaman
Komponen atau kompartemen ke-3
Terdiri atas zat-zat yang dapat mestimulasi sel-sel darah untuk berproliferasi, berdiferensiasi
dan berfungsi sesuai dengan tugas yang sudah direncanakan disebut Hemopoeitic Growth
Factor
Hematopoiesis
Pendahuluan
A. Defenisi
Hematopoiesis adalah proliferasi dari sel progenitor yang dihasilkan oleh stem sel dan berploriferasi menjadi seluruh sel darah.
B. Lokasi hematopoiesis
Tergantung dari kemunculan suatu penyakit atau perkembangan individu.1. kondisi normal di sumsum tulang
beberpa sel seperti eritrosit dan trmbosit mencapai dewasa di bagian medulla bone marrow, sedangkan sel lain mencapai dewasa, contohnya sel T dan B, di ekstramedullary. ( diluar sumsum tulang )
Fetus : 0 – 2 bulan Yolk sac
5 – 7 bulan Hati , lyen
5 – 9 bulan sumsum tulang
Bayi : sumsum tulang ( umumnya semua tulang )
Dewasa : tulang belakang, sternum, tulang rusuk, dan tengkorak
2. kondisi sakitpada kondisi sakit, ekstramedullary dapat menjadi sebagai organ primer dalam perkembangan sel darah.
Bone Marrow
A. Sel Stem CFU ( Colony – forming – Unit ) ditemukan dalam sumsum tulang dan merupakan induk dari semua sel darah.Sel darah dibentuk pada proses ploriferasi dari perkembangan terakhir sel stem sehingga menjadi sel darah yang specifik.Sel Stem :
1. Pluripotential Stem Cell terdiri dari 3 sel marrow :a) eritrosit ( sel darah merah )b) granulosit – monosit ( sal darah putih )c) trombosit ( platelet ) dan sel limfosit ( Sel T dan B )2. Multipotential Stem Cell a) CFU – GEMM ( CFU – S ) CFU – granulosit, eritrosit, monosit, dan megakariositb) CFU – C ( CFU – GM ) CFU – Granulosit dan Monositc) CFU – E dan BFU – E - CFU – E CFU - Eritropoiesis
- BFU – E Burst Forming Unit – Eritroid merangsang eritropoiesis dan precursor dari CFU - E
d) CFU – Meg
- Pregenitor megakaryosit- Berasal dari CFU – GEMM- Dikontrol oleh trombopoietinLymphoid multipotnetila stem cell meninggalkan sumsum tulang dan berdiferensiasi dalam Lympa ( sel B ) dan Thymus ( sel T )
B. Hematopoietic Growth Factor CSF ( Colony Stimulating factor )Clasifikasi:
1. non – lineage – Specific GF beraksi pada pluripotential stem cell dan multipotential stem cell untuk memulai perubahan dan berdiferensiasi- IL – 3 ( multi CFS ) merangsang / menginduksi produksi dari granulosit, monosit, eosinofil,
eritroid, megakriosit, dan mast sel.- GM – CSF merangsang granulopoiesis dan produksi makrofage
2. Lineage – Specific GF beraksi pada sel progenitor dan terlibat dalam diferensiasi dan maturasi dari sel darah pada tahap selanjutnya dari hematopoiesis
Faktor – faktor tersebut :
Epo merangsang eritropoiesis, sebagai mediator dari “Feed back Control”G – CSF menginduksi granulosit dan merangsang proliferasi dari beberapa sel leukosit
M – CSF mempengauhi produksi makrofageTrombopoietin mempengaruhi CFU – Meg3. Lympokines dan Monokines
- dilepaskan oleh lymfosit dan monosit ( makrofage ) memounyai pengaruh yang sangat luas melalui interaksi jaringan kerja yang melibatkan respon imun terhadap infeksi dan invasi tumor
- interleukine 9 IL ) : disekresi oleh Lymfosit, mempengaruhi fungsi leukosit yang lain( komunikasi antar leukosit )
- meningkatkan interaksi dengan IL yang lain, HGF dan beberapa protein seperti TNF dan limfotoxin
Gambaran umum Hematopoitic growth factor
1. glikoprotein2. regulator perkembangan sel – sel darah dari pendewasaan dan meningkatkan fungsi sel dewasa
walaupun berada dalam konsentrasi yang rendah.3. aktif baik in vitro maupun in vivo4. diproduksi oleh berbagai macam sel5. umumnya mempunyai keunikan dan overlapping specifities6. aktif pada stem cell ( progenitor ) maupun sel end7. efek biologiknya setelah berikatan dengan receptor pada permukaan sel target8. juga berikatan dengan reseptor dari berbagai sel non-hematopoietic9. memperlihatkan efek sinergik atau additive dengan beberapa growth factor10. juga beraksi pada neoplasma dari sel normal
Spleen ( Lyen )
organ utama dalam RES yang juga termasuk sumsum tulang, lymfonodus, hati, monosit sirkulasi dan makrofage dalam jaringan. Lyen mempunyai peran utama dalam hematopoietic yang terjadi dalam utero
ekstramedullary hematopoiesis dalam ginjal terjadi dalam beberapa circumstancesfungsi :
1. berpartisipasi dalam imunologic dan fagosit2. menghasilkan stem cell mampu berdiferensiasi sepanjang hematopoisis, histologic dan
fibroblastic sel3. berperan dalam respon autoantibodi dan mengatur volume darah
Evaluasi Sumsum tulang
1. indikasi untuk aspirasi sumsum tulanga. evaluasi dari menurunnya sejumlah sel dari satu garisb. evaluasi pasien dengan menurunnya jumlah sel darah merah ( bicytopenia dan pancytopenia )
dan leukemia ( defect dan kelainan sel stem )c. evaluasi penyimpanan zat besi dan zat besi abnormal dalam precursor erytroid
d. diagnosis tumore. untuk menunjukkan kemungkinan terinfeksi oleh organisme intracellularf. untuk menginvestigasi kelainan imunologicg. diagnosis kelainan / penyakit non hematopoietic
2. indikasi untuk biopsy sumsum tulanga. kegagalan dalam mendapatkan aspirasi sumsum tulang yang adekuatb. evaluasi pancytopenia dan bicytopeniac. leukoerytroblastic ditemukan dalam peredaran darah periferd. evaluasi hematologic tumor stage dan keganasane. untuk menentukan aplasia
Erytropoiesis
eritropoiesis adalah bagian dari hematopoiesis mengenai produksi sel darah merah (eritrosit). Eritropoiesis merupakan sistim untuk memproduksi dan memaketkan molekul Hb
Fase maturasi dimulai dengan pronormoblast dimana berasal dari kelompok sel stem primitifMaturation Stages
Sel Stem pronormoblast Basophilic normoblast polichromatophilic normoblast orthichromatophilic normoblast reticulocyte sel darah merah dewasa
kelompok dari precursor erithroid berinti dalam sumsum :2 % pronormoblast
18 % basophilic normoblast
54 % polichromathophilic normoblast
26 % orthochomatophilic normoblast
sel darah merah yang berinti ( normoblast ) muncul dalam darah jika eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang dan juga dalam keadaan dimana ada kelainan sumsum tulang
Erythropoietin ( Epo )- mengatur aktivitas erytropoietic- mempercepat pronormoblast menjadi dewasa dalam sumsum dan kemudian melepasknnya
kedalam sirkulasi masa hidupnya kira-kira 120 hari sumsum tulang banyak menerima precursor untuk membentuk sel-sel baru dan sejumlah besar Hb.
Zat – zat tersebut :
1. Logam ( Metal ) : besi, mangan, dan cobalt2. Vitamin : Vit. B12, asam folat, Vit. C, Vit. B6, Thiamine, riboflavin, dan asam phantothenic3. Asam amino4. Hormon : SCF, IL-3, GM-CSF, Epo, androgen, thyroxine