makalah iad
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan tempat kehidupan makhluk hidup yang saling
berinteraksi. Unsur-unsur yang membentuk lingkungan saling berhubungan
hingga membentuk suatu sistem kehidupan. Unsur-unsur tersebut sangat
penting bagi kehidupan agar tercipta rasa sehat, aman, dan nyaman.
Perilaku manusia dapat mempengaruhi lingkungan. Apabila lingkungan
berubah maka mempengaruhi kesehatan manusia. Unsur-unsur lingkungan
memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan manusia. Sebagai contoh,
untuk memenuhi kebutuhan makanan, manusia memanfaatkan tumbuhan dan
hewan. Dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan sumber energi untuk hidup
juga bersumber dari lingkungan. Tanah dapat dijadikan areal lahan untuk
kegiatan ekonomi, seperti lahan pertanian, perkebunan, dan peternakan,
aktivitas sosial lainnya. Air merupakan kebutuhan vital dan esensial bagi
makhluk hidup. Tanpa air, tidak akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di
bumi ini.
Sebagai manusia cerdas, sebaiknya lingkungan harus dijaga sebaik
mungkin agar tidak mengalami kerusakan. Namun, banyak peristiwa
menunjukkan bahwa lingkungan di muka bumi ini sudah tidak alami atau telah
mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut menyebabkan kerugian yang tak
terhingga bagi manusia. Pencemaran merupakan salah satu kerusakan
lingkungan yang sangat merugikan. Pencemaran antara lain pencemaran air,
tanah, udara.
Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air,
pencemaran air didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air
oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”
(Pasal 1, angka 2). Definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai
1
makna pokoknya menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab
atau pelaku dan aspek akibat (Setiawan, 2001).
Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang karena sifat
kegiatannya pada dasarnya selalu menimbulkan perubahan pada alam
lingkungannya (BPLHD Jabar, 2005). Permasalahan lingkungan dalam
aktivitas pertambangan batubara umumnya terkait dengan Air Asam Tambang
(AAT) atau Acid Mine Drainage (AMD). Air tersebut terbentuk sebagai hasil
oksidasi mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan oleh oksigen di
udara pada lingkungan berair (Sayoga, 2007). Pengupasan tanah penutup
(overburden), penggalian batubaranya sendiri, serta waste material
menyebabkan tersingkapnya tanah/batuan yang mengandung mineral sulfida,
antara lain berupa Pirit (Pyrite) dan Markasit (Marcasite). Mineral sulfida
tersebut selanjutnya bereaksi dengan oksidan dan air membentuk air asam
tambang. Air asam tambang ini akan mengikis tanah dan batuan yang berakibat
pada larutnya berbagai logam seperti besi (Fe), cadmium (Cd), mangan (Mn),
dan seng (Zn). Dengan demikian, selain dicirikan oleh pH yang rendah, air
asam tambang juga akan mengandung logam-logam dengan konsentrasi tinggi,
sehingga dapat berakibat buruk pada kesehatan lingkungan maupun manusia
(Juari, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pencemaran air di daerah pertambangan terhadap
kesehatan?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pencemaran air di daerah pertambangan
terhadap kesehatan sehingga dapat mencegah kasus intoksikasi/keracunan yang
ditimbulkan dari pencemaran tersebut.
1.4 Manfaat
Sebagai pengetahuan masyarakat mengenai pengaruh pencemaran air di
daerah pertambangan terhadap kesehatan manusia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pencemaran
Pencemaran lingkungan hidup menurut UndangUndang No 23 tahun
1997 adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
Menurut Odum (1996) pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika,
kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada ekosistem perairan
yang akan menimbulkan kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan
dan proses industri. Sedangkan menurut definisi GESAMP (Group of
Expert on Scientific Aspect on Marine Pollution) in Sanusi (2006)
pencemaran laut diartikan sebagai masuknya zatzat (substansi)
atau energi ke dalam lingkungan laut dan estuari baik langsung maupun
tidak langsung akibat adanya kegiatan manusia yang menimbulkan
kerusakan pada lingkungan laut, kehidupan di laut, kesehatan manusia,
mengganggu aktivitas di laut (usaha penangkapan, budidaya, alur pelayaran)
serta secara visual mereduksi keindahan (estetika). Fardiaz (2006)
mengistilahkan pencemaran air dengan istilah yang berbeda, yaitu polusi air.
Polusi air yang dimaksud adalah penyimpangan sifatsifat air dari keadaan
normal. Darmono (1995) mengklasifikasikan sumber pencemaran logam
berat berdasarkan lokasinya :
1. pada perairan estuaria, pencemaran memiliki hubungan yang erat
dengan penggunaan logam oleh manusia.
2. pada perairan laut lepas kontaminasi logam berat biasanya terjadi
secara langsung dari atmosfer atau karena tumpahan minyak dari kapalkapal
tanker yang melaluinya,3. sedangkan di perairan sekitar pantai kontaminasi
logam kebanyakan berasal dari mulut sungai yang terkontaminasi oleh
limbah buangan industri atau pertambangan.
3
Pencemaran di Teluk Jakarta disebabkan semakin besarnya jumlah
penduduk dan berkembangnya sektor industri. Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) menyatakan 50% industri di Jabotabek masih
membuang limbahnya secara langsung ke sungai (Mulyono, 2000).
Biro Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat (1997) in Mulyono (2000)
mengungkapkan bahwa dari kurang lebih 600 industri yang ada pada saat
ini di wilayah Jawa Barat, separuhnya membuang limbah ke sungai.
Kita ketahui pula bahwa beberapa sungai di daerah tersebut juga bermuara di
Teluk Jakarta. Limbah yang masuk ke perairan teluk Jakarta berasal dari
limbah industri (97,82 % atau 1.632.896,47 ribu m 3/tahun),
limbah domestik (2,17 % atau 36.229,90 ribu m 3 /tahun) dan limbah industri
pertanian (0,01 % atau 232,25 m 3/tahun) (KPPL, 1997 in Riani dan Sutjahjo,
2004). Dahlia (2009) melaporkan jumlah beban limbah pada Perairan Muara
Kamal tahun 2008 untuk limbah organik sebesar 868,49 ton/bulan, beban
limbah BOD sebesar 624,13 ton/bulan, sedangkan untuk beban limbah
COD 1450,78 ton/bulan. Diperkirakan 20% dari limbah yang dibuang
ke laut berasal dari limbah industri berupa lumpur lunak (sludge). Terdapat
empat cara pembuangan limbah, yaitu dibakar, dikubur, dibuang ke laut, dan
diolah untuk menghilangkan bahan toksik (Darmono, 2001). Hasil penelitian
yang dilakukan oleh tim Japan International Corporation Agency (JICA)
memperkirakan pada tahun 2010, jumlah limbah cair industri khusus dari
Jakarta mencapai 256.631 m 3/hari dengan beban polusi
118.600 kg BOD/hari. Melihat perkembangan jumlah industri di Jakarta dan
sekitarnya dan upaya mengatasi pencemaran masih belum dilakukan secara
efektif, maka diperkirakan pada tahun 2010 pencemaran akan mencapai enam
sampai sembilan kali lipat dibandingkan pencemaran pada awal
dekade 1990 (Mulyono, 2000).
2.2. Pencemaran Air
Pencemaran air terjadi bila beberapa bahan atau kondisi yang dapat
menyebabkan penurunan kualitas badan air sehingga tidak memenuhi baku
mutu atau tidak apat digunakan untuk keperluan tertentu (sesuai
4
peruntukannya, misalnya sebagai bahan baku air minum, keperluan perikanan,
industri, dan lain-lain) (Sunu, 2001).
Di dalam kegiatan industri , air yang telah digunakan (air limbah
industri) tidak oleh langsung dibuang ke lingkungan karena dapat
menyebabkan pencemaran. Air tersebut harus diolah dahulu agar mempunyai
kualitas yang sama dengan kualitas lingkungan. Jadi air limbah industri harus
mengalami proses daur ulang sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang
kembali ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran. Proses daur ulang air
industri (Water Treatment Recycle Process) adalah salah satu syarat yang
harus dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan. Apabila semua
kegiatan industri memperhatikan dan melaksanakan pengolahan air limbah
industri dan masyarakat umum juga tidak membuang limbah secara
sembarangan maka masalah pencemaran air sebenarnya tidak perlu
dikuatirkan. Namun kenyataanya masih banyak industri atau suatu pusat
kegiatan kerja membuang limbahnya ke lingkungan melalui sungai sehingga
menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan (Wardhana, 2001).
2.3. Pengaruh Pencemaran Air
Pencemaran air dapat menyebabkan pengaruh berbahaya bagi
organisme, populasi komunitas dan ekosistem. Indikator utama kualitas air
dalam ekosistem air permukaan adalah oksigen terlarut atau dissolved oxygen
(DO), biological oxygen demand (BOD). Agar dapat hidup organisme
memerlukan oksigen untuk proses respirasi. Kadar oksigen terlarut (DO)
adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam volume air tertentu pada suatu suhu
dan tekanan tertentu. Pada tekanan atmosfer normal (1atm) dan suhu 20° C,
kadar oksigen maksimum terlarut dalam air adalah 9 mg/L.
Pada dasarnya polutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu limbah
degradable dan non degradable. Limbah degradable yaitu limbah yang dapat
terdekomposisi atau dapat dihilangkan dengan proses biologis alamiah.,
sedangkan limbah non biodegradable adalah limbah yang tak dapat
dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah. Indikator
pencemaran air dapat diketahui dan diamati baik secara visual maupun
pengujian, seperti :
5
a. Perubahan pH atau konsentrasi ion hydrogen.
b. Oksigen terlarut.
c. Adanya endapan, koloid, bahan terlarut.
d. Perubahan warna, bau dan rasa.
2.4. Logam Berat
Logam adalah unsur yang dapat diperoleh dari lautan, erosi batuan
tambang dan vulkanisme (Clark, 1986). Proses alam seperti perubahan
siklus alamimengakibatkan batuanbatuan dan gunung berapi memberikan
kontribusi yang sangat besar ke lingkungan. Selain itu masuknya logam
berat juga berasal dari aktivitas manusia, seperti pertambangan minyak, emas
dan batu bara, pembangkit tenaga listrik, pestisida, keramik, peleburan logam
dan pabrikpabrik pupuk serta kegiatan industri
lainnya (Suhendrayatna, 2001). Connell dan Miller (1995) mengatakan
bahwa logam berat adalah unsur yang memiliki berat lebih besar dari
4 atau 5 dengan jumlah atom 22 34 dan 40 52, serta unsur lantanida dan
aklinida, serta memiliki pengaruh spesifik biokimiawi di dalam hewan dan
tumbuhan. Menurut Vouk (1986) in Putra (2008) terdapat 80 jenis dari
109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis
logam berat. Beberapa logam berat yang berbahaya dan sering mencemari
lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium
(Cd), khromium (Cr), dan nikel (Ni). Di alam logam sangat jarang ditemukan
dalam elemen tunggal, biasanya dalam bentuk persenyawaan dengan unsur
lain. Tabel 1 menampilkan sumber utama logam berat yang ditemukan di
lingkungan.
Tabel 1. Daftar elemen pencemaran utama dari logam berat dan
sumbernya di alam (Suhendrayatna, 2001)
Elemen Sumber logam di alam
Antimony Stibnite (Sb2S3), geothermal springs, mine drainage.
Arsenic Metal arsenides and arsenates, sulfide ores (arsenopyrite),
arsenite (HAsO2), vulcanic gases,geothermal springs.
Beryllium Beryl (Be3Al2Si6O16), Phenacite (Be2SiO4).
6
Cadmium Zinc carbonate and sulfide ores, copper carbonate and
sulfide ores.
Chromium Chromite (FeCr2O), chromic oxide (Cr2O3).
Copper Free metal (Cu0), copper sulfide (CuS2), Chalcopyrite
(CuFeS2), mine drainage.
Lead Galena (PbS)
Mercury Free mercury (Hg0), Cinnabar (HgS).
Nickel Ferromagnesian minerals, ferrous sulfide ores, nickel
oxide (NiO2), Pentladite [(Ni,Fe)9S8], nickel hydroxide
[Ni(OH)3].
Selenium Free element (Se0), Ferroselite (FeSe2), uranium deposits,
black shales, ChalcopyritePantladitePyrrhotite deposits.
Silver Free metal (Ag0), silver chloride (AgCl2), Argentide
(AgS2), copper, lead, zinc ores.
Thallium Copper, lead, silver residues.
Zinc Zinc blende (ZnS), Willemite (ZnSiO4), Calamite
(ZnCO3), mine drainage
Menurut Palar (2004) logam dalam perairan memiliki sifat sebagai
berikut :
1.memiliki kemampuan yang baik dalam penghantar
listrik (konduktor);
2. memiliki kemampuan yang baik dalam penghantar panas;
3. memiliki rapatan yang tinggi;
4. dapat membentuk alloy dengan baik;
5. logam padat dapat ditempa dan dibentuk
Logam berat seperti kadmium (Cd), timbal (Pb), dan merkuri
(Hg) memiliki afinitas yang tinggi terhadap unsur S (sulfur) menyebabkan
logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim
bersangkutan menjadi tidak aktif. Selain sulfur logam berat juga dapat
bereaksi terhadap gugus karboksilat (COOH) dan amina (NH2). Kadmium,
timbal, dan tembaga terikat pada selsel membran yang menghambat proses
transformasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa
7
fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya. Logam berat
juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis
penguraiannya (Manahan, 1977). Logam berat memiliki tingkat atau
daya racun yang berbeda bergantung pada jenis, sifat kimia dan fisik logam
berat. Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup 1990 in
Marganof (2003) membagi kelompok logam berat berdasarkan sifat
toksisitas dalam 3 kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri atas
unsurunsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn; bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-
unsur Cr, Ni, dan Co; dan bersifat toksik rendah yang terdiri atas unsur
Mn dan Fe (Sanusi, 2006). Sutamihardja et al. (1982) mengurutkan
berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam
berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai
berikut : merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom
(Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co). sedangkan menurut Darmono (1995)
daftar urutan toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap
manusia yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg 2+ > Cd 2+
>Ag 2+ > Ni 2+ > Pb 2+ > As 2+ > Cr2+ Sn 2+ > Zn 2+. Adanya logam
berat di perairan memiliki dampak yang berbahaya baik secara langsung
terhadap kehidupan organisme maupun efeknya secara tidak langsung
terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifatsifat logam
berat (Sutamihardja et al., 1982; Sanusi, 2006) yaitu :
1. sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan
perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan);
2. dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan
akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi
organisme tersebut;
3.mudah terakumulasi di sedimen,
sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air.
Di samping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa air
yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air,
sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala
waktu tertentu. Kandungan kelompok anorganik logam di perairan alami
8
sangat rendah (trace element). Kelompok ini terdiri dari logam berat yang
bersifat esensial (Cr, Ni, Cu, Zn) dan yang bersifat nonesensial (As, Cd, Pb,
Hg). Elemen yang bersifat esensial dibutuhkan dalam proses kehidupan biota
akuatik. Kelompok elemen esensial maupun nonesensial dapat bersifat toksik
atau racun bagi kehidupan biota perairan, terutama apabila terjadi
peningkatan kadarnya dalam perairan (Sanusi, 2006). Sifat toksik dan sifat
terurainya suatu logam berat dalam perairan ditentukan oleh karakteristik
fisik dan kimia suatu jenis logam berat dan ditentukan juga oleh faktor
lingkungan. Lingkungan atau ekosistem laut yang mengalami
gangguan kesetimbangan akibat polutan, dapat bersifat tetap (irreversible)
atau sementara (reversible) bergantung pada faktorfaktor berikut (Sanusi,
2006) :
1. kemantapan ekosistem (constancy); terkait dengan kecilnya pengaruh
perubahan.
2. persistensi ekosistem (persistent); terkait dengan lamanya waktu
untuk kelangsungan prosesproses normal ekosistem.
3. kelembaman ekosistem (inertia); terkait dengan kemampuan
bertahan terhadap gangguan eksternal.
4. elastisitas ekosistem (elasticity); terkait dengan kekenyalan
ekosistem untuk kembali ke kadaan semula setelah mengalami gangguan.
5. amplitudo ekosistem (amplitude); terkait dengan besarnya
skala gangguan yang masih memungkinkan adanya daya pulih (recovery).
Menurut Hutagalung (1984) faktorfaktor yang memengaruhi
tingkat toksisitas logam berat antara lain suhu, salinitas, pH, dan kesadahan.
Penurunan pHdan salinitas perairan menyebabkan toksisitas logam berat
semakin besar. Peningkatan suhu menyebabkan toksisitas logam berat
meningkat. Sedangkan kesadahan yang tinggi dapat mengurangi toksisitas
logam berat, karena logam berat dalam air dengan kesadahan tinggi
membentuk senyawa kompleks yang mengendap dalam air. Tingkat toksisitas
logam berat untuk biota perairan dipengaruhi oleh jenis logam, spesies
biota, daya permeabilitas biota, dan mekanisme detoksikasi (Darmono,
2001). Logam berat dapat mengumpul (terakumulasi) di dalam tubuh suatu
9
biota dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang
lama sebagai racun (Fardiaz, 2005). Pada batas dan kadar
kadar tertentu semua logam berat dapat menimbulkan pengaruh yang negatif
terhadap bota perairan.
2.4.1. Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih keperakan
menyerupai alumunium dengan berat atom 112,41 g/mol dengan titik cair
321°C dan titik didih 765°C. Darmono (1995) mengatakan bahwa kadmium
selalu bercampur dengan logam lain, terutama dalam pertambangan zink
dan timbal selalu ditemukan kadmium dengan kadar 0,2 0,4 %, sebagai
hasil sampingan dari proses pemurnian zink dan timbal. Unsur ini bersifat
lentur, tahan terhadap tekanan, memiliki titik lebur
rendah serta dapat dimanfaatkan untuk pencampur logam lain seperti nikel,
perak, tembaga, dan besi. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada
keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali
(Rahman,2006). Senyawa kadmium juga digunakan sebagai bahan kimia,
bahan fotografi, pembuatan tabung TV, cat, karet, sabun, kembang api,
percetakan tekstil dan pigmen untuk gelas dan email gigi (Jensen et al., 1981
in Herman, 2006). Lu (2006) menyatakan kadmium memiliki sifat dan
kegunaan antara lain :
1. mempunyai sifat tahan panas sehingga bagus untuk campuran
pembuatan bahanbahan keramik, enamel dan plastik.
2. tahan terhadap korosi sehingga bagus untuk melapisi pelat besi dan
baja. Kadmium tergolong logam berat dan memiliki afinitas yang tinggi
terhadap kelompok sulfhidrid dari pada enzim dan meningkat kelarutannya
dalam lemak.Pada perairan alami yang bersifat basa, kadmium mengalami
hidrolisis, teradsorpsi oleh padatan tersuspensi dan membentuk ikatan
kompleks dengan bahan organik. Kadmium pada perairan alami membentuk
ikatan kompleks dengan ligan baik organik maupun anorganik, yaitu:
Cd 2+, Cd(OH) +, CdCl +, CdSO4, CdCO3 dan Cdorganik. Ikatan kompleks
tersebut memiliki tingkat kelarutan yang berbeda: Cd 2+ > CdSO4 > CdCl +
> CdCO3 > Cd(OH)+(Sanusi, 2006). Laws (1993) menyatakan bahwa sifat
10
racun Cd terhadap ikan yang hidup dalam air laut berkisar antara 10100
kali lebih rendah dari pada dalam air tawar yang memiliki tingkat
kesadahan lebih rendah. Toksisitas kadmium meningkat dengan
menurunnya kadar oksigen dan kesadahan, serta meningkatnya pH dan suhu.
Sedangkan toksisitas kadmium turun pada salinitas dengan kondisi isotonis
dengan cairan tubuh hewan bersangkutan. Hasil penelitian Engel et al. (1981)
in Sanusi et.al. (1984) diketahui bahwa peningkatan salinitas mengurangi sifat
racun Cd maupun Hg terhadap kehidupan hewan air. Jumlah normal
kadmium di tanah berada di bawah 1 ppm, tetapi angka tertinggi
(1.700 ppm) dijumpai pada permukaan contoh tanah yang diambil di
dekat pertambangan biji seng (Zn). Kadmium lebih mudah diakumulasi oleh
tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lain seperti timbal
(Suhendrayatna, 2001). Kadar kadmium di perairan alami sangat rendah
sekitar 1 μg/l (Lu, 2006). Sedangkan menurut Sanusi (2006) kadarnya di
perairan berkisar pada 0,29 0,55 ppb dengan ratarata 0,42 ppb. Menurut
badan dunia FAO/WHO, konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi
manusia adalah 400500 μg/orang atau 7 μg/kg berat badan
(Suhendrayatna, 2001). Keracunan kadmium dapat bersifat akut dan kronis.
Organ tubuh yang menjadi sasaran keracunan kadmium adalah ginjal dan
hati. Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui saluran pernafasan dari
pada saluran pencernaan. Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan dari
menghisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium
oksida (CdO) yang dapat menyebabkan emfisema atau
gangguan paruparu yang jelas terlihat (Darmono, 1995).
Efek keracunan lain yang dapat ditimbulkannya berupa penyakit hati,
tekanan darah tinggi, gangguan pada sistem ginjal dan kelenjar pencernaan
serta mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Effendi, 2003; Lu, 2006).
Nielsen et al. (1977) in Sanusi et al. (1984) menyatakan bahwa kadmium
menghambat enzim Na, KATPase dan menurunkan transport ion Na lewat
insang (gill ephithelium) pada ikan. Di Jepang telah terjadi keracunan
oleh kadmium, yang menyebabkan penyakit lumbago yang berlanjut ke arah
kerusakan tulang dengan akibat melunak dan retaknya tulang (O’Neill, 1994
11
in Herman, 2006). Apabila kandungan mencapai 200 μg Cd/gr (berat basah)
dalam cortex ginjal yang akan mengakibatkan kegagalan ginjal dan berakhir
pada kematian. Korban terutama terjadi pada wanita pascamenopause
yang kekurangan gizi, kekurangan vitamin D dan kalsium. (Herman, 2006).
2.4.2. Timbal (Pb)
Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat dideteksi
secara praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem
biologis (Suhendrayatna, 2001). Timbal adalah sejenis logam yang lunak
dan berwarna coklat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan.
Dalam pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam (PbS),
yang sering disebut galena. Di perairan alami timbal bersumber dari batuan
kapur dan gelena (Saeni, 1989 dan Manik, 2007). Sifatsifat timbal menurut
Darmono (1995) dan Fardiaz (2005) antara lain:
1) memilki titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk
cair hanya membutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.
2) merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi
berbagai bentuk.
3) timbal dapat membentuk logam campuran (alloy) dengan logam
lainnya, dan logam yang terbentuk mempunyai sifat yang berbeda dengan
timbal murni.
4) memiliki densitas yang tinggi dibanding logam lain kecuali emas dan
merkuri, yaitu 11,34 gr/cm.
Sumber utama timbal yang digunakan sebagai bahan additif bensin
berasal dari komponen gugus alkil timbal (Suhendrayatna, 2001). O’neil
(1993) in Nursal et al. (2005) mengatakan bahwa kurang lebih 75% timbal
yang ditambahkan pada bahan bakar minyak akan diemisikan kembali ke
atmosfir. Hal inilah yang kemudian menyebabkan pencemaran udara
disebabkan oleh timbal. Timbal ini dapat memasuki perairan melalui air hujan
yang turun.Penggunaan timbal terbesar lainnya adalah dalam produksi
baterai penyimpan untuk mobil. Selain itu timbal juga digunakan untuk
produkproduk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan
kimia dan pewarna (Fardiaz, 2005). Timbal juga digunakan sebagai pigmen
12
timbal dalam cat (Lu, 2006). Timbal pada perairan ditemukan dalam bentuk
terlarut dan tersuspensi. Timbal relatif dapat larut dalam air dengan pH<5
dimana air yang bersentuhan dengan timah hitam dalam suatu periode
waktu dapat mengandung > 1 μg Pb/l, sedangkan batas kandungan dalam
air minum adalah 50 μg Pb/l. Kadar dan toksisitas timbal diperairan
dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas, dan kadar oksigen (Effendi,
2003). Dinas Peternakan dan Kelautan DKI Jakarta (2004) melaporkan
beberapa jenis makanan yang mengandung kadar timbal tinggi.
Beberapa jenis makanan itu adalah makanan kaleng (50100 µg/kg); jeroan,
hati, ginjal, dari hasil ternak (150 µg/kg); ikan (170 µg/kg); dan kelompok
yang paling tinggi kadar timbalnya adalah kerangkerangan (moluska) dan
udangudangan (250 µg/kg). Sedangkan jenis makanan
yang tergolong rendah derajat kontaminasi timbal adalah susu sapi, buah-
buahan, sayuran dan bijibijian (1520 µg/kg). Konsumsi mingguan
elemen timbal yang direkomendasikan oleh WHO toleransinya bagi orang
dewasa adalah 50 μg/kg berat badan dan untuk bayi atau anakanak 25
μg/kg berat badan (Suhendrayatna, 2001). Pengaruh toksisitas akut timbal
jarang ditemui, tetapi pengaruh toksisitas kronik paling sering ditemukan.
Pengaruh toksisitas kronis sering dijumpai pada pekerja tambang dan
pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecatan), penyimpanan
bateri, percetakan, pelapisan logam dan pengecatan sistem
semprot (Darmono, 2001). Dampak keracunan timbal dapat mengakibatkan
terhambatnya pembentukan hemoglobin, gangguan ginjal, otak, hati, sistem
reproduksi, dan sistem saraf sentral (Fardiaz, 2006), selain itu juga dapat
menyebabkan gangguan mental pada anakanak (Saeni, 1989). Ketika unsur
ini mengikat kuat sejumlah molekul asam amino, haemoglobin, enzim, RNA,
dan DNA; maka akan mengganggu saluran metabolik dalam tubuh.
Keracunan Pb dapat juga mengakibatkan gangguan sintesis darah,hipertensi,
hiperaktivitas, dan kerusakan otak (Herman, 2006). Menurut Saeni (1989)
kadmium dapat menyebabkan gangguan pada ginjal, jaringan testikular,
kerusakan selsel butir darah merah dan menyebabkan tekanan darah tinggi.
13
2.4.3. Merkuri (Hg)
Merkuri merupakan unsur trece elemen yang bersifat cair pada
suhu ruang dan daya hantar listrik yang tinggi (Budiono, 2003). Merkuri
dalam tabel periodik terdapat pada golongan XII D, periode VI, memiliki
nomor atom 80 dan berat atom 200,59 g/mol (Cotton dan Geoffrey, 1989).
Merkuri memiliki sifatsifat sebagai berikut Fardiaz (2005): 1. merkuri
merupakan satusatunya logam yang berbentuk cair pada suhu
kamar (25°C) dan memilki titik beku yang paling rendah dibanding logam
lainnya, yaitu 39°C.
2. merkuri dalam bentuk cair memiliki kisaran suhu yang luas,
yaitu 396°C.
3. memiliki volatilitas yang tinggi dibanding logam lainnya.
4. merupakan konduktor yang baik karena memilki ketahanan
listrik yang rendah.
5. banyak logam yang dapat dalam merkuri yang membentuk
komponen yang disebut amalgam (alloy).
6. merkuri dan komponenkomponennya bersifat
toksik terhadap semua makhluk hidup. Sifatsifat itulah yang menyebabkan
merkuri banyak digunakan olah manusia seperti dalam aktivitas
penambangan, peleburan untuk menghasilkan logam dari bijih
tambang sulfidnya, pembakaran bahan bakar fosil dan produksi baja, semen
serta fosfat. Pemakai utama merkuri adalah pabrik alkaliklor, industri bubur
kayu, dan pabrik perlengkapan listrik (Lu, 2006). Fardiaz (2005) mengatakan
bahwa merkuri di alam ditemukan dalam bentuk gabungan dengan elemen
lainnya, dan jarang ditemukan dalam bentuk terpisah.
Beliau juga mengklasifikasikan bentuk merkuri di alam menjadi dua bentuk,
yaitu :
1. merkuri anorganik, termasuk logam merkuri (Hg 2+) dan garam-
garamnya seperti merkuri klorida (HgCl2) dan merkuri oksida (HgO2)
2. komponen merkuri organik atau organomerkuri, terdiri dari:
a) aril merkuri, mengandung hidrokarbon aromatik seperti fenil
merkuri asetat
14
b) alkil merkuri, mengandung hidrokarbon alifatik dan merupakan
merkuri yang paling beracun, misalnya metil merkuri dan etil merkuri
c) alkoksialkil merkuri (ROHg). Komponen organomerkuri yang
terpenting secara komersil adalah fenil merkuri asetat (FMA). Industri-
industri pulp dan kertas menggunakan FMA untuk mencegah
pembentuk lendir pada pulp kertas yang masih basah selama pengolahan
dan penyimpanan. Sumber alami merkuri adalah cinnabar (HgS)
dan mineral sulfida, misalnya sphalerite (ZnS), chalcopyrite (CuFeS) dan
galena (PbS). Pelapukan batuan dan erosi tanah dapat melepas merkuri
ke dalam perairan (Efendi, 2003).
Penambangan, peleburan, pembakaran bahan bakar fosil, dan produksi
baja, semen dan fosfat juga merupakan sumber merkuri yang dapat
menambah keberadaannya di alam (Lu, 2006). Prosesproses industri, seperti
pertanian, pencampuran logam, katalis pada pertambangan, kedokteran gigi,
peralatan listrik, obatobatan dan penggunaan di laboratorium yang kemudian
sebagian besar merkuri dunia akhirnya dibuang ke lingkungan sekitarnya.
Beberapa penelitian mencatat bahwa setiap ton Hg dapat melepas sekitar
150200 g merkuri ke atmosfir dan air buangan (Maanema dan
Berhimpon, 2007). Di perairan alami logam berat merkuri terdapat
dalam bentuk Hg, Hg + dan Hg 2+ yang ditentukan oleh kondisi reduksi
atau oksidasi. Perairan dengan oksigen terlarut cukup baik (€h ≥ 0,5 mV),
maka Hg 2+terlarut menjadi dominan. Dalam keadaan reduksi atau fakultatif
akan terbentuk Hg dan Hg +, dan apabila terdapat sulfit akan
terbentuk senyawa HgS (Sanusi, 2006). Kelarutan merkuri di perairan laut
dalam bentuk HgCl4 dan HgCl3 dengan klorida yang dominan. Merkuri
tidak hanya larut dalam air tetapi juga akan terabsorpsi oleh partikelpartikel
tersuspensi. Dalam substrat anoksida, merkuri ada dalam bentuk HgS dan
HgS2. Sistem mikroba dalam laut dapat mengubah semua bentuk merkuri
anorganik menjadi metil merkuri, untuk selanjutnya dapat diakumulasi
oleh organisme hidup (Clark, 1997). Hal senada juga dikatakan oleh Lu
(2006) bahwa unsur merkuri akan menjadi senyawa anorganik melalui
proses oksidasi dan kembali menjadi unsur merkuri lewat reduksi. Merkuri
15
anorganikdapat menjadi merkuri organik melalui kerja kuman
anaerobik tertentu, dan senyawa ini secara lambat terdegradasi menjadi
merkuri anorganik. Proses metilasi terpengaruh dengan adanya dominasi
unsur sulfur (S), yaitu pada keadaan anaerob dan redok potensial
yang rendah. Faktorfaktor yang sangat berpengaruh di dalam pembentukan
metil merkuri antara lain : suhu, kadar ion Cl, kandungan organik, derajat
keasaman (pH), dan kadar merkuri. Hasil akhir dari proses metilasi
adalah metil merkuri (CH3Hg) yang memiliki daya racun tinggi
dan sukar terurai dibandingkan zat asalnya. Merkuri dimanfaatkan dalam
bidang kedokteran, pertanian dan industri. Dalam bidang kedokteran
merkuri digunakan untuk pengobatan penyakit kelamin (sifilis). Sebelum
diketahui berbahaya, HgCl digunakan sebagai pembersih luka, bahan
kosmetik, dan digunakan dalam bidang kedokteran gigi (Fardiaz, 2006).
Merkuri digunakan sebagai pembunuh jamur, sehingga baik untuk
bahan pelapis benih sebagai pencegah pertumbuhan kapang (Fardiaz, 2006).
Merkuri juga digunakan sebagai bahan pembasmi hama. Sedangkan dalam
bidang industri merkuri dimanfaatkan sebagai bahan dasar lampu merkuri
untuk penerangan jalan, pembuatan baterai, pembuatan klor alkali yang
menghasilkan klorin (Cl2) yang dimanfaatkan perusahaan air minum untuk
penjernihan air minum dan membasmi kuman, pembuatan kaustik
soda, bahan campuran cat, dan pembuatan plastik. Untuk mencegah
lender pada pulp kertas pada industri kertas (Fardiaz, 2006) Unsur merkuri di
perairan laut secara alamiah berada dalam kadar yang rendah, yaitu 10 2-
10 5 mg/l (Maanema dan Berhimpon 2007). Suatu perairan dikategorikan
tidak tercemar jika kadar Hg 2+terlarut sekitar 0,020,1 mg/l untuk air
tawar dan kurang dari 0,010,03 mg/l untuk air laut (Sanusi, 2006).
Moore (1991) menyatakan kadar merkuri yang diperbolehkan untuk air
minum tidak lebih dari 0,3 µg/liter. Kadar merkuri untuk biota laut
sebaiknya tidak melebihi 0,2 μg/l Moore (1991). Sedangkan berdasarkan
baku mutu air laut untuk budidaya perikanan/biota laut yang tercantum
Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 51 tahun
2004, adalah 0,001 ppm. Metil merkuri merupakan merkuri organik yang
16
selalu menjadi perhatian serius dalam toksikologi. Hal ini karena metil
merkuri dapat diserap secaralangsung melalui pernapasan dengan kadar
penyerapan 80%. Selain itu metil merkuri menyerang sistem saraf pusat
sehingga menyebabkan gangguan saraf sensoris, gangguan saraf motorik,
gangguan lain, seperti gangguan mental, sakit kepala, dan hipersalivasi
(Darmono, 2001).
2.5. Bahaya Logam Berat dalam Air
Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup. Bila manusia, hewan,
dan tumbuhan kekurangan air, maka akan mati. Permasalahan saat ini adalah
kualitas air terutama untuk kebutuhan (mandi, mencuci, minum, dan
sebagainya) di kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan.
Kepadatan penduduk, limbah industri, tata ruang yang salah dan tingginya
eksploitasi sumber daya air sangat berpengaruh pada kualitas air. Selain itu,
banyak orang yang membuang sampah, kotoran maupun limbah ke sungai.
Bahkan, ada cara lain membuang limbah berbahaya dengan menanam di
kedalaman beberapa meter. Hal inilah yang menyebabkan semakin
memperburuk kualitas air.
Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Athena (1996)
menunjukkan 41.5 % sampel air di Jakarta mengandung Merkuri (Hg)
berlebih, 25.4 % sampel air di Bogor mengandung Kadmium (Cd) berlebih,
dan 41.1 % sampel air di Bogor mengandung Timbal (Pb) berlebih.
Kandungan logam berat pada air minum Bogor dan Jakarta lebih tinggi
dibandingkan Bekasi dan Tangerang.
Indikator yang digunakan untuk mendeteksi pencemaran air adalah
cemaran logam berat didalamnya. Disebut logam berat berbahaya karena
umumnya memiliki rapat massa tinggi (5 gr/cm3) dan sejumlah konsentrasi
kecil dapat bersifat racun dan berbahaya. Di antara semua unsur logam berat,
Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, kemudian diikuti
oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, dan Zn.
Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat
didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui makanan, air minum, atau udara. Logam berat seperti
17
tembaga, selenium, atau seng dibutuhkan tubuh manusia untuk membantu
kinerja metabolisme tubuh. Akan tetapi, dapat berpotensi menjadi racun jika
konsentrasi dalam tubuh berlebih. Logam berat menjadi berbahaya disebabkan
sistem bioakumulasi, yaitu peningkatan konsentrasi unsur kimia didalam
tubuh mahluk hidup.
Adanya Timbal (Pb) dalam peredaran darah dan otak dapat
menyebabkan gangguan sintesis hemoglobin darah, gangguan neurologi
(susunan syaraf), gangguan pada ginjal, sistem reproduksi, penyakit akut atau
kronik sistem syaraf, dan gangguan fungsi paru-paru. Selain itu, dapat
menurunkan IQ pada anak kecil jika terdapat 10-20 myugram/dl dalam darah.
Kadmium (Cd) jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat
menghambat kerja paru-paru, bahkan mengakibatkan kanker paru-paru, mual,
muntah, diare, kram, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan
ginjal dan hati, dan gangguan kardiovaskuler. Kadmium dapat pula merusak
tulang (osteomalacia, osteoporosis) dan meningkatkan tekanan darah. Gejala
umum keracunan Kadmium adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk,
dan lemah.
Merkuri (Hg) dapat berakumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh
lainnya, menyebabkan bronchitis, sampai rusaknya paru-paru. Gejala
keracunan Merkuri tingkat awal, pasien merasa mulutnya kebal sehingga tidak
peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, gangguan
psikologi (rasa cemas dan sifat agresif), dan sering sakit kepala. Jika terjadi
akumulasi yang tinggi mengakibatkan kerusakan sel-sel saraf di otak kecil,
gangguan pada luas pandang, kerusakan sarung selaput saraf dan bagian dari
otak kecil. Turunan oleh Merkuri (biasanya etil merkuri) pada proses
kehamilan akan nampak setelah bayi lahir yang dapat berupa cerebral palsy
maupun gangguan mental. Sedangkan keracunan Merkuri yang akut dapat
menyebabkan kerusakan saluran pencernaan, gangguan kardiovaskuler,
kegagalan ginjal akut maupun syok.
Arsenik (As) dalam tubuh dapat mengganggu daya pandang mata,
hiperpigmentasi (kulit menjadi berwarna gelap), hiperkeratosis (penebalan
kulit), pencetus kanker, infeksi kulit (dermatitis). Selain itu, dapat
18
menyebabkan kegagalan fungsi sumsum tulang, menurunnya sel darah,
gangguan fungsi hati, kerusakan ginjal, gangguan pernafasan, kerusakan
pembuluh darah, varises, gangguan sistem reproduksi, menurunnya daya tahan
tubuh, dan gangguan saluran pencernaan.
Chromium (Cr) dalam tubuh dapat berakibat buruk terhadap sistem
saluran pernafasan, kulit, pembuluh darah, dan ginjal.
BAB III
PENUTUP
19
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kondisi air di Indonesia sudah banyak yang tercemar oleh logam berat.
Pencemaran air oleh logam berat dapat menimbulkan kerusakan pada
lingkungan maupun organisme dan sangat berbahaya bagi manusia karena
berdampak buruk terhadap kesehatan.
3.2 Saran
Dampak kandungan logam berat memang sangat berbahaya bagi
kesehatan. Namun, kita dapat mencegahnya dengan meningkatkan kesadaran
untuk ikut serta melestarikan sumber daya hayati serta menjaga kesehatan baik
untuk diri sendiri maupun keluarga. Salah satu cara sederhana untuk menjaga
kesehatan adalah dengan mendeteksi kondisi air yang kita gunakan sehari-hari,
terutama kebutuhan untuk minum. Jika kondisi air Anda sudah terdeteksi,
maka akumulasi logam berat dalam tubuh dapat kita cegah.
20