ltm mpk agama islam konflik

4
LTM MPK AGAMA ISLAM Judul : Contoh Konflik Umat Beragama di Indonesia Nama : Dimas Farlyansyah Pratama NPM : 1!"##$#! %& Konflik Poso Konflik di 'oso adalah salah satu konflik yang ada di Indonesia ya ter'e)ahkan sam'ai saat ini& Meski'un sudah (e(era'a resolusi dita*arkan+ nam itu (elum (isa men,amin keamanan di Poso& Pel(agai ma)am konflik terus (ermun)ulan di Poso& Meski'un se)ara umum konflik-konflik yang ter,adi di Po adalah (erlatar (elakan agama+ namun kalau kita meneliti le(ih lan,ur+ maka k menemukan 'el(agai ke'entingan golongan yang me*arnai konflik terse(ut& Poso adalah se(uah ka(u'aten yang terda'at di .ula*esi /engah& Kalau dilihat ke(eragaman 'enduduk+ Poso tergolong daerah yang )uku' ma,emuk+ selain terda' suku asli yang mendiami Poso+ suku-suku 'endatang 'un (anyak (erdomisili di P se'erti dari Ja*a+ (atak+ (ugis dan se(againya& dilihat dari konteks agama+ Poso ter(agi men,adi dua kelomok agama (esar+ Isl dan Kristen& .e(elum 'emekaran+ Poso didominasi oleh agama Islam+ namun sete mengalami 'emekaran men,adi Moro*ali dan /o,o Una Una+ maka yang mendominasi adala agama Kristen& .elain itu masih (anyak di,um'ai 'e agama-agama yang (er(asis kesukuan+ terutama di daerah-daerah 'edalaman& Isl dalam hal ini masuk ke .ula*esi+ dan terkhusus Poso+terle(ih dahulu& Baru kemudian disusul Kristen masuk ke Poso&

Upload: risya-utaviani

Post on 07-Oct-2015

249 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nnnnnn

TRANSCRIPT

LTM MPK AGAMA ISLAM

Judul: Contoh Konflik Umat Beragama di IndonesiaNama: Dimas Farlyansyah PratamaNPM: 1306449340

A. Konflik PosoKonflik di poso adalah salah satu konflik yang ada di Indonesia yang belum terpecahkan sampai saat ini. Meskipun sudah beberapa resolusi ditawarkan, namun itu belum bisa menjamin keamanan di Poso. Pelbagai macam konflik terus bermunculan di Poso. Meskipun secara umum konflik-konflik yang terjadi di Poson adalah berlatar belakan agama, namun kalau kita meneliti lebih lanjur, maka kita akan menemukan pelbagai kepentingan golongan yang mewarnai konflik tersebut.Poso adalah sebuah kabupaten yang terdapat di Sulawesi Tengah. Kalau dilihat dari keberagaman penduduk, Poso tergolong daerah yang cukup majemuk, selain terdapat suku asli yang mendiami Poso, suku-suku pendatang pun banyak berdomisili di Poso, seperti dari Jawa, batak, bugis dan sebagainya.dilihat dari konteks agama, Poso terbagi menjadi dua kelomok agama besar, Islam dan Kristen. Sebelum pemekaran, Poso didominasi oleh agama Islam, namun setelah mengalami pemekaran menjadi Morowali dan Tojo Una Una, maka yang mendominasi adala agama Kristen. Selain itu masih banyak dijumpai penganut agama-agama yang berbasis kesukuan, terutama di daerah-daerah pedalaman. Islam dalam hal ini masuk ke Sulawesi, dan terkhusus Poso, terlebih dahulu. Baru kemudian disusul Kristen masuk ke Poso.Keberagaman ini lah yang menjadi salah satu pemantik seringnya terjadi pelbagai kerusuhan yang terjadi di Poso. Baik itu kerusuhan yang berlatar belakang sosial-budaya, ataupun kerusuhan yang berlatarbelakang agama, seperti yang diklaim saat kerusuhan Poso tahun 1998 dan kerusuhan tahun 2000. Agama seolah-olah menjai kendaraan dan alasan tendesius untuk kepentingan masing-masing.Awal konflik Poso terjadi setelah pemilihan bupati pada desember 1998. Ada sintimen keagamaan yang melatarbelakangi pemilihan tersebut. Dengan menangnya pasangan Piet I dan Mutholib Rimi waktu tidak lepas dari identitas agama dan suku[1].Untuk seterusnya agama dijadikantedeng aling-alingpada setiap konflik yang terjadi di Poso. Perseturuan kecil, semacam perkelahian antar persona pun bisa menjadi pemicu kerusuhan yang ada di sana. Semisal, ada dua pemuda terlibat perkelahian. Yang satu beragama islam dan yang satunya lagi beragama Kristen. Karena salah satu pihak mengalami kekalahan, maka ada perasaan tidak terima diantara keduanya. Setelah itu salah satu, atau bahkan keduanya, melaporkan masalah tersebut ke kelompok masing-masing, dan timbullah kerusuhan yang melibatkan banyak orang dan bahkan kelompok.Konflik Poso telah memakan korban ribuan jiwa serta meninggalkan trauma psikologis yang sulit diukur tersebut, ternyata hanya disulut dari persoalan-persoalan sepele berupa perkelahian antarpemuda. Solidaritas kelompok memang muncul dalam kerusuhan itu, namun konteksnya masih murni seputar dunia remaja, yakni: isu miras, isu tempat maksiat. Namun justru persoalan sepele ini yang akhirnya dieksploitasi oleh petualang politik melalui instrumen isu pendatangvspenduduk asli dengan dijejali oleh sejumlah komoditi konflik berupa kesenjangan sosio-kultural, ekonomi, dan jabatan-jabatan politik. Bahkan konflik diradikalisasi dengan bungkus ideologis keagamaan, sehingga konflik Poso yang semula hanya berupa tawuran berubah menjadi perang saudara antar komponen bangsa.

B. Konflik MalukuSalah satu konflik yang berbau sara di Indonesia adalah konflik yang terjadi di Maluku Utara, konflik ini pertama kali terjadi bulan Agustus 1999 yang di picuoleh pertikaian antara suku Kao yang merupakan suku asli daerah tersebut dengan suku Makian yang merupakan pendatang dari pulau Makian di daerah selatan pulau Ternate berkaitan dengan pegelolaan pertambangan emas di kecamatan Malifut. Pada gelombang pertama jumlah korban jiwa hanya dalam hitungan puluhan, demikian juga harta benda dan rusaknya tempat-tempat ibadah.Konflik terus berlanjut pada bulan Oktober-November 1999. Skala kerugian harta milik yang berkenaan dengan fasilitas-fasilitas publik dan bangunan jauh melebihi kerugian yang terjadi pada bulan Agustus 1999. Pada konflik ini kurang lebih 16 Desa Suku Makian diratakan dengan tanah, sementara jumlah korban yang meninggal kurang 100 orang dan kebanyakan dari komunitas islam.Dalam aksi kekerasan kedua ini, ketiga Sultan yang memerintah di MalukuUtara, yakni Sultan Ternate, Sultan Tidore, dan Sultan Bacan telah mengambil peran aktif dalam meredakan keteganggan-keteganggan antara dua komunitas yang berperang. Sultan Ternate bahkan mengambil langkah kontroversial dengan membentuk kembali pasukan adat. Pasukan ini disebut pasukan kuning, karena mereka memakai seragam kuning, maka pasukan khusus Sultan Ternate ini dikenal sebagai pasukan kuning. Pada mulanya, pasukan kuning membantu, polisi dan tentara untuk meredakan konflik di wilayah tersebut. Namun seiring berlalunya waktu, mereka secara berlahan-lahan mulai mengambil alih fungsi aparat keamanan sampai pada titik dimana mereka merupakan satu-satunya kekuatan keamanan di kota tersebut.Mereka mulai bertindak kasar dan sewenang-wenang terhadap setiap orang yang menghalangi caranya. Tindakan sewenang-wenang dari pasukan Kuning tersebut mendapat reaksi keras dari orang-orang Muslimdari Ternate Selatan. Mereka kemudian membentuk Pasukan Putih untuk melawan Pasukan Kuning. Pada akhirnya pertempuran antar kedua pasukan yang sama-sama beragama islam inipun tidak dapat dielakkan.Konflik di Maluku Utara terjadi lagi pada tanggal 26 Desember hingga bulan Maret 2000. pada Periode ini konflik yang terjadi di wilayah Maluku Utara hanya merupakan imbas dari apa yang telah terjadi di Maluku Tengah. Dalam kekerasan gelombang ketiga ini serangan-serangan dilakukan secara simultan oleh kelompok Kristen terhadap desa Muslim di Gahoku, Toguliwa, Gurua, Kampung Baru, Gamsungi, Lauri, dan Popilo yang berada di Kecamatan Tobelo, serta desa Mamuya di kecamatan Galela. Berdasarkan data yang ada, dalam kerusuhan ini korban yang meninggal tercatat kurang lebih 800 orang, dimana 200 orang diantaranya meninggal karena terbakar hidup-hidup di Masjid Baiturrachman di Desa Popilo.[2]Konflikterjadi pula pada tanggal 19 juni 2000 di Desa Duma Kecamatan Galela.Pada konflik ini terjadi serangan dari mereka yang mengatasnamakan komunitas Islam terhadap masyarakat di Desa Duma yang mayoritas beragama Kristen. Dalam pertikaian yang tidak seimbang ini setidaknya 215 orang meninggal dan kurang lebih 500 orang dinyatakan hilang bersamaan dengan tenggelamnya kapal Nusa Bahari yang membawa masyarakat Desa Duma untuk mengungsi.

Daftar Pustakahttp://mantrikarno.wordpress.com/2008/06/25/sumber-sumber-konflik-di-maluku-utara-1999-2004/http://saatnyayangmuda.wordpress.com/2009/01/28/sejarah-konflik-poso/