lp ppok

12
 A. KONSEP DAS AR PENY AKIT Pengertian Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bro nki tis kro nik , bronki ekt asis, emfi sema dan asma, yan g mer upakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. ( Brunner & Suddarth ) Peny akit par u obs truksi kro nik ada lah sua tu peny akit yan g men imb ulkan obs truksi salu ran nap as, termasuk did alamnya iala h asma, bro nki tis kro nis dan emfisema pulmonum. Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa !aktu. Peny akit paru-paru ob str uksi me nahun merupakan suatu ist il ah ya ng digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai ole h pen ing kat an resi sten si ter hadap ali ran uda ra seb agai gambara n pat ofis iol ogi utamanya. "tiologi "tiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan factor- faktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain# $. %erokok . Polusi udara '. nfeksi paru-paru berulang . *mur (se maki n tua semakin berisiko) +. enis kelamin . as /. Pe ma ana n t empat k er a ( bat u b ar a, ka pa s, pa di -padia n)

Upload: lanang-efron

Post on 04-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ini adalah laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan tentang Penyakit Paru Obstruktif Kronis. didalamnya terdapat definisi, patofisiologi, serta asuhan-asuhan untuk

TRANSCRIPT

A. KONSEP DASAR PENYAKITPengertianPenyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. ( Brunner & Suddarth )Penyakit paru obstruksi kronik adalah suatu penyakit yang menimbulkan obstruksi saluran napas, termasuk didalamnya ialah asma, bronkitis kronis dan emfisema pulmonum.Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.Penyakit paru-paru obstruksi menahun merupakan suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.

EtiologiEtiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan factor-faktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain:1. Merokok 2. Polusi udara3. Infeksi paru-paru berulang4. Umur (semakin tua semakin berisiko)5. Jenis kelamin6. Ras7. Pemajanan tempat kerja ( batu bara, kapas, padi-padian)EpidemiologiPenyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sangat kurang dikenal di masyarakat. Di Amerika Serikat pada tahun 1991 diperkirakan terdapat 14 juta orang menderita PPOK, meningkat 41,5% dibandingkan tahun 1982, sedangkan mortalitas menduduki peringkat IV penyebab terbanyak yaitu 18,6 per 100.000 penduduk pada tahun 1991 dan angka kematian ini meningkat 32,9% dari tahun 1979 sampai 1991. WHO menyebutkan PPOK merupakan penyebab kematian keempat didunia yaitu akan menyebabkan kematian pada 2,75 juta orang atau setara dengan 4,8%. Selain itu WHO juga menyebutkan bahwa sekitar 80 juta orang akan menderita PPOK dan 3 juta meninggal karena PPOK pada tahun 2005.Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa pada tahun 1990 PPOK menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia, sedangkan pada tahun 2002 telah menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO,2002). Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakaitan (35%), diikuti asma bronkial bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%) (Depkes RI, 2004).

Patofisiologi/PathwayPPOK dapat terjadi oleh karena terjadinya obstruksi jalan nafas yang berlangsung bertahun-tahun. Salah satu penyakit yang dapat memicu terjadinya PPOK ini adalah Asma. Hipersensitif yang terjadi karena bahan-bahan alergen menyebabkan terjadinya penyempitan bronkus ataupun bronkiolus akibat bronkospasme, edema mukosa ataupun hipersekresi mukus yang kental. Karena perubahan anatomis tersebut menyebabkan kesulitan saat melakukan ekspirasi dan menghasilkan suara mengi. Apabila asma ini terus berlangsung lama, semakin menyempitnya bronkus atau bronkiolus selama bertahun-tahun dapat menyebabkan PPOK terjadi.Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.Faktor-faktor risiko tersebut diatas seperti rokok dan polusi udara menyebabkan perbesaran kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel goblet akan meningkat jumlahnya, serta fungsi silia menurun menyebabkan terjadinya peningkatan produksi lendir yang dihasilkan, akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).PATHWAYRokok dan PolusiPencetusAsma, Bronkitis, emfisema

PPOK kurang pengetahuan

Perubahan anatomis parenkim paruAnsietas

Perbesaran Alveoli

Hipertiroid kelenjar mukosa

Penyempitan saluran udara

Ekspansi paru menurun

Suplay O2 tida adekuat

Hipoksia

Sesak

Pola Nafas Tidak Efektif

Tanda dan GejalaTanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok: 1. Mempunyai gambaran klinik dominan kearah bronchitis kronis (blue bloater).2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:1. Kelemahan badan2. Batuk3. Sesak napas4. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi5. Mengi atau wheeze6. Ekspirasi yang memanjang7. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.8. Penggunaan otot bantu pernapasan9. Suara napas melemah10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal11. Edema kaki, asites dan jari tabuh.

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:1. Pemeriksaan radiologisPada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal.b. Corak paru yang bertambahPada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.b. Corakan paru yang bertambah.2. Pemeriksaan faal paruPada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.3. Analisis gas darahPada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.4. Pemeriksaan EKGKelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.5. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.6. Laboratorium darah lengkap

PenatalaksanaanTujuan penatalaksanaan PPOK adalah: 1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase kronik.2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok, menghindari polusi udara.2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih controversial.5. Pengobatan simtomatik.6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat 1 2 liter/menit.8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang paling efektif.c. Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran jasmani.d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita dengan penyakit yang dideritanya.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1. PengkajianPengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.Pengkajian meliputi :1. Identitas ( Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll).2. Riwayat kesehatana. Keluhan utamab. Riwayat penyakit sekarangc. Riwayat penyakit dahulu : d. Riwayat penyakit keluarga : 3. Pengkajian fisika. Kedaan umum : b. Sistem respirasi :.c. Sistem kardiovaskuler : d. Sistem urogenital : e. Sistem muskuloskeletal : f. Abdomen :Inspeksi : Auskultasi : Palpasi : Perkusi :

Pengkajian fungsional Gordona) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

b) Pola nutrisi dan metabolik

c) Pola eliminasi d) Pola aktivitas dan latihan

e) Pola istirahat tidur

f) Pola persepsi sensori dan kognitif

g) Pola hubungan dengan orang lain

h) Pola reproduksi / seksual

i) Pola persepsi diri dan konsep diri

j) Pola mekanisme koping

k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan

Data Subjektif dan Data Objektif yang biasanya ditemukan pada pasien PPOK yaitu:1. Data Subyektifa. Batuk tidak efektif atau tidak batukb. Nafas terasa berat, dalam, dan lambatc. Badan lemas disertai pusingd. Kurang nafsu makan dan berat badan turune. Selalu terjaga pada malam hari2. Data Objektifa. Pernafasan dilakukan dengan usaha dan tampak adanya bantuan otot-otot pernafasanb. Dispneu, takipneuc. Batuk nonproduktif ataupun produktif disertai sputum kentald. Sianosis, takikardi, gelisah, pulse paradoksuse. Kelainan pada bentuk dadaf. Fase ekspirasi memanjangg. Bendungan vena jugularish. Suara nafas ronchii atau wheezingi. Klien tampak kepayahan, gelisah

Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini: 1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas.2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.C. Intervensi KeperawatanNoDiagnosaTujuanIntervensiRasional

1Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas.

Setelah diberikan askep selama ...x 24 jam diharapkan perbaikan dalam pola pernafasan dengan NOC Label:a. Respiratory Status : VentilationDengan kriteria hasil: Respiration Rate klien normal. Kedalaman inspirasi klien normal.b. Respiratory Status: Airway Patency Respiratory rate pasien dalam batas normal. Pasien tidak menggunakan otot bantu nafas.

1. NIC Labela. Airway Management Posisikan Klien untuk memaksimalkan oksigenasi Berikan bantuan udara dengan menggunakan nebulizer secara tepat Auskultasi suara nafas, catat adanya penurunan dan peningkatan suara nafasb. oxygen therapy monitoring aliran oxygen yang diberikan

1. agar oksigenasi berjalan dengan lancar2. agar jalannya oksigen masuk lancar dan lebih mudah

3. untuk mengetahui apakah terdapat penurunan atau peningkatan suara nafas

1. agar aliran oxygen yang diberikan tepat.

5Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuanSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien tidak merasa cemasNOC label :Anxiety Self-Control 1. Dapat menghilangkan pencetus dari ansietas 2. Dapat mencari informasi untuk menurunkan ansietas 3. Dapat merencanakan strategi koping jika berhadapan dalam situasi tertekanNIC Label : Anxiety Reduction 1. Bersikap tenang, sehingga mampu mendekati ketenangan 2. Memberikan informasi factual tentang diagnosis, pengobatan, dan prognosis dari penyakit klien 3. Mengajak keluarga untuk selalu bersama dengan pasien1. Tindakan yang tepat agar kekhawatiran dapat berkurang 2. Untuk membantu menurunkan ansietas terkain kurangnya informasi 3. Untuk mendapat dukungan dari pihak lain sehingga dapat menurunkan ansietas

D. evaluasiDxEvaluasi

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas.S : Pasien mengatakan masih sedikit sesakO : Kedalaman inspirasi klien terlihat lenbih ringanA : Tujuan tercapai sebagianP : lanjutkan intervensi

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuanS : pasien mengatakan sedikit lebih tenangO : pasien tidak terlihat cemasA : Tujuan tercapai, masalah teratasiP : pertahankan kondisi pasien

Daftar PustakaBrunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta. Penerbit Buku KedokteranBulecheck, Gloria N., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012. Nursing Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Iowa : Mosby ElsevierJonson, Marion. 2012. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Fifth Edition. St. Louis, Missouri : Mosby Elsevier

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC