makalah etika (etika dan tanggung jawab advokat)

17
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Pendahuluan Apakah etika, dan apakah etika profesi itu? Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Saat ini dinamika yang terjadi dalam proses pencarian keadilan pada pranata hukum kita ternyata telah berkembang menjadi begitu kompleks. Masalah- masalah hukum dan keadilan bukan lagi sekedar masalah teknis prosedural untuk menentukan apakah suatu perbuatan bertentangan atau tidak dengan peraturan perundang-undangan, atau apakah sesuai atau tidak dengan hukum kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat Indonesia. Tetapi lebih jauh, masalah hukum dalam dunia ketiga adalah seputar bagaimana mempersiapkan yang belum ada dan menyesuaikan yang tidak lagi cocok dalam rangka proses transplantasi hukum secara besar-besaran yang berjalan mengiringi proses pertumbuhan tatanan baru globalisasi. Dalam kondisi seperti ini, permasalahan hukum bukan lagi hanya persoalan eksklusif yang berkaitan 1

Upload: sams21

Post on 16-Jun-2015

5.277 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Etika (Etika Dan Tanggung Jawab Advokat)

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan

Apakah etika, dan apakah etika profesi itu? Kata etika berasal dari kata

ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai

suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu

ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah

dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

Saat ini dinamika yang terjadi dalam proses pencarian keadilan pada

pranata hukum kita ternyata telah berkembang menjadi begitu kompleks.

Masalah-masalah hukum dan keadilan bukan lagi sekedar masalah teknis

prosedural untuk menentukan apakah suatu perbuatan bertentangan atau tidak

dengan peraturan perundang-undangan, atau apakah sesuai atau tidak dengan

hukum kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat Indonesia. Tetapi lebih jauh,

masalah hukum dalam dunia ketiga adalah seputar bagaimana mempersiapkan

yang belum ada dan menyesuaikan yang tidak lagi cocok dalam rangka proses

transplantasi hukum secara besar-besaran yang berjalan mengiringi proses

pertumbuhan tatanan baru globalisasi.

Dalam kondisi seperti ini, permasalahan hukum bukan lagi hanya

persoalan eksklusif yang berkaitan dengan perlindungan atas hak milik dari

segelintir orang. Yang terjadi dalam masyarakat seperti ini adalah dihadapkannya

kenyataan bahwa permasalahan hukum merupakan permasalahan riil hampir

semua orang. Di sisi lain, proses transplantasi tersebut juga menuntut negara dan

masyakarat untuk menanggulangi distorsi yang ada agar tidak terus-menerus

menjalar dan menggerogoti seluruh institusi dan infrastruktur pendukung sistem

hukum Indonesia. Salah satu contohnya adalah bahwa pengadilan saat ini tidak

lagi berperan sebagai ruang sakral di mana keadilan dan kebenaran diperjuangkan,

tapi telah berubah menjadi pasar yang menjadi mekanisme penawaran dan

permintaan sebagai dasar putusannya. Sedangkan persoalan dan perkara hukum

menjadi komoditinya dan keadilan masyarakat serta martabat kemanusiaan

menjadi taruhan utamanya.

1

Page 2: Makalah Etika (Etika Dan Tanggung Jawab Advokat)

Dalam perspektif semacam itu, 3(tiga) kondisi hukum di ataslah, yakni

mempersiapkan, menyesuaikan dan menanggulangi yang pada gilirannya kembali

mencuat ke permukaan menjadi perdebatan dan diskusi mengenai kebutuhan akan

etika, standar dan tanggung jawab sebagai nilai-nilai pokok yang akan

mendukung dan menjamin keberlanjutan terselenggaranya proses pencarian

keadilan yang sehat. Faktor lain yang ikut menuntut mencuatnya debat tersebut

berada di sisi masyarakat yang dari waktu ke waktu semakin tergantung kepada

keahlian dan keterampilan dari sekelompok orang yang disebut kaum profesional.

Kondisi ketergantungan tersebut pada akhirnya menempatkan etika profesi

sebagai salah satu sarana kontrol masyarakat terhadap profesi, yang dalam hal

tertentu masih dapat dinilai melalui parameter etika umum yang ada di dalam

masyarakat. Dengan begitu, telaah lebih lanjut mengenai dimensi moral dari

profesi advokat dan pekerja bantuan hukum berkaitan erat dengan makna, fungsi

dan peranan advokat beserta kode etik yang mengatur mengenai profesi advokat

itu sendiri.

Kehormatan, keberanian, komitmen, integritas, dan profesional adalah

merupakan dasar bagi seorang advokat. Sudah sejak dahulu profesi advokat

dianggap sebagai profesi mulia atau lebih di kenal dengan istilah nobile officium.

Oleh karena itu seorang advokat dalam bersikap haruslah menghormati hukum

dan keadilan, sesuai dengan kedudukan seorang advokat sebagai the officer of the

court. Akan tetapi dalam kenyataannya advokat merupakan profesi yang sangat di

benci oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena advokat itu sendiri yang telah

membuat profesinya itu menjadi dibenci oleh masyarakat. Pada masa sekarang ini

tidak bisa dipungkiri lagi profesi advokat hanya lebih mementingkan materi dari

pada kebenaran dan keadilan yang ditegakkan. Sejarah telah membuktikan bahwa

hukum menjadi unsur terpenting bagi suatu tatanan masyarakat, di belahan dunia

manapun masyarakat tersebut berada. Dan advokat merupakan bagian daripada

hukum.

Sudah merupakan suatu keharusan bagi seorang advokat memiliki kode

etik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik profesi ini bertujuan agar ada

pedoman moral bagi seorang advokat dalam bertindak menjalankan tugasnya.

“Profesionalisme tanpa etika menjadikannya tanpa kendali dan tanpa pengarahan.

2

Page 3: Makalah Etika (Etika Dan Tanggung Jawab Advokat)

Sebaliknya, etika tanpa profesionalisme menjadikannya tidak maju bahkan tidak

tegak.

1.2 Permasalahan

Dari beberapa uraian dalam latar belakang diatas maka dapat diambil

beberapa permasalahan diantaranya :

1. Apa yang menjadi faktor penghambat bagi advokat dalam menjalankan

perannya sebagai penegak hukum sehingga tidak mampu menjalankan

kode etik seorang advokat?

2. Bagaimana solusi atas kendala yang dihadapi oleh advokat sebagai

seorang penegak hukum?

3

Page 4: Makalah Etika (Etika Dan Tanggung Jawab Advokat)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Etika, Moral dan Profesi Advokat

Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos atau ta etha yang berarti

tempat tinggal, padang rumput, kebiasaan atau adat istiadat. Oleh filsuf Yunani,

Aristoteles, etika digunakan untuk menunjukkan filsafat moral yang menjelaskan

fakta moral tentang nilai dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan dan suara

hati. (E.Y. Kanter 2001:2)

Kata yang dekat dengan pengertian etika adalah moral. Kata moral berasal

dari bahasa Latin yaitu mos atau mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan,

kelakuan, tabiat, watak, akhlak dan cara hidup. Secara etimologi, kata etika

(bahasa Yunani) sama dengan arti kata moral (bahasa Latin), yaitu adat istiadat

mengenai baik-buruk suatu perbuatan. Namun demikian moral tidak sama dengan

etika. Kata moral lebih mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia,

menuntun manusia bagaimana seharusnya ia hidup atau apa yang boleh dan apa

yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan etika adalah ilmu, yakni pemikiran

rasional, kritis dan sistematis tentang ajaran-ajaran moral. Etika menuntun

seseorang untuk memahami mengapa atau atas dasar apa ia harus mengikuti

ajaran moral tertentu. Dalam artian ini, etika dapat disebut filsafat moral (E.Y.

Kanter 2001:2).

Yang dimaksud etika profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan

ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh sekelompok orang yang disebut

kalangan professional atau orang yang menyandang suatu profesi tertentu disebut

seorang profesional. Selanjutnya Oemar Seno Adji mengatakan bahwa peraturan-

peraturan mengenai profesi pada umumnya mengatur hak-hak yang fundamental

dan mempunyai peraturan-peraturan mengenai tingkah laku atau perbuatan dalam

melaksanakan profesinya yang dalam banyak hal disalurkan melalui kode etik

(Oemar Seno Adji 1991:8).

Sedangkan yang dimaksud dengan profesi adalah suatu moral community

(masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai bersama. Mereka

membentuk suatu profesi yang disatukan karena latar belakang pendidikan yang

4

Page 5: Makalah Etika (Etika Dan Tanggung Jawab Advokat)

sama dan bersama-sama memiliki keahlian yang tertutup bagi orang lain. Dengan

demikian, profesi menjadikan suatu kelompok mempunyai kekuasaan tersendiri

dan karena itu mempunyai tanggung jawab khusus.

Istilah advokat sudah dikenal ratusan tahun yang lalu dan identik dengan

advocato, attorney, rechtsanwalt, barrister, procureurs, advocaat, abogado dan

lain sebagainya di Eropa yang kemudian diambil alih oleh negara-negara

jajahannya. Kata advokat berasal dari bahasa Latin, advocare, yang berarti to

defend, to call to one’s aid, to vouch or to warrant.

2.2 Fungsi dan Peranan Advokat

Secara garis besar dapat disebutkan di bawah ini mengenai fungsi dan

peranan advokat antara lain sebagai berikut :

Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia;

1. Memperjuangkan hak asasi manusia;2. Melaksanakan Kode Etik Advokat;3. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan

hukum, keadilan dan kebenaran;4. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai keadilan,

kebenaran dan moralitas);5. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat dan

martabat advokat;6. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap

masyarakat dengan cara belajar terus-menerus (continuous legal education) untuk memperluas wawasan dan ilmu hukum;

7. Memelihara kepribadian advokat karena profesi advokat merupakan profesi yang terhormat (officium nobile);

8. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat;

9. Memberikan pelayanan hukum (legal services), nasehat hukum (legal advice), konsultasi hukum (legal consultation), pendapat hukum (legal opinion), informasi hukum (legal information), menyusun kontrak-kontrak (legal drafting), Membela kepentingan klien (litigasi) dan mewakili klien di muka pengadilan (legal representation);

10. Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada masyarakat yang lemah dan tidak mampu (melaksanakan pro bono publico).

2.3 Hak Dan Kewajiban Advokat1. Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam

membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang

5

Page 6: Makalah Etika (Etika Dan Tanggung Jawab Advokat)

pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

2. Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

3. Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan Klien dalam sidang pengadilan.

4. Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan Kliennya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap Klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan budaya.

6. Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari Kliennya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang.

7. Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien, termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat.

8. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan tugas dan martabat profesinya.

6

Page 7: Makalah Etika (Etika Dan Tanggung Jawab Advokat)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Faktor penghambat bagi advokat dalam menjalankan perannya

sehingga melanggar kode etik advokat

Beberapa pelanggaran kode etik yang sering dilakukan oleh advokat antara lain :

1. Berkaitan dengan persaingan yang tidak sehat antar sesama advokat seperti

merebut klien, memasang iklan, menjelek-jelekkan advokat lain,

intimidasi terhadap teman sejawat ;

2. Berkaitan dengan kualitas pelayanan terhadap klien, seperti konspirasi

dengan advokat lawan tanpa melibatkan klien, menjanjikan kemenangan

terhadap klien, menelantarkan klien, mendiskriminasikan klien

berdasarkan bayaran, dan lain sebagainya;

3. Melakukan praktek curang seperti menggunakan data palsu, kolusi dengan

pegawai pengadilan dan lain-lain.

Dari beberapa pelanggaran diatas saya ingin sedikit mengkritisi masalah

mengenai pendiskriminasian klien serta praktek curang seperti menggunakan data

palsu, kolusi dengan pegawai pengadilan. Yang pertama, tidak banyak orang yang

tahu bahwa bantuan hukum adalah bagian dari profesi advokat. Kewajiban

membela orang miskin bagi profesi advokat tidak lepas dari prinsip persamaan di

hadapan hukum (equality before the law) dan hak untuk didampingi advokat

(access to legal counsel) yang merupakan hak asasi manusia bagi semua orang

tanpa terkecuali, termasuk fakir miskin (justice for all). Namun demikian,

mungkin tidak seluruh advokat yang akan bergerak di bidang ini, akan tetapi

hanya advokat tertentu yang diarahkan secara khusus untuk menangani persoalan

pemberian bantuan hukum untuk golongan miskin.

Lalu, mengenai masalah praktek curang seperti menggunakan data palsu,

kolusi dengan pegawai pengadilan dan lain-lain bahkan saya pribadi pernah

mengetahui hal itu secara langsung. Hal itu buka lagi bukanlah hal yang tabu bagi

mereka karena menurut mereka hal itu adalah sesuatu yang wajar dan biasa

terjadi. Bagi saya, faktor yang juga mempengaruhi hal ini sehingga terjadi

demikian yakni karena faktor lingkungan yang lama-kelamaan memang akan

7

Page 8: Makalah Etika (Etika Dan Tanggung Jawab Advokat)

menjadi budaya. Jika kita melihat fakta yang demikian dan berfikir pasti muncul

sebuah pertanyaan di benak kita,“mau dibawa kemana bangsa ini?”

Pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas seringkali terjadi karena

mentalitas sumber daya manusia kita yang boleh dibilang bobrok, selain faktor-

faktor lain seperti kurangnya pengetahuan dan pemahaman seorang advokat

mengenai substansi kode etik profesi advokat, baik yang bersifat nasional maupun

internasional. Selain itu, apabila kita telaah kode etik advokat Indonesia, tidak ada

pengaturan mengenai sanksi dalam kode etik advokat Indonesia sehingga hal ini

juga yang merupakan hambatan pokok bagi penegakan kode etik.

Namun, bila dilihat dari sudut pandang lain, kelemahan substansi kode etik

bukan berasal dari tidak adanya sanksi, tapi lebih pada ketidakmampuan norma-

norma dalam kode etik tersebut untuk menimbulkan kepatuhan pada para advokat

anggotanya. Bahkan dalam kode etik sebenarnya ada bagian khusus yang memuat

pengaturan mengenai sanksi-sanksi yang dapat diberikan kepada advokat yang

melanggar kode etik, yaitu antara lain berupa teguran, peringatan, peringatan

keras, pemberhentian sementara untuk waktu tertentu, pemberhentian selamanya

dan pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi. Masing-masing sanksi

ditentukan oleh berat ringannya pelanggaran yang dilakukan oleh advokat dan

sifat pengulangan pelanggarannya.

Faktor lain yang menentukan efektivitas penegakan kode etik adalah

budaya advokat Indonesia dalam memandang dan menyikapi kode etik yang

diberlakukan terhadapnya. Budaya solidaritas korps disinyalir merupakan salah

satu penghambat utama dari tidak berhasilnya kode etik ditegakkan secara efektif.

Solidaritas ini lebih dikenal dengan “Spirit of the Corps” yang bermakna luas

sebagai semangat untuk membela kelompok atau korpsnya. Selain semangat

membela kelompok, ada faktor perilaku advokat yang dipandang lebih menonjol

ketika ia menemukan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh teman

sejawatnya atau oleh aparat penegak hukum lainnya, yakni budaya skeptis.

Kecenderungan untuk berperilaku tidak acuh tampak jelas. Hal ini disebabkan

karena berkembangnya ketidakpercayaan terhadap sistem peradilan yang sudah

sangat korup dan rasa segan untuk bertindak “heroik’ secara individual dalam

tekanan suatu komunitas yang justru seringkali bergantung pada rusaknya sistem

8

Page 9: Makalah Etika (Etika Dan Tanggung Jawab Advokat)

peradilan itu sendiri. Akibatnya, para advokat cenderung untuk berpraktek di luar

pengadilan dan/atau membentuk kelompoknya sendiri.

3.2 Solusi atas kendala yang dihadapi oleh advokat sebagai seorang

penegak hukum

Penegakan kode etik advokat adalah isu yang menjadi sorotan dari banyak

advokat dan seluruh elemen penegakan hukum di Indonesia. Penegakan kode etik

diartikan sebagai kemampuan komunitas advokat dan organisasinya untuk

memaksakan kepatuhan atas ketentuan-ketentuan etik bagi para anggotanya,

memproses dugaan terjadinya pelanggaran kode etik dan menindak anggota yang

melanggar ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kode etik.

Pembelaan bagi orang tidak mampu, baik di dalam maupun di luar

pengadilan merupakan bagian dari fungsi dan peranan advokat di dalam

memperjuangkan hak asasi manusia. Mengenai pendiskriminasian klien maka

perlu kaderisasi advokat-advokat muda yang militan yang sudah dipersiapkan

sejak dari bangku kuliah. Dalam hal ini, maka peranan dari lembaga atau biro

bantuan hukum yang ada di fakultas-fakultas hukum menjadi sangat penting

sekali. Dengan demikian maka kehadiran para mahasiswa hukum dalam

pembelaan perkara di muka pengadilan merupakan penyiapan kader public

defender di bawah bimbingan para ahli hukum yang berpengalaman. Untuk

melakukan kaderisasi ini diperlukan sekali penyiapan kurikulum yang mantap

untuk pengembangan bantuan hukum melalui biro atau lembaga bantuan hukum

yang ada di fakultas-fakultas hukum, baik negeri maupun swasta. Selain itu,

dengan didirikannya lembaga-lembaga bantuan hukum yang diprakarsai oleh

masyarakat, organisasi profesi advokat dan pemerintah, diharapkan pula dapat

meningkatkan jumlah pembela umum (public defender). Sudah merupakan

tanggung jawab organisasi profesi advokat untuk menyediakan para pembela

umum dari para anggotanya yang siap memberikan waktu untuk membela orang

miskin secara gratis (pro deo/pro bono publico). Demikian pula pemerintah

mempunyai tanggung jawab menyediakan pembela umum untuk menciptakan

keseimbangan dimana negara mempunyai kewajiban menyediakan penuntut

umum/jaksa (public prosecutor). Karena jaksa dipersiapkan untuk menuntut

9

Page 10: Makalah Etika (Etika Dan Tanggung Jawab Advokat)

tersangka/terdakwa sedangkan pembela umum disiapkan untuk membela

tersangka/terdakwa.

Hal diatas adalah solusi yang sangat terbatas pada satu permasalahan saja.

Namun diatas itu semua yang merupakan hal terpenting dalam mengatasi krisis

moral dan etika yang mengakibatkan hancurnya sistem hukum nasional kita yakni

pendidikan sedini mungkin mengenai bagaimana sikap dan perilaku yang baik.

Mengajarkan kepada anak-anak agar mampu untuk bersikap jujur, berdisiplin,

menghormati teman dan memiliki sopan santun serta mempunyai jiwa yang

berbudi pekerti luhur, hal-hal tersebut adalah termasuk kedalam pendidikan

hukum par exellence. Anak-anak tersebut juga harus dibekali oleh ajaran agama

yang dapat dijadikan landasan bagi jiwa mereka, sehingga mereka dapat

menentukan perbuatan mana yang boleh mereka lakukan dan tidak boleh mereka

lakukan sesuai dengan norma-norma agama yang mereka anut. Hal ini

dimaksudkan agar suatu saat apa yang sudah ditanamkan semenjak dini tetap

menjadi pegangan bagi mereka sebagai generasi penerus bangsa, baik dalam

hidup secara umum dan khususnya dalam menjalankan etika berprofesi agar

mereka kelak tidak melakukan hal-hal atau perilaku yang menyimpang sehingga

diharapkan mampu membangkitkan bangsa ini dari keterpurukan.

10

Page 11: Makalah Etika (Etika Dan Tanggung Jawab Advokat)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari apa yang sudah dibahas diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dari

pelanggaran kode etik atau etika profesi oleh advokat yang sampai saat ini yang

utama adalah praktek curang seperti menggunakan data palsu, kolusi dengan

pegawai pengadilan dan lain-lain yang sudah menjadi budaya para aparat hukum.

Lalu diskriminasi klien berdasarkan bayaran. Prinsip persamaan di hadapan

hukum (equality before the law) dan hak untuk didampingi advokat (access to

legal counsel) yang merupakan hak asasi manusia bagi semua orang tanpa

terkecuali.

4.2 Saran

Dalam tulisan Profesor Satjipto Rahardjo dikemukakan bahwa sebelum

membangun hukum maka kita harus mendahulukan pembangunan manusia

Indonesia terlebih dahulu. Dari situ maka hukum akan turut terbangun dan

kehidupan akan menjadi lebih baik. Salah satu cara yang menurut saya sangat

perlu dilakukan guna pembangunan manusia Indonesia adalah pendidikan dini

seperti apa yang sudah dikemukakan oleh Profesor Satjipto Rahardjo tanpa harus

mendidik mereka menurut apa yang ada dalam teks book, baik berupa undang-

undang dan sebagainya, melainkan pendidikan par exellence.

11