makalah final (2)
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pelaporan Akuntansi
Keuangan yang akan membahas mengenai kerangka konseptual berdasarkan PSAK, perbedaan
kerangka konseptual berdasarkan US GAAP dan IFRS, penyajian pelaporan keuangan
berdasarkan PSAK 1 (Revisi 2009) dan PSAK 2 (Revisi 2009) serta pembahasan kasus earning
management pada PT. Kimia Farma.
LANDASAN TEORI
1. Kerangka Konseptual
Dalam buku Intermediate Accounting (IFRS Edition) karangan Kieso, kerangka konseptual
adalah suatu sistem yang koheren dari konsep-konsep yang beralur dari tujuan, dimana tujuan ini
mengidentifikasikan tujuan dari laporan keuangan serta memberikan pedoman dalam (1)
mengidentifikasi batasan-batasan pada laporan keuangan; (2) memilih transaksi-transaksi,
peristiwa lainnya, dan keadaan yang harus diungkapkan; (3) bagaimana seharusnya pengakuan
dan pengukuran atas transaksi-transaksi tersebut; (4) serta bagaimana seharusnya transaksi
tersebut diikhtisarkan dan dilaporkan.
Sedangkan berdasarkan PSAK (2009) dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan
Keuangan, kerangka konseptual merupakan perumusan atas konsep yang mendasari penyusunan
dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal, yang digunakan sebagai acuan
bagi:
a) komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya;
b) penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur
dalam standar akuntansi keuangan;
c) auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan
d) para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
1
Namun, kerangka dasar ini bukan standar akuntansi keuangan dan karenanya tidak keuangan
yang harus diunggulkan relative terhadap kerangka dasar ini, tetapi karena kerangka dasar ini
dijadikan sebagai acuan bagi komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pengembangan
standar akuntansi keuangan di masa depan dan dalam peninjauan kembali terhadap standar
akuntansi keuangan yang berlaku, maka banyaknya kasus konflik tersebut akan berkurang
dengan berjalannya waktu.
Menurut PSAK dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan,
kerangka dasar ini meliputi asumsi dasar; karakteristik kualitatif laporan keuangan; unsur
laporan keuangan; pengakuan unsur laporan keuangan; pengukuran unsur laporan keuangan; dan
konsep modal dan pemeliharaan modal, dengan penjelasannya sebagai berikut :
1.1 Asumsi Dasar
a. Dasar akrual
Laporan keuangan disusun dengan dasar akrual, dimana transaksi dan peristiwa diakui pada
saat kejadian, bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
b. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan disusun dengan asumsi kelangsungan usaha, dimana perusahaan
diasumsikan akan melanjutkan usahanya dimasa depan dan tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
1.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
a. Dapat dipahami
Laporan keuangan memenuhi karakteristik kualitatif, jika dalam laporan keuangan tersebut
menyajikan informasi yang dapat mudah dipahami oleh pemakai laporan keuangan, dimana
dalam hal ini diasumsikan pemakai mempunyai kemampuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar.
b. Relevan
Untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam pengambilan keputusan, informasi yang
disajikan harus relevan, dimana informasi ini relevan jika dapat mempengaruhi keputusan
2
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini
atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.
Peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory)
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai
dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain
yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah,
pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
komitmennya ketika jatuh tempo.
Materialitas
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
yang diambil atas dasar laporan keuangan.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan. Suatu informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat
diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
Penyajian jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan
untuk disajikan.
Substansi mengguli bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
3
Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung
pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu, sehingga tidak boleh ada usaha untu
menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut
akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.
Pertimbangan sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraa
dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan
terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah.
Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam
batasan materialitas dan biaya, karena Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan
(omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus
dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa
harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang
sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
e. Kendala informasi yang relevan dan andal
Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi
yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Untuk menyediakan informasi tepat
waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa
lainnya diketahui sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika
4
pelaporan ditunda sampa seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin
sangat andal tetapi
kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan
Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.
Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang
substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu harus dipikul oleh pemakai informasi
yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain
disamping mereka yang menjadi tujuan informasi; misalnya, penyediaan informasi
lanjutan kepada kreditur mungkin mengurangi biaya pinjaman yang dipikul
perusahaan.
Keseimbangan di antara karakteristik kualitatif
Dalam praktek, keseimbangan atau trade-off di antara berbagai karakteristik kualitatif
sering diperlukan. Pada umumnya tujuannya adalah untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat di antara berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan
laporan keuangan. Kepentingan relatif dari berbagai karakteristik dalam berbagai
kasus yang berbeda merupakan masalah pertimbangan professional.
f. Penyajian wajar
Laporan keuangan sering dianggap menggambarkan pandangan yang wajar dari, atau
menyajikan dengan wajar, posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan
1.3 Unsur Laporan Keuangan
Secara garis besar, unsur laporan keuangan ini terdiri dari laporan posisi keuangan, kinerja,
dan penyesuaian pemeliharaan modal. Unsur laporan keuanagn ini akan dibahas lebih lanjut
pada bagian penyajian pelaporan keuangan berdasarkan PSAK 1 (Revisi 2009).
5
1.4 Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
a. Probabilitas manfaat ekonomi masa depan
Dalam kriteria pengakuan penghasilan, konsep probabilitas digunakan dalam pengertian
derajat ketidakpastian bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan.
b. Keandalan Pengukuran
Suatu pos yang memiliki karakteristik esensial suatu unsur tetapi tidak dapat memenuhi
kriteria pengakuan tetap perlu diungkapkan dalam catatan, materi penjelasan atau skedul
tambahan. Pengungkapan ini dapat dibenarkan kalau pengetahuan mengenai pos tersebut
dipandang relevan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan oleh pemakai laporan keuangan.
1.5 Pengukuran Unsur Laporan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap
unsur laporan keuangan dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif.
a. Biaya historis (Historical cost). Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas)
yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk
memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang
diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya,
pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas)yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
b. Biaya kini (current cost). Aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang. Kewajiban
dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang
mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.
c. Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value). Aktiva dinyatakan dalam
jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam
pelepasan normal (orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu,
jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
6
d. Nilai sekarang (present value). Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa
depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan
hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih
di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
1.6 Konsep Modal dan Pemeliharaan Modal
a. Konsep modal
Pemilihan konsep modal yang sesuai bagi perusahaan harus didasarkan pada kebutuhan
pemakai laporan keuangan. Jadi, konsep modal keuangan seharusnya dianut kalau pemakai
laporan keuangan terutama berkepentingan dengan pemeliharaan modal nominal atau daya
beli dari modal yang diinvestasikan. Namun demikian, kalau pemakai berkepentingan dengan
kemampuan usaha perusahaan, seharusnya digunakan konsep modal fisik. Konsep yang
dipilih menunjukkan sasaran yang akan dicapai dalam penetapan laba, bahkan meskipun
operasionalisasi konsep tersebut tidak terlepas dari kesulitan pengukurannya.
b. Pemeliharaan modal
Pemeliharaan modal keuangan. Menurut konsep ini, laba hanya diperoleh kalau
jumlah finansial (atau uang) dari aktiva bersih pada akhir periode melebihi jumlah
finansial (atau uang) dari aktiva bersih pada awal periode, setelah memasukkan
kembali setiap distribusi kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi dari, para
pemilik selama periode. Pemeliharaan modal keuangan dapat diukur baik dalam
satuan moneter nominal atau dalam satuan daya beli yang konstan.
Pemeliharaan modal fisik. Menurut konsep ini laba hanya diperoleh kalau kapasitas
produktif fisik (atau kemampuan usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas
produktif fisik pada awal periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi
kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi dari , para pemilik selama satu periode.
7
2. Perbedaan Kerangka Konseptual antara US GAAP dan IFRS
Level 1 : Tujuan Laporan Keuangan
US GAAP IFRS
Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit.
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan perusahaan
Pengguna adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.
Menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan terhadap keduanya.
Level 2: Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
US GAAP IFRS
Relevan – terdiri dari: Nilai prediksi – membantu pengguna
memprediksi hasil dari kejadian masa lalu, saat ini dan masa depan.
Nilai umpan balik – membantu pengguna mengkonfirmasi dan membetulkan nilai prediksi sebelumnya.
Tepat waktu – tersedia sebelum kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan
Relevan – terdiri dari: Nilai prediksi Nilai konfirmasi
Materialitas
Dapat dipercaya – terdiri dari: Disajikan dengan jujur Netral
Dapat dipercaya – terdiri dari: Disajikan dengan jujur Netral
8
Dapat diferivikasi Substansi mengungguli bentuk Kehati-hatian (dimana ada ketidakpastian, kesalahan dalam menyediakn informasi dan menjamin adanya konservatisme.
KelengkapanDapat dibandingkan Dapat dibandingkanKonsisten
Level 2: Element Laporan Keuangan
US GAAP IFRSAset
Kewajiban
Ekuitas
Investasi pemilik
Distribusi kepada pemilik
Laba komprehensif
Pendapatan
Keuntungan
Beban
Kerugian
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Pemeliharaan modal (diperoleh dari revaluasi asset dan kewajiban)
Laba (Pendapatan dan keuntungan)
Beban (beban dan kerugian)
Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Asumsi dasar
US GAAP IFRS1. Kelangsungan usaha
2. Entitas ekonomi
3. Unit moneter
4. Periodisitas
1. Kelangsungan usaha
2. Basis akrual
Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Prinsip
9
US GAAP IFRS1. Biaya historis
2. Pengakuan pendapatan
3. Kesesuaian
4. Pengungkapan penuh
1. Biaya historis
2. Biaya sekarang (apa yang harus dibayar hari ini untuk mendapatkan aset. Ini sering diperoleh dalam penilaian yang sama dengan nilai wajar)
3. Nilai realisasi (jumlah kas yang dapat diperoleh saat ini jika asset dilepas
4. Nilai wajar
5. Pengakuan pendapatan
6. Pengakuan Beban
7. Pengungkapan Penuh
Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Kendala
US GAAP IFRS1. Biaya dan manfaat
2. Materialitas
3. Praktik Industri
4. Konservatisme
1. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
2. Tepat waktu
3. Keseimbangan antara karakteristik kualitatif
3. Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
a. laporan posisi keuangan (neraca) pada akhirperiode;
b. laporan laba rugi komprehensif selama periode
c. laporan perubahan ekuitas selama periode;
d. laporan arus kas selama periode;
e. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi
penjelasan lainnya; dan
10
f. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektifatau membuat penyajian kembali
pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifi kasi pos-pos dalam laporan
keuangannya.
3.1 Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan
Manajemen entitas bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan
entitas.
3.2 Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Ketika entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek dan
jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan, maka aset
(liabilitas) pajak tangguhan tidak boleh diklasifi kasikan sebagai aset lancar (liabilitas jangka
pendek).
Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasarkan
atas penilaian dari:
(a) sifat dan likuiditas aset;
(b) fungsi aset tersebut dalam entitas;
(c) jumlah, sifat dan jangka waktu liabilitas.
Penggunaan dasar pengukuran yang berbeda untuk kelompok aset yang berbeda
menunjukkan bahwa sifat dan fungsi aset tersebut berbeda dan, oleh karena itu, entitas
menyajikan kelompok aset yang berbeda secara terpisah. Misalnya, kelompok aset tetap yang
berbeda dapat dicatat berdasarkan biaya perolehan atau jumlah yang direvaluasi sesuai
dengan PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap.
Apapun metode penyajian yang digunakan, entitas mengungkapkan jumlah yang diharapkan
dapat dipulihkan atau diselesaikan setelah lebih dari dua belas bulan untuk setiap pos aset
dan liabilitas yang menggabungkan jumlah yang diharapkan akan dipulihkan atau
diselesaikan:11
(a) tidak lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan; dan
(b) lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan
Entitas mengklasifi kasikan aset sebagai asset lancar, jika:
(a) entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau
menggunakannya, dalam siklus operasi normal;
(b) entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
(c) entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu dua belas bulan setelah
periode pelaporan; atau
(d) kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalamPSAK 2: Laporan Arus Kas), kecuali
aset tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas
sekurang kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifi kasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset tidak
lancar, yang antara lain mencakup aset tetap, aset tidak berwujud, dan asset keuangan yang
bersifat jangka panjang.
Suatu liabilitas diklasifi kasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika:
(a) entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi
normalnya;
(b) entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
(c) liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan
setelah periode pelaporan;atau
(d) entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama
sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifi kasi liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai liabilitas
jangka panjang.
12
3.3 Laporan Laba Rugi Komprehensif
Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode:
(a) dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau
(b) dalam bentuk dua laporan:
(i) laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah); dan
(ii) laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan
komprehensif
lain (laporan laba rugi komprehensif).
Entitas tidak diperkenankan menyajikan pos-pos pendapatan dan beban sebagai pos luar
biasa dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jikadisajikan), atau
dalam catatan atas laporan keuangan.
Laba Rugi Selama Periode
Entitas mengakui seluruh pos-pos pendapatan dan beban pada suatu periode dalam laba rugi
kecuali suatu PSAK mensyaratkan atau memperkenankan lain.
Pendapatan Komprehensif Lain Selama Periode
Entitas mengungkapkan jumlah pajak penghasilan terkait dengan setiap komponen dari
pendapatan komprehensif lain, termasuk penyesuaian reklasifi kasi, baik dalam laporan
pendapatan komprehensif atau catatan atas laporan keuangan.
Entitas dapat menyajikan komponen pendapatan komprehensif lain:
(a) jumlah neto dari dampak pajak terkait, atau
(b) jumlah sebelum dampak pajak terkait disertai dengan total pajak penghasilan yang terkait
dengan komponen tersebut.
13
Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan klasifi
kasi
berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas, mana yang dapat menyediakan informasi
yang andal dan lebih relevan.
Entitas yang mengklasifi kasikan beban berdasarkan fungsi mengungkapkan informasi
tambahan tentang sifat beban, termasuk beban penyusutan dan amortisasi, dan beban imbalan
kerja.
3.4 Laporan Perubahan Ekuitas
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
(a) total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah
total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan
non-pengendali;
(b) untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali
secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan;
(c) untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:
(i) laba rugi;
(ii) masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan
(iii) transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara
terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak
kepemilikan pada entitas anak
yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.
Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas laporan
keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan
nilai dividen per saham.
14
3.5 Laporan Arus Kas
Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai
kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam
menggunakan arus kas tersebut. PSAK 2: Laporan Arus Kas mengatur persyaratan penyajian
dan pengungkapan informasi arus kas
3.6 Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan:
(a) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi tertentu yang digunakan sesuai dengan paragraf 115 – 122;
(b) mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian
manapun dalam laporan keuangan; dan
(c) memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan,
tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.
Pengungkapan Kebijakan Akuntansi
Entitas mengungkapkan dalam ringkasan kebijakan akuntansi signifi kan:
(a) dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan;
(b) kebijakan akuntansi lainnya yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan
keuangan.
Sumber Estimasi Ketidakpastian
Entitas mengungkapkan informasi tentang asumsi yang dibuat mengenai masa depan, dan
sumber utama dari estimasi ketidakpastian lainnya pada akhir periode pelaporan, yang
memiliki risiko signifi kan yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah
tercatat aset dan liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya. Berkaitan dengan aset dan
liabilitas tersebut, catatan atas laporan keuangan memasukkan rincian atas:
(a) sifat; dan
15
(b) jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan.
Modal
Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
mengevaluasi tujuan, kebijakan dan proses entitas dalam mengelola permodalannya.
Pengungkapan Lain
Entitas mengungkapkan di dalam catatan atas laporan keuangan:
(a) jumlah dividen yang diusulkan atau diumumkan sebelum tanggal penyelesaian laporan
keuangan tetapi tidak diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode serta jumlah
dividen per lembar sahamnya; dan
(b) jumlah dividen preferen kumulatif yang tidak diakui.
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini, jika tidak diungkapkan di bagian manapun dalam
informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan:
(a) domisili dan bentuk hukum, negara tempat pendirian, alamat kantor pusat entitas (atau
lokasi utama kegiatan usaha, jika berbeda dari lokasi kantor);
(b) keterangan mengenai sifat operasi dan kegiatan utama;
(c) nama entitas induk dan nama entitas induk terakhir dalam kelompok usaha; dan
4. Laporan Arus Kas
4.1 Tujuan
Tujuan Pernyataan ini adalah memberikan pengaturan atas informasi mengenai perubahan
historis dalam kas dan setara kas dari suatu entitas melalui laporan arus kas yang mengklasifi
kasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama suatu
periode.
4.2 Ruang Lingkup
16
Entitas menyusun laporan arus kas sesuai persyaratan dalam Pernyataan ini dan menyajikan
laporan tersebut sebagai bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode
penyajian laporan keuangan.
Pengguna laporan keuangan entitas berkepentingan untuk mengetahui bagaimana entitas
menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas.
4.3 Manfaat Informasi Arus Kas
Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk
mengevaluasi perubahan dalam aset neto entitas, struktur keuangannya (termasuk likuiditas
dan solvabilitas) dan kemampuannya mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam
rangka penyesuaia terhadap keadaan dan peluang yang berubah. Informasi arus kas berguna
untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas. Informasi tersebut
juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai entitas. Informasi arus
kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas
masa depan.
4.4 Definisi
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain
yang tidak termasuk setara kas.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang
bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas.
Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas.
4.5 Penyajian Laporan Arus Kas
Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifi kasi menurut
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
4.5.1 Aktivitas Operasi
17
untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk
melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus kas dari
aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas.
Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:
(a) penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa;
(b) penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain;
(c) pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
(d) pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan;
(e) penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim,
anuitas, dan manfaat polis lain;
(f) pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika
dapat diidentifi kasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan
investasi; dan
(g) penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan
diperdagangkan atau diperjualbelikan (dealing).
Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan
atau kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi. arus kas yang berasal dari pembelian
dan penjualan dalam transaksi efek yang diperjualbelikan atau diperdagangkan tersebut
diklasifi kasikan sebagai aktivitas operasi.
4.5.2 Aktivitas Investasi
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:
(a) pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang
lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun
sendiri;
(b) penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang
lain;
18
(c) pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas entitas lain dan
kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran kas untuk instrumen yang
dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau
dijualbelikan);
(d) penerimaan kas dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas entitas lain dan
kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas dari instrumen yang dianggap setara
kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan);
(e) uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan
kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);
(f) penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak
lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);
(g) pembayaran kas sehubungan dengan kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali
jika kontrak
tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran
tersebut
diklasifi kasikan sebagai aktivitas pendanaan;
(h) penerimaan kas dari kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali jika kontrak
tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran
tersebut diklasifi kasikan sebagai aktivitas pendanaan.
4.5.3 Aktivitas Pendanaan
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
(a) penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrumen modal lain;
(b) pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham entitas;
(c) penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman jangka
pendek dan jangka panjang lain;
(d) pelunasan pinjaman;
(e) pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas yang berkaitan dengan
sewa pembiayaan.
19
4.6 Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Operasi
(a) metode langsung; dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau
(b) metode tidak langsung; dengan metode ini laba atau rugi neto disesuaikan dengan
mengoreksi pengaruh dari transaksi nonkas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau
pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau
beban yang terkait dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Entitas dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan
metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi
arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan oleh metode tidak langsung.
4.7 Arus Kas Dalam Mata Uang Asing
Arus kas yang berasal dari transaksi mata uang asing dibukukan dalam mata uang
fungsional entitas dengan mengalikan jumlah mata uang asing tersebut dengan nilai tukar
antara mata uang fungsional dengan mata uang asing pada tanggal transaksi arus kas.
Arus kas entitas anak di luar negeri dijabarkan berdasarkan nilai tukar antara mata uang
fungsional dengan mata uang asing pada tanggal transaksi arus kas. Arus kas dalam mata
uang asing dilaporkan dengan cara yang konsisten dengan PSAK 10.
Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi yang timbul akibat perubahan nilai tukar
mata uang asing bukan merupakan arus kas.
4. 8 Bunga dan Deviden
Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, masing-masing
diungkapkan secara terpisah. Masing-masing diklasifi kasikan secara konsisten antar
periode sebagai aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan.
Bunga yang dibayarkan serta bunga dan dividen yang diterima oleh lembaga keuangan
biasanya diklasifi kasikan sebagai arus kas operasi.
20
Bunga yang dibayarkan serta bunga dan dividen yang diterima dapat diklasifi kasikan
sebagai arus kas operasi karena mempengaruhi laba atau rugi.
Dividen yang dibayarkan dapat diklasifi kasikan sebagai arus kas pendanaan karena
merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan.
4.9 Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan dikenakan atas transaksi yang menghasilkan arus kas yang diklasifi
kasikan sebagai aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan dalam laporan arus kas.
4.10 Investasi Pada Entitas Anak, Entitas Asosiasi, Dan Ventura Bersama
Jika akuntansi untuk investasi pada entitas asosiasi atau entitas anak dibukukan dengan
menggunakan metode ekuitas atau metode biaya, maka investor membatasi pelaporannya
dalam laporan arus kas hanya pada arus kas yang terjadi antara investor dan investee,
misalnya jumlah dividen dan uang muka yang diterima.
4.11 Perubahan Kepemilikan Dalam Entitas Anak Dan Bisnis Lain
Keseluruhan arus kas yang berasal dari perolehan dan kehilangan pengendalian atas
entitas anak atau bisnis lain disajikan secara terpisah dan diklasifi kasikan sebagai aktivitas
investasi.
Arus kas yang timbul dari perubahan kepemilikan atas entitas anak karena kehilangan
pengendalian diklasifi kasikan sebagai arus kas dari aktivitas pendanaan.
4.12 Transaksi Non Kas
Beberapa contoh transaksi nonkas adalah:
(a) perolehan aset secara kredit atau melalui sewa pembiayaan;
(b) akuisisi suatu entitas melalui emisi saham; dan
(c) konversi utang menjadi modal.
4.13 Komponen Kas dan Setara Kas
21
Entitas mengungkapkan komponen kas dan setara kas serta menyajikan rekonsiliasi
jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang disajikan dalam laporan
posisi keuangan.
Pengaruh setiap perubahan dalam kebijakan untuk menentukan komponen kas dan setara
kas, misalnya, perubahan dalam klasifikasi instrumen keuangan yang sebelumnya
diperlakukan sebagai bagian dari portofolio investasi entitas, dilaporkan sesuai dengan PSAK
25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akumulasi, dan Kesalahan.
4.14 Pengungkapan Lain
Entitas mengungkapkan jumlah saldo kas dan setara kas yang signifikan yang tidak dapat
digunakan oleh kelompok usaha, beserta pendapat manajemen. Dalam keadaan tertentu saldo
kas dan setara kas yang dimiliki oleh entitas tidak dapat digunakan oleh kelompok usaha.
Misalnya, saldo kas dan setara kas milik entitas anak yang beroperasi di suatu negara yang
memberlakukan kontrol
lalu lintas devisa atau pembatasan hukum lain sehingga saldo kas tersebut tidak dapat
digunakan oleh entitas induk atau entitas anak lainnya.
4.15 Tanggal Efektif
Entitas meneraapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2011.
4.16 Penarikan
Pernyataan ini menggantikan PSAK 2 (1994) : Laporan Arus Kas.
5. Manajemen Laba
5.1 Agency Problem
Menurut Keown dan Martin (2004), Agency Problem adalah permasalahan sebagai hasil
dari sebuah konflik kepentingan antara manager (agen/perantara pemegang saham) dan
pemegang saham itu sendiri. Masalah keagenan terjadi akibat pemisahan tugas manajemen
perusahaan dengan pemegang saham. Dalam hal ini, baik pemilik maupun manajer merupakan
22
pihak yang ingin memaksimalkan keperluannya dan tidak alasan untuk percaya bahwa manajer
akan selalu bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik pemilik. Dengan demikian terdapa dua
kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk
mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki, sehingga dapat
memberikan jalan atau kesempatan kepada manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba
(earning management) dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai kinerja ekonomi
perusahaan.
Masalah Agency ini menimbulkan adanya agency cost. Menurut Jensen dan Meckling
(1976) agency cost adalah sejumlah uang yang setara dengan besarnya pengurangan kekayaan
yang dimiliki pemilik karena adanya perbedaan antara kepentingan pemilik dan kepentingan
manajer. Misalnya adalah biaya untuk memonitor tingkah laku manajer seperti biaya audit.
Sebagai contoh, seorang manajer dengan reputasi yang baik diharapkan akan bertindak
sesuai dengan kepentingan pemegang saham atau pemilik. Jika manajer memiliki reputasi yang
baik pemilik akan membayar manajer dengan gaji yang lebih tinggi karena biaya untuk
memonitor manajer rendah. Akan tetapi jika manajer memiliki reputasi yang jelek atau tidak
menentu, pemilik kemungkinan akan memonitor manajer lebih intens sehingga biaya untuk
memonitornya meningkat.
5.2 Pengertian earning Management
Pengertian Earning management menurut Scott (2006) sebagai berikut “is the choice by a
manager of accounting policies, or actions affecting earnings, so as to achive some specific
reported earnings objective” dari definisi tersebut dapat dipahami yaitu sebuah pemilihan
kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada, atau tindakan yang dapat
dilakukan untuk mempengaruhi laba, untuk mencapai beberapa tujuan tertentu dalam
melaporkan laba.
Suatu tindakan earning management dapat memberikan sisi yang baik bagi perusahaan.
Sisi baik dari earning management jika dilihat dari perspektif pelaporan keuangan, menurut
Demski dan Sappington (1990) earning management dapat digunakan untuk menunjukan
kondisi-kondisi informasi yang dimiliki oleh manajemen, jika manajemen menghendakinya.
Pihak manajemen biasanya memiliki informasi tambahan mengenai kinerja yang akan datang,
23
seperti strategi-strategi baru perusahaan atau perubahan-perubahan dalam kondisi pasar.
Sementara itu tindakan earning management juga memberikan sisi yang buruk. Menurut Healy
(1999), earning management mengaburkan informasi kinerja ekonomis perusahaan. Dalam hal
ini manajer dapat menggunakan kebijakan untuk membuat laporan keuangan lebih informatif,
mencerminkan kinerja perusahaan sesungguhnya, misalnya melalui pemilihan metode
akuntansi atau estimasi untuk memberikan sinyal yang memadai bagi penilaian kinerja
perusahaan.
5.3 The 3 positive accounting theory
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory (PAT).
Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang
dirumuskan oleh Watts dan Zimmerman (1986) adalah:
a. The Bonus Plan Hypothesis
Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan
berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah
bonus yang akan diterimanya. Manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang
dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini.
Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian bonus yang lebih tinggi untuk masa
kini.
b. The Debt Covenant Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu
pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metode
akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan
harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang.
Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan
cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba.
Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam
memperoleh dana tambahan dari pihak kreditur bahkan perusahaan terancam melanggar
perjanjian utang.
c. The Political Cost Hypothesis
24
Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri
strategis cenderung untuk menurunkan laba guna mengurangi tingkat visibilitasnya terutama
saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh
kemudahan serta fasilitas dari pemerintah. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas
perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.
5.4 Patterns of Earning Management
Pola Manajemen Laba menurut Scott (2006) dapat dilakukan dengan cara :
a. Taking a Bath
Taking a bath terjadi pada periode stres atau reorganisasi termasuk pengangkatan CEO
baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan
laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba di
periode yang akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada periode
yang akan datang sebagai kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi buruk yang tidak
menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut.Untuk itu manajemen harus
menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan biaya yang akan datang pada saat ini
serta melakukan clear the desk, sehingga laba yang dilaporkan di periode yang akan datang
meningkat.
b. Income Minimization
Bentuk ini mirip dengan ”taking a bath”, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan
sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva
tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada saat
profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara
politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak
berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi
untuk biaya eksplorasi.
c. Income Maximization
Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan laba bersih yang tinggi untuk tujuan bonus
yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer
untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan
25
pembayaran bonus tahunan. Jadi tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Perusahaan
yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan.
d. Income Smoothing
Income Smoothing merupakan cara yang paling popular dan sering dilakukan. Pihak
manajemen dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak
dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak berisiko tinggi.
Kasus manajemen laba pada PT Kimia Farma
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31
Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan laba bersih sebesar Rp 132 miliar dengan nilai penjualan
bersih Rp 1,42 trilyun. Laporan keuangan tersebut diaudit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi,
Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur
rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan
kembali karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan
yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 miliar, atau 24,7% dari laba awal
yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada:
1. unit Industri Bahan Baku berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar
2. unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar
3. unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar
4. overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga
persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga
persediaan pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan
dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan
kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan.
Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh auditor, sehingga tidak berhasil
dideteksi.
26
Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia
Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP
tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Analisa Kasus
Dilihat dari kasus yang terjadi pada PT. Kimia Farma, tindakan tersebut dapat dikategorikan
sebagai salah satu contoh dari bad earning management, dimana informasi yang di berikan
kepada pengguna laporan keuangan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Jika dilihat dari pola manajemen laba menurut scott, maka kasus tersebut dapat di
klasifikasikan ke dalam income maximization, dimana perusahaan melakukan
penggelembungan nilai persediaan akhir yang menyebabkan harga pokok penjualan menjadi
lebih rendah dari yang seharusnya, sehingga laba perusahaan menjadi overstated. Selain itu,
perusahaan juga melakukan penggelembungan pada penjualan yang juga menyebabkan laba
perusahaan menjadi overstated.
Jika dihubungkan dengan kerangka kerja konseptual menurut PSAK, laporan keuangan
PT. Kimia Farma untuk periode 31 Desember 2001 tidak disajikan dengan wajar karena tidak
memenuhi kriteria dari karakteristik kualitatif laporan keuangan dalam penyajian jujur,
keandalan dan relevan.
Laporan keuangan PT. Kimia Farma tidak dapat digunakan secara andal karena
informasi yang disajikan tidak menggambarkan dengan jujur transaksi yang seharusnya
disajikan. Informasi dalam laporan keuangan tersebut mengandung unsur rekayasa yang
menjadikan nilai laba bersih pada 31 Desember 2001 yang seharusnya sebesar Rp 99.56 miliar
menjadi Rp 132 miliar. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan kecurangan dalam
pencatatan nilai persediaan akhir yang menggunakan daftar harga yang bukan seharusnya
digunakan, sehingga nilai persediaan akhir pada unit logistic sentral dan unit pedagang besar
farmasi dengan total 32 miliar. Selain penggelembungan nilai persediaan, perusahaan
melakukan pencatatan ganda atas penjualan sehingga overstated sebesar Rp 13.4 miliar.
Laporan keuangan PT. Kimia Farma tidak disajikan dengan relevan karena dapat
mempengaruhi keputusan para pengguna laporan keuangan. Dengan penyajian laba bersih
yang overstated akan menimbulkan persepsi positif bagi pengguna laporan keuangan dalam
27
mengambil keputusan seperti investasi, pemberian pinjaman dan persepsi positif lainnya.
Dampak nyata yang terjadi akibat kasus ini, kementrian BUMN memutuskan penghentian
proses divestasi saham milik pemerintah di PT. Kimia Farma setelah melihat adanya indikasi
penggelembungan keuntungan dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002.
Kesimpulan
Untuk memperlihatkan kinerja suatu perusahaan, peran yang paling penting adalah keberadaan
Laporan keuangan dalam suatu perusahaan. Untuk menghindarkan rekayasa dalam suatu
laporan keuangan, maka ada standar yang mengaturnya. Di Indonesia, laporan keuangan diatur
oleh PSAK. Dalam kenyataannya, tidak semua manajemen perusahaan secara jujur
mengungkapkan dan melapokan keadaan sebenarnya dari perusahaan tersebut. Salah satu
penyimpangan yang dilakukan adalah earning management. Adapaun dasar dari earning
management adalah The Bonus Plan Hypothesi, The Debt Covenant Hypothesi, The Political
Cost Hypothesi. Contoh nyata yang terjadi di Indonesia, dilakukan oleh PT. Kimia Farma,
dimana adanya penggelembungan persediaan dan pencatatan ganda pada penjualan, sehingga
laporan keuangan yang disajikan menjadi tidak wajar. Dampak dari kasus earning management
ini, kementrian BUMN menhentikan proses divestasi saham yang dimiliki pemerintah pada PT.
Kimia Farma.
28