lp-waham
DESCRIPTION
jiwaTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Disusun oleh :
1. Fanny Shofiyatul I (22020112130034)
2. Dini Permatasari (22020112130024)
3. Athurrita Choirru U (22020112130066)
4. Fauziyah Latief (22020112120008)
5. Hani Indira P (22020112110028)
6. Ita Rosita (22020112140020)
7. Analiya Dewi (22020112140084)
8. Troi Suryo Baskoro J (22020112130098)
9. Hanun Arifah (22020112110043)
10. Siti Nurkholifah (22020112140082)
Kelas A12.1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
Perubahan isi pikir waham
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
tetap dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari klien yang telah kehilangan kontrol. Waham atau delusi
adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan
realitas.
Menurut Semiun (2006), delusi adalah pemikiran yang keliru yang telah berakar
dan tidak dapat diubah walaupun kepadanya diberikan informasi objektif yang
bertentangan dengan pemikiran tersebut. Keyakinan tetap yang tidak dapat
dibenarkan berdasarkan fakta tetapi tetap dipertahankan individu dan tidak
menerima usaha untuk meyakinkannya dengan membujuknya agar menggunakan
nalar. Delusi adalah salah satu tanda yang menunjukkan bahwa seseorang telah
terkena gangguan mental yang berat atau psikosis.
Delusi dapat dijelaskan dengan stimulus-stimulus ekstra. Pada umumnya
diasumsikan bahwa kita semua memiliki pengalaman-pengalaman panca indra
yang sama dan menggunakan informasi yang sama. Dengan demikian apabila
seseorang mempunyai suatu keyakinan atau kepercayaan yang bertentangan
dengan bukti yang dimiliki bersama, maka orang tersebut dianggap menderita
delusi. Tetapi, kemungkinan terjadi bahwa individu yang memiliki kepercayaan-
kepercayaan yang berbeda (delusi-delusi) memiliki pengalaman-pengalaman
panca indra yang berbeda (mendengar atau merasakan hal-hal yang tidak didengar
atau dirasakan orang lain) dan pengalaman-pengalaman yang berbeda itu
menyebabkan individu tersebut mencapai kesimpulan yang berbeda tentang dunia.
Selanjutnya, apabila seseorang memiliki pengalaman-pengalaman panca indra
yang jelas tidak dimiliki oleh orang lain dan kemudian ia menjelaskan
pengalaman tersebut, maka penjelasannya dianggap sebagai suatu delusi.
2. Klasifikasi Waham
Klasifikasi waham berdasarkan jenisnya meliputi:
a) Wahamkebesaran:
individumenyakinibahwaiamemilikikebesaranataukekuasaankhusus yang
diucapkanberulang kali, tetapitidaksesuaikenyataan. Misalnya,
“sayainipeabat di departemenkesehatanloh!” atau,
“sayapunyatambangemas.”
b) Wahamcuriga: individumenyakinibahwaadaseseorangataukelompok yang
berusahamerugikan/ mencederaidirinyadan di ucapkanberulang kali,
tetapitidaksesuaikenyataan. Contoh,
“sayatidaktahuseluruhsaudarasayainginmenghancurkanhidupsayakarename
rekairidengankesusksesansaya.”
c) Waham agama: individumemilikikeyakinanterhadapsuatu agama
secaraberlebihandandiucapkanberulang kali, tetapitidaksesuaikenyataan.
Contoh, “kalausayamaumasuk surge,
sayaharusmenggunakanpakaianputihsetiaphari.”
d) Waham somatic:
individumenyakinibahwatubuhataubagiantubuhnyatergangguatauterserang
penyakitdandiucapkanberulang kali, tetapitidaksesuaidengankenyataan.
Misalnya, “sayasakitkanker.”
(kenyataannyapadapemeriksaanlaboratotiumtidakditemukantanda-
tandakanker, tetapipasienterusmengatakanbahwaiasakitkanker).
e) Waham nihilistic: individumenyakinibahwadirinyasudahtidakada di dunia/
meninggaldan di ucapkanberulang kali, tetapitidaksesuaikenyataan.
Misalnya “ini kana lam kuburya, semua yang adadisiniadalahroh-roh.”
f) Wahamsisip piker: keyakinanklienbahwaadapikiran orang lain yang
disisipkankedalampikirannya.
g) Wahamsiappikir: keyakinanklienbahwa orang lainmengetahuiapa yang
diapikirkanwalalupuniatidakpernahmenyatakanpikirannyakepada orang
tersebut.
h) Waham control pikir:
keyakinanklienbahwapikirannyadikontrololehkekuatan di luardirinya.
3. Proses terjadinya masalah
Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah
1. Gagal dalam melalui tahapan perkembangan yang sehat
2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3. Terdapat hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Terjadi perpisahan dengan orang yang disayang
5. Mengalami kegagalan yang sering
6. Keturunan, paling sering pada kasus kembar dengan satu ovum
7. Sering menyelesaikan masalah dengan tidak sehat, contohnya dengan
menyalahkan orang lain
Terdapat hubungan yang kuat antara terjadinya pembanjiran stimulus
(stimulus flooding) dan terjadinya delusi. Pembanjiran stimulus dan delusi
kemungkinan lebih besar terjadi pada kasus-kasus skizofrenia akut. Fakta bahwa
pembanjiran stimulus ada hubungannya dengan delusi tidak membuktikan bahwa
pembanjiran stimulus menyebabkan delusi, tetapi implikasinya sangat kuat dan
didukung oleh suatu penelitian.
Proses kognitif yang menyebabkan orang-orang yang merasa kalut
mengembangkan delusi adalah sama dengan proses kognitif yang menyebabkan
orang-orang normal mengembangkan penjelasan-penjelasan. Pada orang-orang
skizofrenia tidak ditemukan masalah dalam proses kognitifnya, tetapi masalah
tersebut disebabkan karena mereka mempersatukan lebih banyak stimulus yang
berbeda dalam pandangan mereka mengenai dunia dibandingkan dengan orang-
orang yang normal, penyatuan inilah yang menyebabkan delusi.
4. Penyebab dan akibat
Penyebab
Berbagaikehilangandapatterjadipadapascabencana, baikkehilanganhartabenda,
keluargamaupun orang yang bermakna.Kehilanganinimenyebabkan stress
bagimereka yang mengalaminya. Jika stress
iniberkepanjangandapatmemicumasalahgangguanjiwadanwaham. (Budi Anna
Keliat, 2006)
Akibat
Akibatdariwahamkliendapatmengalamikerusakankomunikasi verbal yang
ditandaidenganpikirantidak realistic, flight of ideas, kehilanganasosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengardankontakmata yang kurang.Akibat yang
lain yang ditimbulkannyaadalahberesikomencederaidiri, orang lain
danlingkungan.
5. Faktor predisposisi
a. Faktorperkembangan
Hambatanperkembanganakanmenggangguhubungan interpersonal seseorang.
Hal inidapatmeningkatkan stress danansietas yang
berakhirdengangangguanpersepsi,
klienmenekankanperasaannyasehinggapematanganfungsiintelektualdanemositi
dakefektif.
b. Faktorsosialbudaya
Seseorang yang merasa di
asingkandankesepiandapatmenyebabkantimbulnyawaham
c. Faktorpsikologi
Hubungan yang tidakharmonis,
perangandabertentangandapatmenimbulkanansietasdanberakhirdenganpenging
karanterhadapkenyataan
d. Faktorbiologis
Waham di yakiniterjadikarenaadanyaatrofi, otak, pembesaranventrikel di
otakatauperubahanpadaselkortikoldanlindik.
e. Faktorgenetik
6. Faktor presipitasi
a. Faktorsosialbudaya
Wahamdapat di picukarenaadanyaperpisahandengan orang yang
berartiataudiasingkandarikelompok
b. Faktorbiokimia
Dopamine, norepineprin, danzathalusinogenlainnya di
dugadapatmenjadipenyebabwahampadaseseorang
c. Faktorpsikologis
Kecemasan yang
memanjangdanterbatsannyakemampuanuntukmengatasimasalahsehinggaklien
mengembangkankopinguntukmenghindarikenyataan yang menyenangkan.
7. Tanda dan Gejala
a. Menolakmakan
b. Tidakadaperhatianterhadapperawatandiri
c. Ekspresimukasedih/gembira/ketakutan
d. Gerakantidakterkontrol
e. Mudahtersinggung
f. Isis pembicaraantidaksesuaidengankenyataan
g. Tidakbisamembedakanantarakenyataandanbukankenyataanmenghindardari
orang lain
h. Mendominasipembicaraan
i. Berbicarakasar
j. Menjalankankegiatankeagamaansecaraberlebihan
8. Manifestasi klinis
a. Gangguanfungsikognitif (perubahandayaingat)
Cara berpikirmagisdan primitive, perhatian, isi piker,
bentukdanpengorganisasianbicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)
b. Fungsipersepsi
Depersonalisasidanhalusinasi
c. Fungsiemosi
Afektumpuldankurangresponemosional, afekdatar, afektidaksesuai,
reaksiberlebihan, ambivalen.
d. Fungsi motoric
Impulsive dangerakantiba-tibadanspontan, menerisme,
stereotopikdangerakan yang diulang-ulang, tidakbertujuan,
tidakdipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsisosial: kesepian
Isolasisosial, menarikdiridanhargadirirendah
f. Dalamtatanankeperawatanjiwaresponneurobiologis yang
seringmunculadalahgangguanisi pikir:
wahamdangangguanpersepsisensori: halusinasi.
Kerusakan komunikasiResiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perubahan Isi pikir: waham
Gangguan konsep diri: Harga diri
Core Problem
C. Pohon Masalah
D. Penatalaksanaan
a. Psikofarmakologi
b. Pasienhiperaktif/agitasi anti psikotik low potensial
c. Penarikandiri high potensial
d. ECT tipekatatonik
e. Psikoterapi
f. Perilaku, terapikelompok, terapikeluarga, terapisuportif
E. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Masalah Keperawatan yang Sering Muncul
a. Perubahan proses pikir: waham
b. Kerusakan komunikasi: verbal
c. Resiko tinggi menciderai diri, orang lain dan lingkungan
d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
e. Tidak efektifnya koping individu
2. Data yang perlu dikaji
Menurut Depkes RI (1994) pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukkan masalah keperawatan. Patricia A Potter Et all (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu : pengumpulan data,pengelompokkan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekan klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk
mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Beberapa faktor yang perlu dikaji :
a. Faktor predisposisi 1) Genetik : diturunkan 2) Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frotal dan konteks
limbic 3) Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan
glutamate 4) Virus : paparan virus influinsa pada trimester III 5) Psikologi : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli b. Faktor presipitasi
1) Proses pengolahan informasi yang berlebihan 2) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal 3) Adanya pemicu gejala
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannnya meliputi :
a. Identifikasi klien Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama klien, panggilan klien, nama perawat, tujuan, waltu pertemuan, topic pembicaraan
b. Keluhan utama Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai
c. Riwayat penyakit sekarag Tanyakan kepada klien /keluarga, apakah klien pernah mengalai gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan : 1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien
2) Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonates dan anak-anak
3) Sosial budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk
d. Aspek fisik/biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital : TD, nadi suhu,pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek psikososial 1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh
2) Konsep diri a) Citra tubuh : mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya,
bagian yang disukai dan tidak disukai b) Identitas diri : status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki/perempuan
c) Peran : tugas yang diemban dalam keluarga/ kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya
e) Harga diri : hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motoric klien, alam perasaan klien (takut, sedih, khawatir), afek klien, interaksi selema wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik.
g. Kebutuhan persiapan pulang 1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan. 2) Klien mampun BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC serta membersihkan dan merapikan pakaian. 3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh
klien 4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar ruangan 5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan
setelah minum obat. h. Masalah psikososial dan lingkungan i. Pengetahuan j. Aspek medic
F. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
b. Resiko mencederai diri , orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham
c. Perubahan isi pikir: wahan berhubungan dengan harga diri rendah
G. Rencana Keperawatan
IntervensiKeperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Klien dapat berotientasi kepada realitas secara bertahap
2) Klien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
b. Tindakan
1) Bina hunungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Perkenalkan diri
d) Jelaskan tujuan interaksi
e) Ciptakan lingkungan yang tenang
f) Buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat)
2) Bantu orientasi realita
a) Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai
ekspresi menerima,katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien
b) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian
c) Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri
d) Jika klien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai klien berhenti
membicarakannya
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan
realitas
3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah
4) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
5) Berdiskusi tentang obat yang diminum
6) Melatih minum obat yang benar
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien
2) Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhannya
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara
optimal
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat klien di rumah
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang
a) Cara merawat pasien waham di rumah
b) Follow up dan keteeraturam pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk klien
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat klien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
5) Diskusikan dengan keluargatentang kondisi klien yang memerlukan
konsultasi segera
6) Latih cara merawat
7) Menyusun rencana pulang klien bersama keluarga
Tindakan keperawatan pasien dengan menggunakan pendekatan Strategi Pelaksanaan (SP)
1. Pasien
SP 1 Pasien: membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhiSP2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekkannyaSP 3 Pasien: Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
2. Keluarga
SP 1 Keluarga: membina hubungan saling percaya dengan keluarga, mengidentifikasi maslah, menjelaskan proses terjadinya masalah, dan obat pasienSP 2 Keluarga: melatih keluarga cara merawat klienSP 3 Keluarga: membuat perencanaan pulang bersama keluarga
H. Daftar Pustaka
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Percetakan Kanisius
Keliat, Budi ANNA. 2006. Kumpulan Proses KeperawatanMasalahJiwa. Jakarta: FIK,
Universitas Indonesia.
Aziz R, dkk. 2003. PedomanAsuhanKeperawatanJiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondohutomo.
Tim DirektoratKeswa. 2000. StandarAsuhanKeperawatanJiwa, Edisi 1. Bandung:
RSJP Bandung.
Kusumawatidan Hartono. 2010. BukuAjarKeperawatanJiwa. Jakarta.
SalembaMedika.
Stuart danSundeen. 2005. BukuKeperawatanJiwa. Jakarta. EGC.
Keliat, Budi ANNA. 2006. Kumpulan Proses KeperawatanMasalahJiwa. Jakarta: FIK,
Universitas Indonesia.
Aziz R, dkk. 2003. PedomanAsuhanKeperawatanJiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondohutomo.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. BukuSakuDiagnosaKeperawatan, edisi 8. Jakarta. EGC.
Doengoes, E Marllyn. 2006. RencanaAsuhanKeperawatanPsikiatri, edisi 3. Jakarta.
EGC.
Nurjannah. 2005. BukuPedomanPenangananPadaGangguanJiwa, edisi 2. Moco
Media.
Stuart, Gall W. 2002. BukuSakuKeperawatanJiwa, edisi 5. Jakarta. EGC.
Suliswati. 2005. KonsepDasarKeperawatanKesehatanJiwa. Jakarta. EGC.