makalah efusi pleura

26
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN EFUSI PLEURA Dosen Pengampu: Irma Mustika Sari, S.Kep, Ns Disusun Oleh : Sitti Aisyah Sri Dayani Sri Wahyuni Stitia Indira Sulastri Syanur Putri Topan Ardi Tyas Ana B2012083 B2012084 B2012085 B2012086 B2012087 B2012088 B2012090 B2012092 Vila Istiani Vrelly Eka Wahyu Dian Wahyuningty as Wulandari Yen herdian Yuliana Pungky B201209 3 B201209 4 B201209 5 B201209 6 B201209 7 B201209 8 B201209

Upload: panda1016

Post on 20-Jan-2016

84 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN EFUSI PLEURA

Dosen Pengampu : Irma Mustika Sari, S.Kep, Ns

Disusun Oleh :

Sitti AisyahSri DayaniSri WahyuniStitia IndiraSulastriSyanur PutriTopan Ardi Tyas Ana

B2012083B2012084B2012085B2012086B2012087B2012088B2012090B2012092

Vila IstianiVrelly EkaWahyu Dian WahyuningtyasWulandariYen herdianYuliana Pungky

B2012093B2012094B2012095B2012096B2012097B2012098B2012099

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH SURARTA

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Efusi pleura merupakan penyakit saluran pernapasan. Penyakit ini bukan merupakan

suatu disiase entity tetapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat

mengancam jiwa penderita (WHO).

Efusi pleura adalah pengupulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara

permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya

merupakan penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil

cairan (5-15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural

bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia bahkan menjadi masalah

utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Hal ini

disebabkan karena faktor lingkungan di Indonesia. Penyakit efusi pleura dapat

ditemukan sepanjang tahun dan jarang dijumpai secara sporadis tetapi lebih sering

bersifat epidemik di suatu daerah.

Pengetahuan tentang efusi pleura dan segalanya merupakan pedoman dalam

pemberian asuhan keperawatan yang tepat. Disamping pemberian obat, penerapan

proses keperawatan yang tepat memegang peranan yang sangat penting dalam proses

penyembuhan dan pencegahan, guna mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat

efusi pleura.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Efusi Pleura?

2. Apa penyebab penyakit Efusi Pleura?

3. Bagaimana klasifikasi Efusi Pleura?

4. Bagaimana patofisiologi dari Efusi Pleura?

5. Bagaimana pathway dari Efusi Pleura?

6. Bagaimana manifestasi klinis Efusi Pleura?

7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Efusi Pleura?

8. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan Efusi Pleura?

9. Apa komplikasi dari Efusi Pleura?

10. Bagaimana tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan Efusi Pleura

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi Efusi Pleura.

2. Untuk mengetahui penyebab penyakit Efusi Pleura.

3. Untuk mengetahui klasifikasi Efusi Pleura.

4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Efusi Pleura.

5. Untuk mengetahui pathway dari Efusi Pleura.

6. Untuk mengetahui manifestasi klinis Efusi Pleura.

7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Efusi Pleura.

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan Efusi Pleura.

9. Untuk megetahui komplikasi dari Efusi Pleura.

10. Untuk mengetahui tindakan keperawatan yang tepat, yang diberikan pada penderita

Efusi Pleura.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan (terjadi

penumpukan cairan dalam rongga pleura). Efusi dapat berupa cairan jernih, yang

mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam

kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan

transudat atau cairan eksudat (Pedoman Diagnosis dan Terapi/ UPF ilmu penyakit paru,

1994, 111).

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleura, proses penyakit

primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat

berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa

darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara

permukaan viseral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya

merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural

mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang

memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,

2002).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga

pleura. (Price C Sylvia, 1995)

Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang

melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura visceralis).

B. Etiologi

Berdasrkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,

eksudat, dan hemoragi.

1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),

sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior,

tumor, dan sindrom Meigs.

2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi, dan

penyakit kolagen.

3. Efusi hemoragi apat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, dan

tuberculosis.

Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan

bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit

penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit

dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, tumor

dan tuberkolosis.

C. Klasifikasi

Klasifikasi efusi pleura berdasarkan cairan yang terbentuk (Suzanue C Smeltezer

dan Brenda G. Bare, 2002)

1. Efusi Pleura Transudat

Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membrane pleura tidak

terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh faktor sistemik yang

mempengaruhi produksi dan absorbs cairan pleura seperti (gagal jantung kongestif,

atelektasis, sirosis, sindrom nefrotik, dan dialysis peritoneum).

2. Efusi Pleura Eksudat

Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan

masuk kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru terdekat.

Kriteria efusi pleura eksudat:

a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5

b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase laktat (LDH) lebih dari 0,6

c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum

Penyebab efusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema, penyakit metastasis

(mis: kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium), hemotorak, infark paru,

keganasan, rupture aneurisma aorta.

D. Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura.

Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis

sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik

koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya

permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma, bertambahnya

tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila

terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 1998). Effusi pleura berarti terjadi

pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura. Kemungkinan

penyebab efusi antara lain :

1. Penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura,

2. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi

sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam

rongga pleura

3. Sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan

transudasi cairan yang berlebihan

4. Infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga

pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein

plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1999, 623

- 624).

E. Pathways

Sumber: Brunner & Suddarth, 2001

Transudat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif Eksudat disebabkan oleh infeksi

EFUSI PLEURA

Pengumpulan cairan dalam rongga pleura

Normal cairan 10-20 Ekspansi paru

Sebagai pelicin gesekan kedua pleura pada waktu

Pertukaran O₂ di alveoli menurun

Serosa jernihDispnea

Darah Nanah Cairan seperti susu

Pola nafas tidak efektif

Iritasi membran mukosa dalam saluran pernafasan

Batuk

Sputum

Nyeri dada

Gangguan rasa nyaman nyeri

Mual

Bau sputum tertinggi di mulut

Tidak nafsu makan

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Anoreksia

Munta

Mengalir ke tenggorokan

Sputum merah

Adanya tumor paru

Reakti paru terhadap

iritan

Bersihan jalan nafas tidak

efektif

Akumulasi sputum

F. Manifestasi Klinis

1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah

cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak

napas.

2. Adanya gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada

pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosisi). Banyak

keringat, batuk, banyak sputum.

3. Deviasi trakhea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan

cairan pleural yang signifikan.

4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan

akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,

fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam

keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis

Damoiseu).

5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian

atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena

cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati

vesikuler melemah dengan ronki.

6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

G. Pemeriksaan diagnostik

1. Sinar Tembus Dada

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk

bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada

bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat

udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dalam paru-paru itu

sendiri.

Hal ini yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah terdorongnya

mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Namun, bila terdapat

atelektasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan, mediastinu akan tetap pada

tempatnya.

2. Torakosentesis.

Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnosis maupun terapeutik.

Pelaksanaan dilakukan sebaiknya pada posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada

bagian bawah paru-paru di sela iga IX garis aksila posterior dengan memakai jarum

Abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak boleh lebih 1000-

1500 cc pada setip kali operasi. Aspirasi sekaligus banyak akan menimbulkan

pleura shock (hipotensi) atau edema paru-paru. Edema paru-paru terjadi karena

paru-paru terlalu cepat mengembang.

Tabel 1.1 Perbedaan Cairan Transudat dan Eksudat.

Transudat Eksudat

1. Warna 1. Kuning pucat, dan jernih 1. Jernih, keruh, purulen

dan hemoragik

2. Bekuan 2. (-) 2. (-) / (+)

3. Berat jenis 3. <1018 3. > 1018

4. Leukosit 4. <1000 /µL 4. Bervariasi, > 1000/µL

5. Eritrosit 5. Sedikit 5. Biasanya banyak

6. Hitung jenis 6. MN (limfosit/misotel) 6. Terutama PMN

7. Protein total 7. < 50% serum 7. > 50% serum

8. LDH 8. < 60% serum 8. > 60% serum

9. Glukosa 9. = plasma 9. = / < plasma

10. Fibrinogen 10. 0,3 - 4% 10. 4-6% atau lebih

11. Amilase 11. (-) 11. > 50% serum

12. Bakteri 12. (-) 12. (-) / (+)

3. Biopsi Pleura

Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan

50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberculosis dan tumor pleura. Bila hasil biopsi

pertama tidak memuaskan dapat dilakukan biopsy ulangan. Komplikasi biopsy adalah

pneumotoraks, hemotoraks, dan penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.

4. Pendekatan pada Efusi yang Tidak Terdiagnosis

Pemeriksaan tambahan:

a. Bronkoskopi: pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, dan abses paru-paru.

b. Scanning isotop: pada kasus-kasus dengan emboli paru-paru.

c. Torakospi (Fiber-optic pleuroscopy): pada kasus dengan neoplasma atau TBC.

H. Penatalaksanaan medis

Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit

yang mendasarinya, mencegah penumpukan kembali cairan, serta untuk mengurangi

ketidak nyamanan dan dispnea. Pengobatan spesifik diarahkan pada penyabab yang

mendasari:

1. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan mengumpulakan specimen untuk

analisis dan menghilangkan dispnea.

2. Selang dada dan drainase water-seal mungkin diperlukan untuk pneumotoraks

(kadang merupakan akibat torasentesis berulang)

3. Obat dimasukkan kedalam ruang pleural untuk mengobliterasi ruang pleura dan

mencegah penumpukan cairan lebih lanjut.

4. Modalitas pengobatan lainnya: radiasi dinding dada, operasi pleuraktomi, dan terapi

diuretik.

I. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Kaji perkembangan nyeri pada klien.

2. Beri posisi yang nyaman pada klien untuk mengurangi rasa nyeri.

3. Ajari tehnik relaksasi pada klien.

4. Menganjurkan pada klien untuk makan sedikit tapi sering.

5. Memberi pendidikan kepada klien, maupun keluarga tentang penumpukan di paru

bisa disebabkan dari beberapa penyakit seperti gagal jantung, adanya neoplasma,

tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, sindroma nefrotik, hipoalbumin.

J. Komplikasi

1. Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik

akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan

ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan

hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya.

Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan

membran-membran pleura tersebut.

2. Atalektasis

Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh

penekanan akibat efusi pleura.

3. Fibrosis Paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru

dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan

sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada

efusi pleura atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian

jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.

4. Kolaps Paru

Pada efusi pleura atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada

sebagian/ semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan megakibatkan

kolaps paru.

K. Asuhan keperawatan pada klien dengan Efusi Pleura

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Nama, umur, kuman TBC yang menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat

tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan

satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah

punya riwayat kontak dengan penderita TB paru yang lain. (Hendrawan

Nodesul, 1996)

b. Keluhan utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari

pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi

pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafar, rasa berat pada dada, nyeri

pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokalisir, terutama pada

saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

c. Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang

dirasakan saat ini. Dengan adanya sesak nafas, batuk, nyeri dada, keringat

malam, nafsu makan menurun dan duhu badan meningkat mendorng penderita

untuk mencari pengobatan.

Pasien dengan efusi pleura biasanhya akan diawali dengan adanya tanda-tanda

seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan

menurun dan sebagainya. Perlu juga dinyatakan mulai kapan keluhan itu

muncul.

d. Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit-penyakit yang perah diderita oleh penderita yang

mungkin sehubungan dengan tuberculosis paru antara lain ISPA efusi pleura

serta tuberculosis paru yang kembali aktif.

e. Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita

penyakit tersebut sehingga diteruskan penularannya.

f. Riwayat psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya bagaimana cara mengatasinya

serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap

dirinya. Pada penderita yang status ekonominya menengah kebawah dan sanitasi

kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya

riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain. (Hendrawan

Nodesul, 1996)

g. Pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Adanya tindakan medis dan keperawatan di rumah sakit mempengaruhi

perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan

persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya

riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan

bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit. Pada klien dengan TB

paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak-desakan, kurang cahaya

matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dir rumah yang sumpek.

Pola nutrisi dan metabolik

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan

pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi

pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum

dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan

nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.

Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan

effusi pleura keadaan umumnya lemah.

Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan

menurun.

Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi

dan defekasi sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang

lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan

konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan

penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi

maupun defekasi.

Pola aktivitas dan latihan

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Px

akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu

pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan

untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu

oleh perawat dan keluarganya.Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri

dada akan menganggu aktivitas.

Pola tidur dan istirahat

Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat, selain itu

akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke

lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik

dan lain sebagainya. Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada

penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan

istirahat.

Pola hubungan dan peran

Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan

peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat

menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya,

mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga

mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal

pasien.Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena

penyakit menular.

Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan

pendengaran) tidak ada gangguan.

Pola persepsi dan konsep diri

Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat,

tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam,

pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit

berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan

gambaran positif terhadap dirinya. Karena nyeri dan sesak napas biasanya

akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.

Pola reproduksi dan seksual

Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan

terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan

kondisi fisiknya masih lemah. Pada penderita TB paru pada pola reproduksi

dan seksual akan berubah karena kelemahan dan nyeri dada.

Pola penanggulangan stress

Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami

stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter

yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai

penyakitnya. Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan

mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan

terhadap pengobatan.

Pola tata nilai dan kepercayaan

Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada

Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari

Tuhan.

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya

aktifitas ibadah klien.

h. Pemeriksaan fisik

Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara

umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan

perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui

tingkat kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran

tinggi badan berat badan pasien.

2. Diagnosa yang muncul

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan paru.

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri dada.

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret.

d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

3. Intervensi dan Rasional

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan paru.

Tujuan : Pola nafas kembali efektif

KH : Tidak ada dispnea, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, RR normal

(16-20 x/menit).

Intervensi :

a) Observasi pernafasan khsusnya bunyi nafas dan perkusi

Rasional : Bunyi nafas dapat menurun

b) Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan

Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimum

c) Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas

Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan O₂

d) Kolaborasi pemberian O₂

Rasional : Alat membantu meningkatkan O₂

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri dada.

Tujuan : Tidak ada nyeri dada

KH :

Keluhan nyeri berkurang

Skala nyeri menurun

Intervensi

a) Kaji perkembangan nyeri

Rasional : Untuk mengetahui terjadinya kompikasi

b) Ajarkan klien tehnik relaksasi

Rasional : Untuk meringankan nyeri

c) Beri posisi yang nyaman

Rasional : Untuk memberikan kenyamanan kien

d) Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : Untuk mengurangi rasa sakit

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret.

Tujuan : Jalan nafas menjadi efektif

KH :

Tidak ada pengumpulan sekret

Tidak ada penggunaan alat bantu nafas

Intervensi :

a) Observasi karakteristik batuk

Rasional : Untuk mengetahui batuk apakah menetap atau tidak efektif

b) Ajarkan batuk efektif

Rasional : Membantu pengeluaran sekret

c) Berikan pasien posisi semi fowler

Rasional : membantu memaksimalkan ekspansi paru

d) Kolaborasi pemberian oksigen

Rasional : Dapat meningkatkan intake oksigen

d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

KH : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis.

Intervensi :

a) Observasi nafsu makan klien

Rasional : Porsi makan tidak habis menunjukkan nafsu makan belum

baik

b) Beri makan klien sedikit tapi sering

Rasional : Meningkatkan masukan secara perlahan

c) Beritahu klien pentingnya nutrisi

Rasional : Klien dapat memahami dan mau menigkatkan masukan

nutrisi.

d) Pemberian diit TKTP

Rasional : Peningkatan energi dari protein pada tubuh sebagai

pembangun.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan (terjadi

penumpukan cairan dalam rongga pleura). Efusi dapat berupa cairan jernih, yang

mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. Berdasrkan

jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat, eksudat, dan

hemoragi. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid

menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas

kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis

akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis

paru.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis NANDA & NIC-NOC. Yogyakarta : Media Action.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

Jakarta: Salemba Medika.

Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien

dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Somantri, Irman. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien

dengan Gangguan Sistem Pernapasan, edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.