lp pneumonia

29
BAGIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM PROFESI NERS STIKES MEGA REZKY MAKASSAR Laporan Pendahuluan 11 April 2011 PNEUMONIA Disusun Oleh : RISNA DAMAYANTI S.Kep 10 3145 201 0 CI INSTITUSI 1 CI INSTITUSI 2 CI LAHAN (…………………………) (……………………… ) (………………………)

Upload: ame-momo

Post on 26-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Ke

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Pneumonia

BAGIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM PROFESI NERS

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Laporan Pendahuluan

11 April 2011

PNEUMONIA

Disusun Oleh :

RISNA DAMAYANTI S.Kep

10 3145 201 0

CI INSTITUSI 1 CI INSTITUSI 2 CI LAHAN

(…………………………) (……………………… ) (………………………)

Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Ners

Bagian Keperawatan Medikal Bedah

STIKes Mega Rezky

Makassar

2011

Page 2: Lp Pneumonia

PNEUMONIA

A. DEFINISI

1. Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah

(Corwin, Elizabeth J).

2. Pneumonia adalah radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolidasi

(Dorland).

3. Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan

dengan pengisian alveoli dengan cairan (Doengoes, Marilynn E).

4. Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-

macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (FKUI).

B. KLASIFIKASI

1. Pneumonia Berdasarkan Penyebab :

a. Pneumonia bakteri Paling banyak ditemui.

b. Pneumonia virus.

c. Pneumonia jamur.

d. Pneumonia aspirasi.

e. Pneumonia hipostatik.

2. Pneumonia Berdasarkan anatomik :

a. Pneumonia lobaris.

Radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus

paru-paru.

b. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia).

Radang pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus

paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat.

c. Pneumonia interstitialis (Bronkiolitis).

Radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkial dan

jaringan interlobular.

Page 3: Lp Pneumonia

C. ETIOLOGI

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti :

1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter

2. Virus: virus influenza, adenovirus

3. Micoplasma pneumonia

4. Jamur: candida albicans

5. Aspirasi: lambung

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian atas. Suhu dapat naik

secara mendadak (38 – 40 °C), dapat disertai kejang karena demam

tinggi.

2. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan

batuk.

3. Gejala khas :

a. Sianosis pada mulut, hidung dan kuku.

b. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan

cuping hidung.

c. Gelisah, cepat lelah.

4. Batuk mula-mula kering produktif.

5. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.

6. Pemeriksaan laboratorium : Leukositosis.

7. Foto thoraks : bercak infiltrat pada satu lobus beberapa lobus

E. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif.

Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari

infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan

dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu

partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan

Page 4: Lp Pneumonia

dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik,

dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki

antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari

pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.

Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak

mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis

kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan

neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan

kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-

faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui

perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini

paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus

tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan

pneumonia virus.

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap

mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen

menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan

organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas

atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui

penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan

virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus

herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari

sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons

inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi

leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag.

Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas

pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi

dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan

interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran

napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

Page 5: Lp Pneumonia

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali Apabila pasien

mengalami imunodefisiensi. Hal ini terutama berlaku pada pneumonia

bakterialis

2. Edema ruang interstisium sering tampak pada pemeriksaan sinar

toraks.

3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat

mengidentifikasi semua organisme yang ada.

4. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis

organisme khusus.

5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan

luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

6. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

7. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

8. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda

asing.

G. KOMPLIKASI

Bila tidak ditangani secara tepat :

1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka

sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius,

sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan

mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik

kedalam dan timbul efusi.

2. Efusi pleura.

3. Emfisema.

4. Meningitis.

5. Abses otak.

6. Endokarditis.

7. Osteomielitis.

Page 6: Lp Pneumonia

H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang

ditentukan oleh pemeriksaan sputum prapengobatan dan mencakup :

1. Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakterialis. Pneumonia lain

dapat diobati dengan antibiotic untuk mengurangi risiko infeksi bakteri

sekunder.

2. Istirahat.

3. Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi.

4. Teknik-teknik bernafas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus

dan mengurangi risiko atelektasis.

5. Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikroorganisme

yang diidentifikasi dari biakan sputum.

Page 7: Lp Pneumonia

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN / PENGUMPULAN DATA

1. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama.

2. Keluhan utama.

3. Riwayat kesehatan (sekarang, sebelum, riwayat kesehatan keluarga,

riwayat kesehatan spiritual, riwayat kesehatan psikologis).

4. Data Dasar Pengkajian Klien

a. Aktivitas/istirahat.

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia.

Tanda : letergi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

b. Sirkulasi.

Gejala : riwayat adanya GJK kronik.

Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat.

c. Integritas ego

Gejala : banyaknya stressor, masalah financial.

d. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes

mellitus.

Tanda : distensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,

penampilan kakeksia (malnutrisi).

e. Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza).

Tanda : perusakan mental (bingung, sommolens)

f. Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk ;

nyeri dada substernal (influenza) mialgia, artalgia.

Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk

membatasi gerakan).

Page 8: Lp Pneumonia

g. Pernafasan

Gejala : adanya riwayat/ISK kronis, PPOM. Merokok, takipnea,

dispnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori,

pelebaran nasal.

Tanda :

Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen.

Perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi

Premitus: taktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi

Gesekan friksi pleural.

Bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas

bronchial.

Warna: pucat atau sianosis bibir/kuku.

h. Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun misalnya AIDS, penggunaan

steroid atau kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum.

Demam (misalnya 38,5-39,6 °C).

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan

mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.

i. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis.

Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 6-8 hari.

Rencana pemulangan : bantuan dengan perawatan diri, tugas

pemeliharaan rumah, Oksigen mungkin diperlukan bila ada kondisi

pencetus.

Page 9: Lp Pneumonia

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d inflamasi trakeabronkial,

peningkatan produksi sputum.

Intervensi

a. Mandiri

1) Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

Rasional :

Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris

sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/

dan atau cairan paru.

2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara

dan bunyi nafas adventisius, misalnya krekels, mengi.

Rasional :

Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan

cairan. Bunyi nafas bronchial (normal pada bronkus) dapat juga

terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki dan mengi terdengar

pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap

pengumpulan cairan, secret kental dan spasme jalan

nafas/obstruktif.

3) Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan/bantu pasien

mempelajari melakukan batuk, misalnya menekan dada dan

batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.

Rasional :

Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan

nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan

nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas

paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi

duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.

Page 10: Lp Pneumonia

4) Penghisapan sesuai indikasi.

Rasional :

Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik

pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif

atau penurunan tingkat kesadaran.

5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi).

Tawarkan air hangat, daripada dingin.

Rasional :

Cairan (khususnya yang hangat) mobilisasi dan mengeluarkan

secret.

b. Kolaborasi :

1) Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain,

misalnya spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi,

drainase postural. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan

batasi cairan bila mungkin.

Rasional :

Memudahkan pengenceran dan pembuangan secret. Drainase

postural tidak efektif pad pneumonia intertisial atau

menyebabkan eksudat alveolar/kerusakan.. Koordinasi

pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena

batuk, pengeluaran sputum.

2) Berikan obat sesuai indikasi : raukolitik, ekspektoran,

bronkodilator, analgesik.

Rasional :

Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi

secret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan

menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara

hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan

pernafasan.

Page 11: Lp Pneumonia

3) Berikan cairan tambahan, misalnya IV, oksigen humidifikasi, dan

ruangan humidikasi.

Rasional :

Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan (termasuk

yang tak tampak) dan mobilisasikan sekret.

4) Awasi seri sinar x dada, GDA, nadi oksimetri.

Rasional : Mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan

memudahkan pilihan terapi yang diperlukan.

5) Bantu bronkoskopi/torasintesis bila diindikasikan.

Rasional : Kadang-kadang diperlukan untuk membuang

perlengketan mukosa. Mengeluarkan sekresi purulen, dan/atau

mencegah atelektasis.

2. Pertukaran gas, kerusakan b/d perubahan membrane alveolar-kapiler

(efek inflamasi).

Intervensi

a. Mandiri :

1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.

Rasional :

Manifestasi distress pernafasan tergantung pada/indikasi derajat

keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

2) Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat

adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumolar).

Rasional :

Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh

terhadap demem/menggigil. Namun sianosis daun telinga,

membran mukosa, dan kulit sekitar mulut (membrane hangat)

menunjukkan hipoksemia sistemik.

3) Kaji status mental.

Rasional: Gelisah, mudah terangsang, bingung dan sommolen

dapat menunjukkan hipoksemia/penurunan oksigenasi serebral.

Page 12: Lp Pneumonia

4) Awasi frekuensi jantung/irama.

Rasional :

Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam/dehidrasi tetapi

dapat sebagai respons terhadap hipoksemia.

5) Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan

untuk menurunkan demam dan menggigil, misalnya selimut,

suhu ruangan nyaman, kompres hangat atau dingin.

Rasional :

Demam tinggi (umum pada pneumonia bacterial dan influenza)

sangat meningkatkan kebutuhan metabolic dan kebutuhan

oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.

6) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik

relaksasi dan aktivitas senggang.

Rasional :

Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/komsumsi

oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi

7) Siapkan untuk/pemindahan ke unit perawatan kritis bila

diindisikan.

Rasional :

Intubasi dan ventilasi mekanik mungkin diperlukan pada

kejadian kegagalan pernafasan.

b. Kolaborasi :

1) Berikan terapi oksigen dengan benar,

misalnya dengan nasal prong, masker, masker venturi.

Rasional :

Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas

60mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan

pengiriman tepat dalam toleransi pasien.

2) Awasi GDA, nadi oksimetri.

Rasional : Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan

terapi paru.

Page 13: Lp Pneumonia

3. Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b/d ketidak adekuatan

pertahanan sekunder.

Intervensi

a. Mandiri :

1) Pantau tanda vital dengan ketat, khususnya selama awal terapi.

Rasional :

Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal

(hipotensi/syok) dapat terjadi.

2) Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran secret (misalnya

meningkatkan pengeluaran daripada menelannya) dan

melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau secret).

Rasional :

Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya

membatasi atau menghindarinya, penting bahwa sputum harus

dikeluarkan dengan cara aman. Perubahan karakteristik

pneumonia atau terjadi infeksi sekunder.

3) Tunjukkan/dorong teknik mencuci tangan yang baik.

Rasional :

Efektif berarti menurunkan penyebaran/tambahan infeksi.

4) Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang

baik.

Rasional :

Meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.

5) Batasi pengunjung sesuai indikasi.

Rasional :

Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain.

6) Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.

Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.

Rasional :

Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tahanan

alamiah.

Page 14: Lp Pneumonia

b. Kolaborasi :

1) Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur

sputum/darah, misalnya penisilin, eritromicin, tetraciklin,

amikain, sefalosporin, amntadin.

Rasional :

Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial

pneumonia. Kombinasi antiviral dan antijamur mungkin

digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh organism campuran.

4. Intoleransi aktivitas. b/d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen, kelemahan umum.

Intervensi

a. Mandiri :

1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea,

peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital

selama dan setelah aktivitas.

Rasional :

Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan

pilihan intervensi.

2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase

akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stress dan

pengalih yang tepat.

Rasional :

Menurunkan stres dan rangsangan berlebih, meningkatkan

istirahat .

3) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau

tidur.

Rasional :

Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau

menunduk kedepan meja atau bantal.

Page 15: Lp Pneumonia

4) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan

kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

Rasional :

Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai

dan kebutuhan oksigen.

5. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.

Intervensi

a. Mandiri :

1) Tentukan karakteristik nyeri misalnya tajam, konstan, ditusuk.

Selidiki perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri.

Rasional :

Nyeri dada, biasanya ada jalan beberapa derajat pada pneumonia

juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan

endokarditis.

2) Pantau tanda vital.

Rasional :

Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien

mengalaami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan

tanda vital terlihat.

3) Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan

posisi, music tenang/perbincangan, relaksasi/latihan nafas.

Rasional :

Tindakan non analgesic diberikan dengan sentuhan lembut dapat

menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi

analgesik.

4) Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.

Rasional :

Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan

mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan

umum.

Page 16: Lp Pneumonia

5) Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama

episode batuk.

Rasional :

Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara

meningkatkan keefektifan upaya batuk.

b. Kolaborasi :

1) Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.

Rasional :

Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non

produktif/paroksimal atau menurunkan mukosa berlebihan,

meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan kebutuhan

metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

Intervensi

a. Mandiri :

1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya

sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.

Rasional :

Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.

2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering

mungkin. Berikan/bantu kebersihan mulut setelah muntah,

setelah tindakan aerosol dan drainase postural dan sebelum

makan.

Rasional :

Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien

dan dapat menurunkan mual.

3) Jadwalkan pengobatan pernafasan setidaknya 1 jam sebelum

makan.

Rasional :

Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan

ini.

Page 17: Lp Pneumonia

4) Auskultasi bunyi usus. Observasi/palpasi distensi abdomen.

Rasional :

Bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi

berat/memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat

menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada

saluran GI.

5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering

(roti panggang, krekers) dan atau/ makanan yang menarik untuk

pasien.

Rasional :

Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu

makan mungkin lambat untuk kembali.

6) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional :

Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau

keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya

tahanan terhadap infeksi, dan/atau lambatnya respons terhadap

terapi.

7. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebih (demam,

berkeringat banyak, hiperventilasi, muntah).

Intervensi

a. Mandiri :

1) Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu/demam

memanjang, takikardia, hipotensi ortostatiks.

Rasional :

Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju

metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi. TD ortostatik

berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan

cairan sistemik.

Page 18: Lp Pneumonia

2) Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah).

Rasional :

Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun

membran mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan

oksigen tambahan.

3) Catat laporan mual/muntah.

Rasional :

Adanya gejala ini menurunkan masukan oral.

4) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urin. Hitung

keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tak tampak.

Ukur berat badan sesuai indikasi.

Rasional :

Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan

kebutuhan penggantian.

5) Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi

individual.

Rasional :

Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko

dehidrasi.

b. Kolaborasi :

1) Beri obat sesuai indikasi misalnya antipiretik, antiemetik.

Rasional :

Berguna menurunkan kehilangan cairan.

2) Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan.

Rasional :

Pada adanya penurunan masukan/banyak kehilangan,

penggunaan parenteral dapat memperbaiki/mencegah

kekurangan.

Page 19: Lp Pneumonia

8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan

kebutuhan tindakan) b/d kurang terpajan.

Intervensi

a. Mandiri :

1) Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi.

Rasional :

Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting

menghubungkannya dengan program pengobatan.

2) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.

Rasional :

Selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien berisiko besar

untuk kambuh dari pneumonia.

3) Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotic selama

periode yang dianjurkan.

Rasional :

Penghentian dini antibiotic dapat mengakibatkan iritasi mukosa

bronkus, dan menghambat magrofag alveolar mempengaruhi

pertahanan alami tubuh melawan infeksi.

4) Tekankan pentingnya melanjutkan evaluasi medik dan

vaksin/imunisasi dengan tepat.

Rasional :

Dapat mencegah kambuhnya pneumonia dan/atau komplikasi

yang berhubungan.

.

Page 20: Lp Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA

Corwin Elizabet J. (2000). Patofisiologi. Jakarta. EGC.

Doengoes Marilynn E dkk. (1999). Rencana asuhan Keperawatan. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.

Mansjoer Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius FK-Universitas Indonesia.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku kuliah 3 : Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

http://blogdetik.com (2010). Pneumonia.