maenpo cikalong di jember
DESCRIPTION
Maenpo Cikalong Juragan Abad dilestarika di Kota JemberTRANSCRIPT
RII
T
D
R
A
A
L
D
E
IS
B
I
I
O
N
N
E
A
S
L IND
ON
ES
IA
TUDUH KHAIDAH MAENPO’Di susun oleh:
H. Rizki Joko Sukmono, SH
Jl. Langsep Raya No. 2 Jember Jawa Timur INDONESIAHOTLINE: HP. 082-301433410
www.maenpoindonesia.blogspot.co.id
MODUL SENI BELA DIRI MAENPO
The Art Fighting of Maenpo
Pelestari Maenpo Gan Abad
Tahun 1997
RII
T
D
R
A
A
L
D
E
IS
B
I
I
O
N
N
E
A
S
L IND
ON
ES
IAThe Art Fighting of Maenpo
Daftar ISI
1. Mukadimmah I2. Bab I Seni Bela Diri MAENPO CIKALONG 13. Bab II Silsilah Guru Murid 24. Bab III Biografi R. Djaya Perbata 85. Bab IV Tuduh/Petunjuk 'Kaidah Maenpo' 166. Bab V Nama-nama Jurus Maenpo' 18
Seni Bela Diri Tradisional Maenpo
I
IRI T
D
R
A
A
L
D
E
IS
B
I
I
O
N
N
E
A
SL IN
DO
NE
SIA
Seni Bela Diri Tradisional MAENPO
MUKADIMMAHBismillahirrahmannirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Seni Bela Diri Nasional terutama pencak silat terdiri dari beragam-ragam aliran yang berasal dari daerah-daearah di bumi Nusantara. Ini merupakan suatu bukti betapa pandai dan tangguhnya nenek moyang kita dalam menciptakan suatu seni dan budaya yang terkandung nilai-nilai luhur.
Di Indonesia pencak silat ditampung dalam suatu wadah Komite Olah Raga
Nasional Indonesia (KONI) yaitu IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia) yang terdiri
dari berbagai macam aliran yang diarahkan pada nilai seni dan prestasi.
Berbeda dengan Seni Beladiri Maenpo, suatu pencak / beladiri yang berasal dari
Cikalong Jawa Barat ini memiliki 30 Jurus yang dikenal dengan 27 Jurus Kejadian dan 3
Jurus Maksud, yang merupakan Seni Beladiri suku Sunda, yang merupakan aset seni
budaya nasional yang bersifat tradisional dan dalam penyebarannya disebarkan
secara diam-diam atau tidak terbuka.
Untuk itu dengan semangat nasionalisme kami sebagai generasi muda berniat
mempertahankan seni ini, dengan mengenalkan seni ini kepada khalayak banyak
khususnya generasi muda dalam rangka membangun mental dan spirituil sebagai
generasi penerus bangsa.
Mudah-mudahan Maenpo bisa menjadi suatu wadah pembinaan mental dan
spirituil dalam rangka menciptakan manusia yang utuh yaitu manusia yang ingat
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mewarisi jiwa luhur nenek moyang bangsa
Indonesia.
Dengan dibuatnya Kitab Tuturan Kaidah Maenpo ini, mudah-mudahan
mempermudah amalan Ilmu Beladiri ini pada pengamalnya yang harus sering diulang-
ulang dalam membaca tuturan kitab ini sampai ingat diluar kepala dan diresapi dalam
membacanya karena isi daripada tuturan ini memiliki makna yang dalam dan sesuai
dengan tujuan Maenpo itu sendiri, tiada lain “Menjadi manusia yang bermanfaat buat
orang lain”.
The Art Fighting of Maenpo
1
Menurut tuturan Raden Memed bin Raden Obing Ibrahim yang lahir di Cianjur pada tahun 1919. Pada tahun 1994 (Usia 75 tahun) ia bertutur bahwa aliran Maenpo ini berasal dari Ciptaan Juragan Haji Ibrahim Cikalong. Cikalong adalah nama sebuah tempat di Cianjur yang digunakan untuk penamaan aliran yang lahir ditempat ini. Berdasarkan tradisi lisan atau cerita para sesepuh yang mengalami atau yang mengetahui sejarah lahirnya dan tersebarnya bela diri Cikalong ini adalah yang menjadi murid-murid utama, yakni Raden Ibrahim atau Raden Djajaperbata dan termasuk anak cucunya sendiri yang merupakan keturunan Dalem Aria Cikalong.
Raden Memed Obing Ibrahim Lahir di Cianjur 1919 Dipotret Thn 1994 (Umur 75 Tahun)
Karena pada saat itu yang
pertama kali menyebarkan Bela Diri
Maenpo ini adalah keluarga besar atau
ketu runan Da lem Ar ia C ika long.
Kesimpulannya Maenpo sebelumnya
adalah bersifat rahasia dan hanya
dipelajari oleh lingkungan Dalem Aria
Cikalong (golongan Ningrat). Raden
Memed juga menuturkan kalau ingin
memiliki Maenpo yang ideal adalah perlu
adanya ketekunan serta rajin dalam
mempelajarinya, antara lain ia berkata:
"Kita dapat menjalankan Maenpo yang
sesungguhnya hanya apabila kita sudah
betah, sudah merasa jadi kulit dan jadi
daging bersatu dalam badan kita".
Dalam Tuturannya Raden Memed
juga menerangkan bahwa Maenpo
Cikalong tidak dikhususkan untuk bentuk
tubuh dan ukuran tenaga tertentu,
melainkan untuk siapapun baik yang
bertubuh tinggi maupun bertubuh pendek,
baik yang bertenaga kuat maupun yang
bertenaga lemah. Orang yang bertubuh
kecil dalam menghadapi orang yang
bertubuh besar tentu mencari akal dan
menjalankan siasat agar dapat melawan
dengan tenaga yang kecil, sebab manusia
dapat menambah tubuhnya dengan akal.
Bagi manusia kuat jangan dilawan dengan
kuat, kuat hendaknya dilawan dengan lemah, yang
berat harus dilawan dengan ringan, yang cepat
harus di lawan dengan yang lambat. Hal ini
menyimpang dari kebiasaa, seolah-olah tidak
masuk akal, karena itu Maenpo harus direnungkan
dan dipelajari dengan rajin. Tanpa mempelajarinya
dengan rajin kita tidak akan memilikinya. Hakikat Bela
Diri Maenpo adalah mampu mengatasi atau
menaklukkan lawan dengan tidak mengandalkan
kekuatan jasmani artinya harus mengandalkan teknis
metode ilmu bela diri dengan sempurna dan tepat,
sehingga semua selamat tidak ada yang mendapat
malapetaka, baik diri kita sendiri maupun lawan.
Raden Abad salah seorang dari kalangan
Pendekar di Cianjur mengatakan bahwa dalam
perilaku Maenpo setiap tindak dan gerak itu
mengandung maksud untuk menjauhkan orang yang
akan berbuat kerusakan, menolak orang yang
hendak berkhianat dengan memperlakukan
kekasaran pada diri kita (Serangan fisik).
BAB ISENI BELA DIRI TRADISIONAL MAENPO CIKALONGTuturan: Raden Memed Obing Ibrahim
Seni Bela Diri Tradisional Maenpo
2
Raden Memed belajar Maenpo dari para gurunya, yakni:
1. Raden Obing Ibrahim, ayahnya, wafat pada tahun 1942 dalam usia 82 tahun, dimakamkan di
desa Tanggeung Kabupaten Cianjur.
2. Raden Nunung Ahmad Dasuki, kakaknya wafat pada tahun 1984 dalam usia 82 tahun
dimakamkan di Cijati Kecamatan Kadupandak Kabupaten Cianjur.3. Raden Abad Muhamad Sirod, Kakak Misan "Sepupu" Raden Memed.
Diketahui pula silsilah guru-murid terdahulu, sebagai berikut:
Raden Obing Ibrahim belajar Maenpo dari para gurunya yaitu:
1. Raden Muhamad Enoh, hoofd penghulu Cianjur murid dari juragan H. Ibrahim Cikalong dan
Murid dari Mama Sabandar.
2. Juragan Haji Ibrahim Cikalong berguru pada beliau atas dorongan Raden Muhamad Enoh yaitu
agar muridnya langsung berguru ke Cikalong.
3. Tidak pernah belajar langsung kepada Mama Sabandar (Pencipta Aliran lain yang tinggal di
Kampung Sabandar Cianjur). Melainkan belajar maenpo Sabandar dari Juragan Haji Enoh.
Raden Abad Muhamad Sirod belajar kepada para gurunya yaitu:
1. Raden Haji Bursin kakek Raden Abad sendiri tinggal di Cimangkok Cianjur.
2. Para sepuh lainnya kepada mereka Raden Abad meminta Nasehat atau kaidah-kaidahnya.
SILSILAH SENI BELA DIRI MAENPO'
(Tuturan Raden Memed)
Raden abad setelah menghimpun jurus-jurus dari para gurunya lalu ia menciptakan jurus
kejadian dan jurus maksud. Berdasarkan tuturan Raden Memed tentang silsilah diatas adalah
sebagai berikut:
BAB IISILSILAH GURU MURID
R. Obing Ibrahim
R. Nunung R. Abad MS
R. Memed
Sesepuh Lainnya
Utay Mochtar
Rizki Joko Sukmono
Mama SabandarJuragan H. Ibrahim
CIKALONG
Juragan HM. Enoh R. Bursin
The Art Fighting of Maenpo
3
RADEN OBING IBRAHIM
Raden Obing Ibrahim (Gan Obing) adalah salah seorang dari sepuluh orang
murid utama seni bela diri Maenpo Cikalong Generasi Pertama, ia mempelajari
Maenpo dari H. Ibrahim Cikalong dan dari mama Sabandar dan merupakan
salah seorang dari empat orang generasi pertama yang mengajarkan Maenpo,
sebab tidak semua generasi pertama mengajarkannya, karena Maenpo masih
dipelajari oleh kalangan ningrat saja dan tertutup dalam pengajarannya.
Raden Nunung dalam menjelaskan guru-guru yang menurunkan Maenpo,
adalah tentang Raden Obing Ibrahim menjelaskan sebagai berikut: Raden
Obing dilahirkan pada 12 Maret 1855 dab wafat pada tanggal 16 juni 1942,
mencapai usianya 87 tahun makamnya di kampung Ciranji desa Tanggeung
kecamatan Pagelaran Cianjur. Mulai belajar Maenpo dari pihak pamannya
yakni: Raden Haji Enoh setelah itu ia mempelajari Maenpo pada Mama
Sabandar dan Raden Haji Ibrahim Cikalong mewariskan setelah itu ia tetap
belajar kepada Haji Ibrahim Cikalong. Menurut para sesepuh Cianjur, Raden Haji
Ibrahim Cikalong mewariskan nama Ibrahim kepada Raden Obing sehingga
namanya kemudian menjadi Raden Obing Ibrahim.
RADEN HAJI ENOH
Tentang Raden Haji Enoh (Hoofd Penghulu Cianjur), Raden Nunung memberikan
keterangan sebagai berikut:
Setelah Raden Haji Enoh mempelajari Maenpo dari Haji Ibrahim Cikalong,
ia mempelajari pula Maenpo dari mama Sabandar (Muhamad Kosim). llmu
Maenpo Raden Haji Enoh tinggi sekali, ia menyatukan ilmu Maenpo dari dua
orang guru, yaitu Maenpo Cikalong dan Sabandar, menjadi satu aliran. Sejak itu
para anak cucu Cianjur mempelajari Maenpo Sabandar dan Cikalong dari
Raden Haji Enoh. Orang yang mempelajarinya terbatas pada kalangan
keluarga saja, diluar itu tidak diterima untuk berguru, bahkan melihat latihanpun
tidak diperkenankan. Dalam tuturan Raden Memed disebutkan bahwa Raden
Obing Ibrahim mula mula berguru Maenpo kepada Raden Haji Enoh, dan beliau
pula yang menganjurkan kepada Raden Obing untuk langsung mempelajari
Maenpo dari Raden Haji Ibrahim Cikalong.
Seni Bela Diri Tradisional Maenpo
4
Menurut Raden Obing, sejak dahulu hingga pada saat dia berusia sekitar 80 tahun, belum ada ahli Maenpo yang bersedia menyatakan isi hatinya, membuat buku peringatan tentang lahirnya Maenpo di tanah Sunda. Karena itulah, beliau yang mengalami hidup pada zaman Raden Haji Ibrahim dan Ama Sabandar, merasa tertarik untuk menggambarkan kisah para ahli Maenpo tersebut kepada umum. Kisah para ahli Maenpo itu disusun.
Telah disepakati oleh kalangan tokoh pencak silat bahwa pencipta dan penyebar pertama aliran pencak silat Cikalong adalah R. Jayaperbata yang kemudian berganti nama menjadi R. Haji Ibrahim setelah beliau berziarah ke Tanah Suci. R.H. Ibrahim adalah keturunan bangsawan Cianjur.
RADEN HAJI IBRAHIM CIKALONGDidalam tuturan Raden Memed, Raden Haji Ibrahim
disebutkan sebagai guru Raden Obing. Karena pada waktu
wawancara tentang hal ihwal Raden Haji Ibrahim tidak
ditanyakan, dalam tuturan itu tidak terdapat bagian yang
meriwayatkan beliau. Untuk memperjelas, dikemukakan
keterangan yang dikumpulkan oleh Raden Obing Ibrahim
(Naib pangsiun Cianjur) dalam bukunya Sadjarah
Kabudajaan Maenpo.
Sejarah terbentuknya aliran ini, menurut beberapa sumber dimulai ketika R.H. Ibrahim berguru kepada kakak iparnya sendiri (suami Nyi Raden Hadijah, kakak R.H. Ibrahim) yaitu R. Ateng Alimuddin, seorang saudagar kuda dari Jatinegara. Permainan pencak silat R. Ateng Alimudin sendiri adalah Cimande Kampung Baru. Atas perunjuk R. Ateng Alimudin, R.H. Ibrahim kemudian disarankan untuk melanjutkanpelajarannya pada Bang Ma'ruf, seorang guru pencak silat di Kampung Karet, Tanah Abang, Jakarta.
R.H. Ibrahim yang juga mempunyai usaha jual beli kuda kerap kali pulang pergi antara Cianjur dan Jakarta. Sewaktu berada di Jakarta, dimanfaatkannya untuk belajar pencak silat dari Bang Ma'ruf. Ketika sedang belajar di Bang Ma'ruf, secara tidak sengaja R.H. Ibrahim berkenalan dengan tetangga Bang Ma'ruf yang bernama Bang Madi, seorang penjual kuda yang berasal dari Pagarruyung, Sumatra Barat. Setelah berkenalan dan akhirnya bersambung tangan, akhirnya diketahui bahwa Bang Madi adalah seorang ahli pencak silat yang sangat tangguh. Sejak saat itu, tanpa sepengetahuan Bang Ma'ruf, R.H. Ibrahim mulai berguru kepada Bang Madi. Karena R.H. Ibrahim adalah seorang bangsawan yang cukup kaya, maka agar lebih leluasa, Bang Madi langsung didatangkan ke Cianjur untuk mengajar di sana. Segala keperluan hidup untuk keluarganya ditanggung R.H. Ibrahim.
The Art Fighting of Maenpo
5
Dari Bang Madi diperoleh ilmu permainan rasa, yaitu sensitivitas atau
kepekaan rasa yang positif sehingga pada tingkat tertentu akan mampu membaca
segala gerak lawan saat anggota badan bersentuhan dengan anggota badan
lawan, serta segera melumpukannya.
Menurut beberapa tokoh, salah satu ciri atau kebiasaan dari Bang Madi
adalah mahir dalam melakukan teknik “bendung” atau menahan munculnya
tenaga lawan, di samping “mendahului tenaga dengan tenaga”. Di kalangan aliran
Cikalong teknik ini disebut “puhu tanaga” atau “puhu gerak”.
Setelah dianggap mahir, atas petunjuk Bang Madi, R.H. Ibrahim disarankan
untuk menemui seorang tokoh dari Kampung Benteng, Tangerang yang bernama
Bang Kari. Sebelum diterama menjadi murid, R.H. Ibrahim sempat dicoba dahulu
kemampuannya. Bang Kari pun kemudian mengetahui bahwa yang datang kali ini
adalah orang yang sangat berbakat dan mempunyai masa depan yang cemerlang
di dunia persilatan.
Dari Bang Kari, R.H. Ibrahim mendapatkan (ulin peupeuhan) ilmu pukulan
yang mengandalkan kecepatan gerak dan tenaga ledak. Selain dari keempat tokoh
pencak silat dia tas, R. H. Ibrahim banyak berguru pada tokoh-tokoh lain. Ada yang
mengatakan sampai tujuh belas orang guru, bahkan ada juga yang mengatakan
lebih dari empat puluh orang guru. Dari hasil berguru tersebut kemudian R.H. Ibrahim
melakukan perenungan selama tiga tahun dengan cara sering berkhalwat di sebuah
gua di kampung Jelebud, di pinggir sungai Cikundul Leutik, Cikalong Kulon, Cianjur.
Dari sinilah mulai terbentuk cikal bakal aliran Cikalong.
Nama aliran Cikalong diberikan oleh para pengikutnya dengan mengambil
nama tempat tinggal R.H. Ibrahim atau tempat mulai aliran pencak silat ini
disebarkan. Pada mulanya aliran ini melalui tahapan atau proses tertentu yang masih
berubah-ubah dari waktu ke waktu sebelum ditemukan bentuk yang baku. Di
samping cara R.H. Ibrahim mengajar selalu disesuaikan dengan keadaan badan,
bakat, serta kesenangan murid.
Maka tidaklah mengherankan apabila banyak murid-murid R.H. Ibrahim yang
mempunya permainan yang berbeda satu sama lain. R.H. Tamidi misalnya, menyukai
ameng peupeuhan atau permainan yang banyak mengandalkan pukulan; R. Obing
yang lebih senang menggunakan ulin rasa atau ulin tempelan yang mengandalkan
kehalusan rasa; R. Muhyidin lebih sering menggunakan usik puhu yang selalu
mendahului gerak lawan.
Ilmu Rasa & Pukulan MADI KARI
Seni Bela Diri Tradisional Maenpo
6
Sedangkan R. Idrus lebih menyukai usik tungtung yang melakukan serangan balik ketika serangan
lawan sudah habis, dan masih banyak lagi lainnya. Yang menarik adalah pada saat yang sama di
Cianjur juga terdapat seorang tokoh pencak silat bernama Muhammad Kosim asal Pagarruyung
yang tinggal di Kampung Sabandar Cianjur (lebih terkenal dengan panggilan Mama Sabandar).
Ia mengajarkan ilmunya kepada beberapa bangsawan Cianjur, yang juga merupakan murid R.H.
Ibrahim, di antaranya adalah R.H. Enoh, sehingga pada Perkembangan selanjutnya di Cianjur
terdapat aliran Cikalong - Sabandar. R.H. Ibrahim sendiri tidak pernah berguru kepada Mama
Sabandar. Menurut beberapa sumber, mereka pernah bertemu dan bertanding di Purwakarta
dan hasilnya tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, namun masing - masing saling
mengakui kehebatan lawannya.
Silsilah Leluhur Raden Haji Ibrahim
- Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar I (Kanjeng Dalem Cikundul)
- Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar II (Kanjeng Dalem Tarikolot)
- Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar III (Kanjeng Dalem Dicondre)
- Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar IV (Kanjeng Dalem Sabirudin)
- Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar V (Kanjeng Dalem Muhyidin)
- Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar VI (Kanjeng Dalem Dipati Enoh)
- Rd. Wiranagara (Aria Cikalong)
- Rd. Rajadireja (Aom Raja) Cikalong
- Rd. Jayaperbata (Rd. Haji Ibrahim)
Salah satu ciri aliran Sabandar adalah mahir dalam mengalirkan tenaga, yang dalam
kalangan pencak silat dikenal dengan istilah liliwatan, coplosan atau kocoran. Perkembangan
aliran Cikalong pada awalnya tidak begitu pesat. Ini disebabkan beberapa hal. Di antaranya R.H.
Ibrahim sangat selektif dalam memilih muridnya, diduga karena adanya kekhawatiran adanya
penyalahgunaan ilmu pencak silat yang dapat membahayakan itu. Di samping itu, sebagai
seorang keturunan bangsawan yang tidak membutuhkan tambahan biaya hidup dari murid-
muridnya, dengan sendirinya ia dapat memilih-milih murid-muridnya. Hanya mereka yang
disukainya atau yang dianggap akan menjaga nama baik keluarganya dan aliran pencak
silatnya saja dapat menjadi muridnya. Maka dapat dipahami, jika murid-muridnya kebanyakan
berasal dari kalangan bangsawan, yaitu kelompok masyarakat dari mana R.H. Ibrahim sendiri
dilahirkan.
Walaupun saat ini aliran Cikalong tidak seeksklusif pada masa awal pertumbuhan dan
perkembangannya, namun pengaruh dari kondisi sosiologis yang menjadi penunjang di masa-
masa awal itu masih membekas sampai sekarang. Walaupun di kemudian hari diramalkan
pengaruh ini akan semakin menipis, sehingga masyarakat umum akhirnya akan menjadi pemilik
aliran pencak silat ini.
The Art Fighting of Maenpo
7
Beberapa penerus aliran ini adalah R.H. Enoh, R. Brata, R. Obing Ibrahim, R. Didi, R.O. Soleh,
dan lain-lain. Terdorong oleh rasa tanggung jawab serta menghindarkan terkuburnya aliran
Seni Bela Diri Maenpo ini karena meninggalnya atau akan meninggalnya para tokoh atau ahli
pencak silat Cikalong yang saat ini masih hidup, juga untuk melestarikan aliran pencak silat ini,
Abdur Rauf sebagai salah seorang keturunan langsung dan pimpinan Paguron Maenpo
Raden Haji Ibrahim Djaja Perbata Cikalong, membuat suatu tulisan singkat mengenai “Sedikit
Perkenalan Dengan Kaedah-kaedah Pokok Maenpo Cikalong”. Aliran pencak silat
(tepatnya pecahan aliran) yang dipengaruhi aliran Cikalong antara lain adalah aliran
Cikaret dan Sanalika. Sedangkan perguruan yang mempelajari aliran ini di antaranya adalah
Paguron Pusaka Cikalong (PPC) Cianjur, Paguron Pusaka Siliwangi, dan hampir semua
perguruan pencak silat di jawa barat mendapat pengaruh aliran ini.
Para Sesepuh Pengembang MAENPO
2. R. Didi Muhtadi (Gan Didi) 3. R.O. SALEH (Gan Uweh) ABAH ALEH (1856 - 1980 )1. R. Abad M. Sirod (kiri)
1. R. Abad M. Sirad mendapat ilmu dari R. Busrin, beliau lalu mengembangkan Jurus
Maenpo menjadi 30 Jurus. Dikenal dengan 27 jurus kejadian & 3 jurus Maksud. R. Abad
adalah Guru dari Bapak Utay Mochtar Kadupandak, Guru dari Bapak H. Rizki Joko
Sukmono, SH (Jember). Pelestarian Ilmu Maenpo ini dikenal dengan Maenpo “Gan Abad”.
2. R. Didik Muhtadi belajar dari R. Bratadilaga (Putra dari R.H. Ibrahim) dan R. Obing yang
kini dikenal dengan peguronnya Pusaka Siliwangi yang didirikan tahun 1930, yang dikenal
dengan 13 jurus dengan pola langkah.
3. RO. Saleh (Gan Uweh) belajar dari R. Idrus dan R. Muhyidin yang mengembangkan 10
Jurus dasar, 3 Pancer, dan jurus 7 yang dikombinasikan, yang kini dikenal dengan
peguronnya Pusaka Cikalong (PPC).
Keterangan :
Seni Bela Diri Tradisional Maenpo
8
Sebelum menunaikan ibadah haji beliau bernama Rd. Djajaperbata yang memiliki ciri-ciri, bertubuh pendek, berbadan lebar, kekar, tangannya lancip, keningnya tidak lebar, berwatak keras dan pemberani. Jika berlatih/menghadapi lawan selalu waspada dan lebih suka menggunakan teknik bertahan. Teknik serangan yang digunakan selalu diawali dengan hindaran lalu dilanjutkan serangan beruntun tangan dan kaki. Beliau tidak saja mahir bermain dengan tangan kosong, melainkan juga dengan senjata gobang menjadi favoritnya. Permainan maempo dalam hidupnya sudah menjadi darah daging yang sukar dipisahkan.
Kehebatan dan kemahiran bermain maempo Rd.H.Ibrahim banyak diceriterakan oleh penduduk
tempatan secara ketuktular, salah satu diantaranya:
Konon ketika Rd.H.Ibrahim mengikuti Dalem Prawiradiredja yang lebih dikenal sebagai
Dalem Marhum (wafat 1912) pergi berburu menjangan di Kecamatan Palumbon, sekarang daerah
Kecamatan Mande. Tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan penduduk, memberitahukan ada
seekor harimau besar di pinggir kali kecil yang sedang meraung. Dalem Marhum bercanda sembari
ngeledek; ucapnya dia bukan pendekar jikalau belum bisa mengalahkan harimau. Mendengar
ejekan Dalem Marhum, Rd.H.Ibrahim telinganya terasa terbakar, diambilnya gobang kesayangan
"Salam Nunggal" yang gagangnya terbuat dari gading gajah. Sembari berteriak aku buktikan
ucapnya, beliau melangkah tenang dan meyakinkan pergi diantar penduduk ke lokasi harimau.
Disaksikan banyak mata pertarungan dengan harimau ditepi kali berjalan dengan seru.
Rd.H.Ibrahim mendekati, harimau merasa terdesak dan menerkam dengan buasnya. Sekali hindar
dilanjutkan babatan gobang, mengenai pelipis harimau jatuh tersungkur mati ditempat. Beliau
mengatakan ini pengalaman pertama dalam hidupnya, perkelahian yang mempertaruhkan
hidup mati.
Keperkasaan, kesaktian sebagi pendekar Cikalong Rd.H.Ibrahim yang sampai kini melekat
dihati masyarakat pencak silat di Jawa Barat. Keberhasilan diri menjadi pendekar besar yang
tersohor berkat dorongan dan tempaan dari beberapa pendekar di Batavia. Guru pertama
adalah Rd.Ateng Alimudin (kakak misan) yang memperistri kakak perempuannya yaitu Nji Rd.Siti
Hadijah.
Rd.Ateng Alimudin pendekar besar dari Kampung Baru Djatinegara Di Kampung Baru
Rd.H.Ibrahim berlatih dasar-dasar pencak silat hingga menguasai seluruh jurus permainan
Rd.Ateng Alimudin. Kecuali berlatih pencak silat beliau diajar berdagang kuda bekas milik kompeni
untuk diperjualbelikan di Cianjur. Dorongan hati untuk menguasai dan mau lebih tahu tentang
pencak silat di sokong oleh kakak misannya. Rd.Ateng Alimudin membawanya ke Kampung Karet,
Tanah Abang dan memperkenalkan ke Abang Ma'rup. Permintaanya untuk mempelajari pencak
silat di kabulkan, beliau dengan semangat dan tekun mempelajari permainan Abang Ma'rup.
Dasar yang kuat memperpendek masa berguru untuk menguasai jurus-jurus yang diajarkan.
Kecerdasan dan ketangkasan menguasai berbagai jurus pencak silat yang baru diajarkan sangat
menajubkan (beliau mengangkat sebagai guru kedua).
Menurut keterangan ayahnya Raden Radjadidiredja, Abang Ma'rup adalah pendekar
tersohor di Batavia karena namanya yang tersohor banyak orang berdatangan dari udik ingin
belajar pencak silat. Ciri-cirinya berbadan pendek bulat kekar, permainan sangat licin sulit disentuh
lawannya, jurus serangannya sering membuat lawan terpedaya.
Rd.H.Ibrahim yang bekerja sebagai pedagang kuda suatu hari membeli kuda Europa yang
binal di Batavia, kuda yang baru dibeli harus diganti tapal baru, namun pande kuda tidak ada
yang berani memasangnya. Menurut petunjuk beberapa orang, yang berani hanya Bang Madi di
Kampung Gang Tengah.
BAB IIIMENGENAL BIOGRAFI R. DJAYA PERBATA(H. IBRAHIM) Lahir di Cikalong 1816 & Wafat 1906 dimakankan di Majalaya Cikalong.
The Art Fighting of Maenpo
9
Kuda binal itu dibawanya, Bang Madi menerima dengan senang hati atas
bekerjaan yang diberikan. Dengan seribu pengalaman Abang Madi dengan tenang
membuka tapal yang sudah usang dan menggantinya dengan yang baru. Ketika hendak
memaku tapal tiba-tiba kuda binal itu menendang, dengan gerakan secepat kilat
tendangan kaki kuda ditangkis lalu patah kaki kuda itu.
Kejadian itu terjadi didepan mata Rd.H.Ibrahim, beliau memandang peristiwa ini
sangat menakjubkan. Rd.H.Ibrahim memandangi posteur tubuh pendek dan lebar
dengan perawakan muka yang sabar dan selalu merendahkan diri tak nampak sebagai
pendekar pencak silat. Usut ke usut Bang Madi adalah pendekar pencak silat yang
tangguh, atas seizinnya Rd.H.Ibrahim mengangkat Abang Madi sebagai gurunya yang
ketiga.
Tawaran Rd.H.Ibrahim untuk memboyong Abang Madi ke Cikalong diterima, beliau
mempelajari jurus-jurus permainan Abang Madi sampai mahir. Mengikuti anjuran guru
pertama dan ketiga agar Rd.H.Ibrahim menemuhi Abang Kari, pendekar tersohor yang
tinggal di desa Benteng Tangerang. Pertemuan Rd.H.Ibrahim dengan Abang Kari di
Benteng diterima dengan tangan terbuka, saat itu diungkapkan niatnya untuk berguru
pencak silat. Setelah tahu kedatangan Rd.H.Ibrahim untuk menuntut ilmu, Abang Kari
memberi nasehat dan penjelasan tentang ilmu pencak silat bukan untuk ria, takabur atau
menyakiti dan mencelakakan orang lain. Pernyataan kesanggupan dan setia mengikuti
aturan yang diberikan, Abang Kari menerima Rd.h.Ibrahim sebagai muridnya.
Diawali melakukan puasa di hari Kemis selama sehari suntuk, yang ditutup pada
malam harinya. Bentuk upacara yang dilakukan, sesudah mandi bersih duduk bersila di
atas kain kafan menghadap ke kiblat, satu sama lain saling berjabatan tangan berjanji.
Rd.H.Ibrahim bersumpah setia siap menjalankan perintah dan menghindari larangan yang
diajarkan oleh ajaran agama Islam dan gurunya.
Setelah usai upacara ritual, beliau mendapat pelajaran jurus permainan Abang
Kari. Tepat usia 40 tahun Rd.H.Ibrahim dapat menyelesaikan ajaran pencak silat Abang
Kari, namun yang dirasakan dirinya belum cukup sebagai pendekar. Keinginnya untuk
menuntut ilmu kepada pendekar-pendekar besar tak pernah kunjung padam. Rasa
hormat kepada gurunya tetap menjadi sandaran hidupnya dan menyatakan Abang Kari
yang berpawakan tinggi besar dan dikeningnya terdapat urat yang besar, memiliki
permainan serangan kaki dan tangan yang keras serta beruntun sebagai gurunya yang ke
empat. Usai pengembaran menuntut ilmu pencak silat di Batavia, beliau kembali ke
Cikalong.
Disela-sela waktu luangnya Rd.H. Ibrahim memadukan seluruh permainan yang
dikuasai dan mengajarkan kepandaiannya kepada keluarga terdekat, murid pertama
yaitu Rd. Sirot Pasar Baru Cianjur dan Rd.H. Enoh De Hoofd Pengulu Cianjur. Pada saat itu
ilmu pencak silat di Jawa Barat merupakan ilmu beladiri yang dirahasiakan dan tidak
mudah didapat oleh kalangan masyarakat awam. Tidak aneh rasanya jika pencak silat
Cikalong hanya berkembang dikalangan keluarga bangsawan di Cikalong.
Murid-murid Rd.H.Ibrahim semakin hari semakin banyak dan mahir memainkannya.
Pencak silat tumbuh terus berkembang bagaikan barang hidup seperti bahasa selalu
mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan tempat dan waktu sesuai
tuntutan zamannya. Pencak silat yang dipelajari dari keempat gurunya di Batavia dan
Tangerang pada dasarnya tidak mengenal musik pengiring. Didaerah Cianjur yang
terkenal sebagai pusat kebudayaan Sunda, beralkuturasi dengan kebudayaan setempat.
Bentuk olahan baru pencak silat Cikalong disajikan sebagai ibing penca yang
diiringi musik khusus gendang penca. Ibing penca Cikalong semakin hari banyak digemari
dan terus meningkat peminatnya. Dihari perayaan hitanan atau pesta tertentu ibing
penca diperagakan sebagai tontonan untuk umum. Semakin banyak penduduk
mengenal keindahan gerakan permainan ibing penca yang berasal dari Cikalong dan
penduduk daerah lain memberikan sebutan "Penca Cikalong".
Seni Bela Diri Tradisional Maenpo
10
Berkat pengembangan dan perluasan perkebunan di zaman kolonial Belanda ke Jawa Timur, aliran pencak
silat Cikalong terbawa oleh pekerja perkebunan yang kebayakan berasal dari daerah Jawa Barat .
Sumber:
- Aliran-aliran pokok Pencak silat Jawa Barat
Dept.P&K Jakarta 1877-1978
- Sadjarah Kaboedajan Pentja
Pengharepan Bandoeng 1938
- Holidin sesepuh Panglipur
Bandung 16 Februari 1994
- Gending Raspuzi pengamat pencak silat
Bandung 12 Februari 1995
- Rd.Adang Djohar sesepuk pencak silat Cikalong
Sukabumi 7 Februari 1994
PERISTIWA BERGURU
Dalam tuturan Maenpo Cikalong tidak diceritakan berguru dengan ngejajal (Mencoba
Maenpo dengan pertarungan) yaitu: seorang yang kalah lalu berguru dengan yang menang.
Raden Obing tidak pernah mencoba guru-guru yang lain hal ini kemungkinan karena maenpo
hanya dimiliki kalangan tertentu yaitu lingkungan keluarga ningrat saja saat itu. Apalagi maenpo
belajarnyapun tersembunyi. Disamping itu adanya etika yang dijunjung tinggi seperti yang
dituturkan Raden Obing yakni mengingatkan kepada semua yang sedang atau yang sudah
mempelajari maenpo jangan sampai melanggar Nasehat Guru nya seperti: mencoba ilmu ini
kepada orang lain atau memerkan gerakkan maenpo dijalan, ditempat umum sebab hal
demikian itu kurang pantas. Dalam Kisah Raden Haji Ibrahim Cikalong memang pernah beliau
"Bersambung" atau mencoba jurusnya dengan H. Ma'ruf, Bang Madi dan Bang Kari, tetapi itu
dilakukan dengan cara baik bukan dengan cara menantang. Namun walau masih ada
hubungan keluarga tidak mengurangi kedasyatan pertarungan tersebut, seperti yang dialami
Raden H. Tarmidi dengan salah seorang keponakannya yang meminta kepadanya untuk
diajarkan pukulan.
SYARAT MENJADI MURID
Pada zaman dahulu belajar Maenpo itu sembunyi-sembunyi dan tidak boleh terlihat dengan
umum, hal ini menunjukkan yang menjadi murid hanya orang tertentu atau kalangan terbatas
terutama mereka orang-orang yang masih ada hubungan keluarga. Seperti yang dituturkan
Raden Memed : yang menjadi murid Raden Ibrahim adalah anak cucunya sendiri. Disamping itu
dalam belajar Maenpo harus memiliki cita-cita yang keluar dari hati sanubari murid sendiri
sehingga ikhlas dalam menekuni dan rajin dalam berlatihnya. Dan menghindari dari perilaku
sombong dan merasa sudah mahir serta sesuatu yang dapat menimbulkan pertengkaran, saling
hina dan bosan dalam belajar.
The Art Fighting of Maenpo
11
CARA BELAJAR & MENGAJAR
Menurut Raden Memed pada waktu ia belajar Maenpo, Caranya ialah mempraktekkan jurus
tanpa diserta penjelasan sehingga disebut dengan “Apal Cangkem” yakni: Murid hafal dengan
mulut jurus-jurus tersebut, tetapi tidak dapat menjelaskan apa-apa tentang jurus-jurus yang
dilatihnya. Jadwal berlatih tidak ditentukan kalau sedang rajin tiap malam kalau sedang malas ya
tidak berlatih, hanya 1 bulan 1 kali. Begitu pula lembaga atau organisasi formalnya tidak ada, yang
ada adalah hubungan guru dengan murid, sedangkan jumlah muridnya tidak tentu dan tidak
terlalu banyak, bagi yang wanita biasanya hanya menari pencaknya saja. Diluar tuturan Raden
Memed juga dituturkan oleh Raden Nunung tentang Raden Obing kalau mengajar Maenpo.
Raden Obing seorang Guru Maenpo yang sangat sabar, sampai-sampai para murid belum pernah
melihat beliau marah. Pada murid-muridnya beliau sangat kasih sayang tidak membeda-
bedakan, tidak pernah menyembunyikan ilmu, dalam mengajar kepada muridnya tidak pernah
menunjukkan rasa bosan, kecuali murid tersebut yang sudah bosan dan berhenti berlatih.
PERISTIWA PERTARUNGAN
Pertemuan Juragan Haji Ibrahim Cikalong dengan Mama Sabandar, mereka berdua bersentuhan
tangan tetapi tidak dilanjutkan melainkan dilepaskan lagi, dan tidak diketahui sebabnya. Peristiwa
itu terjadi di Purwakarta, pada saat mereka sudah sama-sama tua. Dari sumber lain diketahui juga
tetapi itu untuk memelihara keamananm dimana ada seorang perampok yang kejam dan mahir
sekali dalam bela diri bernama Bapa Beka, berasal dari jonggol. Raden Ateng Alimidun (guru yang
pertama mengajar Raden Haji Ibrahim Cikalong) dan Raden Obing (murid Raden Haji Ibrahim
Cikalong) diperintahkan oleh Wedana Pacet untuk menangkap Tuan Beka di Jonggol, Cibarusah,
Bogor. Pertarungan yang terjadi diceritakan sebagai berikut: Tuan Beka siap di tengah rumahnya,
kakinya tapak kaku sebelah, tanggannya menggenggam pisau besar buatan Jonggol. Raden
Obing dan Raden Ateng Alimudin menyerbu dengan melompat ke tengah rumah setelah
mendorak pintu. Bapa Beka mau berdiri keburu kena tendang dadanya oleh Raden Ateng
Alimudin hingga ia terjatuh terlentang. Tuan Beka segera bangkit berdiri, dibiarkan oleh Raden
Ateng Alimudin, agar ia menerkam. Tuan Beka menusuk ke arah p erut Raden Ateng Alimudin,
tetapi
Walaupun ada prinsip bahwa dalam menjalankan maenpo itu ulah rasan-rasan (jangan
berbelas kasihan), akan tetapi dalam amanat dikemukakan bahwa ilmu maenpo harus digunakan
untuk hal yang bermanfaat. Kiranya, hal itu pun membayangkan etika pertarungan. Begitu pula
etika pertarungan tampak dari Penca Cikalong yang mengandalkan kemahiran teknis metode
ilmu bela diri dengan sempurna dan tepat, sehingga semua selamat tidak ada yang mendapat
malapetaka, baik diri kita sendiri maupun lawan.
pisau itu terpental hingga patah, sedangkan tangan Tuan Beka dikilirkan kebelakang, dan ia
minta ampun karena kesakitan. Demikianlah, pertarungan itu dilakukan untuk menangkap
perampok, bukan untuk menunjukan rasa keunggulan dalam ilmu penca.
Seni Bela Diri Tradisional Maenpo
12
Amanat Guru
Menurut Raden Memed, amanat yang diterima dari ayahnya, yaitu Raden Obing Ibrahim,
berkenaan dengan Maenpo adalah sebagai berikut : Ilmu (maenpo) jangan digunakan untuk
kesombongan. Ilmu itu hendaknya digunakan untuk menolong atau membela orang lain yang
memerlukannnya. Ilmu seumpama senjata, kita harus dapat membawakannya. Bahwa ilmu itu
kejalan yang sekiranya mendatangkan kemaslahatan dan jangan kejalan yang mengakibatkan
kemudaratan.
Dari sumber lain diketahui amanat Raden Obing yang dikemukakan dalam bukunya
sebagai berikut: Diingatkan kepada semua yang sedang belajar atau yang sudah belajar ameng
(penca), janganlah sampai melanggar nasihat gurunya, separti mencoba ilmu orang lain atau
memamerkan gerakan di jalan atau di tempat umum, sebab hal demikian itu kurang pantas.
Belajar ameng itu tak ada akhirnya, selamanya kita belajar terus, berakhir pada saat meninggal.
Pada waktu mencapai ilmu yang tinggi, perilaku menjadi hati-hati dan waspada, apa yang terjadi
dihadapi. Sangat sulit mengetahui siapa yang sudah tinggi ilmunya dan siapa yang masih rendah,
sebab yang tampak, misalnya kebagusan ibing (tari pencak) tidak dapat dipatokan menjadi
kemahiran penca. Pada saat bersambung, baru dapat ditentukan apakah seseorang itu lebih
tinggi, sama atau lenih rendah ?. Semua ameng (baik yang ada ditanah sunda maupun yang
berasal dari luar) tidak ada yang lebih bagus atau jelek, sesungguhnya semuanya biasa saja,
menjadi jelek yang masih bodoh sedangkan yang sudah mahir tetap bagus jadi tidak tergantung
pada ameng yang mana melainkan pada kemahiran atau kebodohannya.
Amanat Raden Haji Ibrahim Cikalong antara laian sebagai berikut: Jangan
menyombongkan Guru, lebih-lebih jangan menyombongkan diri sendiri, merasa mahir maenpo
menunjukkannya atau memamerkannya dimana-mana sebab dapat menimbulkan fitnah, jangan
menghina dan menjelekkan penca yang lain lalu dengan harapan disebut mahir maenpo atau
ingin diketahui oleh orang lain. Itulah pula sebabnya mengapa yang diterima belajar maenpo
sangat terpilih dan tempat belajarnya pun sangat tertutup tidak dapat dilihat orang lain.
Kaidah Maenpo
Didalam tuturan raden Memed terkandung pula hal-hal berkenaan dengan usum (waktu),
Rasa (rasa), Usik (Gerak) dan Jurus (jurus). Penjelasan verbal itu tidak utuh, sebab sebab penjelasan
yang sesungguhnya adalah dalam praktek gerakkan. Dahulu banyak sekali istilah-istilah pada
Maenpo dalam tuturan itu. Seperti dulu Raden Memed menerima jurus dari Raden Obing Ibrahim
berupa jurus Lima dan jurus sepuluh, sedangkan dari Raden Abad ia menerima jurus kejadian
sebanyak 27 jurus dan jurus maksud sebanyak 3 jurus.
Saat IndahBersama
AlmarhumBapak Utay
The Art Fighting of Maenpo
13
MAENPO MEKAR SEKAWANTuturan: Bapak Utay Mochtar. Kadupandak Cianjur
Raden Abad memiliki cukup banyak murid diantaranya : Utay Mochtar, Misbah, Yeye, Banam, Ikom, Jarfoni, Ucuh, yang semuanya adalah murid-muridnya yang berasal dari yang berasal dari Kadupandak Cianjur dan penerus keilmuan ini sampai sekarang diwilayah Kadupandak hanya tinggal Bapak Utay Mochtar. Ada cerita menarik dari Bapak Utay Mochtar sewaktu berguru kepada Raden Abad. Ia bertanya ?” Mengapa Maenpo memiliki banyak Jurus ?” Dengan senyum Raden Abad menjawab: “Supaya nasib murid-muridnya tidak seperti ia dalam mempelajari maenpo memakan waktu 16 tahun. Jadi Kemasan Maenpo sekarang hanya dengan menguasai jurus sebanyak 30 jurus sudah dapat membela diri dengan penggelan, remasan, potongan dan gicel. Inilah sebabnya akibat tercipta jurus kejadian yang diciptakan dan dikemas oleh Raden Abad.
Salah satu Perkumpulan Maenpo yang terkenal didaerah Cianjur yakni "Maenpo Pabuci (Pasar Baru Cianjur)”
dan “Maenpo Mekar Sekawan" dibawah asuhan Bp. Utay Mochtar yakni guru dari Pengembang & Penerus
Maenpo sekarang di Jember Jawa Timur yakni: Rizki Joko Sukmono, SH yang perkumpulannya dikenal
dengan Seni Bela Diri Tradisional Maenpo dengan motto: ADEM ATI (Amanat dari Alm. Bapak Utay Mochtar
agar bisa menjadi penerusnya & dikembangkan di Jawa Timur). Nama ADEM ATI juga merupakan nama
suatu lembaga yang diasuh Rizki Joko Sukmono, SH yang dikenal dengan nama Sanggar Meditasi &
Tanaman Obat "ADEM ATI", yang kegiatannya meliputi: Pelatihan Meditasi & Pengobatan Tanaman Obat.
Menurut tuturan Utay Mochtar, “Maenpo” merupakan seni beladiri yang ringkas dan unik, serta
mengandalkan kecepatan tangan, dengan istilah “Tangan menjadi senjata atau Tangan menjadi kaki”,
pada saat pengalaman dengan beliau, ia mengatakan tangan itu banyak akalnya, dan kalau kaki
ditangkap satu sudah kehabisan akal, beda dengan tangan.
Menurut Tuturan guru Bapak Utay Mochtar dari desa Kadupandak Cianjur, MAENPO asal kata dari
MAENPA'atau Maen Papat (maen empat/empat aliran) yaitu :
1. Embah Khair (Bogor)
2. Bang Khari (Betawi)
3. Bang Madhi (Sumatra Barat/Pageruyung)
4. Sabandar (Cianjur)
Maenpo-maenpo yang ada pertama kali di Cianjur adalah Maenpo Mande, lalu disatukan oleh Haji Ibrahim
dengan Maenpo Madi dan maenpo Kari yang kini disebut Maenpo Cikalong. Haji Ibrahim banyak memilki
murid diantaranya Raden Busrin ia belajar bersama kepada 2 gurunya yaitu H. Ibrahim dan Mama Sabandar
yang nama aslinya adalah Kasim asli orang Pageruyung Sumatra barat (Tinggal di Sabandar Cianjur).
Terakhir adalah Raden Abad yang berguru kepada Raden Busrin selama 16 Tahun ia bercita-cita menjadi
Pendekar Maenpo dan beliau menjadi pendekar daatau Guru Besar Maenpo diusianya yang ke 32 tahun.
Akhirnya dari pengembangan seni beliau berusaha mempraktiskan jurus-jurus maenpo agar supaya cepat
untuk dipelajari oleh seseorang tidak perlu memakan waktu lama seperti beliau pada masa belajar
memakan waktu selama 16 tahun.
Seni Bela Diri Tradisional Maenpo
14
Akhirnya dari perjalanan Raden Abad tersebut meringkas keilmuannya tadi guna pemahaman daripada
metode keilmuannya kepada murid-muridnya yaitu dengan membuat pedoman Kaidah maenpo atau
yang terkenal dengan TUDUH KAIDAH MAENPO terdiri dari 5 Bab yang dikembangkan dalam penuturannya
oleh Utay Mochtar antara lain Babnya adalah sebagai berikut:
1. Bab Musim
2. Bab Opat Perjalanan
3. Bab Rasa
4. Bab Gerak
HAKEKAT MAENPO'
MAENPO Tidak dikhususkan untuk bentuk badan atau tubuh dan ukuran tenaga tertentu
melainkan untuk siapapun dengan tidak memandang bentuk fisiknya baik bertubuh tinggi/besar
atau pendek, baik yang bertenaga kuat maupun yang bertenaga lemah. Tuntutan dari MAENPO
adalah bagaimana dalam mengetrapkan jurus-jurusnya dengan menggunkan otak daripada
otot yang artinya: bila seseorang berbadan kecil dalam menghadapi orang yang berbadan
besar tentu mencari akal dan menjalankan siasat agar dapat melawan dengan tenaga yang
kecil, karena manusia dapat menambah kekuatannya hanya dengan menggunakan akal dan
pikirannya. Berbeda dengan binatang, jika mengadu hewan domba yang jelas harus yang
sebanding, karena hewan domba itu tidak memiliki akal dan pikiran, sangat berbeda dengan
manusia, jika menghadapi manusia kuat jangan dilawan dengan kuat melainkan dilawan
dengan lemah, dan yang berat harus dilawan dengan yang ringan dan yang cepat harus
dilawan dengan yang lambat.
Hal ini seolah-olah tidak masuk akal dan menyimpang dari logika kita, oleh karena itu MAENPO
harus dipelajari dengan rajin, sebab tanpa tekun dan rajin dalam melatihnya, kita tidak akan
dapat memilikinya. MAENPO merupakan seni beladiri yang ringkas dan unik, serta mengandalkan
kecepatan tangan, dengan istilah tangan menjadi senjata atau tanganpun menjadi kaki. [Kalau
ingin pandai jangan bertanya pada orang yang bukan ahlinya tetapi bertanyalah pada seorang
guru : Tuturan Bapak Utay Mohctar]
Cara Berlatih MAENPO
Seorang murid Maenpo yang mempelajari atau mempraktekkan jurus-jurusnya tanpa mengerti
manfaat dan nama jurusnya disebut apal cangkem. Maksudnya si murid hanya hafal jurus tetapi
tidak dapat menjelaskan apa-apa yang dipraktekkan atau yang dilakukannya. Metode yang
diterapkan dijaman sekarang adalah Mengenal nama jurus, mengetahui jurusnya serta aplikasi
dari jurus Maenpo tersebut.
Istilah dalam belajar MAENPO
a. Belajar MAENPO
Setiap murid yang belajar langsung dibina oleh Sang Guru atau datang langsung kepada ahli
untuk belajar sampai khatam / tamat.
The Art Fighting of Maenpo
15
b. Berlatih MAENPO
Maenpo dilatih sendiri sesuai dengan jumlah jurus yang didapat atau yang dipelajarinya dan
diulang melatih jurusnya sebanyak kita makan (tuturan Bapak Utay Mochtar). Maksudnya : kalau
kita sehari makan dua kali berarti tiap harinya ilmu atau jurus tersebut harus lah dilatih sebanyak
dua kali juga atau lebih.
c. Silaturahmi Kepada Sang Guru
Dalam dunia Tasawuf ada yang diistilahkan dengan robithah atau mempererat hubungan bathin
murid dengan Sang Guru, tiada lain guna mengingat pesan dan ajaran guru tersebut. Tetapi
biasanya dalam MAENPO ada istilah pengecekkan ulang jurus-jurus yang sudah didapat murid
kepada gurunya setiap bulan sekali agar tidak lupa melainkan semakin sempurna apa yang
dipelajarinya karena akan dilihat dan dikontrol langsung dengan sang guru.
d. Larangan Pada Saat Berlatih MAENPO
Berbahayanya jurus MAEPO ini yang akan membuat fatal pada lawannya menyebabkan
timbulnya larangan keras dari Sang Guru kepada murid-muridnya, mempraktekkan jurus-jurus
MAENPO kepada teman atau orang lain dan kecaman keras ini jika dilanggar oleh sang murid
maka guru akan memecatnya atau akan diperingati dengan keras murid tersebut. Bahkan
tangan antar siswa diharamkan menempel kecuali dengan gurunya atau wakil guru.
AMANAT HAJI IBRAHIM CIKALONG (Pencipta Jurus Maenpo)
1. Jangan sombong kepada guru
2. Jangan Merasa Ahli dalam mempelajari MAENPO
3. Jangan Memfitnah, menghina, dan menjelek-jelekkan perguruan orang lain
4. Jangan Takabur, Ujub, dan Riya'
5. Jangan merasa ingin ditakuti oleh orang lain.
(Tuturan: Raden NUNUNG)
Seni Bela Diri Tradisional Maenpo
16
PEDOMAN KAIDAH MAENPO (RADEN ABAD)Tuturan: Utay Mochtar
Bab IMUSIM (WAKTU)
Ada 10 Pasal yang harus diingat Yaitu :1. MUSIM (Waktu)Artinya : "Harus cepat sesuai dengan waktunya jangan terlalu didahului atau didahului dan jangan pula terlambat”.
2. CEPAT INGATArtinya : "Cepat melaksanakan pelajaran MAENPO"
3. INGAT CEPATArtinya : "Ingat dengan cepat pelajaran MAENPO"
4. DIJIEUN (Dibuat)Artinya : Jika diperlakukan seseorang/lawan dengan tidak enak.
5. YIEUN (Diperlakukan)Jangan diberi kedudukan lawan dengan tepat atau jangan diberi waktu !".
6. CIRI CIRI (Tanda)Artinya : "Jika ada pegangan yang amat kuat janganlah dipaksa, jika sesak janganlah dipaksa. Jadi kesimpulannya janganlah dipaksakan.
7. KIRA KIRA (Waspada)Artinya : Jangan lengah, Jika melihat posisi tangan/pasangan lawan longgar atau lemah padahal mungkin tipuan, jadi harus punya perkiraan.
8. BAKU - BAKU (Biasanya)Artinya : "Jika harus dipukul jangan dijatuhkan dan menjatuhkan jangan dengan pukulan atau termasuk ke dalam ketentuan jurus Maenpo".
9. RASA - RASA ( Dirasakan)Artinya: Dirasakan oleh kita pada waktu beradu tangan dengan tangan orang lain/musuh ( LIHAT BAB RASA )."
10. ULAH RAS RASAN (Jangan berbelas kasihan )Artinya : Jika kita menggunakan jurus Maenpo harus sungguh-sungguh dan sekuat tenaga pada saat kejadian yang sesungguhnya.
BAB IVPEDOMAN KAIDAH MAENPO ( RADEN ABAD )
The Art Fighting of Maenpo
17
Bab IIOPAT PERJALANAN (EMPAT PERJALANAN)
1. Maenpo itu harus betah dalam 27 Jurus Kejadian, artinya harus hafal dan terlatih
2. Maenpo harus ingat terus dengan maksud. Jurus 28, 29, 30 (Maksud Lempeng, Maksud Serong, Main Hiji)
3. Maenpo itu harus menghargai waktu, artinya tepat waktu dari apa yang diperbuat oleh kita.
4. Maenpo itu harus menghormati 2 ketentuan artinya memukul dan menjatuhkan.
Penjelasan Tambahan : MAENPO' itu harus menggunakan empat perjalanan artinya: Jurus empat (Opat Pasagi) yaitu: Bolak Balik, maju mundurnya jurus empat dan bisa dijadikan rangkaian dalam berlatih jurus bila diperlukan
Bab IIIRASA
Rasa dalam Maenpo' itu ada 3 Macam :
1. RASA ANGGANG (Rasa yang dibayangkan) Artinya : Sudah menggambarkan pada saat masih Jauh” Contoh : ”Wah orang itu bermuka masam, jangan-jangan ia marah ... !” (Disaat itu kita sudah harus waspada)
2. RASA ANTEL (Rasa Sentuh) Artinya : : Waktu tangan kita bersentuhan merasakan sentuhan kuat tidaknya tenaga lawan !”
3. Rasa SINAR (Firasat)Artinya: “Penglihatan Bathin kita sekiranya siap atau tidak, pas atau tidak”
Bab VI GERAK
Gerak yang dipakai dalam MAENPO ada 3 macam:
1. GERAK MAKSUD ( Gerak Maksud )Artinya : Memindahkan pegangan tangan yang mengandung maksud. ̂
2. GERAK MENGEMBALIKAN ( Gerak Mulangkeun )Artunya : Mengembalikan tenaga orang lain .
3. GERAK PANCINGAN ( Gerak Pancingan )Artinya : Kalau lawan diam, menyatunya dengan baku-baku (Lihat keterangan baku-baku).
Bab VJURUS
Khusus BAB V, hanya diterangkan nama-nama jurus saja, sedangkan kejadiannya harus
dipandu oleh guru dan cepat diingat pelajarannya.Saat kita mempraktekkan jurus-jurus Maenpo
ada dua ketentuan, yang dalam hal ini tentang gerak PUHU (Pangkal) dan TUNGTUNG (Ujung),
Yaitu :
- PUHU (Pangkal) Artinya : "Tenaga orang belum keluar, baru mau muncul sudah ditutup”
- TUNGTUNG (Ujung) Artinya : "Tenaga dibiarkan keluar dulu sebab tenaga itu nanti berujung"
Adapun ukuran tenaga itu sebagai mana panjangnya nafas, nah, pada ujung tenaga itu
nafas berhenti, saat itu sedang kosong. Jadi lawan masih dipangkal, kita tidak menentangnya dari
ujung. "Dengan apa diatasinya? Ya ! dengan pangkal kita."
Seni Bela Diri Tradisional Maenpo
18
1. Susun 2. Sambut Luar 3. Sambut Luar Pepeuhan4. Opat Pasagi5. Lima Labuhan6. Pasangan Peupeuhan7. Tumpangan Peupeuhan8. Pasangan Labuhan9. Tumpangan Labuhan10. Parieusan11. Peunggasan12. Peunggasan Kuit13. Potongan Siku14. Teken Jihad15. Malik Jihad16. Parieusan Pura-Pura17. Kocet18. Potongan Labuhan19. Lima Peupeuhan20. Serut21. KARI22. MADI23. JuruTilu24. Sabandar25. Gicel26. Sambut Jero27. Ringkeusan Pura-pura28. Maksud Lempeng29. Maksud Serong30. Main Hiji
Anda dapat lihat AplikasiJurus Maenpo di VCD
Plus Pelengkap dari Modul ini
Nama-nama Jurus Maenpo (27 Jurus Kejadian & 3 Jurus Maksud)
BAB VJURUS-JURUS MAENPO ( RADEN ABAD )
The Art Fighting of Maenpo
19
Perjalanan mempelajari keilmuannya dimulai sejak tahun 1985, yakni dibidang ilmu
Bela Diri, Meditasi dan Tanaman Obat Indonesia. Akhirnya Tahun 2002 ia mendirikan
Padepokan Meditasinya yang dikenal dengan nama “ADEM ATI”. Kegiatan Sehari-hari
Mas Rizki, sebagai Direktur “CV. ADEM ATI”. Disamping itu ia juga seorang Pendekar
Seni Bela Diri “MAENPO”, Herbalist, Penulis buku dan sebagai Pembina Utama Training
MSB [Meditation Stimulate Brain] & Training Pembinaan SDM QSP Training..
Pengalamannya berguru bela diri diawali tahun 1985 oleh Bapak Marzuki seorang
pendekar silat Banten yang dilanjuti berguru dengan Aliran silat Jawa Timuran Asuhan
RMS. Dirjoatmojo. Sektar tahun 1996 ia bertemu dengan seorang Pendekar GURU
MAENPO' Kadupandak Cianjur Almarhum H. Utay Mochtar yang mengajarinya seni
bela diri MAENPO CIKALONG, yang selanjutnya diamanati menjadi wakilnya untuk
mengembangkan Maenpo di Wilayah Jawa Timur dan sampai sekarang ia menjadi
Guru Maenpo pertama di wilayah Jawa Timur, yang dikenal dengan perkumpulannya
Seni Bela Diri Tradisional MAENPO – ADEM ATI, sebagai wadah pembinaan mental dan
pembangunan karakter Sumber daya manusia yang tangguh & berbudi luhur.
SENI BELA DIRI TRADISIONAL “MAENPO”
Maenpo adalah Seni Bela Diri Tangan Kosong Asli Indonesia [Tangan Menjadi Kaki,
karena hanya menggunakan ketangkasan kedua tangan] yang mengandalkan
Konsentrasi, Napas, Kecepatan dan Ketepatan. Berlatih Maenpo akan membawa
dampak positif membawa nuansa ketenangan, ketegasan, dan kesiagaan diri. Kita
akan mendapat suatu stimuli (rangsangan) yang membuat nilai kontrol pada
kesadaran kita. Maenpo menempatkan perhatian kita pada fokus tertinggi dan
memusat dengan daya ingat jurus-jurus nya yang unik.
H. RIZKI JOKO SUKMONO, SH [Mas Rizki panggilan akrabnya] Alumni Fak. Hukum dari sebuah Perguruan Tinggi Swasta di Jember Jawa Timur, dan dilanjutkan transfer/melanjuti studi S1-nya pada Fak. Psikologi. Kesibukan aktivitas Mas Rizki, membuat aktivitas kuliahnya tertunda hanya sampai pertengahan semester di Fak. Psikologi Muhammadiyah Jember. Ia kelahiran Jakarta 2 Nopember 1970, putra dari pasangan Almarhum H. R. GUNAWAN WIBISONO dan Ibunya KUSJATI yang masih ada keturunan Johor Malaysia dan Cina Marga “TAN”.
BIOGRAFI PEMBINA / GURU MAENPO - ADEM ATI
Seni Bela Diri Tradisional Maenpo
20
Maenpo merupakan Seni Bela Diri yang memiliki khas tersendiri, unik dan mudah
dipelajari oleh segala kalangan dan umur, karena tidak menggunakan fisik yang terlalu
keras dan melelahkan, hanya mengandalkan gerakan kedua tangan saja dengan cara
melatihnya maju dan mundur saja. Sangat praktis dan tanpa menggunakan tenaga kuat
menghasilkan pertahanan diri yang luar biasa dengan mengembalikan tenaga lawan
yang menghasilkan bantingan, jatuhan dan bahkan lemparan. Bahkan membantu
meningkatkan memori otak yang berdampak pada kesiagaan konsentrasi dan reflek
pada motorik, sehingga bagi anak-anak sangat membantu pada peningkatan
konsentrasi, kecerdasan emoisonal (kreatifitas) dan ketahanan fisiknya, sementara bagi
orang dewasa dapat membantu pada sisi psikologis dan fisiologisnya seperti: Terlatihnya
otot dan tulang, Tidak mudah lupa, Kontrol Diri, Kepercayaan Diri dan Meningkatkan
Stamina yang secara tidak langsung merupakan Olah Raga Erobic tanpa gerakan yang
sangat berat.
BERAPA LAMA UNTUK MAHIR “MAENPO” ?
Jurus Maenpo yang harus dikuasai, ada sebanyak 30 Jurus. Dalam pengalaman yang
telah kami apilikasikan dalam memberi pembelajaran ilmu Maenpo adalah sebanyak 10
kali - 15 kali Pertemuan, di Jamin peserta sudah dapat menguasai Jurus dan Aplikasinya
!”.
APAKAH BISA “MAENPO” DILATIH DENGAN PRIVAT ?
Pelatihan MAENPO yang diminta secara Privat ada 2 Macam.
1. TATAP MUKA
Peserta dapat dilatih selama 10 - 15 kali pertemuan (Waktu Tiap Pertemuan 1,5 Jam).
Biasanya dari luar daerah atau luar negeri belajar ketempat kami selama 10-15 hari.
2. ONLINE / JARAK JAUH
Dengan perkembangan tekhnologi dan komunikasi sekarang, tidak ada yang tidak
mungkin, siapa saja yang berminat belajar Maenpo secara online atau jarak jauh tetap
kami layani, tetapi kepraktisan tersebut, tetap memiliki kelemahan karena belajar
dengan modul saja dan Video, murid Maenpo akan memahami dan belajarnya kurang
maksimal. Tetapi dikarenakan kesibukan dan keingintahuan setiap calon peserta
Maenpo, kami berusaha memberikan pengenalan dan pembelajaran dalam layanan
online. Dan banyak dari ONLINE akhirnya siswa penasaran dan berkunjung ke tempat
kami. Pembelajaran yang ideal pada Maenpo tetap yang sempurna langsung tangan
bertemu dengan sang ahli atau Guru Maenpo.
HP. 082-302433410