lp pneumonia
DESCRIPTION
KeTRANSCRIPT
![Page 1: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/1.jpg)
BAGIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
Laporan Pendahuluan
11 April 2011
PNEUMONIA
Disusun Oleh :
RISNA DAMAYANTI S.Kep
10 3145 201 0
CI INSTITUSI 1 CI INSTITUSI 2 CI LAHAN
(…………………………) (……………………… ) (………………………)
Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Ners
Bagian Keperawatan Medikal Bedah
STIKes Mega Rezky
Makassar
2011
![Page 2: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/2.jpg)
PNEUMONIA
A. DEFINISI
1. Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah
(Corwin, Elizabeth J).
2. Pneumonia adalah radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolidasi
(Dorland).
3. Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan
dengan pengisian alveoli dengan cairan (Doengoes, Marilynn E).
4. Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (FKUI).
B. KLASIFIKASI
1. Pneumonia Berdasarkan Penyebab :
a. Pneumonia bakteri Paling banyak ditemui.
b. Pneumonia virus.
c. Pneumonia jamur.
d. Pneumonia aspirasi.
e. Pneumonia hipostatik.
2. Pneumonia Berdasarkan anatomik :
a. Pneumonia lobaris.
Radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus
paru-paru.
b. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia).
Radang pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat.
c. Pneumonia interstitialis (Bronkiolitis).
Radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkial dan
jaringan interlobular.
![Page 3: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/3.jpg)
C. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti :
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian atas. Suhu dapat naik
secara mendadak (38 – 40 °C), dapat disertai kejang karena demam
tinggi.
2. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan
batuk.
3. Gejala khas :
a. Sianosis pada mulut, hidung dan kuku.
b. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan
cuping hidung.
c. Gelisah, cepat lelah.
4. Batuk mula-mula kering produktif.
5. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.
6. Pemeriksaan laboratorium : Leukositosis.
7. Foto thoraks : bercak infiltrat pada satu lobus beberapa lobus
E. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif.
Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan
![Page 4: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/4.jpg)
dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik,
dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki
antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari
pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak
mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis
kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan
neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan
kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-
faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui
perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini
paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus
tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen
menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan
organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas
atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui
penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan
virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus
herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari
sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons
inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag.
Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi
dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran
napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
![Page 5: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/5.jpg)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali Apabila pasien
mengalami imunodefisiensi. Hal ini terutama berlaku pada pneumonia
bakterialis
2. Edema ruang interstisium sering tampak pada pemeriksaan sinar
toraks.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
7. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
8. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing.
G. KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat :
1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka
sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius,
sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan
mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik
kedalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Emfisema.
4. Meningitis.
5. Abses otak.
6. Endokarditis.
7. Osteomielitis.
![Page 6: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/6.jpg)
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang
ditentukan oleh pemeriksaan sputum prapengobatan dan mencakup :
1. Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakterialis. Pneumonia lain
dapat diobati dengan antibiotic untuk mengurangi risiko infeksi bakteri
sekunder.
2. Istirahat.
3. Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi.
4. Teknik-teknik bernafas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus
dan mengurangi risiko atelektasis.
5. Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikroorganisme
yang diidentifikasi dari biakan sputum.
![Page 7: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/7.jpg)
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN / PENGUMPULAN DATA
1. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama.
2. Keluhan utama.
3. Riwayat kesehatan (sekarang, sebelum, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat kesehatan spiritual, riwayat kesehatan psikologis).
4. Data Dasar Pengkajian Klien
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda : letergi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi.
Gejala : riwayat adanya GJK kronik.
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat.
c. Integritas ego
Gejala : banyaknya stressor, masalah financial.
d. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus.
Tanda : distensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi).
e. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza).
Tanda : perusakan mental (bingung, sommolens)
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk ;
nyeri dada substernal (influenza) mialgia, artalgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan).
![Page 8: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/8.jpg)
g. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat/ISK kronis, PPOM. Merokok, takipnea,
dispnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori,
pelebaran nasal.
Tanda :
Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi
Premitus: taktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas
bronchial.
Warna: pucat atau sianosis bibir/kuku.
h. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misalnya AIDS, penggunaan
steroid atau kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum.
Demam (misalnya 38,5-39,6 °C).
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan
mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis.
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 6-8 hari.
Rencana pemulangan : bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah, Oksigen mungkin diperlukan bila ada kondisi
pencetus.
![Page 9: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/9.jpg)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d inflamasi trakeabronkial,
peningkatan produksi sputum.
Intervensi
a. Mandiri
1) Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
Rasional :
Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris
sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/
dan atau cairan paru.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara
dan bunyi nafas adventisius, misalnya krekels, mengi.
Rasional :
Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan. Bunyi nafas bronchial (normal pada bronkus) dapat juga
terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki dan mengi terdengar
pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap
pengumpulan cairan, secret kental dan spasme jalan
nafas/obstruktif.
3) Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan/bantu pasien
mempelajari melakukan batuk, misalnya menekan dada dan
batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
Rasional :
Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan
nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan
nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas
paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi
duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
![Page 10: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/10.jpg)
4) Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional :
Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik
pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif
atau penurunan tingkat kesadaran.
5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi).
Tawarkan air hangat, daripada dingin.
Rasional :
Cairan (khususnya yang hangat) mobilisasi dan mengeluarkan
secret.
b. Kolaborasi :
1) Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain,
misalnya spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi,
drainase postural. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan
batasi cairan bila mungkin.
Rasional :
Memudahkan pengenceran dan pembuangan secret. Drainase
postural tidak efektif pad pneumonia intertisial atau
menyebabkan eksudat alveolar/kerusakan.. Koordinasi
pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena
batuk, pengeluaran sputum.
2) Berikan obat sesuai indikasi : raukolitik, ekspektoran,
bronkodilator, analgesik.
Rasional :
Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi
secret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara
hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan
pernafasan.
![Page 11: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/11.jpg)
3) Berikan cairan tambahan, misalnya IV, oksigen humidifikasi, dan
ruangan humidikasi.
Rasional :
Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan (termasuk
yang tak tampak) dan mobilisasikan sekret.
4) Awasi seri sinar x dada, GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan
memudahkan pilihan terapi yang diperlukan.
5) Bantu bronkoskopi/torasintesis bila diindikasikan.
Rasional : Kadang-kadang diperlukan untuk membuang
perlengketan mukosa. Mengeluarkan sekresi purulen, dan/atau
mencegah atelektasis.
2. Pertukaran gas, kerusakan b/d perubahan membrane alveolar-kapiler
(efek inflamasi).
Intervensi
a. Mandiri :
1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
Rasional :
Manifestasi distress pernafasan tergantung pada/indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2) Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat
adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumolar).
Rasional :
Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh
terhadap demem/menggigil. Namun sianosis daun telinga,
membran mukosa, dan kulit sekitar mulut (membrane hangat)
menunjukkan hipoksemia sistemik.
3) Kaji status mental.
Rasional: Gelisah, mudah terangsang, bingung dan sommolen
dapat menunjukkan hipoksemia/penurunan oksigenasi serebral.
![Page 12: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/12.jpg)
4) Awasi frekuensi jantung/irama.
Rasional :
Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam/dehidrasi tetapi
dapat sebagai respons terhadap hipoksemia.
5) Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan
untuk menurunkan demam dan menggigil, misalnya selimut,
suhu ruangan nyaman, kompres hangat atau dingin.
Rasional :
Demam tinggi (umum pada pneumonia bacterial dan influenza)
sangat meningkatkan kebutuhan metabolic dan kebutuhan
oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.
6) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik
relaksasi dan aktivitas senggang.
Rasional :
Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/komsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi
7) Siapkan untuk/pemindahan ke unit perawatan kritis bila
diindisikan.
Rasional :
Intubasi dan ventilasi mekanik mungkin diperlukan pada
kejadian kegagalan pernafasan.
b. Kolaborasi :
1) Berikan terapi oksigen dengan benar,
misalnya dengan nasal prong, masker, masker venturi.
Rasional :
Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas
60mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
2) Awasi GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan
terapi paru.
![Page 13: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/13.jpg)
3. Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b/d ketidak adekuatan
pertahanan sekunder.
Intervensi
a. Mandiri :
1) Pantau tanda vital dengan ketat, khususnya selama awal terapi.
Rasional :
Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal
(hipotensi/syok) dapat terjadi.
2) Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran secret (misalnya
meningkatkan pengeluaran daripada menelannya) dan
melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau secret).
Rasional :
Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya
membatasi atau menghindarinya, penting bahwa sputum harus
dikeluarkan dengan cara aman. Perubahan karakteristik
pneumonia atau terjadi infeksi sekunder.
3) Tunjukkan/dorong teknik mencuci tangan yang baik.
Rasional :
Efektif berarti menurunkan penyebaran/tambahan infeksi.
4) Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang
baik.
Rasional :
Meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
5) Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional :
Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain.
6) Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
Rasional :
Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tahanan
alamiah.
![Page 14: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/14.jpg)
b. Kolaborasi :
1) Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur
sputum/darah, misalnya penisilin, eritromicin, tetraciklin,
amikain, sefalosporin, amntadin.
Rasional :
Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial
pneumonia. Kombinasi antiviral dan antijamur mungkin
digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh organism campuran.
4. Intoleransi aktivitas. b/d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan umum.
Intervensi
a. Mandiri :
1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital
selama dan setelah aktivitas.
Rasional :
Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase
akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stress dan
pengalih yang tepat.
Rasional :
Menurunkan stres dan rangsangan berlebih, meningkatkan
istirahat .
3) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau
tidur.
Rasional :
Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau
menunduk kedepan meja atau bantal.
![Page 15: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/15.jpg)
4) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan
kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional :
Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
5. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.
Intervensi
a. Mandiri :
1) Tentukan karakteristik nyeri misalnya tajam, konstan, ditusuk.
Selidiki perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri.
Rasional :
Nyeri dada, biasanya ada jalan beberapa derajat pada pneumonia
juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan
endokarditis.
2) Pantau tanda vital.
Rasional :
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien
mengalaami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan
tanda vital terlihat.
3) Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan
posisi, music tenang/perbincangan, relaksasi/latihan nafas.
Rasional :
Tindakan non analgesic diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi
analgesik.
4) Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Rasional :
Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan
mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan
umum.
![Page 16: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/16.jpg)
5) Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama
episode batuk.
Rasional :
Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara
meningkatkan keefektifan upaya batuk.
b. Kolaborasi :
1) Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.
Rasional :
Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non
produktif/paroksimal atau menurunkan mukosa berlebihan,
meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
Intervensi
a. Mandiri :
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya
sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
Rasional :
Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering
mungkin. Berikan/bantu kebersihan mulut setelah muntah,
setelah tindakan aerosol dan drainase postural dan sebelum
makan.
Rasional :
Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien
dan dapat menurunkan mual.
3) Jadwalkan pengobatan pernafasan setidaknya 1 jam sebelum
makan.
Rasional :
Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan
ini.
![Page 17: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/17.jpg)
4) Auskultasi bunyi usus. Observasi/palpasi distensi abdomen.
Rasional :
Bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat
menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada
saluran GI.
5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering
(roti panggang, krekers) dan atau/ makanan yang menarik untuk
pasien.
Rasional :
Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu
makan mungkin lambat untuk kembali.
6) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional :
Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau
keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap infeksi, dan/atau lambatnya respons terhadap
terapi.
7. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebih (demam,
berkeringat banyak, hiperventilasi, muntah).
Intervensi
a. Mandiri :
1) Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu/demam
memanjang, takikardia, hipotensi ortostatiks.
Rasional :
Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju
metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi. TD ortostatik
berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan
cairan sistemik.
![Page 18: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/18.jpg)
2) Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah).
Rasional :
Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun
membran mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan
oksigen tambahan.
3) Catat laporan mual/muntah.
Rasional :
Adanya gejala ini menurunkan masukan oral.
4) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urin. Hitung
keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tak tampak.
Ukur berat badan sesuai indikasi.
Rasional :
Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan
kebutuhan penggantian.
5) Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi
individual.
Rasional :
Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko
dehidrasi.
b. Kolaborasi :
1) Beri obat sesuai indikasi misalnya antipiretik, antiemetik.
Rasional :
Berguna menurunkan kehilangan cairan.
2) Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan.
Rasional :
Pada adanya penurunan masukan/banyak kehilangan,
penggunaan parenteral dapat memperbaiki/mencegah
kekurangan.
![Page 19: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/19.jpg)
8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan
kebutuhan tindakan) b/d kurang terpajan.
Intervensi
a. Mandiri :
1) Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi.
Rasional :
Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting
menghubungkannya dengan program pengobatan.
2) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
Rasional :
Selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien berisiko besar
untuk kambuh dari pneumonia.
3) Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotic selama
periode yang dianjurkan.
Rasional :
Penghentian dini antibiotic dapat mengakibatkan iritasi mukosa
bronkus, dan menghambat magrofag alveolar mempengaruhi
pertahanan alami tubuh melawan infeksi.
4) Tekankan pentingnya melanjutkan evaluasi medik dan
vaksin/imunisasi dengan tepat.
Rasional :
Dapat mencegah kambuhnya pneumonia dan/atau komplikasi
yang berhubungan.
.
![Page 20: Lp Pneumonia](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020921/55cf93db550346f57b9e9522/html5/thumbnails/20.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Corwin Elizabet J. (2000). Patofisiologi. Jakarta. EGC.
Doengoes Marilynn E dkk. (1999). Rencana asuhan Keperawatan. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.
Mansjoer Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius FK-Universitas Indonesia.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku kuliah 3 : Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
http://blogdetik.com (2010). Pneumonia.