lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/bab ii.pdf · besar...

27
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Upload: lexuyen

Post on 26-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Page 2: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penulis berperan sebagai sinematografer, yang memiliki peranan penting dalam

merancang sebuah elemen gambar. Sinematografer memiliki tanggung jawab

dalam membantu sutradara untuk meraih visual yang ingin ia capai. Dalam

merancang konsep visual sebuah film tentu saja harus didiskusikan terlebih

dahulu dengan sutradara, agar pesan dan kesan yang ingin disampaikan oleh

sutradara sampai kepada penonton. Terdapat beberapa aspek yang merupakan

tanggung jawab dari seorang sinematografer seperti, merancang lighting,

pemilihan lensa dan pergerakan kamera (Brown, 2008, hlm. 289-290).

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan studi

literatur untuk menemukan teori yang dapat mendukukung penggambaran

keintiman melalui teknik lighting dan pemilihan lensa. Berikut adalah teori-

teorinya.

2.1. Shot

Menurut Thompson & Bowen (2009) shot adalah salah satu bagian dari elemen

visual sebuah film yang menampilkan sebuah adegan atau kejadian dalam satu

waktu yang direkam oleh kamera. Penjelasan secara teknisnya, shot merupakan

perekaman satu adegan di mana posisi kamera dan lensa sudah ditentukan

sebelumnya. Jika terjadi pengulangan adegan maka posisi kamera dan lensa masih

akan tetap sama. Jika posisi kamera atau lensa berubah walapun masih dalam satu

adegan maka telah terjadi pergantian shot, di mana akan memberikan hasil

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 3: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

5

rekaman yang berbeda dibandingkan dengan posisi kamera dan lensa yang

sebelumnya. Terdapat beberapa tipe shot, dan masing-masingnya memiliki sifat

dan fungsi yang berbeda. Seorang pembuat film harus mampu

mengkomunikasikan pesannya dengan jelas dan dimengerti oleh penontonnya,

maka dari itu seorang pembuat film harus memiliki pengetahuan yang mendalam

untuk merancang dan menentukan jenis shot yang akan dipakai ke dalam filmnya,

agar informasi dan arti yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh

penontonnya (hlm. 1-3).

Film adalah sebuah bahasa visual, di dalamnya terdapat banyak shot yang

merangkai menjadi sebuah adegan. Dalam bahasa film, shot diibaratkan sebagai

kosa kata dan scene adalah kalimat. Jika kosa kata tersebut dirangkai dengan kosa

kata lainnya, maka terbentuklah sebuah kalimat, ini lah yang dimaksud bahasa

film (Brown, 2008, hlm. 17).

Sebagai seorang sinematografer sangatlah penting untuk

mempertimbangkan terlebih dahulu jenis shot apa yang akan dipakai ketika

shooting, agar pesan yang yang ingin disampaikan sutradara dapat dimengerti

oleh penontonnya. Berikut adalah jenis shot yang penulis pakai pada pembahasan

laporan tugas akhir ini.

2.1.1. Medium Shot

Thompson & Bowen (2009), medium shot adalah shot yang memperlihatkan

karakter dari bagian kepala hingga bagian pinggang. Shot ini lebih kepada

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 4: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

6

memperlihatkan informasi gerakan pada tubuh subyek, dan penonton masih dapat

melihat ekspresi karakter tetapi masih belum terlalu jelas. (hlm. 8).

Gambar 2.1. Contoh Medium Shot

(Thompson & Bowen, 2009)

2.1.2. Medium Close Up

Thompson & Bowen (2009) medium close up adalah shot yang memperlihatkan

karakter dari bagian dada hingga kepala. Jika dibandingkan dengan medium shot,

shot ini lebih banyak memberikan informasi pada bagian wajah karakter, seperti

percakapan, ekspresi wajah, arah pandang mata karakter, dan kegiatan lain yang

tidak melibatkan gerakan tubuh. Shot ini hanya memfokuskan ekspresi karakter

saja, sehingga lingkungan sekitar karakter tidak akan terlihat dengan jelas (hlm.

17).

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 5: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

7

Gambar 2.2. Contoh Medium Close Up

(Thompson & Bowen, 2009)

2.1.3. Close Up

Thompson & Bowen (2009) close up adalah shot yang menunjukan karakter dari

bagian kepala hingga pundak. Shot ini digunakan untuk memperlihatkan ekspresi

karakter dengan jelas kepada penonton. Shot seperti ini biasanya digunakan untuk

memberikan informasi psikologis dan emosi dari karakter (hlm.17-18).

Gambar 2.3. Contoh Close Up

(Thompson & Bowen, 2009)

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 6: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

8

2.1.4. Big Close Up

Thompson & Bowen (2009) big close up adalah shot yang hanya menunjukan

muka subyek secara keseluruhan dari kening hingga dagu. Shot ini

memperlihatkan detail wajah subyek secara lebih dekat. Shot ini biasaya

digunakan untuk memperlihatkan perasaan subyek, seperti marah, ketakutan,

romantis, dan lain-lain (hlm. 19).

Gambar 2.4. Contoh Big Close Up

(Thompson & Bowen, 2009)

2.1.5. Profile Two Shot

Thompson & Bowen (2009) profile two shot adalah shot yang memperlihatkan

dua karakter tampak samping. Shot ini biasanya digunakan jika kedua karakter

saling bertemu dan berinteraksi. Shot ini juga dapat digunakan untuk memberikan

informasi gestur tubuh karakter ketika sedang berinteraksi. Shot ini juga dapat

dikombinasikan dengan medium shot dan close up. Semakin dekat shot nya maka

terdapat intensitas interaksi yang intim antara kedua karakter. Shot ini juga dapat

dipakai untuk adegan romantis dan intimidatif (hlm. 45).

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 7: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

9

Gambar 2.5. Profile Two Shot Medium

(Thompson & Bowen, 2009)

Gambar 2.6. Profile Two Shot Medium Close Up

(Thompson & Bowen, 2009)

2.2. Lensa

Frost (2009) lensa adalah sebuah obyek yang menempel pada bagian depan

kamera, berfungsi untuk menangkap gambar yang ada di depan kamera dan

membalikannya menuju sensor kamera. Lensa bukan sekedar alat teknis saja,

tetapi lensa juga dapat memberikan nilai estetika dan arti dalam menyampaikan

sebuah cerita ke dalam bentuk shot. Oleh karena itu sebelum memilih jenis lensa

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 8: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

10

yang akan dipakai perlu mempertimbangkan beberapa aspek terlebih dahulu

seperti, karena (hlm. 39).

2.3. Focal Length

Frost (2009) jarak cahaya mengenai titik pusat optik hingga dibiaskan menuju

satu titik pada sensor kamera. jarak tersebut dinamakan focal length. Focal length

adalah jarak dari bagian paling depan lensa hingga bagian ujung paling belakang

lensa. Focal length menggunakan satuan ukur milimeter (mm). Setiap ukuran

focal length sangat berpengaruh terhadap karakter gambar yang dihasilkan (hlm.

42).

2.4. Aperture

Frost (2009) sebuah diafragma yang terdapat di dalam bagian susunan lensa yang

berfungsi mengatur jumlah intensitas cahaya yang masuk menuju sensor kamera.

Semakin kecil lubang diameter aperture atau diafragma semakin sedikit jumlah

intesitas cahaya yang masuk menuju sensor sebaliknya, semakin besar lubang

diameter aperture semakin banyak jumlah cahaya yang masuk menuju lensa.

Besar kecilnya aperture disebut dengan f-stops yang biasanya ditulis f/2, f/2.8,

f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, dan f/22. Semakin kecil angkanya semakin besar

diameter aperture terbuka, maka semakin banyak intensitas cahaya yang masuk

menuju sensor, dan akan terjadi sebaliknya jika angkanya semakin tinggi. Besar

kecilnya sebuah aperture dapat mempengaruhi luas dan sempitnya depth of field.

(hlm. 52-53).

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 9: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

11

Gambar 2.7. Contoh Ukuran Aperture

(Mercado, 2011)

2.5. Jenis Lensa

Pada dasarnya terdapat dua jenis lensa yaitu, lensa prime dan lensa zoom. Lensa

prime adalah lensa yang tidak memiliki kemampuan untuk mengubah focal length

dan lensa zoom adalah lensa yang mampu mengubah focal length.

Frost (2009) lensa prime memiliki ukuran yang spesifik seperti contohnya

8mm prime, 27mm prime, 50mm prime, dan masih banyak lagi. Keunggulan dari

lensa prime adalah memiliki bukaan aperture yang lebih besar dibandingkan

dengan lensa zoom, menghasilkan gambar yang lebih tajam dibandingkan dengan

lensa zoom, ukuran bentuknya yang lebih kecil sehingga mudah digenggam, dan

memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan dengan lensa zoom. Ada beberapa

faktor yang dapat menjadi pertimbangan untuk menggunakan lensa prime, yaitu

jika pada saat produksi seorang sutradara sudah sepakat dengan lensa yang dipilih

oleh sinematografer dan ternyata sutradara menginginkan subyek terlihat sedikit

lebih dekat, maka terdapat dua cara untuk mengatasinya, yaitu memindahkan satu

set kamera kemudian dekati subyeknya, atau mengganti lensanya dengan ukuran

yang disesuaikan, tentu saja hal tersebut dapat memakan waktu produksi. Tetapi

terdapat beberapa sinematografer yang lebih memilih dengan cara memindahkan

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 10: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

12

kameranya mendekati subyek dibandingkan dengan melakukan zoom in pada

lensa, karena dengan melakukan zoom in dapat memberikan efek perspektif yang

berbeda pada backgroundnya. Lensa zoom dapat mengompresi backgroundnya

sehingga seolah-olah background terlihat lebih dekat dengan subyeknya. Dengan

menggunakan lensa prime kamera bisa lebih dekat dengan aktor sehingga

penonton akan lebih bisa merasakan keintiman dan kedekatan dengan subyeknya.

Menurut Prieto seorang sinematografer (seperti dikutip oleh Frost, 2009) ia lebih

memilih mendekati subyeknya dibandingkan melakukan zoom in pada lensa.

Menurutnya kesan keintiman yang dirasakan akan lebih terasa jika menggunakan

lensa 100mm atau 40mm mendekati subyek karena kedekatan kamera dengan

subyeknya yang dapat membuat penonton ikut merasakan masuk kedalam zona

privasi subyek. (hlm. 42)

2.5.1. Field of View

Mercado (2011) field of view adalah seberapa luas suatu scene akan diperlihatkan

oleh lensa kepada sensor kamera secara horizontal (hlm. 12)

Gambar 2.8. Contoh ilustrasi Field of View

(Mercado, 2011)

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 11: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

13

2.5.1.1. Normal Lens

Frost (2009) jika ukuran sensor pada kamera adalah 35mm maka lensa normalnya

berada pada focal length 50mm. Sebuah lensa dikategorikan sebagai lensa normal

karena perspektif yang dihasilkan oleh lensa normal mirip dengan perspektif

pandangan pada mata manusia normal (hlm. 46). Lensa normal tidak

menghasilkan distorsi sehingga jarak obyek atau subyek yang terlihat

menggunakan lensa normal sama dengan jarak yang dilihat oleh mata manusia

2.5.1.2. Wide Lens

Frost (2009) sebuah lensa dapat dikatakan lensa wide jika ukuran focal length

lensa tersebut dibawah lensa normal. Jika menggunakan sensor kamera 35mm

maka semua ukuran focal length yang berada dibawah 50mm dapat dikatakan

lensa wide. Lensa wide dapat memberikan efek distorsi pada wajah subyek jika

kameranya terlalu dekat dengan subyek. Maka penggunaan lensa wide kurang

cocok jika ingin melakukan beauty shot. Lensa wide juga memberikan prespektif

terhadap kedalaman gambar. Jika dua subyek diletakan secara berhadapan jarak

antara kedua subyek tersebut terlihat lebih jauh dibandingkan dengan perspektif

normal (hlm. 47).

2.5.1.3. Tele Lens

Frost (2009) semua lensa yang memiliki ukuran focal length diatas lensa normal

dapat dikatan tele lens. Lensa ini mampu mengambil gambar yang jauh terlihat

lebih dekat tetapi perspektif yang dihasilkan terhadap subyek dengan background

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 12: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

14

akan terlihat terkompresi dimana background terlihat lebih dekat dengan

subyeknya (hlm. 48).

2.6. Depth of Field

Menurut Frost (2009) bagian daerah yang masuk kedalam area fokus dinamakan

depth of field. Untuk mengatur depth of field sangat berhubungan dengan focal

length lensa, besarnya sensor kamera, diameter aperture, dan jarak lensa dengan

subyeknya. Semakin besar sensor kamera semakin sempit depth of field, semakin

besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa

tele maka akan menampilkan depth of field yang sempit, namun jika

menggunakan lensa wide, depth of field yang dihasilkan akan semakin luas. (hlm.

52).

2.6.1 Shallow Depth of Field

Brown (2012) shallow depth of field atau depth of field yang sempit dapat

menekankan fokus pada subyek tertentu karena karakteristiknya hanya dapat

memfokuskan pada satu titik. Biasanya shallow depth of field digunakan jika ingin

memperlihatkan background yang blur tetapi fokusnya hanya berada di

subyeknya. (hlm. 61).

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 13: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

15

Gambar 2.9. Contoh Shallow Depth of Field

(Brown, 2012)

2.6.2. Deep Depth of Field

Brown (2012) deep depth of field berfungsi untuk menyampaikan detail yang

divisualisasikan dalam suatu shot, Karakteristik dari deep depth of field yaitu

foreground, midground, dan background fokus sehingga dapat digunakan untuk

menampilkan dua action sekaligus dalam satu scene (hlm. 56).

Gambar 2.10. Contoh Deep Depth of Field

(Brown, 2012)

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 14: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

16

2.7. Shuttter Speed

Brindle (2013) setiap kamera memiliki mekanisme rotating shutter yang berada di

depan bagian sensor. Rotating shutter akan berputar 180 derajat untuk membuka

sensor sehingga cahaya dapat masuk mengenai sensor dan kembali tertutup 180

derajat. Jika merekam sebuah film, rotating shutter akan berputar secara konstan,

misalkan merekam dengan 24 frame per detik maka dalam setiap frame

membutuhkan waktu 1/24 detik untuk membiarkan cahaya masuk menuju sensor

dan 1/24 detik untuk menutup sensor, maka dalam satu frame membutuhkan

waktu 1/48 detik, jika ingin merekam dengan 24 frame per detik dibutuhkan

shutter speed 1/48 detik (hlm. 50).

2.8. Lighting

Seperti yang dikatakan Brown (2008) lighting adalah salah satu bagian dari film

yang dapat mempengaruhi penyampaian sebuah cerita. Film itu sendiri adalah

penyampaian sebuah cerita yang menampilkan elemen gambar. Lighting dapat

berasal dari alam seperti matahari dan api, namun seiring berkembangnya

teknologi lighting sudah dapat diciptakan oleh manusia. Orang yang pertama kali

menciptakan lighting atau lampu adalah Thomas Alva Edison, Hingga saat ini

karyanya telah dikembangkan oleh banyak orang sehingga terciptalah berbagai

macam variasi lighting. Hingga saat ini terdapat banyak jenis lighting yang dapat

diterapkan ke dalam film, setiap jenis lighting memiliki karakternya masing-

masing baik itu dari segi warna dan sifat pencahayaanya (hlm.1).

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 15: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

17

2.9. Lighting Fundamentals

Menurut Brown (2008) sebagai seorang sinematografer atau director of

photography akan selalu bekerja dengan lighting, di mana lighting itu sendiri

memiliki kualitas dan karakter yang sangat beragam sehingga untuk mempelajari

hal tersebut tidak akan pernah ada habisnya. Namun sebagai seorang

sinematografer sangat perlu mengetahui elemen dasar dalam merancang sebuah

lighting, di mana elemen tersebut akan dapat digunakan untuk menentukan mood

sebuah scene (hlm. 35-36).

2.9.1. Key Light

Brow (2008) key light adalah cahaya utama yang berfungsi untuk memperlihatkan

wujud dan bentuk subyek. Key light tidak selalu harus menjadi sumber cahaya

yang paling terang. Key light biasanya paling banyak memberikan bayangan pada

subyek atau obyek. Key light bisa berada di mana saja sesuai kebutuh

penyampaian cerita. (hlm. 44-45).

Gambar 2.11. Contoh Key Light (Brown, 2008)

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 16: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

18

2.9.2. Fill Light

Penggunaan key light akan memberikan kontras bayangan pada subyeknya.

Terkadang penggunaan bayangan yang terlalu kontras dapat terlihat bagus dan

juga dapat terlihat tidak sesuai dengan shot yang diinginkan. Agar bayangan tidak

terlalu kontras maka perlu cahaya yang menyeimbanginya, cahaya tersebut

dinamakan fill light. Fill light bisa berupa lampu tambahan atau reflector, fill light

bisanya di letakan di samping kamera atau bersebrangan dengan key light (Brown,

2008, hlm. 45).

Gambar 2.12. Contoh Key Light, Back Light, Kicker dan Fill Light (Brown, 2008)

2.9.3. Back Light

Menurut Brown (2008) backlight adalah segala lampu yang berada di belakang

subyek. Penggunaa back light biasanya digunakan hanya untuk pilihan selera.

Karena penggunaan back light terlihat artificial biasanya jarang digunakan pada

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 17: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

19

set motivated light, kecuali terjadi secara alami. Hal tersebut juga bisa disebut

sebagai hair light ( hlm. 45).

Gambar 2.13. Contoh Back Light (Brown, 2008)

2.10. Mood and Tone

Menurut Brown (2008) seorang cameraman dan lighting person yang baik adalah

mereka yang mampu memperlihatkan kesan suatu adegan, seperti menakutkan,

indah, atau apa pun yang menyesesuaikan dengan cerita (hlm. 36).

2.11. Lighting as Storytelling

Menurut Brown (2012) lighting dan warna dapat mempengaruhi emosi penonton.

Di saat penonton sedang fokus pada cerita di dalam film, lighting dapat

dimanfaatkan untuk menambah kesan pada mood dan memberikan makna yang

tersirat di dalam bawah sadar penonton (hlm. 69)

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 18: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

20

Brown juga berpendapat (2012) lighting dapat memberikan sebuah metafora

pada elemen visual. Lighting dapat berfungsi secara naratif di mana dapat

memberikan arti tersirat pada visualnya (hlm.69-70)

2.12. LED Lights

Brown (2012) LED lights adalah salah satu perangkat lampu dengan bentuk yang

tidak besar sehingga dalam menata LED lights sangat praktis, mudah untuk

dibawa, dan tidak memakan banyak tempat dalam set. LED lights juga sangat

efisien dalam pemakaian energi listrik dibandingkan lampu lainnya. LED lights

juga ada yang menggunakan baterai sehingga tidak memerlukan listrik dan kabel

untuk menghidupkannya, maka sangat berguna jika ingin melakukan handheld,

mounting pada kamera atau kondisi lainnya yang tidak memerlukan kabel

(hlm.136).

2.13. Exposure

Menurut Brown (2008) exposure adalah kuantitas cahaya yang ada dalam sebuah

shot, kuantitas cahaya tersebut dapat mempengaruhi shutter speed, aperture, dan

frame rate pada kamera. Exposure lebih kepada terang dan gelapnya sebuah scene

secara keseluruhan yang dapat dilihat oleh kamera. Dalam menentukan exposure

tidak ada yang benar dan salah, namun dalam menyampaikan sebuah cerita perlu

pertimbangan dalam menyesuaikan exposure agar suasana atau mood yang ingin

disampaikan sesuai dengan fungsi naratifnya. (hlm. 39).

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 19: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

21

2.14. Kontras

Menurut Brown (2012) kata kontras dapat memiliki arti yang berbeda-beda,

tergantung apa yang sedang lagi dibahas, apakah kontras terhadap subyek yang

sedang difoto atau negatif yang dipakai untuk diprint. Secara umum kontras itu

sendiri adalah perbedaan area gelap dan terang pada subyek atau negatif.

Kontras dalam negatif lebih ditujukan kepada area tranparan dan area yang tidak

tembus cahaya. Negatif dapat didefinisikan sebagai kerapatan. Kerapatan ini dapat

diukur dengan sebuah alat yang dinamakan densitometer, alat tersebut dapat

mengukur seberapa banyak cahaya yang menembus negatif dan cahaya yang

tertahan oleh negatif.

Kemudian kontras pada subyek fotografi memiliki perbedaan variasi dari satu foto

dengan foto yang lainya. Ketika cuaca sedang cerah sebuah pemandangan dapat

memiliki kontras yang baik, namun ketika cuaca sedang berawan kontrasnya akan

sangat rendah. Dari kedua kejadian tersebut dapat dilihat kontrasnya tergantung

dari seberapa gelap dan terang obyek pada gambar jika bandingkan dengan obyek-

obyek lainnya, dan berapa banyak cahaya yang jatuh mengenai obyeknya

(hlm.194).

2.15. Zone System

Menurut Brown (2012) Zone System adalah sebuah teknik untuk mengkoreksi

kualitas eksposure yang diinginkan. Pada awalnya zone system ditemukan oleh

seorang photographer bernama Ansel Adams ia menciptkan metode zone system

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 20: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

22

agar pemilihan exposure bisa lebih presisi, dan terhitung. Zone system diukur

dengan menggunakan gradasi warna grayscale dari hitam pekat (zone 0) hingga

putih total (zone X). Teknik zone system lebih sering digunakan untuk

photography hitam putih. Zone system digunakan untuk membantu sinematografer

atau fotografer dalam menentukan kontras antara gelap dan terangnya cahaya

yang masuk ke dalam frame. Zone system dibagi menjadi 11 bagian zona, dimulai

dari zona 0 hingga zona X, zona 0 adalah zona gelap di mana zona tersebut tidak

memiliki cahaya sama sekali. Zona V adalah zona seimbang di mana intensitas

cahaya yang dihasilkan tidak terlalu gelap dan juga terang. Zona X adalah zona

yang paling terang di mana zona tersebut tidak memiliki bayangan sama sekali

(hlm. 200-201).

Gambar 2.14. Contoh Acuan Zone System

(Brown, 2012)

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 21: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

23

Gambar 2.15. Presentase Skala Reflektifitas Cahaya Pada Setiap Zona

(Brown, 2012)

Gambar 2.16. Contoh Pengaplikasian Zone System

(Brown, 2012)

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 22: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

24

2.16. Low Key

Menurut Gloman & LeTourneau (2005) low Key lighting digunakan untuk

mendramatisasi adegan di mana key light dan fill light pada subyek memiliki

perbedaan rasio yang tinggi sehingga bayangan terlihat lebih gelap dan membuat

tampilan wajah subyek menjadi lebih bertekstur. (hlm.123).

Low key lighting biasanya digunakan untuk film yang mengandung unsur

mysteries, romance dan stylish upscale commercials (Brown, 2008, hlm. 53).

2.17. Self and Intimacy in Couple Relationship

Menurut Mashek dan Aron (2004) konseptualisasi keintiman dibangun dengan

dua fenomena umum yang saling berhubungan, yaitu interaksi yang intim

(intimate interaction) dan hubungan yang intim (intimate relationship). Kedua

fenomena tersebut akan dispesifikasikan lagi untuk membedakan interaksi yang

tidak intim (nonintimate interactionaI) dan hubungan yang tidak intim

(nonintimate relationship). Kemudian istilah keintiman interaksional

(interactional intimacy) dan keintiman relasional (intimate relation) akan dipakai

untuk menentukan tingkat dan kuaitas interaksi yang intim, dan hubungan yang

intim (hlm.44).

2.17.1. Interaksi yang intim

Menurut Mashek dan Aron (2004) terdapat tiga kriteria interaksi yang intim

(intimate interaction), yaitu sikap keterbukaan diri (self revealing behavior),

melibatkan hal-hal yang positif dengan orang lain (positive involvement with the

other), dan saling memahami (shared understanding) (hlm.45).

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 23: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

25

2.17.1.1. Sikap Keterbukaan Diri

Menururt Mashek dan Aron (2004) karakteristik yang pertama dari interaksi yang

intim (intimate interaction) yaitu, self revealing behavior. Self revealing behavior

adalah sikap keterbukaan seseorang yang memperlihatkan segala aspek pribadi

dari dirinya untuk orang lain, atau mengajak orang lain untuk masuk ke dalam

zona privasinya. Sikap verbal dan non verbal (bersentuhan secara fisik, kontak

seksual) juga dapat menjadi sikap keterbukaan diri. Untuk membuka diri berarti ia

telah melepaskan sikap defensifnya dan mengajak orang lain untuk melihat aspek-

aspek pribadi dari dirinya. Syarat agar interaksi menjadi intim, adalah beberapa

aspek pribadi dari dalam diri harus rela diungkapkan atau diperlihatkan kepada

orang lain. Untuk menuju sikap keterbukaan diri yang lebih dalam biasanya

melibatkan ekspresi dari emosi, dan sering melibatkan emosi yang rentan seperti,

perasaan bersalah, tersakiti atau sedih. Dengan begitu berarti ia telah membuka

dirinya yang paling dalam (hlm.45).

2.17.1.2. Melibatkan Hal-Hal yang Positif Antara Satu Sama Lain

Menurut Mehrabian (dikutip oleh Mashek & Aron, 2004) karakteristik kedua dari

interaksi yang intim, yaitu positive involvement with the other. Positive

involvement with the other adalah melibatkan hal-hal yang positif dengan orang

lain. Yang dimaksud “melibatkan” adalah mengacu pada fokusnya perhatian

pasangan pada interaksi yang sedang berlangsung, di mana pasangan atau partner

yang sedang terlibat memberikan perhatiannya penuh pada saat bertemu.

Kemudian “positif” yang dimaksud adalah hal-hal yang tidak melibatkan konflik

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 24: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

26

satu sama lain baik itu secara verbal atau non-verbal, contohnya seperti tidak

saling meyerang, tidak saling defensif, tidak saling menjauhi, dan tidak saling

mengasingkan. Akan tetapi perasaan-perasaan yang positif bukan satu-satunya

elemen yang paling penting untuk melibatkan keintiman. Perasaan negatif, seperti

merasa menyesal dan sedih juga dapat menciptakan interaksi yang intim. Positive

involvement dalam berinteraksi dapat diamati melalui sikap verbal dan non-verbal.

Sikap yang dapat menunjukan positive involvement dalam berinteraksi disebut

immediacy. Menurut Mehrabian (dikutip oleh Mashek & Aron, 2004) immediacy

adalah kelangsungan dan intensitas interaksi antara dua pihak. Contoh isyarat

prilaku yang menandakan adanya immediacy adalah isyarat non-verbal, seperti

kedekatan jarak pasangan secara fisik, memandang pasangan secara intens,

bersentuhan, memberikan orientasi melaui gerakan tubuh, tubuh lebih condong ke

arah pasangan, wajah lebih ekspresif saat berkomunikasi, durasi percakapan yang

lebih lama, memberikan postur-postur keterbukaan terhadap pasangan, sering

bertemu satu sama lain, sering menganggukan kepala, dan sering memberikan

isyarat paralinguistik. Kemudian contoh isyarat prilaku verbalnya, seperti

pasangan akan ikut serta dalam membicarakan topic yang sama dan terus

berlanjut, dan isyarat linguistik seperti membahas hal-hal yang sedang terjadi saat

itu, membahas kejadian masa lalu dan sekarang. Semua isyarat tersebut termasuk

dalam sikap immediacy (hlm.45).

2.17.1.3. Mengerti dan Memahami Satu Sama Lain

Menurut Mashek dan Aron (2004) karakteristik yang ketiga atau terakhir dari

interaksi yang intim (intimate interaction), yaitu shared understanding. Shared

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 25: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

27

understanding adalah sebuah pasangan harus memiliki keinginan untuk saling

mengerti dan memahami beberapa aspek pengalaman pribadi antara satu sama

lain, seperti pemikiran pribadi, kepercayaan, pola karakteristik, kebiasaan atau

rutinitas, hingga membicarakan hayalan yang berbau seksual (hlm.45-46).

Ketika ketiga karakteristik dalam interaksi yang intim (self revealing,

positive involvement, shared understanding) muncul, maka setidaknya terdapat

tingkat keintiman interaksional (interactional intimacy) saat berinteraksi.

Walaupun tingkat dan kualitas dari keintiman yang diberikan untuk berinteraksi

sangat luas, tetapi fungsinya tetap untuk memperdalam keterbukaan diri (the

depth of self revealing), intensitas dalam melibatkan hal-hal positif (the intensity

of positive involvement), dan tingkat pemahaman pribadi (extent of the personal

understandings).

Maka interaksi yang intim adalah di mana sebuah pasangan saling

mengajak satu sama lain untuk memperlihatkan aspek-aspek pribadi dari dirinya

yang tidak ditutup-tutupi, baik itu secara verbal atau non-verbal, dengan demikian

akan tercipta rasa keintiman dan saling memahami lebih dalam. Pasangan yang

sudah lebih intim dapat dilihat ketika pasangan saling mempertahankan

tatapannya satu sama lain, dan orientasi tubuh yang lebih condong ke depan

sambil mengungkapkan perasaan yang tidak pasti tentang satu sama lain sebagai

pasangan yang saling mencintai (hlm.45-46).

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 26: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

28

2.17.2. Hubungan yang Intim

Menurut Mashek dan Aron (2004) interaksi yang intim (intimate interaction)

merupakan salah satu bagian yang membangun hubungan yang intim (intimate

relationship). Dalam menentukan karakteristik dari interaksi yang intim akan

menghasilkan elemen-elemen dasar untuk mencaritahu hubungan yang intim.

Setiap individu yang akan menjalani hubungan yang intim mereka sudah harus

mengalami beberapa interaksi seperti, di mana mereka sudah saling membuka diri

pribadi, sudah melibatkan hal-hal yang positif antara satu sama lain, dan sudah

saling memahami satu sama lain.

Seiring berjalannya proses interaksi yang intim, hubungan yang intim akan

mulai terlihat dan sudah dapat dibedakan dengan interaksi yang tidak intim

(nonintimate interaction), yaitu dengan saling memahami satu sama lain. Dalam

hubungan yang intim pasangan harus saling mengerti dan memahami satu sama

lain. Hubungan yang intim memiliki tiga karakterisitik yaitu, saling bersama

(mutual), terakumulasi (accumulated), dan saling berbagi pemahaman (shared

personal knowledge). Untuk menentukan hubungan yang intim terdapat keintiman

relasional (relational intimacy) yang terdiri dari tiga karakteristik hubungan yang

intim (mutual, accumulated, shared personal knowledge). Keintiman relasional

dapat menspesifikasikan tingkat dan kualitas keintiman dalam berhubungan.

Keintiman relasional memiliki fungsi terhadap dua faktor yaitu, memperluas

interaksi yang intim dan keakuratan dalam mengakumulasi pemahaman antara

satu sama lain.

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017

Page 27: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2863/3/BAB II.pdf · besar diameter aperture semakin sempit depth of field, jika menggunakan lensa tele maka

29

Dengan demikian tingkat keintiman relasional yang tinggi dapat dicirikan

dengan seringnya melakukan keterbukaan diri secara lebih dalam, melibatkan hal-

hal yang positif secara intensif, dan memperluas pemahaman antara satu sama

lain. Dengan mengerti dan memahami satu sama lain dapat mensignifikasi

hubungan pasangan, karena proses mengerti dan memahami satu sama lain sudah

diraih pada saat interaksi yang intim, dan sudah terakumulasi. Kemudian

pemahaman tersebut disimpan dalam struktur kognitif dan dijadikan bahan

panduan untuk sikap-sikap interaktif yang akan datang (hlm.46-47).

Gambar 2.17. Mind Maping Keintiman

(Dokumentasi Penulis, 2017)

Penggambaran keintiman pada..., Fariz Syukri Syuhada, FSD UMN, 2017