luka bakar case
TRANSCRIPT
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 1/33
1
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar atau combustio merupakan cedera yang cukup sering dihadapi
para dokter. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas
dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.1
Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan sebagai berikut :
1. terdapat kuman dengan patogenitas tinggi
2. terdapat banyak jaringan mati
3. mengeluarkan banyak air, serum dan darah
4. terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma)
5. memerlukan jaringan untuk menutup 1
Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih
intensif dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. .
Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan
dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga
terlatih dan terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola
oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik,
bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi,
rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi 2.
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 2/33
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identifikasi
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 53 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jukdadah, Tanjung lubuk, OKI, Palembang
MRS : 13 September 2013 (15.45 WIB)
Pemeriksaan : 13 September 2013
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
OS datang ke IGD RSUD Palembang BARI karena kulit tubuhnya
melepuh setelah tersiraman bakso panas + ½ jam sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Perjalanan Penyakit:
± ½ jam SMRS, penderita mengangkat panci berisi kuah bakso panas.
Penderita tidak kuat menahan beratnya panci tersebut sehingga penderita
jatuh terduduk. Saat terjatuh, badan penderita tersiram kuah bakso panas.
Perut, punggung, tangan kiri dan kedua kaki penderita tersiram kuah bakso
panas tersebut hingga kulitnya melepuh dan terasa perih. Kemudian penderita
disiram air oleh keluarganya.
Penderita langsung dibawa ke IGD RSUD Palembang BARI untuk
mendapatkan pertolongan pertama.
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 3/33
3
2.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum ( 13 September 2013)
- Kesadaran : Compos Mentis
-
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 90x/menit
- RR : 20x/menit
- Temperature : 36,50C
Kepala:
Kulit kepala tidak melepuh, rambut tidak rontok, konjungtiva anemis (-/-),
sclera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-).
Leher:
Kulit leher tidak melepuh, JVP 5-2 cmH2O, KGB tak teraba.
Thorax: sebagian kulit tampak melepuh, simetris, retraksi intercosta (-)
o Paru-paru
- Inspeksi: simetris, tidak ada yang tertinggal.
- Palpasi: stem fremitus simetris.
- Perkusi: Sonor pada semua lapang paru (+)/(+)
- Auskultasi: Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-) wheezing (-/-).
o Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tak tampak
- Palpasi : Thril tidak teraba.
- Perkusi: Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : BJ 1 / 2 (+) normal, reguler, HR: 92x/menit,
Murmur (-) Gallop (-)
Abdomen:
- Inspeksi: datar, seluruh kulit tampak melepuh.
- Palpasi: lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
- Perkusi: tympani, shifting dullnes(-)
- -Auskultasi: BU (+) normal
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 4/33
4
Ekstremitas:
- Superior : sebagian kulit tampak melepuh, akral hangat, (-)
- Inferior : sebagian kulit tampak melepuh, akral hangat, edema (-)
Keadaan Spesifik
Perkiraan luas luka bakar (rule of nine) pada:
- Truncus : 18 %
- Abdomen : 9%
- Brachii sinistra : 4,5%
- Ante Brachii sinistra : 3%
- Femoralis dextra : 9%
- Femoralis sinistra : 9%
- Cruris dextra : 6%
- Cruris sinistra : 6%
TOTAL : 67,5%
Gambaran luka bakar :
berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah
karena perubahan permeabilitas dindingnya disertai rasa nyeri. Disekitarnya
tampak eritem dan rasa perih
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 13,0 g/dl (14-18 g/dl)
Leukosit : 9200/mm
3
(5000-10000/mm
3
)Trombosit : 298.000/mm3 (150.000-400.000/mm3)
Hematokrit: 38% (40-48%)
Diffcount: 0/2/0/68/24/3% (0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8%)
2.5 Diagnosis Kerja
Combustio Scalds Grade II 67,5%
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 5/33
5
2.6 Penatalaksanaan
- Bilas NaCl 0,9%
- Oksigen 3L/m
- IVFD RL 7000 ml/8jam
Rumus Baxter
Luas luka bakar x BB x 4 ml = 50 x 70 x 4
= 14.000 ml/ 24 jam (Hari 1)
8 jam pertama = ½ x 14.000 ml
= 7.000 ml/8jam pertama
16 jam selanjutnya = 7.000ml/16 jam pertama
-
Ketorolac 1x 30ml IV
- Antibiotik Broad spectrum :
Cefotaxim 2x1gr IV
Burnazine zalf
- ATS: Tetagam 1 amp
- Pasang Kateter (Pasien menolak)
- Monitor input-output cairan
-
Rencana debridement
2.7 Follow Up
Tanggal Sabtu, 14 September 2013
S Luka terasa perih dan panas
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur Urin
Tampak sakit sedang
Compos mentis
130/80 mmhg
112x/menit
24x/menit
37,0
0
CWarna kuning, jumlah + 1500cc/24jam, darah (-)
A Combustio Scalds Grade II 67,5%
P IVFD RL (7000ml) Gtt70/m (makro)
Oksigen 3L/m
Cefotaxime 2x1 gr
Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)
Diet NB
R/ debridement besok (persiapan Operasi)
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 6/33
6
Tanggal Minggu, 15 september 2013
S Luka terasa perih
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah Nadi
Pernapasan
Temperatur
Urin
Tampak sakit sedang
Compos mentis
130/ 80 mmhg108x/menit
20x/menit
37,2
Warna kuning, jumlah + 1300cc/24jam, darah (-)
A Combustio Scalds Grade II 67,5%
P IVFD RL (3.500ml) gtt 50/menit (makro)
Inj. Cefotaxime 2x1 gr
Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)
Diet NB
Debridemant pukul 09.00 WIB
Tanggal Senin, 16 September 2013
S Luka terasa perih
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Urin
Tampak sakit sedang
Compos mentis
130/90
100x/menit
22x/menit
36,8C
Warna kuning, jumlah + 1200cc/24jam, darah (-)
A Combustio Scalds Grade II 67,5%
P IVFD RL (1500ml) gtt XX/menit (makro)
Cefotaxime 2x1gr IV
Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)
Ganti perban luka + sofra-tulle (framycetin sulfate)
Diet NB
Tanggal Selasa, 17 september 2013
S Perih pada luka.
O: Keadaan umumKesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Urin
Tampak sakit sedangCompos mentis
130/80mmhg
110x/menit
22x/menit
37C
Warna kuning, jumlah + 1000ml/24jam, darah (-)
A Combustio Scalds Grade II 67,5%
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 7/33
7
P IVFD RL gtt XX/menit (makro)
Cefotaxime 2x1gr IV
Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)
Ganti perban luka + sofra-tulle (framycetin sulfate)
Diet NB
Tanggal Rabu, 18 September 2013
S Perih pada luka berkurang
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Urin
Tampak sakit sedang
Compos mentis
120/80 mmhg
96x/menit
22x/menit
37,1C
Warna kuning tua, jumlah + 1000cc/24jam, darah (-)
A Combustio Scalds Grade II 67,5%
P IVFD RL (1500ml) gtt XX/menit (makro)
Cefotaxime 2x1gr IV
Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)
Ganti perban luka + sofra-tulle (framycetin sulfate)
Diet NB
Tanggal Kamis, 19 September 2013
S Perih pada luka berkurangO: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Urin
Tampak sakit sedang
Compos mentis
130/90 mmhg
96x/menit
22x/menit
37,1C
Warna kuning tua, jumlah + 800cc/24jam, darah (-)
A Combustio Scalds Grade II 67,5%
P IVFD RL (1500ml) gtt XX/menit (makro)
Cefotaxime 2x1gr IV
Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)Ganti perban luka + sofra-tulle (framycetin sulfate)
Diet NB
Tanggal Jumat, 20 September 2013
S Sesak napas sejak semalam, batuk, perih pada luka.
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Tampak sakit sedang
Compos mentis
130/90 mmhg
120x/menit
30x/menit
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 8/33
8
Temperatur
Urin
Pulmo
37,1C
Warna kuning tua, jumlah urin + 650cc/24jam, darah (-)
Wheezing (+)/(+) apex, Ronchi basah halus (+)/(+)
basal
A Combustio Scalds Grade II 67,5%P IVFD RL gtt XX/menit (makro)
Oksigen 3L/m
Nebulizer NaCl 3ml
Cefotaxime 2x1gr IV
Ketorolac 3x1 amp (drip dalam infus)
Lasix (Furosemide) 1x20mg IV
Ganti perban luka + sofra-tulle (framycetin sulfate)
Diet Nasi Lunak
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 9/33
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak
langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll)
atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) 1.
3.2 Etiologi
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar,
penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi: 3
Paparan api
o Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,
dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat
membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat
alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat
sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera
tambahan berupa cedera kontak.
o Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan
benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh
yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar
akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan
berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 10/33
10
sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan
keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang
menandai permukaan cairan.
Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator
mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang
tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi
inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas
distal di paru.
Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan
luka bakar tambahan.
Zat kimia (asam atau basa)
Radiasi
Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu
tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung
menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju
yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis
seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah meleleh oleh suhu
tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman luka bakar.
Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka
bakar derajat I, II, atau III: 6,7
Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak
jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 11/33
11
sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya
tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau
hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.
Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih
terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi.
Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih “sehat”
tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh
darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri.
Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik,
dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga
cedera berkembang menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 12/33
12
Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau
jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel
yang dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk
menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit.
Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada
dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak
intak.
3.3 Berat Dan Luas Luka Bakar
Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan
kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya
trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar. 6
Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46 oC.
Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak.
Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan
suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan
cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan
mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok,
tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka
bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 13/33
13
dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat
untuk menentukan luas luka bakar, yaitu: 7
Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien.
Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas
luka bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.
Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan „rumus 9‟, yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas
kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki
kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini
membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda,
dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 14/33
14
Metode Lund dan Browder
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh
di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas
permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas
permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan „Rumus 9‟ dan disesuaikan dengan usia:
o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai
14%. Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap
tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai
nilai dewasa.
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 15/33
15
Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of body surface
area affected by burns in children.
3.4 Pembagian Luka Bakar
1. Luka bakar berat (major burn)
a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun
b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 16/33
16
2. Luka bakar sedang (moderate burn)
a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat
III kurang dari 10 %
b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa
> 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
3. Luka bakar ringan
a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum
3.5 Patofisiologi Luka Bakar
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel
darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang
mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada
luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.1
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin yang berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. Pada
kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan
mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 17/33
17
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan
mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi
mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual
dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60%
hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi
mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini
ditandai dengan meningkatnya diuresis.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah
infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh
kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem
pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain
berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran
napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial
ini biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten
terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang
berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi
invasi kuman Gram negatif, Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan
eksotoksin protease dari toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam
invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau
pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng
yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.
Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudahterlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan
keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-
mula sehat menadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat II
menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler
di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga jaringan yang
didarahinya nanti.
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 18/33
18
Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan
kuman dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar
demikian disebut luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif,
seperti stafilokokus atau basil Gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran
kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di usus.
Syok sepsis dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyebar di
darah.1
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh
dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa
elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel
kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat II yang dalam
mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku dan secara estetik
jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami
kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut,
peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase
mobilisasi, peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium.1,5
Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala
yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak
Curling . 1
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan
protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi,
metabolisme tinggi dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga
memerluka kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutamadidapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita
menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Dengan demikian,
korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila
luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah sehingga rusak
berat, penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi prognosis luka
bakar ditentukan oleh luasnya luka bakar.1
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 19/33
19
3.6 Fase Pada Luka Bakar
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka
bakar, yaitu: 4,5
1.
Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada
saluran nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan
adanya eskar melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan
gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.
2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS)
dan sepsis. Hal ini merupakan dampak dan atau perkembangan masalah yang
timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan
(luka dan sepsis luka)
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut
hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan
jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan
berlangsung lama
Pembagian zona kerusakan jaringan:
1. Zona koagulasi, zona nekrosis
Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan
ini mengalami nekrosis beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah
disebut juga sebagai zona nekrosis.
2. Zona statis
Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona koagulasi.
Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan
trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguam perfusi (no flow
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 20/33
20
phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapilar dan respon inflamasi
lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan mungkin
berakhir dengan nekrosis jaringan.
3.
Zona hiperemi
Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa
vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan
umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat mengalami
penyembuhan spontan, atau berubah menjadi zona kedua bahkan zona
pertama.
3.7 Indikasi Rawat Inap Pasien Luka Bakar
Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk
dirawat inap bila:5
1. Luka bakar derajat III > 5%
2. Luka bakar derajat II > 10%
3. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan,
kaki, genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama) risiko signifikan
untuk masalah kosmetik dan kecacatan fungsi
4. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas
5. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma
mayor lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada
sebelumnya
6. Adanya trauma inhalasi
3.8 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dilakukan:
1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
4. Analisis gas darah
5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 21/33
21
6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan
MODS
3.9 Penatalaksanaan Luka Bakar
Pasien luka bakar harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama
adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan
mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang
menderita luka bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar
di jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka
bakar atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka
bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi. 5,6
Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal
yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada
pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas „tersembunyi‟. Oleh
karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah
mendiagnosis dan menata laksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang
mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma
terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu,
penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.
Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai.
Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat
membantu mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.
Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi.
Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan
transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan,melepas dari eskar yang mengkonstriksi.
3.10 Tatalaksana Resusitasi Luka Bakar
a. Tatalaksana resusitasi jalan nafas: 5,7
1. Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan
manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 22/33
22
sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.
2. Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan
menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi
memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah
mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika
dibanding dengan intubasi.
3. Pemberian oksigen 100%
Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi
jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian
oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga
akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator
sepsis.
4. Perawatan jalan nafas
5. Penghisapan sekret (secara berkala)
6. Pemberian terapi inhalasi
Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen
jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan.
Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9%
ditambah dengan bronkodilator bila perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-
zat dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat (menurunkan produksi
sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih
kontroversial)
7. Bilasan bronkoalveolar
8.
Perawatan rehabilitatif untuk respirasi9. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki
kompliansi paru
b. Tatalaksana resusitasi cairan
Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat
dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia
jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 23/33
23
agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan,
optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk menjamin
survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi
dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari
berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya
pada waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat
mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi
fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada
beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
c. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya
dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak
sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi
yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat
dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan
fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 24/33
24
demikian diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah
terjadinya SIRS dan MODS.
d. Antibiotik , Antimikroba,Analgetik, ATS.
Antibiotik spectrum luas diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi.
Golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas.
Contohnya : cefadroxil, cefotaxime.
Antimikroba diberikan karena dengan terjadinya luka mengakibatkan
hilangnya barier pertahanan kuit sehingga memudahkan timbulnya koloni
bakteri datau jamur pada luka. Bila jumlah kuman mencapai 105 organisme
jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam jaringan yang lebih dalam
kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik
yang dapat menyebabkan kematian.
Contoh obat lokal (topikal) untuk luka : Silver Sulfadiazine (SSD), seperti;
silvaden, burnazine dll.
Analgetik diberikan bila penderita kesakitan.
ATS diberikan untuk mencegah tetanus.
3.11 Perawatan Luka Bakar Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar digunakan
morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan
„maintenance‟ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2
mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang menyatakan pemberian methadone (5-
10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang
bagus untuk semua pasien luka bakar dewasa. Jika pasien masih merasakan nyeriwalau dengan pemberian morfin atau methadone, dapat juga diberikan
benzodiazepine sebagai tambahan. 7
Terapi pembedahan pada luka bakar 2
1. Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris
(debridement ) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari
ke 5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah:
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 25/33
25
a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan
dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak
akan berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia.
Pada daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi edema, hal ini akan
menghambat aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan terjadinya
iskemi pada jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan
dari luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin
lama juga waktu yang diperlukan untuk penyembuhan.
b. Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi
– komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan
nekrosis yang melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang
menginduksi dilepasnya mediator-mediator inflamasi.
c. Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses
angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini
mengakibatkan banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan operasi.
Selain itu, penundaan eksisi akan meningkatkan resiko kolonisasi mikro –
organisme patogen yang akan menghambat pemulihan graft dan juga eskar
yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit.
Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian
cairan melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka
bakar derajat II dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis
dan juga “ skin grafting ” (dianjurkan “ split thickness skin grafting ”). Tindakan
ini juga tidak akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas.
Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
-
Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhanlebih dari 3 minggu.
- Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.
- Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
- Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang
timbul.
Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang tubuh
posterior. Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 26/33
26
Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yang
terluka lapis demi lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan darah
(endpoint ). Adapun alat-alat yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu
pisau Goulian atau Humbly yang digunakan pada luka bakar dengan luas
permukaan luka yang kecil, sedangkan pisau Watson maupun mesin yang
dapat memotong jaringan kulit perlapis (dermatom) digunakan untuk luka
bakar yang luas. Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini tidak boleh
melebihi 25% dari seluruh luas permukaan tubuh. Untuk memperkecil
perdarahan dapat dilakukan hemostasis, yaitu dengan tourniquet sebelum
dilakukan eksisi atau pemberian larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah
yang dieksisi. Setelah dilakukan hal-hal tersebut, baru dilakuk an “ skin graft ”.
Keuntungan dari teknik ini adalah didapatnya fungsi optimal dari kulit dan
keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik adalah perdarahan
dengan jumlah yang banyak dan endpoint bedah yang sulit ditentukan.
Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai
lapisan fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan
penuh ( full thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam.
Alat yang digunakan pada teknik ini adalah pisau scalpel, mesin pemotong
“electrocautery”. Adapun keuntungan dan kerugian dari teknik ini adalah:
- Keuntungan : lebih mudah dikerjakan, cepat, perdarahan tidak banyak,
endpoint yang lebih mudah ditentukan
- Kerugian : kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko cedera pada
saraf-saraf superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian distal
dari eksisi
2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari
metode ini adalah:
a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 27/33
27
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada
luka bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis,
kulit manusia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses
maupun berasal dari permukaan tubuh lain dari pasien (autograft). Daerah
tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor autograft adalah paha,
bokong dan perut. Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat
dilakukan secara split thickness skin graft atau full thickness skin graft .
Bedanya dari teknik – teknik tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang
diambil sebagai donor. Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor
tersebut, kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan dibuat lubang – lubang
pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar 1
: 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut mess grafting . Ketebalan
dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan grafting , usia
pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor
sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin
„dermatome‟ ataupun dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian.
Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan
epinefrin) dan juga anestesi.
Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang dihasilkan
dari eksisi luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan hematom
setelah dilakukan eksisi, sehingga pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh
karenanya, pengendalian perdarahan sangat diperlukan. Adapun beberapa
faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyatuan kulit donor dengan
jaringan yang mau dilakukan grafting adalah:
-
Kulit donor setipis mungkin- Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang
dilakukan grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara :
o Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut
tekan)
o Drainase yang baik
o Gunakan kasa adsorben
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 28/33
28
3.12 Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita
juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. 4,6
Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada
luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis,
serta parut hipertrofik dan kontraktur.
3.13 Komplikasi
-Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS),
- Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS),dan
- Sepsis 5
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 29/33
29
BAB IV
ANALISIS KASUS
4.1 Analisis Anamnesa
Temuan Kasus Teori
Tn.A, 53 tahun datang OS datang ke
IGD RSUD Palembang BARI karena
kulit tubuhnya melepuh setelah
tersiraman bakso panas + ½ jam
sebelum masuk rumah sakit.
Luka bakar yang dialami penderita
merupakan luka bakar akibat kontak
dengan air panas. Semakin kental
cairan dan semakin lama waktu
kontaknya, semakin besar kerusakan
yang akan ditimbulkan.
4.2 Analisis Pemeriksaan Fisik
Temuan Kasus Teori
Pada pemeriksaan fisik umum
didapatkan pasien dengan kondisi
kesadaran compos mentis. Tekanan
darah, Nadi, pernafasan, temperature
dalam batas normal. Dari hasil
pemeriksaan fisik kepala, leher, thorax,abdomen & ekstremitas dalam batas
normal
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik
yang ditemukan pada pasien ini
menunjukkan bahwa pasien tidak dalam
kondisi syok. Tetapi pasien dengan luka
bakar tetap mendapatkan pertolongan
pertama yaitu Airway, Breathing,Ciculation untuk mencegah terjadi syok.
Pada pemeriksaan fisik spesifik
didapatkan perhitungan luas luka bakar,
yaitu:
Tampak luka bakar air panas pada:
- Truncus : 18 %
- Abdomen : 9%
- Brachii sinistra : 4,5%
- Ante Brachii sinistra : 3%
- Femoralis dextra : 9%
- Femoralis sinistra : 9%
- Cruris dextra : 6%
- Cruris sinistra : 6%
TOTAL : 67,5%
Luas luka ditentukan menurut rules
of nine untuk orang dewasa dari
Wallace.
Pada dewasa digunakan, yaitu luas
kepala dan leher, dada, punggung,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas
kanan, ekstremitas atas kiri, paha
kanan, paha kiri, tungkai dan kaki
kanan, serta tungkai dan kaki kiri
masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah
daerah genitalia.
Rumus ini membantu menaksir
luasnya permukaan tubuh yang terbakar
pada orang dewasa.
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 30/33
30
Gambaran luka bakar :
Berupa gelembung atau bula yang berisi
cairan eksudat dari pembuluh darah
karena perubahan permeabilitas
dindingnya disertai rasa nyeri.
Disekitarnya tampak eritem dan rasa
perih
Luka bakar grade II yaitu lesi
melibatkan epidermis dan mencapai
kedalaman dermis namun masih
terdapat epitel vital yang bisa menjadi
dasar regenerasi dan epitelisasi.
Jaringan tersebut misalnya sel epitel
basal, kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, dan pangkal rambut.
Dengan adanya jaringan yang masih
“sehat” tersebut, luka dapat sembuh
dalam 2-3 minggu.
Gambaran luka bakar berupa
gelembung atau bula yang berisi cairan
eksudat dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya,
disertai rasa nyeri.
. 4.3 Analisis Penatalaksanaan
Temuan Kasus Teori
Pada pasien ini diberikan
penatalaksanaan sebagai berikut:
- Bilas NaCl 0,9%- Oksigen 3L/m
- IVFD RL 7000 ml/8jam
- Analgetik : Ketorolac 1x 30ml IV
- Antibiotik :
Cefotaxim 1x 2gr IV
Burnazine zalf
- ATS: Tetagam 1 x 1ml
- Pasang Kateter (Pasien menolak)
- Monitor input-output cairan
- Rencana debridement
1. Resusitasi jalan napas &
pemberian oksigen
Bertujuan untuk menyediakankebutuhan oksigen jika terdapat
patologi jalan nafas yang menghalangi
suplai oksigen. Hati-hati dalam
pemberian oksigen dosis besar karena
dapat menimbulkan stress oksidatif,
sehingga akan terbentuk radikal bebas
yang bersifat vasodilator dan modulator
sepsis.
2. Resusitasi cairan
Resusitasi cairan diberikan dengan
tujuan menjaga perfusi yang adekuat
dan seimbang di seluruh pembuluh
darah vaskular regional, sehingga
iskemia jaringan tidak terjadi pada
setiap organ sistemik.
Selain itu cairan diberikan agar
dapat meminimalisasi dan eliminasi
cairan bebas yang tidak diperlukan,
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 31/33
31
optimalisasi status volume dan
komposisi intravaskular untuk
menjamin survival/maksimal dari
seluruh sel, serta meminimalisasi
respons inflamasi dan hipermetabolik
dengan menggunakan kelebihan dan
keuntungan dari berbagai macam
cairan seperti kristaloid, hipertonik,
koloid, dan sebagainya pada waktu
yang tepat.
Dengan adanya resusitasi cairan
yang tepat, kita dapat mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin
kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah
seawal mungkin.
Kebutuhan cairan yang dibutuhkan
menurut perhitungan Baxter, yaitu:
Luas luka bakar x BB x 4 ml
50 x 70 x 4= 14.000 ml/ 24 jam (Hari1)
8 jam pertama = ½ x 14.000 ml = 7.000
ml/8jampertama 16 jam selanjutnya = 7.000ml/16 jam
selanjutnya
Selain itu, perlu dilakukan monitor
input-output cairan pada pasien luka
bakar. Pemasangan kateter diperlukan
untuk memantau output.
3. Antibiotik, analgetik & ATS
Antibiotik spectrum luas diberikan
untuk mencegah terjadinya infeksi.
Antimikroba diberikan karena
dengan terjadinya luka mengakibatkan
hilangnya barier pertahanan kuit
sehingga memudahkan timbulnya
koloni bakteri datau jamur pada luka.
Bila jumlah kuman mencapai 105
organisme jaringan, kuman tersebut
dapat menembus ke dalam jaringan
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 32/33
32
yang lebih dalam kemudian menginvasi
ke pembuluh darah dan mengakibatkan
infeksi sistemik yang dapat
menyebabkan kematian.
Contoh obat lokal (topikal) untuk
luka : Silver Sulfadiazine (SSD),
seperti; silvaden, burnazine dll.
Analgetik diberikan bila penderita
kesakitan.
ATS diberikan untuk mencegah
tetanus.
4. Perawatan luka bakar
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan
debris (debridement ) yang dilakukan
dalam waktu kurang dari 7 hari
(biasanya hari ke 5-7) pasca cedera
termis. Tujuannya agar proses
penyembuhan berlangsung lebih cepat.
Dengan dibuangnya jaringan nekrosis,
debris dan eskar, proses inflamasi tidak
akan berlangsung lebih lama dansegera dilanjutkan proses fibroplasia
7/27/2019 Luka Bakar Case
http://slidepdf.com/reader/full/luka-bakar-case 33/33
DAFTAR PUSTAKA
1.
Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88
2. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :
Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com
3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.
Philadelphia. p 118-129
4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
5. Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns,
Thermal. November 2006
6. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus.
Januari 2008
7. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com.
Agustus 2008
8. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz‟s
Principles of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216
9. St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book , Chapter
19. http://en.wikipedia.org/wiki/Burn_%28injury%29. Agustus 2007
10. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.mayo.clinic.com. Januari
2006
11.
Ernest B.Hawkins. Burns. http://www.umm.edu/ . Oktober 2006