makalah etos kerja dan islam

13
MENGEMBANGKAN ETOS KERJA DALAM ISLAM JTD 3C Adi Putra Wijaya NIM.1241160029 Adit Ismail Saleh NIM. 1241160071 Ahmad Nur Siswanto NIM. 1241160006 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL

Upload: chez-wanto

Post on 10-Feb-2016

167 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Bidang AGAMA ISLAMuntuk mengenai pembahasan, masih kurang, karena sebagian dari sub bab masih tidak berhubungan dengan judul..terimakasih..

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Etos Kerja Dan Islam

MENGEMBANGKAN ETOS KERJA DALAM ISLAM

JTD 3C

Adi Putra Wijaya NIM.1241160029

Adit Ismail Saleh NIM. 1241160071

Ahmad Nur Siswanto NIM. 1241160006

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2015

Page 2: Makalah Etos Kerja Dan Islam

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang

Mengembangkan Etos Kerja Dalam Islam dengan baik meskipun banyak kekurangan

didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Abdul Chalim, S. AG, MPD.i selaku

Dosen mata kuliah Agama Islam yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan kita mengenai hal hal yang berkaitan dengan Etos Kerja. Kami juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang

sempurna tanpa saran yang membangun.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang

yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di

masa depan.

Malang , September 2015

Penyusun

Page 3: Makalah Etos Kerja Dan Islam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai manusia, kita diwajibkan untuk berusaha dalam menggapai sebuah cita-cita.

Kita tidak boleh hanya berpangku tangan dan pasrah. Ajaran agama kita melarang orang

yang hanya pasrah tanpa berusaha. Kewajiban kita hanya berusaha dan berdoa, serta

mengharap rahmat Allah swt. Namun harus diingat, Allah swt akan memberikan karunia-

Nya sesuai dengan usaha seseorang dan doa yang tulus. Oleh karena itu, berusahalah

sekuat tenaga dan berdoalah dengan khusyuk dan tulus. Agama Islam yang berdasarkan

Al-Qur‟an dan Al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin

mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga

mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja.

Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup

selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok .” Dalam

ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah,

Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada

muslim yang lemah. Allah swt. menyukai mukmin yang kuat bekerja.” Nyatanya kita

kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan

tadi.

Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja

yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-

nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Qur‟an

dan as-Sunnah.

Page 4: Makalah Etos Kerja Dan Islam

1.2 Tujuan

Tujuan dari Etos Kerja dalam Islam yaitu sebagai :

a) Orientasi ke masa depan, yaitu segala sesuatu direncanakan dengan baik, baik

waktu, kondisi untuk ke depan agar lebih baik dari kemarin.

b) Menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu merupakan hal yang sangat

penting guna efesien dan efektivitas bekerja.

c) Tanggung jawab, yaitu memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan

merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan ketekunan dan kesungguhan.

d) Hemat dan sederhana, yaitu sesuatu yang berbeda dengan hidup boros, sehingga

bagaimana pengeluaran itu bermanfaat untuk kedepan.

e) Persaingan sehat, yaitu dengan memacu diri agar pekerjaan yang dilakukan tidak

mudah patah semangat dan menambah kreativitas diri.

Page 5: Makalah Etos Kerja Dan Islam

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Bekerja Dalam Islam

Urusan dunia merupakan perkara yang paling banyak menyita perhatian umat

manusia, sehingga mereka menjadi budak dunia, bahkan lebih parah lagi, sejumlah besar

Umat Islam memandang bahwa berpegang dengan ajaran Islam akan mengurangi

peluang mereka dalam mengais rizki. Ada sejumlah orang yang masih mau menjaga

sebagian kewajiban syariat Islam tetapi mereka mengira bahwa jika ingin mendapat

kemudahan di bidang materi dan kemapanan ekonomi hendaknya menutup mata dari

sebagian aturan islam terutama yang berkenaan dengan etika bisnis dan hukum halal

haram.

Islam tidak membiarkan seorang muslim kebingungan dalam berusaha mencari

nafkah, bahkan telah memberikan solusi tuntas dan mengajarkan etika mulia agar mereka

mencapai kesuksesan dalam mengais rizki dan membukakan pintu kemakmuran dan

keberkahan. Kegiatan usaha dalam kaca mata Islam memiliki kode etik dan aturan, jauh

dari sifat tamak dan serakah sehingga mampu membentuk sebuah usaha yang menjadi

pondasi masyarakat madani dan beradab.

Seluruh harta kekayaan milik Allah sementara manusia hanya sekedar sebagai

pengelola, maka orang yang bertugas sebagai pengelola tidak berhak keluar dari aturan

Pemilik harta (Allah), maka sungguh sangat menyedihkan bila terdapat sebagian orang

yang berpacu untuk meraih kenikmatan dunia dengan menghabiskan seluruh waktunya,

sementara mereka melupakan tujuan utama penciptaan, yaitu beribadah kepada-Nya

sebagaimana firman Allah: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka

dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah

Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. 51:56-58).

2.2 Manfaat Harta Halal

Manfaat harta yang bersih dan halal di tangan orang salih sangat banyak, ibarat pohon

kurma yang tidak menyisakan bagian sedikitpun melainkan seluruhnya bermanfaat untuk

manusia. Dengan hidup berkecukupan menuntut ilmu menjadi mudah, beribadah menjadi

lancar, bersosialisasi menjadi gampang, bergaul semakin indah, berdakwah semakin

sukses, berumah tangga semakin stabil dan beramal shalih semakin tangguh. Oleh karena

Page 6: Makalah Etos Kerja Dan Islam

itu, harta ditangan seorang muslim bisa berfungsi sebagai sarana penyeimbang dalam

beribadah, dan perekat hubungan dengan makhluk.

Rasulullah bersabda: Nikmat harta yang baik adalah yang dimiliki laki-laki yang

salih. [1]

Bahkan harta tersebut akan menjadi sebuah energi yang memancarkan masa depan cerah,

dan sebuah kekuatan yang mengandung berbagai macam keutamaan dan kemuliaan

dunia dan akherat, serta penggerak roda dakwah dan jihad di jalan Allah.

Allah berfirman: Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang

hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi

Rabbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih

hati. (QS. 2:274)

Nabi juga memberi pujian kepada seorang muslim yang dermawan dan

membelanjakan hartanya di jalan kebaikan. Dari Abdullah bin Umar Nabi

bersabda: Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah dan tangan

yang di atas suka memberi dan tangan yang di bawah suka meminta. [2]

Dari Umar bin Khaththab berkata: Pernah suatu hari Rasulullah memerintahkan

kepada kami agar bersedekah dan ketika itu saya sedang memiliki harta yang sangat

banyak: maka saya berkata: Hari ini aku akan mampu mengungguli Abu Bakar lalu aku

membawa separoh hartaku untuk disedekahkan. Maka Rasulullah bersabda: Apa yang

kamu tinggalkan untuk keluargamu? Saya berkata: Aku tinggalkan untuk keluargaku

semisalnya. Lalu Abu Bakar datang membawa semua kekayaannya maka beliau

bersabda: Wahai Abu Bakar Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, ia menjawab:

Saya tinggalkan untuk mereka, Allah dan Rasul-Nya. Maka aku berkata: Saya tidak akan

bisa mengunggulimu selamanya. [3]

2.3 Islam Mencela Pemalas dan Peminta-minta

Islam sangat mencela pemalas dan membatasi ruang gerak peminta-minta serta

mengunci rapat semua bentuk ketergantungan hidup dengan orang lain, namun Al

Qur’an sangat memuji orang yang bersabar dan menahan diri dengan tidak meminta

uluran tangan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup karena tindakan tersebut

akan menimbulkan berbagai macam keburukan dan kemunduran dalam kehidupan.

Imam Ibnul Jauzi berkata: Tidaklah ada seseorang yang malas bekerja melainkan

berada dalam dua keburukan; pertama; menelantarkan keluarga dan meninggalkan

kewajiban dengan berkedok tawakkal sehingga hidupnya menjadi batu sandungan orang

Page 7: Makalah Etos Kerja Dan Islam

lain dan keluarganya berada dalam kesusahan, kedua; demikian itu suatu kehinaan yang

tidak menimpa kecuali pada orang yang hina dan gelandangan, sebab orang yang

bermartabat tidak akan rela kehilangan harga diri hanya karena kemalasan dengan dalih

tawakkal yang sarat dengan hiasan kebodohan, sebab boleh jadi seseorang tidak memiliki

harta tetapi masih tetap punya peluang dan kesempatan untuk berusaha. [4]

Seorang muslim harus berusaha hidup berkecukupan, memerangi kemalasan,

bersemangat dalam mencari nafkah, berdedikasi dalam menutupi kebutuhan, dan rajin

bekerja demi memelihara masa depan anak agar mampu hidup mandiri dan tidak menjadi

beban orang lain, sebab pemalas yang menjadi beban orang dan pengemis yang menjual

harga diri merupakan manusia paling tercela dan sangat dibenci Islam seperti yang telah

ditegaskan dalam sebuah hadits dari Abdullah Ibnu Umar bahwasannya Nabi

bersabda: Tidaklah sikap meminta-minta terdapat pada diri seseorang di antara kalian

kecuali ia bertemu dengan Allah sementara di wajahnya tidak ada secuil dagingpun. [5]

Yusuf bin Asbath berkata bahwa Sufyan Ats Tsauri berkata kepadaku: Aku

meninggalkan harta kekayaan sepuluh ribu dirham yang nanti dihisab oleh Allah, lebih

aku cintai daripada aku hidup meminta-minta dan menjadi beban orang lain. [6]

2.4 Etos Kerja Seorang Muslim

Apabila kita mencermati kehidupan para ulama dan imam sunnah, mereka telah

memberikan contoh dan teladan sangat mulia dalam menyeimbangkan antara

kepentingan mencari ilmu dan mencari nafkah. Bahkan setiap para nabi dan rasul

berusaha dan berkarya untuk menopang kelangsungan dalam menyebarkan risalah dan

dakwah, nabi Zakaria menjadi tukang kayu, nabi Idris menjahit pakaian dan nabi Daud

membuat baju perang, sehingga bekerja untuk bisa hidup mandiri merupakan sunnah

para utusan Allah maka berusaha untuk mencari nafkah baik dengan berniaga, bertani

dan berternak tidak dianggap menjatuhkan martabat dan tidak bertentangan dengan sikap

tawakkal. [7]

Inilah yang difahami oleh para utusan Allah dan para ulama salaf sehingga mereka

tergolong orang-orang yang rajin bekerja dan ulet dalam berusaha namun mereka juga

gigih dan tangguh dalam menuntut ilmu dan menyebarkan agama. Tidak mengapa

seorang bekerja di bidang dakwah dan urusan kaum muslimlin lalu mendapat imbalan

dari pekerjaan tersebut karena Umar bin Khaththab ketika menjadi Khalifah mencukupi

kebutuhan hidup keluarganya dari baitul mal. [8]

Page 8: Makalah Etos Kerja Dan Islam

Cobalah renungkan kehidupan para utusan Allah dan para ulama salaf, kegiatan

mereka dalam mencari ilmu dan berda’wah tidak melalaikan mereka mengais rizki yang

halal untuk menafkahi keluarganya. Oleh karena itu, kita harus bisa meneladani mereka

baik dalam menuntut ilmu maupun dalam mencari nafkah, janganlah malas bekerja

dengan alasan tidak bisa menuntut ilmu. Apapun bentuk usaha bagi seorang muslim yang

penting halal dan diperoleh dengan cara yang benar maka harus ditekuni dan dijalani

dengan penuh suka cita, tidak perlu gensi, dan rendah diri serta malu terhadap profesinya

yang dianggap oleh kebanyakan orang sebagai bentuk profesi hina dan tidak bermartabat,

padahal mulia dan tidaknya sebuah usaha atau profesi tidak bergantung pada bergengsi

atau tidaknya di pandangan manusia seperti bekerja di perusahan asing yang ternama

atau posisi jabatan kelas tinggi atau menduduki tempat yang banyak sabetannya, namun

kemuliaan sebuah usaha sangat ditentukan oleh kehalalan dan benarnya jenis usaha

dihadapan Allah serta terpuji dipandangan syareat.

Page 9: Makalah Etos Kerja Dan Islam

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Page 10: Makalah Etos Kerja Dan Islam

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/5004065/Makalah_etos_kerja

http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2010/10/etos-kerja-definisi-fungsi-dan-cara.html

http://pengusahamuslim.com/etos-kerja-seorang-muslim/