limfoma non hodgkin

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelenjar getah bening terdapat beberapa tempat ditubuh kita. Kelenjar getah bening adalah bagian dari system pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 getah bening. Limfoma adalah penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang bersifat padat (solid) meskipun kadang-kadang menyebar secara sistemik (Handayani, 2012). Penyakit limfoma diklasifikasikan menjadi dua golonganya itu penyakit Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non Hodgkin. Lebih dari 45.000 klien di diagnosis sebagai limfoma non-Hodgkin atau LNH setiap tahun di Amerika Serikat. Di indonesia sendiri, frekeunsi LNH jauh lebih tinggi dibandingkan dengan limfoma Hodgkin (Handayani, 2012). Beberapa hasil studi menemukan bahwa insiden limfoma Non-Hodgkin adalah keganasan terbanyak ketiga pada anak- anak, LNH terjadi pada bayi sampai remaja, dengan insidens puncak antara usia 7 - 11 tahun dan lebih sering menyerang laki-laki dari pada perempuan dengan rasio 3:1 (Betz &Sowden, 2009). Komplikasi yang dialami pasien dengan limfoma non- Hodgkin dihubungkan dengan penanganan dan berulangnya 1

Upload: falentina-dwi-citra

Post on 29-Dec-2015

168 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Limfoma Non Hodgkin

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelenjar getah bening terdapat beberapa tempat ditubuh kita. Kelenjar getah

bening adalah bagian dari system pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang

lebih sekitar 600 getah bening.

Limfoma adalah penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang

bersifat padat (solid) meskipun kadang-kadang menyebar secara sistemik

(Handayani, 2012). Penyakit limfoma diklasifikasikan menjadi dua golonganya itu

penyakit Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non Hodgkin.

Lebih dari 45.000 klien di diagnosis sebagai limfoma non-Hodgkin atau

LNH setiap tahun di Amerika Serikat. Di indonesia sendiri, frekeunsi LNH jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan limfoma Hodgkin (Handayani, 2012).

Beberapa hasil studi menemukan bahwa insiden limfoma Non-Hodgkin

adalah keganasan terbanyak ketiga pada anak-anak, LNH terjadi pada bayi sampai

remaja, dengan insidens puncak antara usia 7 - 11 tahun dan lebih sering menyerang

laki-laki dari pada perempuan dengan rasio 3:1 (Betz &Sowden, 2009).

Komplikasi yang dialami pasien dengan limfoma non-Hodgkin dihubungkan

dengan penanganan dan berulangnya penyakit. Efek-efek umum yang merugikan

berkaitan dengan kemotrapi meliputi : alopesia, mual, muntah, supresi sumsum

tulang, stomatitis dan gangguan gastrointestianal.

B. Tujuan

Untuk mengetahui pengertian dari limfoma non-Hodgkin

Untuk mengetahui patifisiologi dari limfoma non-Hodgkin

Untuk mengetahui etiologi dari limfoma non-Hodgkin

Untuk mengetahui manifestasi klinis limfoma non-Hodgkin.

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penderita limfoma non-Hodgkin.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Limfoma adalah neoplasma ganas yang berasal dari sel asli jaringan limfoid

(yaitu, limfosit dan prekursor serta turunannya, dan yang jarang adalah histiosit).

Seperti neoplasma lainnya, semua limfoma bersifat monoklonal. Secara klinis dan

patologis, limfoma malligna dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: Limfoma

Hodgkin dan Limfoma non-Hodgkin.

Limfoma non-Hodgkin (LNH) adalah suatu kelompok penyakit heterogen

yang diddefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin.

Manifestasinya sama dengan penyakit Hodgkin, namun penyakit ini biasanya sudah

menyebar ke seluruh sistem limfatik sebelum pertama kali terdiagnosis. Apabila

penyakitnya masih terlokasinya, radiasi merupakan penanganan pilihan. Jika terdapat

keterlibatan umum, digunakan kombinasi kemoterapi. (Muttaqin, 2011)

LNH merupakan proliferasi klonal yang ganas limfosit T dan B yang terdapat

bersama berbagai tingkat beban tumor. Keganasan ini tidak boleh diracunkan dengan

kelainan limfoproliferatif poliklonal. Kedua kelompok penyakit tadi terjadi dengan

frekuensi meningkat pada anak dengan status imunodefisiensi herediter seperti

ataksia-telangiektasia, sindrom Wiskott-Aldrich, imunodefisiensi campuran, dan

sindrom lomfoproliferatif terkait-X (XLP). (Behrman, dkk, 2012)

Limfoma non Hodgkin adalah penyakit yang menyerang sel dari sistem

limfatik, yang dikenal sebagai sel darah putih atau limfosit. Pada limfoma non

Hodgkin limfosit mulai berperilaku seperti kanker dan tumbuh serta berlipat ganda

secara tidak terkontrol, dan tidak mati seperti proses seharusnya. Karena hal ini

limfoma non Hodgkin disebut sebagai kanker.

Limfosit abnormal ini terkumpul didalam jaringan getah bening, yang

mengakibatkan pembengkakan. Karena limfosit bersirkulasi keseluruh tubuh,

kumpula limfosit abnormal (limfoma) juga dapat terbentuk di bagian tubuh lainnya

diluar kelenjar getah bening

2

B. Patofisiologi

Telah diketahui bahwa penjalaran penyakit LNH terjadi secara limfogen

dengan melibatkan rantai kelenjar getah bening yang saling berhubungan dan

merambat dari satu tempat ke tempat yang berdekatan. Meskipun demikian, hubungan

antara kelenjar getah bening pada leher kiri dan daerah aorta pada LNH jenis folikular

tidak sejelas seperti apa yang terlihat pada LNH jenis difus.

Walaupun pada LNH timbul gejala-gejala konstitisoinal (demam, penurunan

berat badan, berkeringat pada malam hari), namun insidennya lebih rendah daripada

penyakit Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa nyeri, dapat

menyerang satu atau seluruh kelenjar limfe perifer.

Biasanya adenopati hilus tidak ditemukan, tetapi sering ditemukan adanya

efusi pleura, kira-kira 20% atau lebih penderita menunjukkan adanya gejala-gejala

yang berkaitan dengan pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal atau mesentrium

dan timbul bersama nyeri abdomen atau defekasi yang tidak teratur. Sering

didapatkan dapat menyerang lambung dan usus halus yang ditandai dengan gejala

yang mirip dengan gejala tukak lambung, anoreksia, penurunan berat badan, nausea,

hematemesis, dan melena. Penyakit-penyakit susunan saraf pusat walaupun jarang

terjadi tetap dapat timbul pada limfoma histisitik difus (imunoblastik sel besar).

(Muttaqin, 2011)

Kriteria diagnosis medic LNH adalah sebagai berikut.

1. Riwayat pembesaran kelenjar getah bening atau timbulnya massa tumor di

tempat lain.

2. Riwayat demam yang tidak jelas

3. Penurunan berat badan 10% dalam waktu enam bulan

4. Keringat malam yang banyak tanpa sebab yang sesuai

5. Pemeriksaan hispatologis tumor sesuai dengan LNH

3

Dx 1

Dx 2

Dx 3 Dx 4

4

Faktor pencetus : Gangguan sel B Herediter

Faktor Lingkungan: Infeksi virus, infeksi bakteri, radiasi / obat tertentu

Faktor predisposisi:Penyakit autoimun, supresi imun

Gangguan pada kelenjar getah beniing

Limfadenopati

Menyerang satu/seluruh kelenjar

limfe perifer

Adenopati hilus tidak ditemukan

Efusi pleura sering ditemukan

Limfoma non-Hodgkin

Splenomegali Gejala-gejala sistemik dan infeksi

DemamNyeri akut Menyerang lambung dan usus

halus yang ditandai dengan gejala yang mirip dengan gejala

tukak lambungAnoreksi a dan Nausea

Penurunan berat badan

Defekasi yang tidak teratur

Keterangan:

Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe

Dx 2: resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh

Dx 3: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan

untuk menelan atau mencerna makanan

Dx 4: inkontinensia defekasi berhubungan dengan abnormalitas tekanan abdomen

tinggi dan tekanan usus tinggi.

C. Etiologi

Para pakar cenderung berpendapat bahwa terjadinya LNH disebabkan oleh

pengaruh rangsangan imunologis persisten yang menimbulkan proliferasi jaringan

limfoid tidak terkendali. Diduga ada hubungan dengan virus Epstein Barr LNH,

kemungkinan ada kaitannya dengan faktor keturunan karena ditemukan fakta bila

salah satu anggota keluarga menderita LNH maka resiko anggota keluarga lainnya

terjangkit tumor ini lebih besar dibanding dengan orang lain yang tidak termasuk

keluarga itu. (Muttaqin, 2011)

Etiologi pada penyakit Limfoma non-Hodgkin adalah sebagai berikut.

1. Abnormalitas sitogeneik , seperti translokasi kromosom

2. Infeksi virus, yang menyebabkan antara lain adalah:

o Virus Epstein-barr yang berhubungan dengan limfoma burkitt (sebuah

penyakit yang ditemukan di Afrika).

o Infeksi HTLV-1 ( human T lymphotropic virus tipe 1 )

D. Manifestasi Klinis

Keterlibatan intraabdominal

1. Kemungkinan gejala yang menyerupai appendicitis (nyeri, nyeri tekan di

kuadran kanan bawah)

2. Intususepsi

3. Massa ovarium, pelvis, retroperitoneal

4. Asites

5. Muntah

6. Diare

5

7. Penurunan berat badan

Keterlibatan mediastinum

1. Efusi plura

2. Kompresi trakea

3. Sindrom vena kava superior

4. Batuk, mengi, dipsnea, gawat pernafasan

5. Edema ekstremitas atas

6. Perubahan status mental

Keterlibatan primer nasal, paranasal, oral dan faringeal

1. Kongesti nasal

2. Rinorea

3. Epistaksis

4. Sakit kepala

5. Proptosis

6. Iritabilitas

7. Penurunan berat badan(Betz &Sowden, 2009)

E. Pemeriksaan penunjang

Tabel 1.1 Tes Diagnostik dan Intrepretasi pada Klien dengan LNH

Jenis Pemeriksaan Interpretasi Hasil

Hitung darah lengkap :

Sel darah putih

Diferensial sel darah putih

Variasi normal, menurun atau meningkat

secara nyata

Neutofilia, monnosit, basofilia, dan

eosinofilia mungkin ditemukan. Limfofenia

sebagai gejala lanjut.

Sel darah merah dan Hb/Ht Menurun

Eritrosit

Morfologi sel darah merah Normositik, hipokromik ringan sampai

sedang

6

Kerapuhan eritrosit osmotik

Laju endap darah (LED)

Trombosit

Test Coomb

Alkalin fosfatase

Kalsium serum

BUN

Globulin

Foto toraks, vertebrata, ekstremitas

proksimal, serta nyeri tekan pada area pelvis.

Ct scan dada, abdominal, tulang

USG abdominal

Biopsi sumsum tulang

Biopsi nodus limfe

Meningkat

Meningkat selama tahap aktif (inflamasi,

malignasi).

Menurun (sumsum tulang digantikan oleh

limfoma atau hipersplenisme).

Reaksi positif (anemia hemolitik), reaksi

negatif pada tahap lanjut.

Mungkin meningkat bila tulang terkena

Meningkat pada eksaserbasi

Mungkin meningkat bila ginjal terlibat

Hipogamammaglobulinemia umum dapat

terjadi pada penyakit lanjut

Dilakukan untuk area yang terkena dan

membantu penetapan stadium penyakit.

Dilakukan bila terjadi adenopati hilus dan

memastikan keterlibatan nodus limfe

mediatinum, abdominal, dan keterlibatan

tulang.

Mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus

limfe retroferitoneal

Menentetukan keterlibatan sumsum tulang,

invasi sumsum tulang terlihat tahap luas.

Memastikan klasifikasi diagnosis limfoma.

7

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengumpulan Data

1.Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dan kebangsaan, pendidikan,

pekerjaan, alamat, nomor register, tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa

medis.

2. Keluhan Utama

Pada umumnya pasien mengeluh adanya benjolan pada kelenjar limfe dan

nyeri telan.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pada umumnya pasien dengan limfoma didapat keluhan benjolan terasa

nyeri bila ditelan kadang-kadang disertai dengan kesulitan bernafas,

gangguan penelanan, berkeringat di malam hari. Pasien biasanya mengalami

demam dan disertai dengan penurunan BB.

4. Riwayat penyakit terdahulu

Pada Limfoma biasanya diperoleh riwayat penyakit seperti pembesaran pada

area   leher , ketiak dan lain-lain.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Melihat apakah terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler,

penyakit metabolik atau penyakit lain yang pernah diderita oleh keluarga

pasien.

6. Activity Daily Living (ADL)

1. Aktivitas dan Istirahat

Gejala :

o Kelelahan, kelemahan, dan malaise umum

o Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi aktivitas

o Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak

8

Tanda :

o Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda-

tanda lain yang menunjukkan kelelahan

2. Nyeri dan kenyamanan

Gejala :

o Nyeri tekan pada nodus yang terkena, misalnya : pada sekitar

mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral),

nyeri tulang (keterlibatan tulang limfomatus)

Tanda :

o Menangis, merintih kesakitan

3. Eliminasi

Gejala :

o Perubahan karakteristik urine dan/ atau feses

o Riwayat obstruksi usus, sindrom malabsorpsi (infiltrasi kelenjar

limfe retroperitoneal)

Tanda :

o Nyeri tekan kuadran kanan atas, hepatomegali

o Nyeri tekan kuadran kiri atas, splenomegali

o Penurunan keluaran urine, warna lebih gelap/pekat, anuria

(obstruksi uretral, gagal ginjal)

o Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi spinal cord pada

gejala lanjut)

4. Makanan dan Cairan

Gejala :

o Anoreksia

9

o Disfagia (tekanan pada esophagus)

o Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan >10%

dalam 6 bulan tanpa upaya diet pembatasan.

Tanda :

o Pembengkakan pada wajah, leher, rahang, (kompresi vena cava

superior)

o Edema ekstremitas bawah, asites (kompresi vena cava inferior

oleh pembesaran kelenjar limfe intraabdominal).

5. Keamanan

Gejala :

o Riwayat infeksi (sering terjadi) karena abnormalitas sistem imun

seperti infeksi herpes sitemik, TB, toksoplamosis, atau infeksi

bacterial.

o Riwayat ulkus/perforasi/pendarahan gaster.

o Demam Pel Ebstein (peningkatan suhu malam hari sampai

beberapa minggu), diikuti demam menetap dan keringat malam

tanpa menggigil.

o Integritas kulit : kemerahan, pruritus umum, dan vitiligo

(hipopigmentasi)

Tanda :

o Demam suhu tubuh >38ᵒC) menetap dengan etiologi yang tidak

dapat dijelaskan, tanpa gejala infeksi.

o Kelenjar limfe asimetris, tidak ada nyeri, membengkak/membesar

terutama kelenjar limfe servikal (kiri>kanan), nodus aksila, dan

mediastinum.

o Pembesaran tonsil.

o Pruritus umum.

o Sebagian area kehilangan melanin (vitiligo).

10

B. Diagnosa Keperawatan

Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe

Dx 2: resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh

Dx 3: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan

untuk mencerna makanan

Dx 4: inkontinensia defekasi berhubungan dengan abnormalitas tekanan abdomen

tinggi dan tekanan usus tinggi.

C. Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan menunjukkan tingkatan nyeri

berkurang, dibuktikan dengan idikator berikut ini:

Perubahan dalam kecepatan pernapasan, denyut jantung, atau tekanan

darah

Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk

mencapai kenyamanan.

Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan

nonanalgesik secara tepat.

Intervensi prioritas NIC

Pemberian analgesik: penggunaan agens-agens farmakologi untuk

mengurangi atau menghilangkan nyeri

Penatalaksanaan nyeri: meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada

tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.

Aktivitas keperawatan

- Pengkajian

Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk

mengumpulkan informasi pengkajian

Minta pasien untuk menilai nyeri / ketidaknyamanan pada skala 0 sampai

10 (0=tidak ada nyeri/ketidaknyamanan, 10 = nyeri yang sangat)

Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang konsisten dengan

usia dan tingkat perkembangan.

11

- Pendidikan untuk pasien/keluarga

Penatalaksanaan nyeri (NIC):

Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa

lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari

prosedur.

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat

Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, imajinasi

terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi bermain, kompres

hangat/dingin dan masase) sebelum, setelah dan jika

memungkinkan, selama aktivitas yang menyaitkan, sebelum nyeri

terjadi atau meningkta, dan selama penggunaan tindakan

pengurangan nyeri yang lain.

- Aktivitas kolaboratif

Penatalaksanaan nyeri (NIC)

Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika

keluhan ssaat ini merupakan perubahan yang bermakna dari

pengalaman nyeri pasien di masa lalu.

- Aktivitas yang lain

Penatalaksanaan nyeri (NIC)

Libatkan pasien dalam modalitas pengurangan nyeri, jika mungkin.

Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons

pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya: suhu ruangan, cahaya

dan kegaduhan)

2. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh

Tujuan (NOC) : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan

akan dicegah, dibuktikan dengan keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat.

Intervensi prioritas NIC:

Pengelolaan cairan: peningkatan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi

akibat dari kadar cairan yyang tidak normal atau diluar harapan

Pemantauan cairan: pengumpulan dan analisis data pasien untuk mengatur

keseimbangan cairan

12

Aktivitas keperawatan :

- Pengkajian :

Pantau jumlah dan frekuensi kehilangan cairan

Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap bertambah

buruknya dehidrasi (misalnya: obat-obatan, demam, stres dan program

pengobatan)

Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural

Kaji orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu

Pengelolaan cairan (NIC) :

Pantau status hidrasi (misalnya, kelembaban membran mukosa,

keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik)

- Pendidikan untuk pasien/keluarga

Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus

- Aktivitas kolaboratif

Berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran

- Aktivitas lain

Tingkatkan asupan oral (misalnya berikan cairan oral yang disukai

pasien, letakkan pada tempat yyang mudah dijangkau, berikan sedotan,

dan berikan air segar), sesuai dengan keinginan.

Berikan cairan, sesuai dengan kebutuhan.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

menelan atau mencerna makanan (anoreksia, nausea)

Tujuan / Kriteria evaluasi (NOC): Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien

akan menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan, dan zat gizi, ditandai

dengan indikator berikut:

Pasien akan :

Toleransi terhadap diet yang dianjurkan (4)

Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal (4)

Melaporkan keadekuatan tingkat energi (4)

Intervensi prioritas NIC

13

Pengelolaan nutrisi: bantuan atau pemberian asupan diet makanan dan

cairan yang seimbang.

Aktivitas keperawatan

- Pengkajian

Kaji dan dokumentasikan derajat kesulitan mengunyah/menelan

Identifikasi faktor pencetus mual

Identifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya nafsu

makan pasien

- Pendidikan untuk pasien / keluarga

Instruksikan pasien agar menarik napas dalam, perlahan, dan menelan secara

sadar untuk mengurangi mual ataupun muntah

- Aktivitas kolaboratif

Berikan obat antiemetik dan analgesik sebelum makan atau sesuai dengan

jadwal yang dianjurkan

Konsultasikan pada ahli gizi untuk menentukan asupan kalori harian yang

dibutuhkan

Laporkan kepada dokter jika pasien menolak makan

Bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, dan pasien untuk merencanakan

tujuan asupan dan berat badan.

- Aktivitas lain

Ciptakan hubungan saling percaya dan mendukung dengan pasien

Yakinkan pasien dan berikan lingkungan yang tenang selama makan

Diskusikan keuntungan dari perilaku makan yang sehat dan konsekuensi

dari ketidakpatuhan

Berikan umpan balik positif pada pasen yang menunjukkan peningkatan

nafsu makan

Tawarkan kudapan (misalnya, minuman dan buah-buahan segar/juice

buah-buahan), bila memungkinkan.

Berikan makanan bergizi, tinggi kalori dan bervariasi yang dapat dipilih

4. Inkontinensia defekasi berhubungan dengan abnormalitas tekanan abdomen

tinggi dan tekanan usus tinggi.

14

Tujuan / kriteria evaluasi (NOC): Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien

akan menampilkan kontinensia usus dengan indikator:

Mempertahankan kendali terhadap keluarnya feses (4)

Secara progresif mengurangi episode inkontinensia (4)

Intervensi prioritas NIC:

Perawatan inkontinensia alvi : meningkatkan kontinensia usus pada anak

Aktivitas keperawatan

- Pengkajian

Catat frekuensi episode inkontinensia

Kaji gejala enkopresis

Kaji riwayat latihan eliminasi anak, termasuk durasi enkopresis dan usaha

pengobatan.

Perawatan inkontinensia alvi (NIC) :

Tentukan penyebab fisik atau psikologis inkontinensia alvi

Pantau kebutuhan diet dan cairan

Pantau keadekuatan pengeluaran feses

Tentukan tujuan dari program pengelolaan defekasi dengan

pasien/keluarga

- Pendidikan untuk pasien atau keluarga

Ajarkan pasien/keluarga tentang fisiologi dari defekasi normal

Perawatan inkontinensia alvi (NIC) :

Ajarkan pasien/keluarga untuk mencatat pengeluaran feses, sesuai

dengan kebutuhan.

Diskusikan prosedur dan hasil yang diharapkan pasien.

Jelaskan penyebab masalah dan alasan tindakan.

- Aktivitas kolaboratif

Lakukan anjuran dari dokter untuk menjalankan program latihan defekasi

- Aktivitas lain

Berikan perawatan dengan cara yang dapat diterima, tidak menghakimi

Berikan privasi untuk defekasi

Tentukan waktu yang teratur untuk defekasi

Berikan banyak makanan berserat dan cukup cairan

15

D. Evaluasi

o Pasien menunjukkan tingkatan nyeri yang berkurang

o Pasien menunjukkan defisit volume cairan yang dapat dicegah dibuktikan

dengan keseimbangan cairan dan hidrasi yang adekuat

o Pasien menunjukkan status gizi yang adekuat

o Pasien menunjukkan kontinensia usus dengan secara progresif mengurangi

episode inkontinensia.

16

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Limfoma adalah neoplasma ganas yang berasal dari sel asli jaringan limfoid

(yaitu, limfosit dan prekursor serta turunannya, dan yang jarang adalah histiosit).

Limfoma non-Hodgkin (LNH) adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang

diddefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin.

Pada LNH timbul gejala-gejala konstitisoinal (demam, penurunan berat badan,

berkeringat pada malam hari), namun insidennya lebih rendah daripada penyakit

Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa nyeri, dapat menyerang

satu atau seluruh kelenjar limfe perifer.

Etiologi pada penyakit Limfoma non-Hodgkin disebabkan oleh pengaruh

rangsangan imunologis persisten yang menimbulkan proliferasi jaringan limfoid tidak

terkendali. Diduga ada hubungan dengan virus Epstein Barr LNH, kemungkinan ada

kaitannya dengan faktor keturunan karena ditemukan fakta bila salah satu anggota

keluarga menderita LNH maka resiko anggota keluarga lainnya terjangkit tumor ini

lebih besar dibanding dengan orang lain yang tidak termasuk keluarga itu.

Pada anak, terdapat empat diagnosa keperawatan yaitu, Nyeri akut

berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe. Resiko kekurangan volume cairan

tubuh berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan.

Inkontinensia defekasi berhubungan dengan abnormalitas tekanan abdomen tinggi

dan tekanan usus tinggi.

B. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

bahan belajar mahasiswa, terutama mahasiswa ilmu keperawatan dalam mempelajari

limfoma non-hodgkin.

17