limfoma non hodgkin
DESCRIPTION
Limfoma Non HodgkinTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar getah bening terdapat beberapa tempat ditubuh kita. Kelenjar getah
bening adalah bagian dari system pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang
lebih sekitar 600 getah bening.
Limfoma adalah penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang
bersifat padat (solid) meskipun kadang-kadang menyebar secara sistemik
(Handayani, 2012). Penyakit limfoma diklasifikasikan menjadi dua golonganya itu
penyakit Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non Hodgkin.
Lebih dari 45.000 klien di diagnosis sebagai limfoma non-Hodgkin atau
LNH setiap tahun di Amerika Serikat. Di indonesia sendiri, frekeunsi LNH jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan limfoma Hodgkin (Handayani, 2012).
Beberapa hasil studi menemukan bahwa insiden limfoma Non-Hodgkin
adalah keganasan terbanyak ketiga pada anak-anak, LNH terjadi pada bayi sampai
remaja, dengan insidens puncak antara usia 7 - 11 tahun dan lebih sering menyerang
laki-laki dari pada perempuan dengan rasio 3:1 (Betz &Sowden, 2009).
Komplikasi yang dialami pasien dengan limfoma non-Hodgkin dihubungkan
dengan penanganan dan berulangnya penyakit. Efek-efek umum yang merugikan
berkaitan dengan kemotrapi meliputi : alopesia, mual, muntah, supresi sumsum
tulang, stomatitis dan gangguan gastrointestianal.
B. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari limfoma non-Hodgkin
Untuk mengetahui patifisiologi dari limfoma non-Hodgkin
Untuk mengetahui etiologi dari limfoma non-Hodgkin
Untuk mengetahui manifestasi klinis limfoma non-Hodgkin.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penderita limfoma non-Hodgkin.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Limfoma adalah neoplasma ganas yang berasal dari sel asli jaringan limfoid
(yaitu, limfosit dan prekursor serta turunannya, dan yang jarang adalah histiosit).
Seperti neoplasma lainnya, semua limfoma bersifat monoklonal. Secara klinis dan
patologis, limfoma malligna dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: Limfoma
Hodgkin dan Limfoma non-Hodgkin.
Limfoma non-Hodgkin (LNH) adalah suatu kelompok penyakit heterogen
yang diddefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin.
Manifestasinya sama dengan penyakit Hodgkin, namun penyakit ini biasanya sudah
menyebar ke seluruh sistem limfatik sebelum pertama kali terdiagnosis. Apabila
penyakitnya masih terlokasinya, radiasi merupakan penanganan pilihan. Jika terdapat
keterlibatan umum, digunakan kombinasi kemoterapi. (Muttaqin, 2011)
LNH merupakan proliferasi klonal yang ganas limfosit T dan B yang terdapat
bersama berbagai tingkat beban tumor. Keganasan ini tidak boleh diracunkan dengan
kelainan limfoproliferatif poliklonal. Kedua kelompok penyakit tadi terjadi dengan
frekuensi meningkat pada anak dengan status imunodefisiensi herediter seperti
ataksia-telangiektasia, sindrom Wiskott-Aldrich, imunodefisiensi campuran, dan
sindrom lomfoproliferatif terkait-X (XLP). (Behrman, dkk, 2012)
Limfoma non Hodgkin adalah penyakit yang menyerang sel dari sistem
limfatik, yang dikenal sebagai sel darah putih atau limfosit. Pada limfoma non
Hodgkin limfosit mulai berperilaku seperti kanker dan tumbuh serta berlipat ganda
secara tidak terkontrol, dan tidak mati seperti proses seharusnya. Karena hal ini
limfoma non Hodgkin disebut sebagai kanker.
Limfosit abnormal ini terkumpul didalam jaringan getah bening, yang
mengakibatkan pembengkakan. Karena limfosit bersirkulasi keseluruh tubuh,
kumpula limfosit abnormal (limfoma) juga dapat terbentuk di bagian tubuh lainnya
diluar kelenjar getah bening
2
B. Patofisiologi
Telah diketahui bahwa penjalaran penyakit LNH terjadi secara limfogen
dengan melibatkan rantai kelenjar getah bening yang saling berhubungan dan
merambat dari satu tempat ke tempat yang berdekatan. Meskipun demikian, hubungan
antara kelenjar getah bening pada leher kiri dan daerah aorta pada LNH jenis folikular
tidak sejelas seperti apa yang terlihat pada LNH jenis difus.
Walaupun pada LNH timbul gejala-gejala konstitisoinal (demam, penurunan
berat badan, berkeringat pada malam hari), namun insidennya lebih rendah daripada
penyakit Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa nyeri, dapat
menyerang satu atau seluruh kelenjar limfe perifer.
Biasanya adenopati hilus tidak ditemukan, tetapi sering ditemukan adanya
efusi pleura, kira-kira 20% atau lebih penderita menunjukkan adanya gejala-gejala
yang berkaitan dengan pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal atau mesentrium
dan timbul bersama nyeri abdomen atau defekasi yang tidak teratur. Sering
didapatkan dapat menyerang lambung dan usus halus yang ditandai dengan gejala
yang mirip dengan gejala tukak lambung, anoreksia, penurunan berat badan, nausea,
hematemesis, dan melena. Penyakit-penyakit susunan saraf pusat walaupun jarang
terjadi tetap dapat timbul pada limfoma histisitik difus (imunoblastik sel besar).
(Muttaqin, 2011)
Kriteria diagnosis medic LNH adalah sebagai berikut.
1. Riwayat pembesaran kelenjar getah bening atau timbulnya massa tumor di
tempat lain.
2. Riwayat demam yang tidak jelas
3. Penurunan berat badan 10% dalam waktu enam bulan
4. Keringat malam yang banyak tanpa sebab yang sesuai
5. Pemeriksaan hispatologis tumor sesuai dengan LNH
3
Dx 1
Dx 2
Dx 3 Dx 4
4
Faktor pencetus : Gangguan sel B Herediter
Faktor Lingkungan: Infeksi virus, infeksi bakteri, radiasi / obat tertentu
Faktor predisposisi:Penyakit autoimun, supresi imun
Gangguan pada kelenjar getah beniing
Limfadenopati
Menyerang satu/seluruh kelenjar
limfe perifer
Adenopati hilus tidak ditemukan
Efusi pleura sering ditemukan
Limfoma non-Hodgkin
Splenomegali Gejala-gejala sistemik dan infeksi
DemamNyeri akut Menyerang lambung dan usus
halus yang ditandai dengan gejala yang mirip dengan gejala
tukak lambungAnoreksi a dan Nausea
Penurunan berat badan
Defekasi yang tidak teratur
Keterangan:
Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe
Dx 2: resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh
Dx 3: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk menelan atau mencerna makanan
Dx 4: inkontinensia defekasi berhubungan dengan abnormalitas tekanan abdomen
tinggi dan tekanan usus tinggi.
C. Etiologi
Para pakar cenderung berpendapat bahwa terjadinya LNH disebabkan oleh
pengaruh rangsangan imunologis persisten yang menimbulkan proliferasi jaringan
limfoid tidak terkendali. Diduga ada hubungan dengan virus Epstein Barr LNH,
kemungkinan ada kaitannya dengan faktor keturunan karena ditemukan fakta bila
salah satu anggota keluarga menderita LNH maka resiko anggota keluarga lainnya
terjangkit tumor ini lebih besar dibanding dengan orang lain yang tidak termasuk
keluarga itu. (Muttaqin, 2011)
Etiologi pada penyakit Limfoma non-Hodgkin adalah sebagai berikut.
1. Abnormalitas sitogeneik , seperti translokasi kromosom
2. Infeksi virus, yang menyebabkan antara lain adalah:
o Virus Epstein-barr yang berhubungan dengan limfoma burkitt (sebuah
penyakit yang ditemukan di Afrika).
o Infeksi HTLV-1 ( human T lymphotropic virus tipe 1 )
D. Manifestasi Klinis
Keterlibatan intraabdominal
1. Kemungkinan gejala yang menyerupai appendicitis (nyeri, nyeri tekan di
kuadran kanan bawah)
2. Intususepsi
3. Massa ovarium, pelvis, retroperitoneal
4. Asites
5. Muntah
6. Diare
5
7. Penurunan berat badan
Keterlibatan mediastinum
1. Efusi plura
2. Kompresi trakea
3. Sindrom vena kava superior
4. Batuk, mengi, dipsnea, gawat pernafasan
5. Edema ekstremitas atas
6. Perubahan status mental
Keterlibatan primer nasal, paranasal, oral dan faringeal
1. Kongesti nasal
2. Rinorea
3. Epistaksis
4. Sakit kepala
5. Proptosis
6. Iritabilitas
7. Penurunan berat badan(Betz &Sowden, 2009)
E. Pemeriksaan penunjang
Tabel 1.1 Tes Diagnostik dan Intrepretasi pada Klien dengan LNH
Jenis Pemeriksaan Interpretasi Hasil
Hitung darah lengkap :
Sel darah putih
Diferensial sel darah putih
Variasi normal, menurun atau meningkat
secara nyata
Neutofilia, monnosit, basofilia, dan
eosinofilia mungkin ditemukan. Limfofenia
sebagai gejala lanjut.
Sel darah merah dan Hb/Ht Menurun
Eritrosit
Morfologi sel darah merah Normositik, hipokromik ringan sampai
sedang
6
Kerapuhan eritrosit osmotik
Laju endap darah (LED)
Trombosit
Test Coomb
Alkalin fosfatase
Kalsium serum
BUN
Globulin
Foto toraks, vertebrata, ekstremitas
proksimal, serta nyeri tekan pada area pelvis.
Ct scan dada, abdominal, tulang
USG abdominal
Biopsi sumsum tulang
Biopsi nodus limfe
Meningkat
Meningkat selama tahap aktif (inflamasi,
malignasi).
Menurun (sumsum tulang digantikan oleh
limfoma atau hipersplenisme).
Reaksi positif (anemia hemolitik), reaksi
negatif pada tahap lanjut.
Mungkin meningkat bila tulang terkena
Meningkat pada eksaserbasi
Mungkin meningkat bila ginjal terlibat
Hipogamammaglobulinemia umum dapat
terjadi pada penyakit lanjut
Dilakukan untuk area yang terkena dan
membantu penetapan stadium penyakit.
Dilakukan bila terjadi adenopati hilus dan
memastikan keterlibatan nodus limfe
mediatinum, abdominal, dan keterlibatan
tulang.
Mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus
limfe retroferitoneal
Menentetukan keterlibatan sumsum tulang,
invasi sumsum tulang terlihat tahap luas.
Memastikan klasifikasi diagnosis limfoma.
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
1.Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dan kebangsaan, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor register, tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa
medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh adanya benjolan pada kelenjar limfe dan
nyeri telan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien dengan limfoma didapat keluhan benjolan terasa
nyeri bila ditelan kadang-kadang disertai dengan kesulitan bernafas,
gangguan penelanan, berkeringat di malam hari. Pasien biasanya mengalami
demam dan disertai dengan penurunan BB.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Pada Limfoma biasanya diperoleh riwayat penyakit seperti pembesaran pada
area leher , ketiak dan lain-lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Melihat apakah terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler,
penyakit metabolik atau penyakit lain yang pernah diderita oleh keluarga
pasien.
6. Activity Daily Living (ADL)
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
o Kelelahan, kelemahan, dan malaise umum
o Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi aktivitas
o Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
8
Tanda :
o Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda-
tanda lain yang menunjukkan kelelahan
2. Nyeri dan kenyamanan
Gejala :
o Nyeri tekan pada nodus yang terkena, misalnya : pada sekitar
mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral),
nyeri tulang (keterlibatan tulang limfomatus)
Tanda :
o Menangis, merintih kesakitan
3. Eliminasi
Gejala :
o Perubahan karakteristik urine dan/ atau feses
o Riwayat obstruksi usus, sindrom malabsorpsi (infiltrasi kelenjar
limfe retroperitoneal)
Tanda :
o Nyeri tekan kuadran kanan atas, hepatomegali
o Nyeri tekan kuadran kiri atas, splenomegali
o Penurunan keluaran urine, warna lebih gelap/pekat, anuria
(obstruksi uretral, gagal ginjal)
o Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi spinal cord pada
gejala lanjut)
4. Makanan dan Cairan
Gejala :
o Anoreksia
9
o Disfagia (tekanan pada esophagus)
o Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan >10%
dalam 6 bulan tanpa upaya diet pembatasan.
Tanda :
o Pembengkakan pada wajah, leher, rahang, (kompresi vena cava
superior)
o Edema ekstremitas bawah, asites (kompresi vena cava inferior
oleh pembesaran kelenjar limfe intraabdominal).
5. Keamanan
Gejala :
o Riwayat infeksi (sering terjadi) karena abnormalitas sistem imun
seperti infeksi herpes sitemik, TB, toksoplamosis, atau infeksi
bacterial.
o Riwayat ulkus/perforasi/pendarahan gaster.
o Demam Pel Ebstein (peningkatan suhu malam hari sampai
beberapa minggu), diikuti demam menetap dan keringat malam
tanpa menggigil.
o Integritas kulit : kemerahan, pruritus umum, dan vitiligo
(hipopigmentasi)
Tanda :
o Demam suhu tubuh >38ᵒC) menetap dengan etiologi yang tidak
dapat dijelaskan, tanpa gejala infeksi.
o Kelenjar limfe asimetris, tidak ada nyeri, membengkak/membesar
terutama kelenjar limfe servikal (kiri>kanan), nodus aksila, dan
mediastinum.
o Pembesaran tonsil.
o Pruritus umum.
o Sebagian area kehilangan melanin (vitiligo).
10
B. Diagnosa Keperawatan
Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe
Dx 2: resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh
Dx 3: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan
Dx 4: inkontinensia defekasi berhubungan dengan abnormalitas tekanan abdomen
tinggi dan tekanan usus tinggi.
C. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan menunjukkan tingkatan nyeri
berkurang, dibuktikan dengan idikator berikut ini:
Perubahan dalam kecepatan pernapasan, denyut jantung, atau tekanan
darah
Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan.
Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan
nonanalgesik secara tepat.
Intervensi prioritas NIC
Pemberian analgesik: penggunaan agens-agens farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri
Penatalaksanaan nyeri: meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
Aktivitas keperawatan
- Pengkajian
Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
Minta pasien untuk menilai nyeri / ketidaknyamanan pada skala 0 sampai
10 (0=tidak ada nyeri/ketidaknyamanan, 10 = nyeri yang sangat)
Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang konsisten dengan
usia dan tingkat perkembangan.
11
- Pendidikan untuk pasien/keluarga
Penatalaksanaan nyeri (NIC):
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa
lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur.
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi bermain, kompres
hangat/dingin dan masase) sebelum, setelah dan jika
memungkinkan, selama aktivitas yang menyaitkan, sebelum nyeri
terjadi atau meningkta, dan selama penggunaan tindakan
pengurangan nyeri yang lain.
- Aktivitas kolaboratif
Penatalaksanaan nyeri (NIC)
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika
keluhan ssaat ini merupakan perubahan yang bermakna dari
pengalaman nyeri pasien di masa lalu.
- Aktivitas yang lain
Penatalaksanaan nyeri (NIC)
Libatkan pasien dalam modalitas pengurangan nyeri, jika mungkin.
Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons
pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya: suhu ruangan, cahaya
dan kegaduhan)
2. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh
Tujuan (NOC) : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan
akan dicegah, dibuktikan dengan keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat.
Intervensi prioritas NIC:
Pengelolaan cairan: peningkatan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi
akibat dari kadar cairan yyang tidak normal atau diluar harapan
Pemantauan cairan: pengumpulan dan analisis data pasien untuk mengatur
keseimbangan cairan
12
Aktivitas keperawatan :
- Pengkajian :
Pantau jumlah dan frekuensi kehilangan cairan
Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap bertambah
buruknya dehidrasi (misalnya: obat-obatan, demam, stres dan program
pengobatan)
Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural
Kaji orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu
Pengelolaan cairan (NIC) :
Pantau status hidrasi (misalnya, kelembaban membran mukosa,
keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik)
- Pendidikan untuk pasien/keluarga
Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus
- Aktivitas kolaboratif
Berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran
- Aktivitas lain
Tingkatkan asupan oral (misalnya berikan cairan oral yang disukai
pasien, letakkan pada tempat yyang mudah dijangkau, berikan sedotan,
dan berikan air segar), sesuai dengan keinginan.
Berikan cairan, sesuai dengan kebutuhan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
menelan atau mencerna makanan (anoreksia, nausea)
Tujuan / Kriteria evaluasi (NOC): Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
akan menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan, dan zat gizi, ditandai
dengan indikator berikut:
Pasien akan :
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan (4)
Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal (4)
Melaporkan keadekuatan tingkat energi (4)
Intervensi prioritas NIC
13
Pengelolaan nutrisi: bantuan atau pemberian asupan diet makanan dan
cairan yang seimbang.
Aktivitas keperawatan
- Pengkajian
Kaji dan dokumentasikan derajat kesulitan mengunyah/menelan
Identifikasi faktor pencetus mual
Identifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya nafsu
makan pasien
- Pendidikan untuk pasien / keluarga
Instruksikan pasien agar menarik napas dalam, perlahan, dan menelan secara
sadar untuk mengurangi mual ataupun muntah
- Aktivitas kolaboratif
Berikan obat antiemetik dan analgesik sebelum makan atau sesuai dengan
jadwal yang dianjurkan
Konsultasikan pada ahli gizi untuk menentukan asupan kalori harian yang
dibutuhkan
Laporkan kepada dokter jika pasien menolak makan
Bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, dan pasien untuk merencanakan
tujuan asupan dan berat badan.
- Aktivitas lain
Ciptakan hubungan saling percaya dan mendukung dengan pasien
Yakinkan pasien dan berikan lingkungan yang tenang selama makan
Diskusikan keuntungan dari perilaku makan yang sehat dan konsekuensi
dari ketidakpatuhan
Berikan umpan balik positif pada pasen yang menunjukkan peningkatan
nafsu makan
Tawarkan kudapan (misalnya, minuman dan buah-buahan segar/juice
buah-buahan), bila memungkinkan.
Berikan makanan bergizi, tinggi kalori dan bervariasi yang dapat dipilih
4. Inkontinensia defekasi berhubungan dengan abnormalitas tekanan abdomen
tinggi dan tekanan usus tinggi.
14
Tujuan / kriteria evaluasi (NOC): Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
akan menampilkan kontinensia usus dengan indikator:
Mempertahankan kendali terhadap keluarnya feses (4)
Secara progresif mengurangi episode inkontinensia (4)
Intervensi prioritas NIC:
Perawatan inkontinensia alvi : meningkatkan kontinensia usus pada anak
Aktivitas keperawatan
- Pengkajian
Catat frekuensi episode inkontinensia
Kaji gejala enkopresis
Kaji riwayat latihan eliminasi anak, termasuk durasi enkopresis dan usaha
pengobatan.
Perawatan inkontinensia alvi (NIC) :
Tentukan penyebab fisik atau psikologis inkontinensia alvi
Pantau kebutuhan diet dan cairan
Pantau keadekuatan pengeluaran feses
Tentukan tujuan dari program pengelolaan defekasi dengan
pasien/keluarga
- Pendidikan untuk pasien atau keluarga
Ajarkan pasien/keluarga tentang fisiologi dari defekasi normal
Perawatan inkontinensia alvi (NIC) :
Ajarkan pasien/keluarga untuk mencatat pengeluaran feses, sesuai
dengan kebutuhan.
Diskusikan prosedur dan hasil yang diharapkan pasien.
Jelaskan penyebab masalah dan alasan tindakan.
- Aktivitas kolaboratif
Lakukan anjuran dari dokter untuk menjalankan program latihan defekasi
- Aktivitas lain
Berikan perawatan dengan cara yang dapat diterima, tidak menghakimi
Berikan privasi untuk defekasi
Tentukan waktu yang teratur untuk defekasi
Berikan banyak makanan berserat dan cukup cairan
15
D. Evaluasi
o Pasien menunjukkan tingkatan nyeri yang berkurang
o Pasien menunjukkan defisit volume cairan yang dapat dicegah dibuktikan
dengan keseimbangan cairan dan hidrasi yang adekuat
o Pasien menunjukkan status gizi yang adekuat
o Pasien menunjukkan kontinensia usus dengan secara progresif mengurangi
episode inkontinensia.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Limfoma adalah neoplasma ganas yang berasal dari sel asli jaringan limfoid
(yaitu, limfosit dan prekursor serta turunannya, dan yang jarang adalah histiosit).
Limfoma non-Hodgkin (LNH) adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang
diddefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin.
Pada LNH timbul gejala-gejala konstitisoinal (demam, penurunan berat badan,
berkeringat pada malam hari), namun insidennya lebih rendah daripada penyakit
Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa nyeri, dapat menyerang
satu atau seluruh kelenjar limfe perifer.
Etiologi pada penyakit Limfoma non-Hodgkin disebabkan oleh pengaruh
rangsangan imunologis persisten yang menimbulkan proliferasi jaringan limfoid tidak
terkendali. Diduga ada hubungan dengan virus Epstein Barr LNH, kemungkinan ada
kaitannya dengan faktor keturunan karena ditemukan fakta bila salah satu anggota
keluarga menderita LNH maka resiko anggota keluarga lainnya terjangkit tumor ini
lebih besar dibanding dengan orang lain yang tidak termasuk keluarga itu.
Pada anak, terdapat empat diagnosa keperawatan yaitu, Nyeri akut
berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe. Resiko kekurangan volume cairan
tubuh berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan.
Inkontinensia defekasi berhubungan dengan abnormalitas tekanan abdomen tinggi
dan tekanan usus tinggi.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
bahan belajar mahasiswa, terutama mahasiswa ilmu keperawatan dalam mempelajari
limfoma non-hodgkin.
17