lp mikro perc. 8 (uji aktivitas antibiotik)

44
Uji Aktivitas Antimikroba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk yang mempunyai ukuran sel sangat kecil seperti bakteri dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan pertolongan mikroskop. Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas yang berupa tumbuh dan berkembang. Kadang kala pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme ini terganggu. Hal ini dapat dipengaruhi baik dari mikroba itu sendiri ataupun dari luar. Salah satu pengaruh yang paling berkompoten adalah antimikroba. Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa Devita Suba Mairi Hendra Sendana, S.Farm. O1A1 14 009

Upload: devitasubamairi

Post on 16-Sep-2015

251 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mikro

TRANSCRIPT

Uji Aktivitas Antimikroba

Uji Aktivitas Antimikroba

38

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk yang mempunyai ukuran sel sangat kecil seperti bakteri dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan pertolongan mikroskop. Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas yang berupa tumbuh dan berkembang. Kadang kala pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme ini terganggu. Hal ini dapat dipengaruhi baik dari mikroba itu sendiri ataupun dari luar. Salah satu pengaruh yang paling berkompoten adalah antimikroba. Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok, diantaranya merusak dinding sel, mengganggu permeabilitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam nukleat. Antimikroba dibagi menjadi dua macam yaitu antibiotik dan disinfektan. Antibiotik digunakan untuk menghentikan aktivitas mikroba pada jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan desinfektan bekerja dalam menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain sebagainya. Pembagian kedua kelompok antimikroba tersebut tidak hanya didasarkan pada aplikasi penerapannya melainkan juga terhadap konsentrasi mikroba yang digunakan.B. TujuanTujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui daya kerja ekstrak lengkuas (Alpinia galanga) terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans.C. ManfaatManfaat dari percobaan ini adalah dapat mengetahui dan memahami cara pengujian aktivitas ekstrak lengkuas terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Teori Umum Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme terdapat dimana-mana. Interaksinya dengan sesama mikroorganisme ataupun organisme lain dapat berlangsung dengan cara yang aman dan menguntungkan maupun merugikan. Organisme yang termaksud dalam mikroorganisme adalah bakteri, archea, fungi (kapang dan khamir), protozoa, alga mikroskopis dan virus (Pratiwi, 2008).Daya hambat bakteri ditentukan dengan pengamatan pertumbuhan dan pengukuran diameter zona hambat yang berupa zona bening disekeliling sumuran. Zona hambat yang terbentuk tidak berbentuk lingkaran sempurna maka dilakukan sepuluh kali pengukuran dengan mengambil sisi yang berbeda. Uji anti bakteri ini dilakukan tiga kali pengulangan (triple). Metode difusi dengan menggunakan sumuran lebih sensitif dibandingkan dengan cara disk atau cakram. Kehadiran unsur utama tergantung metode ini di dalam sampel yang diuji mungkin lebih kecil bercampur dengan difusi dari zat mikrobia ke dalam agar dari pada disk kertas saring (Junanto, 2008).Zona hambat merupakan suatu area yang jernih dan bersih yang mengelilingi cakram/lubang sumuran yang berisi zat antibakteri. Pengukuran zona hambat bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya hambat suatu obat/agen antibakteri terhadap pertumbuhan suatu bakteri. Hasil suatu pengujian dipengaruhi oleh aktivitas antibakteri yang terdiri dari: pH lingkungan, komponen media, stabilitas obat/agen antibakteri, ukuran inokulum, aktivitas metabolik mikroorganisme dan waktu inkubasi. Waktu inkubasi pada metode difusi tidak direkomendasikan melebihi 24 jam, dikarenakan akan mengganggu kestabilan dari agen antibakteri yang telah diteteskan pada cakram (Yunizar, 2014).Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan cairan sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau fungsi material genetik (Sitepu, 2012). Umumnya, antimikroba yang mempengaruhi pembentukan dinding sel atau permiabilitas membran sel bekerja sebagai bakteriosida, sedangkan yang mempengaruhi sintesis protein bekerja sebagai bakteriostatik. Intensitas kerja suatu antimikroba dinyatakan dengan berapa kadar yang dibutuhkan untuk tercapainya suatu efek antibakteri. Umumnya intensitas kerja dinyatakan dalam KHM. Artinya adalah kadar batas suatu antimikroba yang secara in vitro bekerja terhadap bakteri tertentu. Hal ini bergantung kepada masing-masing kepekaan bakteri, jadi KHM suatu antibakteri bervariasi tergantung jenis bakterinya. Di samping itu KHM bergantung kepada banyaknya inokulum serta media yang di pakai pembiakan bakteri (Nikham, 2012).Pemberian antibakteri merupakan salah satu pilihan dalam menangani penyakit infeksi. Namun penggunaan antibakteri yang tidak terkontrol dapat mendorong terjadinya perkembangan resistensi terhadap antibakteri yang diberikan. Adanya resistensi ini dapat menimbulkan banyak masalah dalam pengobatan penyakit infeksi, sehingga diperlukan usaha untuk mengembangkan obat tradisional berbahan herbal yang dapat membunuh bakteri untuk menghindari terjadinya resistensi tersebut (Ariyanti, 2012).Lengkuas (Alpinia galanga L. Swartz) merupakan salah satu tanaman dari famili Zingiberaceae yang rimpangnya dapat dimanfaatkan sebagai obat. Secara tradisional, lengkuas sering digunakan sebagai obat sakit perut, karminatif, anti jamur, anti gatal, bengkak, anti alergi, dan anti hipoglikemik. Komponen kimia utama yang memberikan aroma pada lengkuas adalah senyawa asetoksikhavikol asetat (ACA/galangal asetat) yang bersifat sebagai anti alergi, anti oksidan, dan anti jamur. Galangal asetat tidak stabil dalam bentuk larutan karena mudah mengalami reaksi hidrolisis, dan senyawa ini tidak terdapat dalam minyak atsiri lengkuas.. Dengan kandungan bahan aktif di dalamnya, pemanfaatan ekstrak lengkuas dalam formulasi sabun transparan diperkirakan mampu menghambat jamur penyakit kulit, karena sabun transparan adalah salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar obat pada bagian yang terkena penyakit (Hernani, 2010).Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigenik dan merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan merupakan suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang tergabung, merupakan eksoskeleton yang kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat atau lisozim. Hal tersebut penting dalam patogenesis infeksi, yaitu merangsang pembentukan interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, juga dapat menjadi penarik kimia (kemotraktan) leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktifitas mirip endotoksin dan mengaktifkan komplemen (Dewi, 2013).

B. Uraian Bahan1. Aquadest (Ditjen POM.1979. FI Ed III : 96)Nama resmi: Aqua DestillataNama lain: Air sulingRM / BM: H2O / 18,02Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.Kegunaan : Sebagai sumber nutrien mikroba dan Pelarut medium.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.2. Etanol (Ditjen POM.1979. FI Ed III: 65)Nama resmi: AethanolumSinonim: AlkoholRM / BM: C2H6O / 46,07 Pemerian: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.Kegunaan: Sebagai antipiretikPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.3. Kloroform (Ditjen POM, 1979)Nama: ChloroformumNama lain: kloroformRM / BM: CHCl3 / 119,38Pemerian: cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas; rasa manis dan membakar.Kelarutan: larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut dalam etanol mutlak, dalam eter, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca, terlindung dari cahaya.Khasiat: pengawet dan zat tambahanKegunaan: pereaksi4. Metanol (Dirjen POM, 1979).Nama Resmi: Metil AlkoholNama Lain: Metanol, Hidroksimetana, Metil alkohol, Metil hidrat, Alkohol kayu, Karbinol.RM / BM: CH3OH / 32,04Pemerian: Pada keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan dari pada etanol).Kegunaan: sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.5. Natrium klorida(Ditjen POM.1995. FI Ed IV : 584 ).Nama Resmi: Natrium ChloridumNama Lain: Natrium kloridaRM/ BM: NaCl / 32,04Pemerian: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; rasa asin.Kelarutan: Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanoPenyimpanan: Dalam Wadah Tertutup baikKhasiat: HemodialisisKegunaan: Sebagai sampelC. Uraian Sampel1. Lengkuas (Alpinia galanga)a. KlasifikasiKerajaan: PlantaeDivisi: MagnoliophytaKelas: LiliopsidaOrdo: ZingiberalesFamili: ZingiberaceaeBangsa: AlpinieaeGenus: AlpiniaSpesies: Alpinia galangab. MorfologiRimpang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang.Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat,mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar.Apabila dikeringkan, rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat.D. Uraian Mikroba Uji1. Pseudomonas aeruginosaa. KlasifikasiKingdom: BacteriaPhyllum: ProteobacteriaClass: ProteobacteriaOrdo: PseudomonadalesFamily: PseudomonadaceaeGenus: PseudomonasSpecies: Pseudomonas aeruginosab. MorfologiGenus Pseudomonas terdiri dari sejumlah bakteri gram negatif, aerob, bergerak dengan flagel, katalase positif, oksidase positif, bersifat patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi, dan menyebabkan infeksi pada manusia dengan ketahanan tubuh yang menurun. Bakteri berbentuk batang, berukuran 0,6 x 2 m, bergerak aktif dengan flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub), tidak berspora, tidak mempunyai selubung, dan bersifat gram negatif.2. Staphylococcus aureus a. KlasifikasiKingdom: MoneraDivisio: FirmicutesClass: BacilliOrdo: BacillalesFamily: StaphylococcaceaeGenus: StaphylococcusSpecies: Staphylococcus aureusb. MorfologiStaphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul. Berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur. Ukuran Staphylococcus aureus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media gar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5 1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus aureus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.3. Candida albicans1. KlasifikasiKerajaan:FungiFilum:AscomycotaUpafilum:SaccharomycotinaKelas:SaccharomycetesOrdo:SaccharomycetalesFamili:SaccharomycetaceaeGenus:CandidaSpesies:C. albicans2. MorfologiCandida Albicans ini adalah golongan dari jamur dimorfik yang dapat tumbuh sebagai sel tunas yang kemudian akan memanjang dan berubah menjadi hifa semu. Hifa semu ini terdiri dari banyak blastospora yang memiliki bentuk bulat atau lonjong.

BAB IIIMETODE PERCOBAANA. Alat Dan Bahan1. AlatAlat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :a. Autoclaveb. Batang pengadukc. Botol viald. Buncen burnere. Cawan petrif. Elektromantel g. Gelas kimia 100 mlh. Inkubator i. Laminar air flow (LAF)j. Ose bulatk. Pipet tetesl. Pinset m. Pipa kapilern. Rak tabungo. Sendok tandukp. Tabung reaksiq. Timbangan analitikr. UVs. Vortex2. BahanBahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :a. Air Pro Injeksi (API)b. Akuades c. Candida albicansd. Etanole. Kloroform f. Metanol g. Natrium klorida (NaCl)h. Nutrient Agar (NA)i. Paper discj. Plat KLTk. Potato Dekstrosa Agar (PDA)l. Pseudomonas aeruginosam. Staphylococcus aureusB. Prosedur kerja1. Pembuatan Medium NA (Nutrient Agar)a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.b. Ditimbang medium NA (Nutrient Agar) dengan massa 7 gram. c. Kemudian dilarutkan dengan akuades hingga volumenya 250 ml.d. Dipanaskan di elektro mantel pada suhu 150oC hingga larutan mendidih.2. Pembuatan medium PDA ( Potato Dekstrosa Agar)a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.b. Ditimbang medium PDA (Potato Dekstrosa Agar) dengan massa 9 gram. c. Kemudian dilarutkan dengan akuades hingga volumenya 250 ml.d. Dipanaskan di elektro mantel pada suhu 150oC hingga larutan mendidih.3. Pembuatan larutan difusia. Dipipet ekstrak lengkuas dengan konsentrasi 0,05 %; 0,1 %; dan 0,15% masing-masing 1 ml, 2 ml dan 3 ml.b. Ditambahkan masing-masing larutan API sebanyak 10 ml.

4. Pembuatan Suspensi biakana. Disiapkan alat dan bahanb. Dinyalakan Laminar Air Flowc. Dikerjakan secara aseptis di dalam Laminar Air Flowd. Diambil 1-2 ose bakteri Staphylococcus aureuse. Dimasukan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi NaCl 0,9 % dengan volume 9 ml.f. Dihomogenkan dengan vorteksg. Diambil 1 ml larutan mikroba, lalu dituang kedalam cawan petri.h. Ditambahkan NA (Nutrient Agar) sebanyak 9 ml.i. Dihomegenkan dan didiamkan hingga memadat.j. Diulangi langkah diatas untuk bakteri Pseudomonas aureginosa (PA) dan jamur Candida albicans (CA). Medium SA berjumlah 3, medium PA berjumlah 3 dan medium CA berjumlah 2. Pada medium CA menggunakan media PDA (Potato Dekstrosa Agar)

5. Pembuatan eluena. Dipipet 1 ml etanol (C5H5OH) dimasukkan kedalam gelas kimiab. Ditambahkan kloroform (CHCl3) 9 mlc. Dihomogenkan.d. Dilakukan hal yang sama dengan menggunakan metanol (CH3OH) 1 ml dan kloroform (CHCl3) 9 ml.6. Uji aktivitas mikroba1) Metode difusia. Dicelupkan paperdisk kedalam larutan difusi.b. Didiamkan beberapa menit.c. Dibagi cawan petri yang berisi biakan jamur Candida albicans menjadi tiga bagian berdasarkan konsentrasi yaitu 0,05 % ; 0,1 % dan 0,15 %.d. Diambil paperdisk tersebut dan ditempelkan pada cawan petri, sesuai dengan konsentrasi.e. Dibungkus cawan petri.f. Diinkubasi .g. Dilakukan hal yang sama dengan menggunakan biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. 2) Uji KLTa. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.b. Ditotolkan ekstrak lengkuas pada plat KLT dibagian tengah garis bawah plat.c. Didiamkan 1 menit.d. Dimasukkan plat KLT bagian batas bawahnya kedalam eluen etanol dan kloroform.e. Didiamkan sampai larutan naik ke batas atas.f. Disinari dengan UV.g. Ditempelkan pada medium biakan jamur Candida albicans (batas atas dan batas bawah plat dilipat).h. Ditunggu samapi 15 30 menit, lalu diangkat plat dari medium.i. Dibungkus dan diinkubasi.j. Dilakukan hal yang sama dengan menggunakan medium biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, serta menggunakan eluen larutan metanol dan kloroform pada medium biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Pengamatan1. Gambar pengamatan a. Metode difusi agar

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HALU OLEOMedia: Nutrient AgarBakteri: Pseudomonas aeruginosa

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HALU OLEOMedia: Nutrient AgarBakteri: Staphylococcus aureus

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HALU OLEOMedia: Potato Dextrosa AgarBakteri: Candida albicans

b. Metode KLT-Bioautografi

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HALU OLEOMedia: Nutrient Agar (NA)Bakteri: Pseudomonas aeruginosaEluen: metanol dan kloroform

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HALU OLEOMedia: Nutrient AgarBakteri: Pseudomonas aeruginosaEluen: etanol dan kloroform

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HALU OLEOMedia: Nutrient AgarBakteri: Staphylococcus aureusEluen: metanol dan kloroform

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HALU OLEOMedia: Nutrient AgarBakteri: Staphylococcus aureusEluen: etanol dan kloroform

2. Tabel Pengamatana. Metode difusi agarNoMikroorganismeZona Hambat (mm)

0,05 %0,1 %0,15 %

1.Pseudomonas aureginosa10,3712,7514,25

2.Staphylococcus aureus10,7510,7510,50

3.Candida albicans---

3. PembahasanMikroorganisme atau mikroba adalah mikroorganisme yang berukuran sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) meskipun beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multiseluler tidak dapat terlihat oleh mata telanjang.Salah satu cara yang dilakukan untuk menghambat pertumbuhan suatu mikroorganisme, yaitu menjaga kebersihan lingkungan kita agar tidak ada tempat yang cocok bagi suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu dapat digunakan bahan-bahan yang dapat menghambat ataupun membunuh mikroorganisme seperti penggunaan antimikroba.Antimikroba adalah suatu zat, bahan, ataupun obat yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan suatu mikroorganisme. Antimikroba dapat diperoleh dari tanaman ataupun mikroba yang telah diberikan perlakuan tertentu sehingga dapat menghasilkan metabolit sekunder yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme itu sendiri ataupun mikroorganisme yang lain. Uji ini diukur respon pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antimikroba dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba dari sampel bahan yang sebelumnya belum diketahui. Dan sampel sampel bahan alam yang digunakan dalam uji ini yaitu ekstrak rimpang lengkuas. Pada uji ini dilakukan pengerjaan dengan menggunakan dua metode yaitu metode difusi agar dan metode KLT-Bioautografi kontak yang sebelumnya telah dilakukan uji skrining dengan menggunakan 2 variasi bakteri dan 1 jamur.Uji skrining dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya daya hambat suatu senyawa (ekstrak) dari tanaman pada pertumbuhan mikroba. Yang selanjutnya dilakukan uji aktifitas antimikroba dari bahan alam. Pada uji skrining sampel yang digunakan adalah ekstrak rimpang lengkuas yang diduga sebagai suatu tanaman yang berkhasiat sebagai antimikroba.Percobaan kali ini, akan ditentukan daya hambat antimikroba yang terkandung dalam rimpang lengkuas terhadap bakteri uji Psedeumonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan jamur Candida albicans. Daya hambat tumbuhan tersebut dapat dilihat dengan melihat zona hambatan yang terbentuk pada cawan petri setelah diinkubasi pada suhu 37 0C selama 1 x 24 jam untuk bakteri dan 3 x 24 jam untuk jamur.Bahan antimikroba diharapkan telah memiliki kemampuan penghambatan terhadap mikroba pada konsentrasi rendah , maka pada percobaan ini digunakan konsentrasi 0,05 %, 1%, dan 0,15% untuk sampel uji yaitu rimpang lengkuas dengan maksud membandingkan daya kerja antimikroba pada konsentrasi berapa antimikroba tersebut mampu menghambat pertumbuhannya.Setelah dilakukan uji skrining, diperoleh mikroba yang aktif menghambat pertumbuhan mikroba uji dan dilanjutkan dengan uji aktivitas antimikroba menggunakan metode KLT-Bioautografi. KLT-Bioautografi adalah suatu proses untuk menentukan senyawa aktif yang terdapat pada suatu ekstrak tanaman yang diperoleh dari hasil penotolan pada lempeng kromotografi yang kemudian diuji efek aktifitas antimikroba pada medium yang terdapat antimikroba.Adapun yang menjadi dasar pemilihan eluen adalah sifat ekstrak, misalnya ekstrak tersebut bersifat polar maka digunakan pelarut polar begitupun untuk nonpolar. Sedangkan yang menjadi dasar pemilihan konsentrasi adalah untuk perbandingan dan mengetahui konsentrasi minimum bahan tersebut dapat aktif, serta dasar pemilihan pelarut adalah sifat sampel dan jenis pelarut.Awal pengerjaan sampel ekstrak rimpang lengkuas diencerkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan metanol dengan tujuan agar sampel tidak terlalu kental dan mempermudah dalam penotolan serta agar noda yang akan nampak tidak berekor. Kemudian sampel ditotolkan pada lempeng KLT dan dielusi dengan eluen kloroform : metanol dan kloroform : etanol dengan perbandingan masing-masing 9:1. Ditunggu beberapa saat hingga totolan sampel terelusi dengan baik hingga batas atas lempeng. Kemudian lempeng diangkat dengan pinset dan diletakkan pada cawan petri yang telah berisi campuran homogen medium NA dan bakteri uji. Lempeng dibiarkan selama 15 menit.Tujuan diletakkannya lempeng pada medium tersebut adalah memberikan kesempatan pada zat aktif sampel (ekstrak) yang bersifat antimikroba untuk merembes masuk kedalam medium. Jika sampel tersebut memiliki zat aktif antimikroba maka akan membentuk zona bening pada akhir pengamatan nanti. Setelah dibiarkan selama 15 menit, lalu lempeng tersebut diangkat dan cawan petri diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C selama 1 x 24 jam dan 3 x 24 jam.Hasil percobaan yang didapatkan pada metode difusi agar untuk bakteri Pseudomanas aureginosa dengan konsentrasi 0,05 % yaitu 10,37 mm, konsentrasi 0,1 % yaitu 12,75 mm dan konsentrasi 0,15 % yaitu 14,25 mm. Pada bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 0,05 % yaitu 10,75 mm, konsentrasi 0,1 % yaitu 10,75 mm dan konsentrasi 0,15 % yaitu 10,50 mm.

BAB VPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu ekstrak lengkuas memiliki aktivitas antimikroba yang lemah terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Sthaphylococcus aureus. Sementara itu, ekstrak lengkuas tidak memberikan aktivitas antimikroba terhadap fungi Candida albicans.

B. SaranSebaiknya dalam pengerjaan praktikum ini tetap dilakukan secara aseptik dan dengan ketelitian tinggi agar tidak ada mikroorganisme yang tidak diharapkan tumbuh dan diperoleh hasil yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKAAriyanti, N.K., Darmayasa, I.B.G., Sudirga, S.K. 2012. Daya Hambat Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya (Aloe barbadensis miller) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Atcc 25923 dan Escherichia Coli Atcc 25922. Jurnal Biologi. Volume 16 Nomor 1.

Dewi, A.K. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE) Penderita Mastitis di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner. Volume 31 Nomor 2.

Hernani, Marwati, T., Winarti, C. 2007. Pemilihan Pelarut pada Pemurnian Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga) Secara Ekstraksi. Jurnal Pascapanen. Volume 4 Nomor 1.

Junanto, T., Sutarno, Supriyadi. 2008. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Angsana (Pterocarpus indicus) terhadap Bacillus subtilis dan Klebsiella pneumoniae. Bioteknologi. Volume 5 Nomor 2.

Nikham, Basjir, T.E. 2012. Uji Bahan Baku Antibakteri dari Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff) Boerl.) Hasil Iradiasi Gamma dan Antibiotik Terhadap Bakteri Patogen. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan. ISSN 1411-2213.

Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga.

Sitepu, I.S., I Ketut S., I Gede K.S. 2012. Uji Aktivitas Antimikroba Beberapa Ekstrak Bumbu Dapur terhadap Pertumbuhan Jamur Curvularia Iunata (Wakk.) Boed. dan Aspergillus flavus LINK. Agroekoteknologi Tropika. Volume 1 Nomor 2.

Yunizar, M.F., Larnani, s., Nuryanti, A. 2014. Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Entercoccus faecalis. Indonesian Dental Student Journal. Volume 2 Nomor 1.

LAMPIRANA. Skema Kerja1. Pembuatan Medium NA ( Nutrient Agar )Nutrient Agar

Ditimbang sebanyak 7 gram Erlenmeyer 250 mlDitambahkan dengan aquades 250 ml Diaduk hingga homogenDipanaskan

Disterilkan dalam autoklafDidinginkan

2. Pembuatan Medium PDA( Potato Dextrose Agar )Potato Dextrose Agar

Ditimbang sebanyak 9 gram Erlenmeyer 250 mlDitambahkan dengan aquades 250 ml Diaduk hingga homogenDipanaskan

Disterilkan dalam autoklafDidinginkan

3. Pembuatan Suspensi Biakan (Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans)

Larutan NaCl fisiologis Biakan Mikroba0,9 % Dihomogenkan Nutrient agar 9 ml 1 ml larutan mikrobaDihomogenkanDipadatkanDiinkubasikan pada Suhu 37 OCSelama 1x24 jam9 ml 1-2 Ose

B. Komposisi Medium1. Medium NA (Nutrient Agar)Jaringan hewan5,0 gramGaram5,0 gramEkstrak daging1,5 gramEkstrak ragi1,5 gramAgar15 gramAkuadesad 1000 mlPembuatan: dilarutkan 28 gram NA sintetik dalam 1000 ml akuadesSterilisasi: autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit pada tekanan 15 lbsPabrik: PT. Brataco2. Medium PDA (Potato Dextrose Agar)Kentang200 gram Dekstrosa1 gramAgar0,75 gramAkuadesad 1000 mlPembuatan: dilarutkan 39 gram PDA sintetik dalam 1000 ml akuadesSterilisasi: autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit pada tekanan 15 lbsPabrik: PT. BratacoC. Perhitungan1. Perhitungan Zona Hambat pada Bakteri Pseudomonas aeruginosaa. Konsentrasi 0,05 %

b. Konsentrasi 0,1 %

c. Konsentrasi 0,15 %

2. Perhitungan Zona Hambat pada Bakteri Staphylococcus aureusa. Konsentrasi 0,05 %

b. Konsentrasi 0,1 %

c. Konsentrasi 0,15 %

Devita Suba Mairi Hendra Sendana, S.Farm.O1A1 14 009