liputan rusmin

2
Menyulap Belawan Jadi Kawasan Modern Lulus dengan predikat sarjana dari FH-USU tahun 1994, Rusmin Lawin bukannya menekuni dunia lawyer, malah terjun ke bisnis real estate. Belasan tahun kemudian, namanya tak hanya dikenal di berbagai organisasi dunia usaha nasional, tapi juga internasional. AHKAN kini, Rusmin Lawin mencoba sesuatu yang monumental. Mengubah kawasan Pelabuhan Belawan yang kumuh menjadi kawasan modern yang layak huni. Berhasilkah dia? Sejak dibangun sekitar tahun 1915 silam, Kota Belawan boleh dikatakan tidak mengalami kemajuan yang berarti. Sejak puluhan tahun lalu ada satu hal yang tidak pernah berubah, yakni potret Pelabuhan Belawan dengan kawasan pemukiman kumuh di sekitarnya. Pelabuhan Belawan di Kecamatan Medan Belawan dengan luas wilayah 21,82 km persegi ini memang dikenal sebagai kota pelabuhan internasional ketiga terbesar di Indonesia. Namun di kawasan ini pula, pemukiman kumuh tumbuh bak jamur di musim hujan. Belum lagi soal pencemaran aliran sungai dan lautnya yang hingga kini belum juga mampu diselesaikan. Padahal, kecamatan ini adalah daerah pesisir Kota Medan yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Namun wilayah berpenduduk 95.506 jiwa (sensus tahun 2012) yang juga dikenal sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat ini masih jauh tertinggal dibanding kota-kota pelabuhan di negara jiran, khususnya yang berada di alur Selat Malaka. Untuk pemecahan masalah ini, Rusmin Lawin bersama rekannya di Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Medan mencoba memberikan solusi positif. “Kami menggagas konsep Medan Waterfront City kepada Pemko Medan. Konsep ini untuk pembenahan kawasan pelabuhan dan lingkungan sekitarnya dari kawasan kumuh menjadi kawasan modern dan layak huni,” kata pria kelahiran 5 Mei 1971 ini kepada Pengawal pertengahan Mei 2015. Rusmin Lawin yang juga Ketua Apindo Medan periode 2014-2019 itu optimistis melalui mega proyek Medan Waterfront City, potret buram di kawasan Pelabuhan Belawan bisa segera diatasi. Proyek Medan Waterfront City akan sama dengan proyek reklamasi pantai yang sudah lebih dulu dibangun dan dikembangkan di sejumlah negara jiran di kawasan ASEAN. “Saya sudah melakukan studi banding ke Manila Bay City. Dari sana saya menggali ide-ide tambahan untuk menjadi acuan dalam mengembangkan Medan Waterfront City,” ujarnya. Manila Bay City adalah super project kawasan reklamasi seluas 1.500 hektar. Proyek ini menjadi program unggulan pemerintah Kota Metro Manila yang didukung penuh oleh pemerintah pusat Filipina. Branding proyek ini adalah Asia Entertainment City (kota hiburan Asia) yang terdiri dari empat kawasan unggulan yang ditargetkan menjadi pusat investasi dunia. Selain Manila Bay City, Rusmin Lawin juga melakukan studi banding ke proyek The Light Waterfront Penang di kawasan Bayan Baru, Malaysia, dan Marina Bay di Singapura. Dari tiga mega proyek reklamasi pantai ini, referensi untuk pembangunan kawasan maritim Pelabuhan Belawan atau Medan Waterfront City semakin lengkap, sehingga upaya mewujudkan berbagai fasilitas sebuah kota pelabuhan modern, mulai dari hunian, perkantoran, taman rekreasi dan pusat perbelanjaan dapat terwujud. “Kota Medan pintu gerbang internasional Indonesia bagian barat dan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia, maka sudah selayaknya berbenah diri dengan menciptakan suatu iconic project yang bisa mengangkat Medan sebagai salah satu kota investasi dunia terutama menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA) 2015,” katanya. Rusmin Lawin yakin, setelah Medan Waterfront City terwujud, maka Medan Utara akan menjadi pintu gerbang utama masuknya wisatawan domestik dan internasional. Dengan demikian kawasan ini akan keluar dari lingkaran kekumuhan dan taraf kesejahteraan masyarakatnya akan meningkat secara signifikan. “Masyarakat Medan Utara sudah jauh tertinggal dari segala aspek pembangunan. Makanya pembangunan pusat bisnis baru harus dibuka agar masyarakat dapat hidup sejahtera. Saya mewacanakan proyek Medan Waterfront City di atas lahan seluas 1.000 hektar ini dengan berbagai fasilitas untuk masyarakatnya, dan proyek ini dapat terwujud dengan persetujuan Walikota Medan,” ungkapnya. Mega proyek ini, diakui Rusmin Lawin, akan dibangun oleh IJM Group, yakni perusahaan raksasa asal Malaysia. Perusahaan ini telah sukses membangun proyek reklamasi pantai The Light Waterfront Penang di atas lahan seluas 30 hektar. Rusmin Lawin mengaku, mega proyek Medan Waterfront City akan mampu mengubah karakter dan pembangunan masyarakat yang selama ini berprofesi sebagai nelayan. Baginya, masyarakat di kawasan Medan Utara tidak cukup hanya mengandalkan alam dalam mencari ikan. “Pembenahan kawasan Pelabuhan Belawan dari daerah pantai dengan kehidupan kumuh harus segera dimulai saat ini. Karena dengan proyek tersebut, akan bisa dilakukan penyebaran kepadatan penduduk dan penyebaran pertumbuhan ekonomi,” bebernya. Oleh karenanya, Rusmin Lawin merasa bersyukur Walikota Medan Dzulmi Eldin telah merestui proyek Medan Waterfront City dengan mempercayakan dirinya sebagai Ketua Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Kawasan Maritim Kota Medan. Saat ini studi kelayakan terhadap proyek sudah dilakukan pihak IJM Group, dan sekitar awal Juni nanti Pemko Medan akan melakukan memorandum of understanding (MoU) dalam upaya merealisasikan Medan Waterfront City. Untuk percepatan proyek ini, Rusmin Lawin mengaku akan mengkoordinasikannya dengan Menko Bidang Kemaritiman dan akan menjadi pilot project nasional. “Kita harus bisa menjawab aspirasi masyarakat Medan Utara dengan mendirikan proyek yang sifatnya masif dan jangka panjang, agar konsentrasi pembangunan bisa tersebar ke utara. Karena di sana, akan ada kampung deret nelayan, dan pesantren maritim pertama di Sumatera. Di sana juga ada hunian, kawasan komersil, industri termasuk industri UKM berbasis perikanan, techno-maritim park serta konsep wisata bahari dan theme park yang semuanya terintegrasi menjadi suatu kota tepi laut (waterfront),” bebernya. Dijelaskannya, penerapan waterfront development di Indonesia telah dimulai pada zaman penjajahan kolonial Belanda di tahun 1620. Hingga jaman kemerdekaan, konsep waterfront kian berkembang seiring besarnya potensi kelautan dan perikanan Indonesia. Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil menyebutkan, sejumlah 166 kota di Indonesia berada di tepi air (waterfront). Dan banyaknya jumlah kota di daerah pesisir itu dapat menimbulkan beberapa permasalahan pada kota itu sendiri, apabila tidak ditata dengan baik. Permasalahan yang dapat ditimbulkan yaitu pencemaran, kesemrawutan lingkungan dan sampah. Kekumuhan lingkungan juga dapat menimbulkan masalah kriminalitas di daerah tersebut. “Oleh karena itu, pembangunan kota pesisir di Indonesia harus memecahkan permasalahan. Penerapan Waterfront City di berbagai kota di Indonesia diharapkan mampu memecahkan permasalahan yang timbul akibat tidak tertatanya kota-kota pesisir yang ada,” katanya. (zullifkar ab) B TABLOID PENGAWAL TOKOH MINGGU INI 16 EDISI 2 | 10-16 JUNI 2015

Upload: rusmin-lawin

Post on 13-Apr-2017

125 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Liputan Rusmin

Menyulap Belawan Jadi Kawasan Modern

Lulus dengan predikat sarjana dari FH-USU tahun 1994, Rusmin Lawin bukannya menekuni dunia lawyer, malah terjun ke bisnis real estate. Belasan tahun kemudian, namanya tak hanya

dikenal di berbagai organisasi dunia usaha nasional, tapi juga internasional.

AHKAN kini, Rusmin Lawin mencoba sesuatu yang monumental. Mengubah kawasan Pelabuhan Belawan yang kumuh menjadi kawasan modern yang layak huni.

Berhasilkah dia? Sejak dibangun sekitar tahun 1915

silam, Kota Belawan boleh dikatakan tidak mengalami kemajuan yang berarti. Sejak puluhan tahun lalu ada satu hal yang tidak pernah berubah, yakni potret Pelabuhan Belawan dengan kawasan pemukiman kumuh di sekitarnya.

Pelabuhan Belawan di Kecamatan Medan Belawan dengan luas wilayah 21,82 km persegi ini memang dikenal sebagai kota pelabuhan internasional ketiga terbesar di Indonesia. Namun di kawasan ini pula, pemukiman kumuh tumbuh bak jamur di musim hujan. Belum lagi soal pencemaran aliran sungai dan lautnya yang hingga kini belum juga mampu diselesaikan.

Padahal, kecamatan ini adalah daerah pesisir Kota Medan yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Namun wilayah berpenduduk 95.506 jiwa (sensus tahun 2012) yang juga dikenal sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat ini masih jauh tertinggal dibanding kota-kota pelabuhan di negara jiran, khususnya yang berada di alur Selat Malaka.

Untuk pemecahan masalah ini, Rusmin Lawin bersama rekannya di Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Medan mencoba memberikan solusi positif. “Kami menggagas konsep Medan Waterfront City kepada Pemko Medan. Konsep ini untuk pembenahan kawasan pelabuhan dan lingkungan sekitarnya dari kawasan kumuh menjadi kawasan modern dan layak huni,” kata pria kelahiran 5 Mei 1971 ini kepada Pengawal pertengahan Mei 2015.

Rusmin Lawin yang juga Ketua Apindo Medan periode 2014-2019 itu optimistis melalui mega proyek Medan Waterfront City, potret buram di kawasan Pelabuhan Belawan bisa segera diatasi.

Proyek Medan Waterfront City akan sama dengan proyek reklamasi pantai yang sudah lebih dulu dibangun dan dikembangkan di sejumlah negara jiran di kawasan ASEAN.

“Saya sudah melakukan studi banding ke Manila Bay City. Dari sana saya menggali ide-ide tambahan untuk menjadi acuan dalam mengembangkan Medan Waterfront

City,” ujarnya. Manila Bay City adalah super

project kawasan reklamasi seluas 1.500 hektar. Proyek ini menjadi program unggulan pemerintah Kota Metro Manila yang didukung penuh oleh pemerintah pusat

Filipina. Branding proyek ini adalah Asia Entertainment City (kota hiburan Asia) yang terdiri dari empat kawasan unggulan yang ditargetkan menjadi pusat investasi dunia.

Selain Manila Bay City, Rusmin Lawin juga melakukan studi banding ke proyek The Light Waterfront Penang di kawasan Bayan Baru, Malaysia, dan Marina Bay di Singapura.

Dari tiga mega proyek reklamasi pantai ini, referensi untuk pembangunan kawasan maritim Pelabuhan Belawan atau Medan Waterfront City semakin lengkap, sehingga upaya mewujudkan berbagai fasilitas sebuah kota pelabuhan modern, mulai dari hunian, perkantoran, taman rekreasi dan pusat perbelanjaan dapat terwujud.

“Kota Medan pintu gerbang internasional Indonesia bagian barat dan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia, maka sudah selayaknya berbenah diri dengan menciptakan suatu iconic project yang bisa mengangkat Medan sebagai salah satu kota investasi dunia terutama menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA) 2015,” katanya.

Rusmin Lawin yakin, setelah Medan Waterfront City terwujud, maka Medan Utara akan menjadi pintu gerbang utama masuknya wisatawan domestik dan internasional. Dengan demikian kawasan ini akan keluar dari lingkaran kekumuhan dan taraf kesejahteraan masyarakatnya akan meningkat secara signifikan.

“Masyarakat Medan Utara sudah jauh tertinggal dari segala aspek pembangunan. Makanya pembangunan pusat bisnis baru harus dibuka agar masyarakat dapat hidup sejahtera. Saya mewacanakan proyek Medan Waterfront City di atas lahan seluas 1.000 hektar ini dengan berbagai fasilitas untuk masyarakatnya, dan proyek ini dapat terwujud dengan persetujuan Walikota Medan,” ungkapnya.

Mega proyek ini, diakui Rusmin Lawin, akan dibangun oleh IJM Group, yakni perusahaan raksasa asal Malaysia. Perusahaan ini telah sukses membangun proyek reklamasi pantai The Light Waterfront Penang di atas lahan seluas 30 hektar.

Rusmin Lawin mengaku, mega proyek Medan Waterfront City akan mampu mengubah karakter dan pembangunan masyarakat yang selama ini berprofesi sebagai nelayan. Baginya, masyarakat di kawasan Medan Utara tidak cukup hanya mengandalkan alam dalam mencari ikan.

“Pembenahan kawasan Pelabuhan Belawan dari daerah pantai dengan kehidupan kumuh harus segera dimulai saat ini. Karena dengan proyek tersebut, akan bisa dilakukan penyebaran kepadatan penduduk dan penyebaran pertumbuhan

ekonomi,” bebernya. Oleh karenanya, Rusmin Lawin merasa

bersyukur Walikota Medan Dzulmi Eldin telah merestui proyek Medan Waterfront City dengan mempercayakan dirinya sebagai Ketua Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Kawasan Maritim Kota Medan.

Saat ini studi kelayakan terhadap proyek sudah dilakukan pihak IJM Group, dan sekitar awal Juni nanti Pemko Medan akan melakukan memorandum of understanding (MoU) dalam upaya merealisasikan Medan Waterfront City. Untuk percepatan proyek ini, Rusmin Lawin mengaku akan mengkoordinasikannya dengan Menko Bidang Kemaritiman dan akan menjadi pilot project nasional.

“Kita harus bisa menjawab aspirasi masyarakat Medan Utara dengan mendirikan proyek yang sifatnya masif dan jangka panjang, agar konsentrasi pembangunan bisa tersebar ke utara. Karena di sana, akan ada kampung deret nelayan, dan pesantren maritim pertama di Sumatera. Di sana juga ada hunian, kawasan komersil, industri termasuk industri UKM berbasis perikanan, techno-maritim park serta konsep wisata bahari dan theme park yang semuanya terintegrasi menjadi suatu kota tepi laut (waterfront),” bebernya.

Dijelaskannya, penerapan waterfront development di Indonesia telah dimulai pada zaman penjajahan kolonial Belanda di tahun 1620. Hingga jaman kemerdekaan, konsep waterfront kian berkembang seiring besarnya potensi kelautan dan perikanan Indonesia.

Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil menyebutkan, sejumlah 166 kota di Indonesia berada di tepi air (waterfront). Dan banyaknya jumlah kota di daerah pesisir itu dapat menimbulkan beberapa permasalahan pada kota itu sendiri, apabila tidak ditata dengan baik.

Permasalahan yang dapat ditimbulkan yaitu pencemaran, kesemrawutan lingkungan dan sampah. Kekumuhan lingkungan juga dapat menimbulkan masalah kriminalitas di daerah tersebut. “Oleh karena itu, pembangunan kota pesisir di Indonesia harus memecahkan permasalahan. Penerapan Waterfront City di berbagai kota di Indonesia diharapkan mampu memecahkan permasalahan yang timbul akibat tidak tertatanya kota-kota pesisir yang ada,” katanya. (zullifkar ab)

B

TABLOID PENGAWAL

TOKOH MINGGU INI16 EDISI 2 | 10-16 JUNI 2015

Page 2: Liputan Rusmin

TOKOH MINGGU INI 17

TABLOID PENGAWAL

DI kalangan dunia usaha nasional maupun internasional, nama Rusmin Lawin sudah tidak asing lagi. Begitu pula bagi almamater Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (FH-USU) angkatan tahun 1994.

Sosok ceria, murah senyum dengan gaya bicara cepat dan berkacamata minus ini memang menjadi topik pembicaraan banyak orang akhir-akhir ini. Tak hanya sepak terjangnya di dunia real estate hingga mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, tapi juga di ajang perpolitikan Kota Medan. Sebab, pria dengan dua anak ini digadang-gadang bakal maju di Pilkada Medan, 9 Desember 2015 nanti. Tak ayal, sosoknya yang muda, dan energik itu disebut pula sebagai “kuda hitam” Pilkada Medan akibat

kehadirannya yang mengundang fenomena tersendiri.

Di bidang dunia usaha, nama Rusmin Lawin sudah malang melintang mulai tingkat nasional hingga kawasan Asean. Di tingkat nasional, Rusmin Lawin diketahui menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Medan periode 2014-2019. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua DPD Real Estate Indonesia Sumatera Utara 2008-2011, dan Wakil Sekretaris Jenderal DPP REI (2010-2016).

Di tingkat internasional, namanya juga sangat diperhitungkan. Sebab, ia pernah memegang jabatan Sekretaris Jenderal FIABCI (Federasi Real Estate Dunia)

Regional Asia Pasifik 2012-2014 dan 2015-2018 (Kuala Lumpur). Bahkan, baru-baru ini ia terpilih kembali sebagai Sekretaris Jenderal FIABCI Dunia untuk Komite Organisasi Internasional periode 2013-2015 (Paris, Prancis).

Ia juga dipercaya sebagai Wakil Ketua Komite Tetap IMT-GT (Indonesia, Malaysia and Thailand Growth Triangle) – A Sub Cooperation Organization Under ASEAN, dan Asosiasi Kota Kembar (Sister City Association) – Komite China 2011-2016.

Di luar dunia real estate, Rusmin Lawin juga memegang sejumlah jabatan penting lainnya. Seperti Sekretaris APEGTI (Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu) Sumatera Utara periode 2008-2013, dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Medan periode 2003-2013.

Ia juga tercatat sebagai anggota Dewan Penasihat PPCI (Persatuan Penyandang Cacat Indonesia) Sumatera Utara, Ketua Bidang Promosi dan Investasi Perhimpunan INTI (Indonesia-Tionghoa) Sumatera Utara 2012-2017, Wakil Ketua Gerakan Nasional Kesetiakawanan Sosial (GNKS) Sumatera Utara, anggota kehormatan GEMPPAR (Generasi Muda Padang Pariaman) Medan 2012-2017, dan anggota Lions Club Medan.

Pada Juni 2013, Majalah “Property and Bank” menganugerahi Rusmin Lawin sebagai “Sosok Muda Paling Fenomenal”. Anugerah ini diberikan karena Rusmin Lawin dinilai sangat aktif dalam mempromosikan real estate Indonesia ke dunia internasional.

Sosoknya yang muda serta dengan segala pengetahuannya tentang pembangunan dan jaringan internasional, diyakini para pengamat bisa membawa Medan keluar dari persoalan kekumuhan dan kesemrawutan pembangunan lainnya. Bahkan keterlibatannya di berbagai organisasi dunia juga sangat menguntungkan, karena hal itu bisa menjadi jembatan dalam upaya merangkul investasi asing.

Ia juga aktif menulis dan menuangkan berbagai ide atau buah pikirannya dalam bidang real estate ke berbagai media. Seperti menjadi co-writer, Crossborder Real Estate 2012 by Ho Chin Soon yang dipublikasikan di Malaysia dan Singapore, serta Indonesia Real Estate: The Giant Awakens yang akan dipublikasikan Agustus 2015 nanti.

Jadi, tak salah kalau sosoknya yang mudah bergaul dengan siapa saja itu menjadi focus of interest banyak pihak. Dan memang tak berlebihan kalau dirinya menjadi sosok yang fenomenal. (zullifkar ab)

Muda, Energik dan Fenomenal

Meneruskan Cita-Cita Pendahulu Kota Medan

PENGEMBANGAN dan pembangunan kawasan Medan Utara melalui mega proyek Medan Waterfron City, diakui Rusmin Lawin sebagai upaya meneruskan cita-cita dari pendahulu yang pernah memimpin Kota Medan.

“Sejak zaman Walikota Bachtiar Djafar hingga Abdillah, upaya pembangunan kawasan Medan Utara terus dilakukan, tapi sampai kini belum ada realisasinya. Makanya, melalui proyek Medan Waterfront City, impian para pendahulu itu coba kita wujudkan,” ucap Rusmin Lawin.

Diakuinya, pemimpin Kota Medan saat ini dan masa depan, memang harus berani menjawab aspirasi dan kebutuhan masyarakat, khususnya di kawasan Medan Utara. Karena, kawasan ini tidak hanya belum lepas dari bekapan pemukiman kumuh, tapi juga beragam persoalan yang berimplikasi kepada penyakit sosial masyarakat, seperti narkoba, perjudian hingga prostitusi terselubung.

Menurutnya, Walikota Dzulmi Eldin

yang saat ini memimpin (dan bakal kembali memimpin jika memenangkan Pilkada pada 9 Desember 2015 nanti) juga harus berani meneruskan impian dari para pendahulunya, yakni mengubah kawasan Medan Utara menjadi kota pelabuhan internasional. Karena dengan pembangunan yang masif dan terintegrasi sajalah akan dapat mendorong percepatan pembangunan, terutama dalam mengejar ketertinggalan kawasan Medan Utara dari kawasan lain sehingga bisa membawa kesejahteraan kepada masyarakat setempat.

Secara geografis kawasan Medan Utara dengan Pelabuhan Belawan-nya tepat berada pada alur perairan Selat Malaka yang merupakan salah satu perairan terpadat di dunia. Di samping itu, kawasan Pelabuhan Belawan juga sebagai pintu gerbang ekonomi Indonesia kawasan Barat. Apalagi Presiden Jokowi sudah mencanangkan Indonesia ke depan sebagai poros maritim dunia,

dan salah satu upaya mewujudkan itu adalah dengan melakukan pembangunan kawasan pelabuhan.

“Selama ini, kita masih menganggap daerah pantai sebagai belakang rumah, bukan beranda teras depan. Padahal tidak ada kawasan pelabuhan di dunia yang tidak maju. Contohnya kawasan Victoria, Hongkong dan Sydney Harbor di Australia. Karenanya, untuk mewujudkan visi besar ini, yaitu membawa Medan ke panggung internasional diperlukan komitmen yang kuat serta dukungan seluruh komponen masyarakat,” katanya.

Terkait fokus apa yang akan dicapai dalam mewujudkan Belawan Waterfront City, Rusmin Lawin sebagai Ketua Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Kawasan Maritim Kota Medan mengaku siap menjalin koordinasi dengan pemerintah pusat, Provinsi Sumatera Utara dan pihak swasta melalui skema kerjasama public private partnership (PPP). (zullifkar ab)

n Walikota Medan Dzulmi Eldin didampingi

Ketua Tim Koordinasi Pengembangan

Kawasan Maritim Kota Medan Rusmin Lawin

dan sejumlah pimpinan SKPD Pemko Medan

foto bersama dengan beberapa top eksekutif

IJM Group Malaysia, di antaranya Dato’ Toh

Chin Leong di Balai Kota Medan beberapa

waktu lalu. (Ist)

n Konsep Manila Bay City menjadi salah satu referensi pembangunan Medan Waterfront City. (ist)

EDISI 2 | 10-16 JUNI 2015