ltm agama
DESCRIPTION
Agama KristenTRANSCRIPT
Allah Yang Mahatinggi
Juan Carlos Sihotang, 1206237914
Judul : Hakekat Tuhan Allah Dalam Pernyataannya
Pengarang : Dr Harun Hadiwijono
Data Publikasi : Iman Kristen. 2003. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Di dalam sejarah Israel, Allah telah memperkenalkan Diri-Nya kepada umat-Nya dengan
berbagai cara. Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai yang Mahatinggi dan Mahakuasa,
yang Tidak Berubah, yang Kekal, Kudus, yang Benar, yang Esa, dan lain sebagainya. Jika
diselidiki secara lanjut, hakikat Allah itu dapat dirangkum dalam dua kelompok, yaitu hakikat
Allah yang menunjukkan perbedaan Tuhan Allah dengan manusia (pemisahan Allah dengan
manusia) dan hakikat yang menunjukkan kasih Allah kepada manusia (hubungan Allah
dengan manusia). Di satu pihak Tuhan Allah dipisahkan dari manusia, namun di pihak lain Ia
dihubungkan dengan manusia.
Di dalam Mazmur 2 : 4 disebutkan bahwa Tuhan Allah bersemayam di sorga. Di dalam Ayub
22 : 12, dikatakan bahwa “Bukankah Allah bersemayam di langit yang tinggi? Lihatlah
bintang-bintang yang tertinggi, betapa tingginya.” Ungkapan ini menunjukkan bahwa
keberadaan Tuhan Allah tersembunyi bagi manusia, sebab sorga, langit, atau bintang itu
“tinggi sekali” atau “jauh dari bumi”. Selain itu, keberadaan Tuhan Allah yang bersemayam
di sorga menunjukkan bahwa ada jarak di antara Tuhan dan manusia yang sedemikian jauh
yang tidak dapat dicapai manusia begitu saja, sehingga Tuhan tersembunyi bagi manusia dan
tidak dapat dilihat oleh manusia.
Tuhan Allah memperkenalkan Diri-Nya sebagai Yang Tersembunyi, karena Tuhan Allah
tidak menghendaki manusia terlalu dekat dengan Tuhan-Nya, seperti yang terjadi di antara
orang kafir dengan para dewata mereka. Allah bukan manusia, sehingga ada jarak antara
Tuhan Allah dan manusia. Jarak itu membedakan Tuhan Allah sebagai Pencipta alam
semesta dengan manusia dan segala yang diciptakannya dan jarak itu harus tetap dipelihara.
Itulah sebabnya ketika Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Musa di gunung Horeb, Allah
tidak menyebutkan nama-Nya dalam bentuk kata benda, melainkan dalam bentuk kata kerja,
yaitu : Aku berada dengan berbuat. Allah tidak menghendaki manusia menyalahgunakan
nama-Nya. Hal ini juga tertulis dalam kesepuluh perintah Allah yang menghendaki manusia
untuk tidak menyebut nama Tuhan Allah secara sembarangan.
Sekalipun Tuhan Allah adalah Mahatinggi, hal itu bukan hanya untuk menunjukkan
perbedaan Allah dengan manusia dan ciptaan-Nya, melainkan juga untuk menunjukkan
kasih-Nya kepada manusia. Di dalam Mazmur 2 dikatakan bahwa Tuhan Allah yang jauh
lebih tinggi dan lebih mulia dari manusia itu menertawakan segala perbuatan manusia yang
memberontak kepada-Nya dan mengolok-olok mereka. Selain itu di dalam Mazmur 2
tersebut juga digambarkan bahwa para raja-raja dan bangsa-bangsa dunia membuat persiapan
untuk memberontak kepada Allah. Dari ketinggian tempat persemayaman-Nya, Tuhan Allah
digambarkan melihat ke bawah dan melihat ketololan bangsa-bangsa dan raja-raja itu. Jadi,
keberadaan Tuhan Allah sebagai yang Mahatinggi dan Mahamulia berarti bahwa Tuhan
Allah memiliki segala kekuasaan yang mutlak atas segala kejadian di dunia ini. Allah adalah
Raja dari segala Raja yang bersemayam di atas singgasana-Nya, yang dengan nyata
memerintah seluruh makhluk di bumi. Tuhan menertawakan mereka yang memusuhi umat-
Nya. Dengan demikian, nyatalah bahwa kemahatinggian dan kemuliaan Tuhan Allah itu
dipergunakan-Nya untuk menunjukkan dan menyatakan kasih-Nya kepada seluruh umat
ciptaan-Nya di bumi.
Kasih Allah kepada umat-Nya tersebut lebih nyata dan lebih jelas lagi tampak di dalam
Perjanjian Baru, di mana Allah telah menghampakan diri-Nya dan menjadi sama seperti
manusia demi keselamatan manusia. Yohanes 3 : 16 mengatakan, “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Artinya
adalah Tuhan Allah mempergunakan kemahatinggian-Nya itu untuk mengasihi manusia
dengan cara menghampakan diri-Nya, menjadi sama dengan manusia, demi keselamatan
manusia.
Dalam segala hal, Tuhan Allah jauh lebih tinggi dari manusia dan apapun yang ada dalam
dunia ini. Sehingga dalam ajaran Kristen kita mengenal istilah bahwa Tuhan Allah adalah
Allah yang transenden dan sekaligus imanen. Allah yang transenden, artinya Allah jauh lebih
tinggi dan lebih mulia dari manusia dan ciptaan-Nya dalam segala hal. Dia Allah yang berada
di tempat yang tinggi, melebihi segala sesuatu, dan lebih besar dari dunia ciptaan-Nya. Allah
yang imanen, artinya bahwa Tuhan Allah mengasihi manusia, hadir dan dekat dengan
kehidupan manusia, serta aktif di dalam dunia.