makalah geriatri
DESCRIPTION
Makalah GeriatriTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
MODUL ORGAN GERIATRI
KELOMPOK V
”Seorang Wanita dengan Nyeri Pinggang”.
030.05.176 R.Maya Cassandra
030.06.161 Mayo Pratama
030.06.261 Tyas Cempaka Sari
030.07.023 Anita Sevira Santoso
030.07.044 Billy Salvatore Soedirman
030.07.081 Endah Tri Puspitasari
030.07.103 Helen Indah Romaasi P
030.07.143 Lima Halimah
030.07.164 Metta Trisanty
030.07.187 NinaSania
030.07.209 Rangga Novandra
030.07.243 Sylvia Feronica
030.07.265 Viera Riezky Yanwika
030.07.286 Ameerah Nabilah Bt Azhar
030.07.306 Mustakirran Bin Sulaiman
030.07.326 Nur Naqibah Binti Ideris
030.07.346 Zahida Binti Zakaria
Fakultas kedokteran Trisakti
2009-2010
BAB I
PENDAHULUAN
Diskusi kasus I dari modul geriatri ini bertemakan “seorang pria tua yang kesadarannya
tiba-tiba menurun”. Diskusi ini diketuai oleh Rangga Novandara dan sekretaris Silvya Feronica.
Diskusi ini terbagi menjadi dua sesi dimana sesi pertama disajikan mengenai deskripsi kasus
yang detail mulai dari riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kebiasaan
dan riwayat psikososial. Deskripsi kasus sangat baik diceritakan pada pemicu. Pada diskusi
kedua disajikan mengenai pemeriksaan hasil laboratorium pasien.
Tutor dalam diskusi ini adalah Prof.dr.Suharko Kasran Sp.S Sp.KJ. Beliau memberikan
masukan-masukan yang berarti untuk kami pada akhir diskusi serta melengkapi bahasan-bahasan
yang penting untuk kami. Kelompok kami rata-rata anggota kelompoknya aktif, diberikan
masing-masing kesempatan bicara dan mereka dengan aktif mengutarakan pendapat nya masing-
masing. Kelompok kami sangat baik, sehingga dapat menyelesaikan pembahasan kasus kurang
dari empat jam.
BAB II
LAPORAN KASUS
“Seorang wanita dengan nyeri pinggang”
Seorang wanita berusia 65 tahun dibawa oleh keluarganya kerumah sakit dengan keluhan nyeri
pinggang sejak 4 hari yang lalu.
Pada identitas pasien didapatkan :
Nama : Ny. Partinah Pendidikan : SMP
Umur : 65 tahun Status pernikahan : janda
Alamat : Tangerang Suku : Jawa
Keluhan Utama
Nyeri pinggang sejak empat hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Empat hari sebelum masuk rumah sakit, pasien terjatuh saat baru bangun dari tempat tidur. Posisi
jatuh saat itu terduduk di atas tempat tidur. Sesaat setelah jatuh, pasien mencoba untuk bangun
dan berdiri, tapi tidak bisa karena merasa sakit pada pinggangnya. Pasien kemudian berteriak
memanggil orang serumah untuk membantunya berdiri. Pasien bisa berdiri dan berjalan beberapa
meter, namun bila berjalan jauh pinggang terasa sakit. Pasa perubahan posisi dari duduk ke
berdiri atau dari tidur ke duduk, pasien juga merasa sakit. Pasien kemudian memanggil tukang
urut untuk mengobati sakit pinggangnya. Setalah diurut pasien merasakan sakitnya justru
bertambah dan pinggangnya terasa kaku sehingga pasien lebih banyak menghabiskan waktunya
di atas tempat tidur.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, paru, diabetes disangkal. Riwayat rematik (nyeri lutut) sejak 10 tahun
yang lalu. Pasien pernah berobat ke dokter dan mendapat obat 2 macam, tapi obat diminum bila
terasa nyeri saja. Enam bulan lalu pasien juga pernah jatuh di depan televisi. Wajah sisi kiri
bengkak terbentur lemari.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti pasien.
Riwayat Psikososial
Pasien adalah seorang janda dengan 4 orang anak. Suami pasien sudah meninggal 2 tahun lalu
karena sesak dan penyakit paru. Sejak suami meninggal, pasien tinggal bersama anaknya di
Tangerang (sebelumnya pasien tinggal di kampung halamannya di Jawa Tengah). Di Tangerang,
pasien tinggal di rumah milik anaknya yang tertua. Pasien tinggal di kamar sendiri dengan
sebuah tempat tidur letak rendah dialasi tikar dan kasur yang tipis. Pasien mengaku tidak merasa
kesepian karena dikelilingi oleh cucunya 2 orang: laki0lkai dan perempuan serta menantunya.
Riwayat Kebiasaan
Pasien selama ini memiliki gaya hidup yang cukup aktif. Secara berkala berbelanja ke pasar yang
kebetulan letaknya tidak jauh dari rumah. Pasien juga senang memasak dan rajin beribadah
(pengajian). Sejak menderita penyakit rematik, pasien memiliki kesulitan saat sholat karena
merasa nyeri pada lututnya. Nyeri terutama dirasakan saat perubahan posisi dari jongkok ke
berdiri.
Pada pemeriksaan Fisik Umum
Pasien masuk ke kamar periksa dengan duduk di atas kursi roda.
Nampak sakit sedang
Td 150/85 mmHg, N: 88x/m, P: 12x/m, suhu: 36,8oC
Tinggi badan:164 cm, berat badan: 58kg, postur kifotik
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, visus normal
Jantung: BJ I dan II murni, murmur (-), gallop (-)
Paru: vesikular, rongki -/-, wheezing -/-
Abdomen: hati dan limpa tidak teraba, bising usus (+) normal
Ekstremitas: kedua lutut varus, bengkak -/-, nyeri tekan -/-, krepitasi +/+, nyeri saat perubahan
posisi dari duduk ke berdiri, terutama pada lutut kanan, hipotrofi pada otot kuadriseps.
Kekuatan otot normal sesuai usia.
Pinggang: deformitas/ memar tidak ada, nyeri tekan pada daerah sekitar lumbal 5 Refleks
fisiologis normal, refleks patologis tidak ada
Kasus Ny. Partinah lanjutan
Haemoglobin: 12.5 mg/dl, N (12.0-16.0 mg/dL)
Hematokrit: 38%, N (38-48%)
Leukosit: 8700/uL, N
Trombosit: 280.000/uL, N(150.000-400.00/uL)
LED: 11 mm/jam, N(0-15 mm/jam)
Ureum: 42 mg/dL, meningkat (15-38 ng/dL)
Kreatinine: 0.9 mg/dL, normal (0.6-1.2 mg/dL)
GDS: 105 mg/dL, normal (<200 mg/dL)
Natrium: 136 meq/L, normal (135-145 meq/L)
Kalium: 3.6 meq/L, normal (3.5-5.2 meq/L)
Urinalisis
Berat jenis: 1.032, sedikit meningkat (1.003-1.030)
pH: 6.8, normal (4.6-8)
Nitrit: -
Albumin: -
Glukosa: -
Keton: -
Urobilinogen: 0.2, normal (0.05-3.5)
Bilirubin: -
Sedimen urin
Eritrosit: 1/LPB, normal (0-1/LPB)
Lekosit: 1-2/LPB, normal (0-5/LPB)
Silinder: -
Epitel: 4/LPB, normal (0-5/LPB)
Bakteri: -
Kristal: -
Warna: kuning, normal
Kejernihan: jernih, normal
X-ray lumbosakral AP/Lateral: Nampak spur anterior pada veterbra lumbal 3-5, fraktur kompresi pada veterbrae lumbal 5, densitas tulang porotik, tidak terdapat spondilolistesis ataupun lesi osteolitik dan osteoblastik pada tulang.
A. Kondisi patologis yang mungkin:
Trauma karena jatuh fraktur nyeri pinggang
Aging
Infeksi berasal dari ginjal ( spondilitis, rematik)
Neoplasma
Kongenital pada pasien ini tidak mungkin mengingat usianya yang sudah tua
Lain- lain :
Penyakit metabolik (osteoporosis), (urolitiasis)
Osteoporosis sakit pinggang pada orang tua, 0,5% -1% prevalensinya
post menopause
Inflamasi spondilitis TBC ( pada sakit punggung dan sakit pinggang)
Rematoid arthritis
Degeneratif Osteoarthritis, spondilitis
B. Informasi tambahan yang diperlukan:
Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi nyerinya di mana?
Pada saat kondisi apa nyerinya dirasa sangat berat?
Apa saja gejala penyerta? Apakah ada kelainan neurologis?
Bagaimana warna urin?
Bagaimana frequensi BAK?
Apakah ada nyeri atau tidak saat BAK?
Kalau ada nyeri, apakah nyerinya menjalar atau tidak?
Bagaimana onset penyakitnya?
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah jatuh atau tidak?
Bagaimana keadaan saat jatuh?
Bagaimana Berat badan sebelum sakit?
Riwayat Medikamentosa
Apakah pernah diobati atau tidak?
Kalau iya, obat apa saja yang digunakan?
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama?
Bagaimana dengan riwayat penyakit keluarga? (neoplasma, Osteoarthritis)
C. Daftar masalah pasien dari hasil anamnesis
Pada penyakit sekarang:
Terjatuh di temapt tidur dengan keadaan terduduk
Berjalan jauh susah
Setelah diurut pinggang kaku
Trauma tidak sebanding dengan jatuhnya (fraktur patologis)
Nyeri lutu akibat Arthtis rematik + osteoporosis memperberat jatuhnya
Sulit untuk bergerak
Pada penyakit dahulu:
Rematik (nyeri lutut) sejak 10 tahun yang lalu
Pernah jatuh sebelumnya dan wajah sisi kiri bengkak
Pada riwayat Psikososial:
Suami pasien telah meninggal 2 tahun yang lalu karena sesak nafas dan
paru
Tempat tidurnya letak rendah dialasi tikar dan kasur tipis
Pada riwayat kebiasaan:
Sejak rematik jadi kesulitan sholat karena nyeri pada lututnya
Nyeri lutut saat peubahan posisi dari jongkok ke berdiri
Pada riwayat medika mentosa:
6 bulan yang lalu diberi obat 2 macam
Minum obat saat dirasakan nyeri
D. Pemeriksaan fisik yang diperlukan oleh pasien:
Pemeriksaan tanda vital
Inspeksi:
Gaya atau pola jalan
Tanda-tanda peradangan
Penampilan pasien
Pembatasan gerakan (pada spondilitis TBC terdapat pembatasan pada
gerak flexi dan ekstensi)
Palpasi:
Kenaikan suhu? Hubungan dengan inflamasi
Lokasi nyeri
Palpasi bimanual
Apakah ada ulkus dekubitus pada kulit?
Perkusi:
Kelainan neurologis? Tanda-tanda UMN dan LMN
Auskultasi:
Pemeriksaan jantung?
Ada krepitasi atau tidak?
E. Daftar masalah pasien setelah pemeriksaan fisik:
Postur kifotik fraktur atau spondilitis
TD: 150/85mmHg Isolated Hypertension
BMI : 21,5 normal
Ekstermitas : krepitasi +/+, hypotrofi pada otot quadriceps
Nyeri tekan di L5 kemungkinan fraktur di L5 atau HNP ataupun osteoarthritis
F. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan:
Rontgen:
Vertebrae daerah torakolumbal posisi lateral dan AP untuk periksa
paravertebral abses
Daerah sakral untuk melihat apakah terdapat dislokasi atau tidak
BMD untuk melihat osteoporosisnya
Laboratorium:
Kadar estrogen dan FSH
Darah rutin
Cairan synovial untuk melihat apakah ada penumpukan CaP04 pada sendi
lutut.
Hasil laboratorium tambahan dan analisanya:
Haemoglobin: 12.5 mg/dl, N (12.0-16.0 mg/dL)
Hematokrit: 38%, N (38-48%)
Leukosit: 8700/uL, N
Trombosit: 280.000/uL, N(150.000-400.00/uL)
LED: 11 mm/jam, N(0-15 mm/jam)
Ureum: 42 mg/dL, meningkat (15-38 ng/dL)
Kreatinine: 0.9 mg/dL, normal (0.6-1.2 mg/dL)
GDS: 105 mg/dL, normal (<200 mg/dL)
Natrium: 136 meq/L, normal (135-145 meq/L)
Kalium: 3.6 meq/L, normal (3.5-5.2 meq/L)
Urinalisis
Berat jenis: 1.032, sedikit meningkat (1.003-1.030)
pH: 6.8, normal (4.6-8)
Nitrit: -
Albumin: -
Glukosa: -
Keton: -
Urobilinogen: 0.2, normal (0.05-3.5)
Bilirubin: -
Sedimen urin
Eritrosit: 1/LPB, normal (0-1/LPB)
Lekosit: 1-2/LPB, normal (0-5/LPB)
Silinder: -
Epitel: 4/LPB, normal (0-5/LPB)
Bakteri: -
Kristal: -
Warna: kuning, normal
Kejernihan: jernih, normal
X-ray lumbosakral AP/Lateral: Nampak spur anterior pada veterbra lumbal 3-5, fraktur kompresi
pada veterbrae lumbal 5, densitas tulang porotik, tidak terdapat spondilolistesis ataupun lesi
osteolitik dan osteoblastik pada tulang.
Diagnosa pada pasien ini setelah didapatkan hasil laboratorium
Fraktur kompresi vertebrae Lumbal 5 et causa osteoporosis dan osteoarthritis. Alasan yang
menyertai diagnosis kami adalah:
1. adanya nyeri sendi yang berkurang apabila istirahat
2. kaku di pagi hari, hambatan gerak, kaku pagi hari (morning stiffness) disertai dengan
krepitasi.
3. adanya perubahan gaya berjalan.
4. usia lebih dari 40 tahun (faktor resiko dari terjadinya osteoarthritis).
5. wanita menopause.
Diagnosa banding pada kasus ini
Spondilitis TB, karena adanya destruksi pada corpus vertebrae dan adanya nyeri-nyeri sendi.
Tetapi yang membedakan adalah adanya lesi osteolitik pada Spondilitis TB.
Rematoid Arthritis. Pada Rematoid arthritis ditemukan adanya osteopenia, erosi tulang,
kehilangan cartilage tulang.
Penyebab ganguan aktivitas pada pasien ini
Pada osteoartritis terjadi perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi. Perubahan
tersebut berupa peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang
rawan sendi, disertai penurunan sintesis proteoglikan dan kolagen. Hal ini menyebabkan
penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang
rawan sendi.(7) Pada proses degenerasi dari kartilago artikular menghasilkan suatu subtansi atau
zat yang dapat menimbulkan suatu reaksi inflamasi yang merangsang makrofag untuk
menghasilkan IL-1 yang akan meningkatkan enzim proteolitik untuk degradasi matriks
ekstraseluler
Perubahan dari proteoglikan menyebabkan tingginya resistensi dari tulang rawan untuk menahan
kekuatan tekanan dari sendi dan pengaruh-pengaruh yang lain yang merupakan efek dari
tekanan. Penurunan kekuatan dari tulang rawan disertai oleh perubahan yang tidak sesuai dari
kolagen. Pada level teratas dari tempat degradasi kolagen, memberikan tekanan yang berlebihan
pada serabut saraf dan tentu saja menimbulkan kerusakan mekanik.
Kondrosit sendiri akan mengalami kerusakan. Selanjutnya akan terjadi perubahan komposisi
molekuler dan matriks rawan sendi, yang diikuti oleh kelainan fungsi matriks rawan sendi.
Melalui mikroskop terlihat permukaan tulang rawan mengalami fibrilasi dan berlapis-lapis.
Hilangnya tulang rawan akan menyebabkan penyempitan rongga sendi.
Pada tepi sendi akan timbul respons terhadap tulang rawan yang rusak dengan pembentukan
osteofit. Pembentukan tulang baru (osteofit) dianggap suatu usaha untuk memperbaiki dan
membentuk kembali persendian. Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima
beban, osteofit diharapkan dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi
pada osteoartritis. Lesi akan meluas dari pinggir sendi sepanjang garis permukaan sendi.
Adanya pengikisan yang progresif menyebabkan tulang dibawahnya juga ikut terlibat. Hilangnya
tulang-tulang tersebut merupakan usaha untuk melindungi permukaan yang tidak terkena.
Namun ternyata peningkatan tekanan yang terjadi melebihi kekuatan biomekanik tulang.
Sehingga tulang subkondral merespon dengan meningkatkan selularitas dan invasi vaskular,
akibatnya tulang menjadi tebal dan padat (eburnasi).
Pada akhirnya rawan sendi menjadi aus, rusak dan menimbulkan gejala-gejala osteoartritis
seperti nyeri sendi, kaku dan deformitas. Melihat adanya proses kerusakan dan proses perbaikan
yang sekaligus terjadi, maka osteoartritis dapat dianggap sebagai kegagalan sendi yang progresif.
Pemeriksaan penunjang lainnya:
Gambaran Radiologi :
a. Foto konvensional lutut posisi AP untuk penanganan yang lebih tepat
Pada sebagian besar kasus radiografi pada sendi lutut yang terkena osteoartritis sudah cukup
memberikan gambaran diagnostik. Gambaran radiologi sendi yang menyokong diagnosis OA
adalah:
- Penyempitan celah sendi akibat hilangnya kartilago
- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.
- Kista tulang
- Osteofit pada pinggir sendi, sentral, marginal atau periostal.
- Perubahan struktur anatomi sendi akibat hilangnya sebagian besar dari tulang rawan.
Kemudian diikuti oleh perubahan yang lambat pada tulang yaitu:
- Meningkatnya gambaran taji (spur).
- Adanya tanda destruksi kartilago.
- Meningkatnya sclerosis pada tepi sendi disertai dengan hilangnya garis normal sendi.
- Kecenderungan untuk mengadakan subluksasi.
- Perubahan bentuk osteofit dari taji menjadi lingkaran atau hilangnya bagian penting dari tulang
b. Pemeriksaan sputum BTA dan Rontgen paru untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
spondilitis TB.
c. Pemeriksaan cairan sinovial.
d. Pemeriksaan laboratorium lainnya:
Rematoid factor negatif.
Serum kolesterol yang sedikit meninggi.
Tata laksana pada pasien ini:
Non-medikamentosa
1. Penggunaan korset untuk menstabilisasikan bentuk tubuh.
2. Dapat menggunakan alat bantu seperti tongkat dalam berjalan.
3. Dukungan psikososial dari keluarga sangat penting. Keluarga juga harus menciptakan
suasana yang kondusif dan memperhatikan lingkungan pasien. Sedapat mungkin,
lingkungan aman sehingga pasien tidak mudah terjatuh.
4. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat.
5. Operasi dipertimbangkan apabila pada pasien ini didapatkan kerusakan sendi yang nyata,
dengan nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi.
Medikamentosa
1. Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat anti
inflamasi non-steroid(OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi
peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis. Analgesik yang diberikan pada
pasien ini adalah asetaminofen dengan dosis 2,6-4 g/hari.
2. Pemberian vitamin D 500 IU/hari, setelah penyembuhan untuk memperkuat tulang.
BAB III
PEMBAHASAN
Definisi Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah tipe dari arthritis yang disebabkan oleh kerusakan atau penguraian dan akhirnya kehilangan tulang muda (cartilage) dari satu atau lebih sendi-sendi. Cartilage adalah senyawa protein yang melayani sebagai "bantal" antara tulang-tulang dari sendi-sendi. Osteoarthritis juga dikenal sebagai degenerative arthritis. Diantara lebih dari 100 tipe-tipe yang berbeda dari kondisi-kondisi arthritis, osteoarthritis adalah yang paling umum, mempengaruhi lebih dari 20 juta orang-orang di Amerika. Osteoarthritis terjadi lebih sering ketika kita menua. Sebelum umur 45 tahun, osteoarthritis terjadi lebih sering pada pria-pria. Setelah umur 55 tahun, ia terjadi lebih sering pada wanita-wanita. Di Amerika, semua ras nampaknya sama dipengaruhi. Kejadian yang lebih tinggi dari osteoarthritis ada pada populasi Jepang, sementara orang-orang hitam Afrika Selatan, East Indians, dan China Selatan mempunyai angka-angka yang lebih rendah. Osteoarthritis umumnya mempengaruhi tangan-tangan, kaki-kaki, tulang belakang (spine), dan sendi-sendi yang menahan berat yang besar, seperti pinggul-pinggul dan lutut-lutut.
Penyebab Osteoarthritis
Osteoarthritis primer kebanyakan dihubungkan pada penuaan. Dengan menua, isi air dari cartilage meningkat, dan susunan protein dari cartilage degenerasi. Akhirnya, cartilage mulai degenerasi dengan mengelupas atau membentuk crevasses yang kecil. Pada kasus-kasus yang telah lanjut, ada kehilangan total dari bantal cartilage antara tulang-tulang dari sendi-sendi. Penggunaan yang berulangkali dari sendi-sendi yang terpakai dari tahun ke tahun dapat mengiritasi dan meradang cartilage, menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi. Kehilangan dari bantal cartilage menyebabkan gesekan antara tulang-tulang, menjurus pada nyeri dan pembatasan dari mobilitas sendi. Peradangan dari cartilage dapat juga menstimulasi pertumbuhan-pertumbuhan tulang baru (spurs, juga dirujuk sebagai osteophytes) yang terbentuk sekitar sendi-sendi. Osteoarthritis adakalanya dapat berkembang dalam banyak anggota-anggota dari keluarga yang sama, menyiratkan basis yang diturunkan (genetik) untuk kondisi ini. Osteoarthritis sekunder disebabkan oleh penyakit atau kondisi lainnya. Kondisi-kondisi yang dapat menjurus pada osteoarthritis sekunder termasuk kegemukan, trauma atau operasi yang berulangkali pada struktur-struktur sendi, sendi-sendi abnormal waktu dilahirkan (kelainan-kelainan congenital), gout, diabetes, dan penyakit-penyakit hormon lain.
Mendiagnosa Osteoarthritis
Tidak ada tes darah untuk diagnosis dari osteoarthritis. Tes-tes darah dilakukan untuk menyampingkan penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan osteoarthritis sekunder, serta untuk menyampingkan kondisi-kondisi arthritis lain yang dapat meniru osteoarthritis. X-rays dari sendi-sendi yang terpengaruh dapat menyarankan osteoarthritis. Penemuan-penemuan X-ray yang umum dari osteoarthritis termasuk kehilangan cartilage (tulang rawan)
sendi, penyempitan dari ruang sendi antara tulang-tulang yang berdekatan, dan pembentukan bone spur (tulang spur). Pengujian X-ray sederhana dapat sangat bermanfaat untuk menyampingkan penyebab-penyebab lain dari nyeri pada sendi tertentu serta membantu dalam membuat keputusan kapan intervensi operasi harus dipertimbangkan. Arthrocentesis sering dilakukan di ruang praktek dokter. Selama arthrocentesis, jarum yang steril digunakan untuk mengeluarkan cairan sendi untuk analisa. Analisa cairan sendi bermanfaat dalam menyampingkan gout, infeksi, dan penyebab-penyebab lain dari arthritis. Pengeluaran cairan sendi dan suntikan dari corticosteroids kedalam sendi-sendi selama arthrocentesis dapat membantu membebaskan nyeri, pembengkakan, dan peradangan. Arthroscopy adalah teknik operasi dengan mana dokter memasukan tabung penglihat kedalam ruang sendi. Kelainan-kelainan dari dan kerusakan pada cartilage dan ligamen-ligamen dapat dideteksi dan adakalanya diperbaiki melalui arthroscope. Jika berhasil, pasien-pasien dapat sembuh dari operasi arthroscopic jauh lebih cepat daripada operasi sendi terbuka. Akhirnya, analisa yang hati-hati dari lokasi, durasi, dan karakter dari gejala-gejala sendi dan penampakan dari sendi-sendi membantu dokter dalam mendiagnosa osteoarthritis. Pembesaran bertulang dari sendi-sendi dari pembentukan-pembentukan spur adalah karakteristik dari osteoarthritis. Oleh karenanya, kehadiran dari Heberden's nodes, Bouchard's nodes, dan bunions (pembengkakan ibu jari) dari kaik-kaki dapat mengindikasikan pada dokter diagnosis dari osteoarthritis.
Perawatan Untuk Osteoarthritis
Kecuali dari pengurangan berat badan dan menghindari aktivitas-aktivitas yang mengerahkan tekanan yang berlebihan pada cartilage sendi, tidak ada perawatan spesifik untuk menahan degenerasi cartilage atau untuk memperbaiki kerusakan cartilage pada osteoarthritis. Tujuan dari perawatan pada osteoarthritis adalah untuk mengurangi nyeri dan peradangan sendi sambil memperbaiki dan memelihara fungsi sendi. Beberapa pasien-pasien dengan osteoarthritis mempunyai nyeri yang minimal atau tidak ada nyeri dan mungkin tidak memerlukan perawatan. Yang lain-lain mungkin mendapat manfaat dari tindakan-tindakan konservatif seperti istirahat, latihan, pengontrolan diet dengan pengurangan berat badan, terapi fisik dan pekerjaan, dan alat-alat pendukung mekanik. Tindakan-tindakan ini adalah terutama penting ketika sendi-sendi besar yang menahan berat terlibat, seperti pinggul-pinggul atau lutut-lutut. Mengistirahatkan sendi-sendi yang luka mengurangi tekanan pada sendi-sendi dan membebaskan nyeri dan bengkak. Pasien-pasien diminta hanya untuk mengurangi intensitas dan/atau frekwensi dari aktivitas-aktivitas yang secara konsisten menyebabkan nyeri sendi. Latihan biasanya tidak memperburuk osteoarthritis jika dilakukan pada tingkat-tingkat yang tidak menyebabkan nyeri seni. Latihan bermanfaat pada osteoarthritis dalam beberapa cara-cara. Pertama, ia menguatkan dukungan otot sekitar sendi-sendi. Ia juga mencegah sendi-sendi dari "membeku" dan memperbaiki dan memelihara mobilitas sendi. Akhirnya, ia membantu dengan pengurangan berat badan dan memajukan daya tahan. Mengaplikasikan panas lokal sebelum dan bungkusan-bungkusan dingin setelah latihan dapat membantu membebaskan nyeri dan peradangan. Berenang terutama cocok sekali untuk pasien-pasien dengan osteoarthritis karena ia mengizinkan pasien-pasien untuk latihan dengan tekanan benturan yang minimal pada sendi-
sendi. Latihan-latihan populer lain termasuk jalan kaki, bersepeda stasioner, dan latihan beban ringan. Ahli-ahli terapi fisik dapat menyediakan alat-alat pendukung, seperti splints (kayu untuk membadut tangan patah), tongkat-tongkat dari rotan, alat-alat pembantu berjalan, dan penyangga-penyangga atau penopang-penopang (braces). Alat-alat ini dapat berguna dalam mengurangi tekanan pada sendi-sendi. Ahli-ahli terapi pekerjaan dapat menilai permintaan-permintaan dari aktivitas-aktivitas harian dan menyaranlan alat-alat tambahan yang mungkin membantu pasien-pasien pada saat bekerja atau di rumah. Finger splints can support individual joints of the fingers. Paraffin wax dips, warm water soaks, and nighttime cotton gloves can help ease hand symptoms. Spine symptoms can improve with a neck collar, lumbar corset, or a firm mattress, depending on what areas are involved. Pada banyak pasien-pasien dengan osteoarthritis, pembebas-pembebas nyeri yang ringan seperti aspirin dan acetaminophen (Tylenol) mungkin adalah perawatan yang mencukupi. Studi-studi telah menunjukan bahwa acetaminophen yang diberikan dalam dosis-dosis yang cukup seringkali dapat menjadi sama efektifnya seperti meresepkan obat-obat anti peradangan dalam membebaskan nyeri pada osteoarthritis dari lutut-lutut. Karena acetaminophen mempunyai lebih sedikit efek-efek sampingan pencernaan daripada NSAIDS, terutama diantara pasien-pasien agak tua, acetaminophen umumnya adalah obat awal yang lebih disukai yang diberikan pada pasien-pasien dengan osteoarthritis. Obat yang untuk mengendurkan otot-otot dalam spasme mungkin juga diberikan sementara. Cream-cream ntuk membebaskan nyeri yang diaplikasikan pada kulit diatas sendi-sendi dapat menyediakan pembebasan dari nyeri arthritis yang minor. Contoh-contoh termasuk capsaicin (Arthricare, Zostrix), salycin (Aspercreme), methyl salicylate (Ben-Gay, Icy Hot), dan menthol (Flexall). Perawatan-perawatan baru termasuk lotion anti peradangan, diclofenac (Voltaren Gel) dan diclofenac patch (Flector Patch), yang digunakan untuk pembebasan dari nyeri osteoarthritis. Nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) adalah obat-obat yang digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan pada sendi-sendi. Contoh-contoh dari NSAIDs termasuk aspirin (Ecotrin), ibuprofen (Motrin), nabumetone (Relafen), dan naproxen (Naprosyn). Adakalanya adalah mungkin untuk menggunakan NSAIDs untuk sementara dan kemudian menghentikan mereka untuk periode-periode waktu tanpa gejala-gejala yang kambuh, dengan demikian mengurangi risiko-risiko efek sampingan. Efek-efek sampingan yang paling umum dari NSAIDs termasuk kesusahan pencernaan, seperti gangguan lambung, diare, borok-borok (ulcers) dan bahkan perdarahan. Risiko dari ini dan efek-efek sampingan lain meningkat pada orang-orang agak tua. NSAIDs yang lebih baru yang disebut COX-2 inhibitors telah didisain yang mempunyai lebih sedikit keracunan pada lambung dan usus-usus besar. Karena gejala-gejala osteoarthritis bervariasi dan dapat menjadi sebentar-sebentar, obat-obat ini mungkin diberikan hanya ketika nyeri-nyeri sendi terjadi atau sebelum aktivitas-aktivitas yang secara tradisi telah mengakibatkan gejala-gejala. Beberapa studi-studi, namun tidak semuanya, telah menyarankan bahwa perawatan alternatif dengan suplemen-suplemen makanan glucosamine dan chondroitin dapat membebaskan gejala-gejala nyeri dan kekakuan untuk beberapa orang-orang dengan osteoarthritis. Suplemen-suplemen ini tersedia di Apothek-apothek dan toko-toko makanan sehat tanpa resep, meskipun belum ada kepastian tentang kemurnian dari produk-produk atau dosis dari ramuan-ramuan aktif karena mereka tidak dimonitor oleh FDA. The National Institutes of Health sedang mempelajari glucosamine dan chondroitin dalam perawatan osteoarthritis. Penelitian awal mereka
menunjukan hanya manfaat yang kecil (minor) dalam membebaskan nyeri untuk mereka yang dengan osteoarthritis yang paling parah. Studi-studi lebih jauh, diharapkan, akan menjernihkan banyak hal-hal yang menyangkut pendosisan, keamanan, dan keefektifan dari produk-produk ini untuk osteoarthritis. Pasien-pasien yang memakai (meminum) obat-obat pengencer darah harus hati-hati ketika memakai chondroitin karena ia dapat meningkatkan pengenceran darah dan menyebabkan perdarahan yang berlebihan. Suplemen-suplemen minyak ikan (Fish-oil) telah ditunjukan mempunyai beberapa sifat-sifat anti peradangan, dan meningkatkan pemasukan diet ikan dan/atau meminum kapsul-kapsul minyak ikan (kapsul-kapsul omega-3) dapat adakalanya mengurangi peradangan dari arthritis. Sementara cortisone oral umumnya tidak digunakan dalam merawat osteoarthritis, ketika disuntikan secara langsung kedalam sendi-sendi yang meradang, ia dapat secara cepat mengurangi nyeri dan memulihkan fungsi. Karena suntikan-suntikan cortisone yang berulangkali dapat membahayakan jaringan-jaringan dan tulang-tulang, mereka dicadangkan untuk pasien-pasien dengan gejala-gejala yang lebih jelas. Untuk nyeri yang gigih dari osteoarthritis lutut yang parah yang tidak merespon pada pengurangan berat badan, latihan, atau obat-obat, rangkaian suntikan-suntikan dari hyaluronic acid (Synvisc, Hyalgan) kedalam sendi dapat adakalanya berguna, terutama jika operasi tidak sedang dipertimbangkan. Produ-produk ini tampaknya bekerja dengan untuk sementara waktu memulihkan kekentalan dari cairan sendi, mengizinkan pelumasan sendi dan kemampuan benturan yang lebih baik, dan mungkin dengan mempengaruhui secara langsung penerima-penerima (receptors) nyeri. Operasi umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan osteoarthritis yang terutama parah dan tidak merespon pada perawatan-perawatan konservatif. Arthroscopy, didiskusikan diatas, dapat bermanfaat ketika robekan-robekan cartilage dicurigai. Osteotomy adalah prosedur pengeluaran tulang yang dapat membantu meluruskan kembali beberapa dari keadaan cacat (deformity) pada pasien-pasien yang dipilih, umumnya mereka yang dengan penyakit lutut. Pada beberapa kasus-kasus, sendi-sendi yang merosot (degenerasi) dengan parah paling baik dirawat dengan fusion (arthrodesis) atau penggantian dengan sendi tiruan (arthroplasty). Penggantian-penggantian total pinggul dan total lutut sekarang secara umum dilakukan di rumahsakit-rumahsakit masyarakat di seluruh Amerika. Ini dapat membawa pembebasan nyeri dan fungsi yang lebih baik yang dramatis.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Kasper, Braunwald, Fauc, Hauser, Longo, Jameson. Harrison’s: Principle of Internal.
17th Edition volume 2. Manual of Medication. McGraw Hill. 2008. p2008-89.
2. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 2006. pg 1174-1180.
3. Kumar A, Triyanto K, Savitri R, Wardhani W, Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran
jilid 13rd edition. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001. p536-41.
4. Helbert M. Flesh and Bones Immunology 1st edition. New Delhi: Elsevier India Private
Limited; 2007. p.82-83
5. Kumar V, Abbas A, Fauston N. Robins basic pathology. New Delhi:Elsevier India
Private Limited;2007
6. Price S, Wilson M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses penyakit. Edisi ke 6
volume 2. Jakarta: ECG penerbit buku-buku kedokteran;2006. p 1380-1383.
7. Apley G, Solomon L. Buku Ajar Orthopedi. Jakarta: Widya Medika; 1995. p 93-94.
8. Kavanaught A. RA Pathogenesis. July 12, 2007. Available at:
http://www.medscape.com/viewarticle/573740 2
BAB V
PENUTUP DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang MahaEsa, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita dapat lebih
memerhatikan kondisi kesehatan para lansia. Saat ini, osteoarthritis pada usia lanjut
prevelansinya semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh karena jumah usia lanjut yang makin
meningkat pula. Patofisiologi dan etiologi osteoarhritis yang timbul pada usia lanjut belum dapat
diterangkan seluruhnya, namun dapat didasarkan atas faktor faktor yang muncul oleh perubahan
proses menuanya sendiri.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada para dosen tertama tutor yang membimbing
kami dalam melaksanakan diskusi, sehingga kami dapat menyelsaikan makalah ini. Kritik dan
saran para pembaca sangat kami nantikan guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi makalah yang menambah pengetahuan praktis dalam bidang
osteoarhritis terutama pada orang lanjut usia