makalah ibr

25
MAKALAH ILMU BAHAN REKAYASA PENENTUAN BERAT MOLEKUL PADA POLIMER Disusun Oleh : Gika Putri Ariani 21030113140144 Andreas Toni 21030 Putri Fatkhiyatul Ulya 21030111130047 Riang Anggraini Rahmanisa 21030111130056 Faad Yahya 21030111 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Upload: riang-anggraini-rahmanisa

Post on 09-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Ilmu Bahan Rekayasa Teknik Kimia, penentuan berat molekul pada polimer

TRANSCRIPT

MAKALAH ILMU BAHAN REKAYASAPENENTUAN BERAT MOLEKUL PADA POLIMER

Disusun Oleh :Gika Putri Ariani 21030113140144Andreas Toni21030Putri Fatkhiyatul Ulya 21030111130047Riang Anggraini Rahmanisa21030111130056Faad Yahya21030111

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIKUNVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2014

BAB IPENDAHULUAN

I.1Latar BelakangPolimer berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu poly yang berarti banyak dan meros yang bagian-bagian. Sehingga polimer dapat diartikan sebagai banyak bagian. Polimer merupakan suatu makromolekul besar yang terdiri dari unit atau satuan yang lebih kecil yang secara berulang-ulang (repeating unit).Repeating unit ini akan terikat oleh ikatan kovalen dalam jumlah yang besar membentuk polimer. Sedangkan molekul dasar pembentuk polimer disebut monomer. Monomer merupakan unit-unit sederhana yang membentukrepeating unit. Molekul tersebut akan bergabung dengan molekul lainnya, baik yang sejenis maupun berbeda, sehingga bisa membentuk polimer.Sifat-sifat polimer seperti kekuatan dan viskositas lebih tergantung pada molekul yang berukuran lebih besar dibanding ukuran molekul yang lebih kecil. Makin bertambahnya panjang rantai, maka jumlah tempat (sites) yang berinteraksi di anatara berbagai rantai tersebut juga akan bertambah. Hal ini menyebabkan sifat kimia, fisika, dan mekanik dari suatu polimer akan bervariasi. (Muhammad Yusuf F, 2012)

I.2TujuanTujuan dari pembuatan makalah ini adalah 1. Mengukur berat molekul pada polimer2. Mengetahui beberapa metode untuk mengukur berat molekul polimer

I.3Manfaat1. Mahasiswa dapat mengukur berat molekul pada polimer2. Mahasiswa mengetahui beberapa metode untuk mengukur berat molekul polimer

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian PolimerPolimer merupakan senyawa kimia yang mempunyai massa molekul sangat tinggi dan tersusun dari unit ulangan sederhana yang tergabung melalui proses polimerisasi. Kata polimer berasal dari bahasa Yunani (polusyang berarti banyak) dan (merosyang berarti bagian), yang mana menunjuk pada struktur polimer yang tersusun atas unit ulangan. Polimer mempunyai massa molekul relatif yang sangat besar, yaitu sekitar 500-10.000 kali berat molekul unit ulangnya.Polimer terdiri dari unit atau satuan yang lebih kecil yang secara berulang-ulang yang disebut sebagairepeating unit.Repeating unitini akan bersambungan secara bersama-sama dengan cara yang sedemikian rupa dan dalam jumlah besar dan membentuk polimer. Suatu molekul yang membentuk polimer disebut monomer. Monomer merupakan unit-unit sederhana yang membentukrepeating unit. Molekul tersebut akan bergabung dengan molekul lainnya, baik yang sejenis maupun berbeda, sehingga bisa membentuk polimer.Polimer lebih dikenal sebagai plastic dan bahan karet. Pada umumnya, polimer merupakan senyawa kimia organik yang didasarkan pada karbon, hidrogen, dan elemen bukan logam (O, N, dan Si). Selain itu, polimer memiliki struktur molekul yang sangat besar. Polimer alam memiliki rantai karbon utama berupa rantai karbon C. Jenis polimer yang terkenal adalah polietilena (PE), nilon, poli vinil klorida (PVC), polikarbonat (PC), polistirena (PS), dan karet silikon. Bahan-bahan ini biasanya memiliki kepadatan rendah, sedangkan karakteristik mekanik mereka umumnya berbeda dengan logam dan bahan keramik.

II.2 Sejarah PolimerKeberadaan polimer sebenarnya sudah ada dan digunakan manusia sejak berabad- abad yang lalu. Polimer polimer yang sudah digunakan itu adalah jenis polimer alam seperti selulosa, pati, protein, wol, dan karet. Istilah polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan dari Swedia, Berzelius (1833).Di akhir 1830-an, Charles Goodyear berhasil memproduksi sebentuk karet alami yang berguna melalui proses yang dikenal sebagai vulkanisasi. 40 tahun kemudian, Celluloid (sebentuk plastik keras dari nitrocellulose) berhasil dikomersialisasikan. Pengenalan vinyl, neoprene, polystyrene, dan nilon pada tahun 1930-an yang memulai ledakan dalam penelitian polimer yang masih berlangsung sampai sekarang. Pada tahun 1930 telah ditemukan Poli fenol etena atau Polistirena dan pada tahun 1933 ditemukan Polietena atau Polietilena di laboratorium ICI di Winnington, Chesire. Hingga pada tahun 1970 sudah terdapat lebih dari 25 produk polimer, dan pada tahun 1980 polimer mencapai 2 juta m3 tiap tahunnya, melebihi produksi kayu dan baja.Sejak saat itu sejumlah terobosan baru banyak dilakukan untuk menciptakan berbagai sistim polimer baru maupun pengembangan sistim polimer yang telah ada. Hasilnya tampak sebagai produk industri polimer yang begitu beragam sebagaimana yang terlihat sekarang ini.

II.3 Pemanfaatan PolimerDalam kehidupan sehari-hari banyak barang-barang yang digunakan merupakan bahan polimer mulai dari kantong plastik untuk belanja, plastik pembungkus makanan dan minuman, kemasan plastik, alat-alat listrik, alat-alat rumah tangga, dan alat-alat elektronik. Beriku bberapa contoh polimer dan kegunaannya :1. Poliuretan, polimer dari etilen glikol dan etilen diisosianat digunakan untuk industri cat dan isolator panas.2. Polivinil klorida (PVC) digunakan untuk membuat pipa paralon, mainan, pembungkus kabel, botol, dsb.3. Polistirena digunakan untuk bahan televisi dan radio.4. Poliakrilonitril digunakan untuk serat orlon dan film akrilon.5. Kevlar digunakan untuk pembuatan baju anti peluru.6. Polimetaakrilat (kaca akrilik) digunakan untuk bahan elektronika.7. Lateks digunakan untuk bahan material polivinil asetat.8. Poliester digunakan untuk membuat bahan pakaian.

II.4Berat Molekul PolimerPanjang rantai pada polimer merupakan parameter yang penting dalam menentukan sifat-sifat polimer. Polimer pada umumnya terdiri dari sejumlah besar rantai, di mana rantai-rantai ini tidak perlu harus sama panjangnya. Panjang rantai ini biasanya disebut sebagai berat molekul. Berat molekul suatu polimer tergantung pada jumlah unit mer yang berulang dikali dengan berat molekul unit mer yang berulang tadi. Berat molekul bisa berkisar dari ribuan hingga jutaan unit tergantung kepada kondisi proses preparasinya. Karena panjang rantai polimer berbeda, maka tidak diperoleh berat molekul yang seragam, melainkan berat molekul rata-rata.Sifat-sifat polimer seperti kekuatan dan viskositas lebih tergantung pada molekul yang berukuran lebih besar dibanding ukuran molekul yang lebih kecil. Makin bertambahnya panjang rantai, maka jumlah tempat (sites) yang berinteraksi di antara berbagai rantai tersebut juga akan bertambah. Fakta ini mempunyai kepentingan yang bisa dipertimbangkan apabila dikaitan dengan kekuatan (strength) dan kekerasan (hardness) suatu polimer. Sebagai satu contoh,dianggap monomer asal, A, adalah cairan. Molekul-molekulnya dianggap cukup kecil sehingga bisa bergerak diantara satu sama lain dengan bebas sehingga membentuk suatu cairan. Pada saat proses polimerisasi terjadi proses berikut ini : a. Molekul-molekul di dalam cairan memanjang. b. Oleh karena molekul-molekul tersebut telah memanjang dan tidak lagi bisa bergerak c. di antara satu sama lain dengan bebas maka viskositas cairan tersebut meningkat. d. Daya sekunder yang lemah cenderung untuk memegang molekul-molekul yang e. memanjang tadi dengan yang lain. f. Molekul-molekul tersebut akhirnya menjadi sangat panjang sehingga polimer g. berubah dari cairan menjadi solid. h. Semakin panjang rantai polimer tersebut terbentuk maka semakin banyak terjadinya i. pengusutan di antara rantai-rantai tersebut. j. Hasilnya, bahan solid tersebut menjadi semakin kuat (stronger) dan keras (harder)Manfaat lain dari mengetahui berat molekul polimer antara lain menentukan aplikasi polimer, sebagai indikator dalam sintesa dan proses pembuatan produk polimer, studi kinetika reaksi polimerisasi, dan studi ketahanan produk polimer dan efek cuaca terhadap kualitas produk.

BAB IIIPEMBAHASAN

III.1Berat Molekul Rata-Rata Jumlah () dan Berat ()Berat molekul merupakan variabel yang teristimewa penting sebab berhubungan langsung dengan sifat kimia polimer. Umumnya polimer dengan berat molekul tinggi mempunyai sifat yang lebih kuat. Polimer polimer diangggap memiliki berat molekul yang berkisar antara ribuan hingga jutaan dengan berat molekul optimum yang bergantung pada struktur kimia dan penerapannya. Nilai berat molekul yang diperoleh bergantung pada besarnya ukuran dalam metode pengukurannya. Sampel suatu polimer sesungguhnya terdiri atas sebaran ukuran molekul dan sebaran massa molekul. Oleh karena itu setiap penentuan massa molekul akan menghasilkan harga rata rata.

III.1.1Berat Molekul Rata-Rata Jumlah (Berat molekul rata rata jumlah (), diperoleh dari perhitungan bilangan atau jumlah molekul dari setiap berat dalam sampel bersangkutan. Berat total suatu sampel polimer adalah jumlah berat dari setiap spesies molekul yang ada. Dalam pengukuran berat molekul rata rata jumlah semua molekul yang terdispersi dianggap memiliki berat yang sama pada suatu rantai polimer, namun antara rantai polimer yang satu dengan rantai polimer yang lain memiliki jumlah molekul yang berbeda sesuai dengan derajat polimerisasi dari suatu proses polimer. Secara matematis dapat ditulis: = Dimana: Mi: Jumlah mol setiap spesies i. Ni: Jumlah molekul etiap spesies i. Jadi berat molekul rata-rata jumlah ( ) adalah berat sampel per mol.

III.1.2Berat Molekul Rata-Rata Berat () Berat molekul rata-rata berat dihitung berdasarkan pada massa dan polarisibilitas spesies polimer yang ada. Polimer dengan masa yang lebih besar maka kontribusinya ke pengukuran menjadi lebih besar. Berbeda dengan berat molekul rata rata jumlah (yang merupakan jumlah fraksi mol masing masing spesies dikalikan dengan molekulnya). Metode ini menjumlahkan fraksi berat masing masing spesies dikalikan jumlah molekulnya. Nilai ini dikenal dengan berat molekul rata-rata berat (). Secara matematis diekspresikan sebagai berikut: =

Dimana: Mi: Jumlah mol setiap spesies i. Ni: Jumlah molekul etiap spesies i. Contoh Soal: 1. Suatu sampel polimer yang terdiri atas 9 mol dengan berat molekul 30.000 dan 5 mol dengan berat molekul 50.000. Hitunglah berat molekul rata rata jumlah dan berat. Maka harga = = = = 37.000Dan harga = == 40.000Jika mol diganti gram maka harga : == 37.000Dari kasus tersebut terlihat bahwa lebih besar dari pada . Hal ini terjadi karena dalam pengukuran sifat koligatif, setiap molekul mempunyai kontribusi yang sama berapapun beratnya sedangkan dengan metode hamburan cahaya., molekul besar mempunyai kontribusi yang besar pula karena menghamburkan cahaya lebih efektif. Jika molekul-molekul polimer terdispersi dalam ruang luas, maka masing masing molekul dalam satu rantai polimer memiliki bobot yang berbeda semakin banyak, namun jumlahnya sama sehingga menyebabkan dalam suatu sampel lebih besar dari . Atau dengan kata lain sistem yang memiliki suatu daerah berat molekul dikatakan sebagai polidispersi (> ). Jika berat masing masing berat molekul yang terdispersi dalam suatu sistem adalah sama, maka = , disebut sistim monodispersi.III.2Penentuan Berat Molekul PolimerMakromolekul apabila dilarutkan dalam suatu pelarut (misalnya air) akan membentuk larutan koloid sejati. Suatu sistem makromolekul yang terdiri dari molekul-molekul dengan berat molekul yang sama disebut monodispersi. Bila sistem makromolekul tersebut tidak terdiri dari molekul-molekul dengan berat molekul yang sama disebut polidispersiBanyak sekali bahan polimer yang tergantung pada massa molekulnya. Misalnya kelarutan, ketercetakan, larutan serta lelehan. Karena itu perlu diketahui cara menentukan bobot molekul polimer. Prinsip dasar penentuan bobot molekul polimer adalah dengan menghitung jumlah rantai per satuan berat, dengan cara analisis kimia langsung (analisis gugus ujung), pengukuran sifat koligatif larutan polimer yang berbanding langsung dengan jumlah polimer dalam larutan. Di samping itu, dapat ditentukan pula dengan cara pengamatan sifat fisik larutan yaitu menggunakan metode hamburan cahaya, ultrasentrifugasi, viskositas dan teknik kkromatografi permeasi gel (GPC). Prinsip dasar penentuan bobot molekul polimer adalah dengan menghitung jumlah rantai per satuan berat, dengan cara analisis kimia langsung (analisis gugus ujung), pengukuran sifat koligatif larutan polimer yang berbanding langsung dengan jumlah polimer dalam larutan. Di samping itu, dapat ditentukan pula dengan cara pengamatan sifat fisik larutan yaitu menggunakan metode hamburan cahaya, ultrasentrifugasi, viskositas dan teknik kkromatografi permeasi gel (GPC).Berikut ini akan disajikan secara mendalam mengenai keenam metode tersebut. a. Metode Analisa Gugus UjungAnalisis gugus ujung merupakan teknik analisis polimer untuk mengetahui massa molekul satu sampel atau sistem dengan menghitung jumlah rantainya. Dalam proses polarisasi pada suatu monomer awal dan akhir rantai, akan terdapat gugus fungsi yang tidak berkaitan dengan satuan monomer lain. Jika suatu polimer diketahui mengandung jumlah tertentu gugus ujung per molekulnya, maka jumlah gugus ujung tersebut dapat ditentukan dalam sejumlah massa polimer dengan metode analisis. Dari sini dapat ditentukan massa satu mol polimer dan juga berat molekulnya.Hal hal yang harus diperhatikan dalam penerapan analisis gugus ujung: Gugus ujung harus dapat dianalisis secara kuantitatif. Jumlah gugus ujung yang dapat dianalisis harus diketahui dengan pasti. Gugus fungsi lain yang mengganggu analisis harus ditiadakan. Konsentrasi gugus ujung harus cukup besar. Metode ini tidak dapat diterapkan pada polimer bercabang. Dalam 1 polimer linier terdapat gugus ujung sebanyak dua kali molekul linier. Metode analisis gugus ujung dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu titrasi, penerapan spektroskopi UV, IR dan NMR, pengukuran aktivitas gugus ujung yang radioaktif serta analisis gugus ujung yang mengandung unsur tertentu. Contoh analisis gugus ujung, dengan cara titrasi. Prosedur kerjanya adalah sebagai berikut: 1. Sampel Poliester (gugus karboksil dan hidroksil), masing masing ditimbang dan dilarutkan dalam pelarut yang cocok (aseton untuk karboksil dan dititrasi dengan basa NaOH dengan indicator penolftalein (titik akhir titrasi). 2. Untuk hidroksil sampel diasetilasi dengan anhidrat asetat berlebih untuk membebaskan asam asetat, bersama dengan gugus ujung distribusi dengan cara yang sama. 3. Dari kedua titrasi tersebut diperoleh milligram ekivalen karboksil dan hidroksil dalam sampel tersebut. 4. Jumlah mol polimer per gram dapat dihitung dengan persamaan-1.3: Mol polimer per gram = C2 dinyatakan bahwa 2 gugus ujung dihitung per molekul.Hitung berat molekul = Gugus ujung lain yang dapat dititrasi adalah gugus amino dalampolisakarida, gugus asetil dalam poliamida bergugus asetil, isosianatdalam polistirena dan epoksida dalam polimer epoksi. Contoh soal: Andaikan 1 gram poliester yang diambil mengandung 1 gugus COOH per molekul polimer. Jika CM2 larutan baku natrium hidroksida 0,01 mol dm3 diperlukan untuk menetralkan sampel tersebut. Berapa massa molekul relatif poliester tersebut? Jawab: Mol NaOH yang digunakan: x 0,01 = 10-4 mol Maka jumlah mol gugus COOH = 10-4, karena tiap molekul polimer mengandung 1 gugus COOH, jumlah mol polimer yang ada = 10-4 mol. Berat 10-4 mol polimer tersebut adalah 1 gram. Maka 1 mol polimer beratnya 1/10-4 gram = 104 gram. Dengan demikian massa molekul polimer = 10.000. Kelemahan metode ini yaitu adanya pengandaian struktur molekul dan tidak dapat digunakan pada massa molekul polimer yang sangat besar. Karena sampel polimer yang diambil hanya satu gram. Oleh karena itu metode ini hanya dipakai untuk polimer dengan daerah berat molekul < 10.000.Sedangkan kelebihan metode ini adalah dapat dipakai untuk polimer kondensasi. Dipakai untuk menentukan bobot molekul yang mempunyai gugus fungsi. Dan dapat dipakai untuk menentukan polimer poliamida, insiator, polyester dan radikal bebas. b. Pengukuran Sifat Koligatif Larutan (Metode Osmometri)Tekanan osmotik larutan polimer lebih mudah diukur daripada mengukur kenaikan titik didih dan penurunan titik bekunya. Hal tersebut memungkinkan untuk menentukan berat molekul polimer. Oleh karena itu tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yaitu sifat yang bergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Maka osmometri menghasilkan harga rata-rata berat molekul.Osmometri dapat dikatakan sebagai perlewatan pelarut melalui selaput/ membran dari pelarut murni ke dalam larutan atau dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat. Selaput ini hanya dapat melewatkan pelarutnya saja (permeable).

Gambar 1. OsmometriMula-mula tinggi larutan pelarut sama, setelah dibiarkan beberapa saat osmosis terjadi ketika pelarut pindah ke larutan melalui membran semipermiabel, sehingga tinggi larutan naik, tetapi pada suatu saat kenaikan berhenti karena sistem mengalami keseimbangan. Pada keadaan ini selisih ketinggian pelarut dan larutan ialah massa molekul relatif polimer dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: +BcDimana p = Tekanan osmosisc= Konsentrasi larutan R= Tetapan riedbergT= Suhu B= Koefesien visial(M)= Massa molekul relative polimerc. Hamburan Sinar/CahayaHamburan cahaya (light scatering) adalah metode analisis polimer untuk menentukan berat molekul satu contoh dengan melihat jumlah cahaya yang dihamburkan oleh partikel partikel dalam larutan. Hamburan cahaya dapat dipakai untuk mendapatkan berat molekul mutlak. Prinsip kerjanya didasarkan pada fakta bahwa cahaya, ketika melewati suatu pelarut atau larutan melepaskan energi yang diakibatkan oleh absorbsi, konversi ke panas dan hamburan. Jika seberkas sinar ditembuskan kedalam cairan yang tak menyerap sinar, maka sebagian sinar dihamburkan. Jika cairan pelarut dibuat tak homogen oleh penambahan molekul nisbi maka hamburan tambahan akan terjadi. Peningkatan hamburan dapat dihubungkan dengan konsentrasi larutan dan massa molekul nisbi zat terlarut, dibuat dalam persamaan Debye

Dimana = rata-rata bobot bagi massa molekul nisbi mA2= koefisien vilial kedua = kekeruhan (turbiditas)c= konsentrasiH= 323n02(dn/dc)2 3NA4n0= indeks bias pelarutdu/dc = lanadai indeks bias pelarut NA= tetapan Avogrado= panjang gelombang sinar Skema alat penghamburan sinar sederhana:

Gambar 2. Alat Penghambur CahayaSinar lampu uap raksa A ditembuskan melalui filter pemonokromatis B, lalu memasuki sel kaca C yang berisi larutan polimer. Sinar yang dilewatkan diserap dalam penangkap sinar D, intensitas sinar hamburan diukur dengan membiarkan jatuh pada photo multiplier E yang dipasang pada lengan yang dapat bergerak sehingga sinar hamburan dapat dibuat pada berbagai berkas dating. Multiplier lalu diukur dengan galvanometer. Hamburan sinar dapat dipakai untuk menentukan massa molekul polimer > 1.000.000. Kelemahan dari metode ini adalah mahalnya alat dan kerumitan metode secara keseluruhan.d. Ultrasentrifugasi dan PengendapanUltrasentrifugasi merupakan metode penentuan bobot molekul dengan cara melibatkan pemutaran larutan polimer pada kecepatan tertentu. Metode ini lebih banyak dipakai untuk menentukan berat molekul polimer alam seperti protein. Tekniknya didasarkan pada prinsip bahwa molekul molekul di bawah pengaruh medan sentrifugal yang kuat, mendistribusi diri menurut besarnya secara tegak lurus terhadap sumbu putar, suatu proses yang disebut sedimentasi dan lajunya proposional dengan massa molekul. Sentrifugasi dilakukan dalam suatu lubang terbuka dalam satu rangkaian sel dalam rotor, kedudukannya diberi jendela jendela sedemikian dan bisa dipakai untuk mengamati perubahan konsentrasi dalam larutan polimer. Komponen komponen dasar ultrasentrifugal sebagai berikut:

Gambar 3. Komponen Alat untuk SentrifugasiBerat molekul rata-rata berat dihitung melalui persamaan:

Dimana: c1 dan c2 = konsentrasi berturut-turut pada jarak r1 dan r2dari pusat rotasi ke pengamatan sel. = volume spesifik polimer = massa jenis larutan = kecepatan sudut rotasie. Metode ViskositasViskositas merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan suatu larutan polimer. Perbandingan antara viskositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni dapat dipakai untuk menentukan massa molekul nisbi polimer. Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana. Alat yang digunakan adalah Viskometer Ostwald.Prinsip kerjanya sebagai berikut:Yang diukur adalah waktu yang diperlukan pelarut atau larutan polimer untuk mengalir diantara 2 tanda x dan y. Volume cair harus tetap karena ketika cairan mengalir kebawah melalui pipa kapiler A, cairan harus mendorong cairan naik ke B. Akibatnya volume cairan berbeda masuk percobaan, maka cairan yang didorong menaiki tabung B akan berubah pula. Dasar teori Viskositas yang digunakan untuk massa molekul polimer ialah jika viskositas larutan polimer adalah dan viskositas pelarut murni ialah 0 maka viskositas jenis SP Larutan polimer diabaikan olehpersamaan:

Persamaan ini menggambarkan peningkatan viskositas yang disebabkan oleh polimer. C adalah konsentrasi larutan polimer. Harga SP disebut viskositas tereduksi dan diberi lambang [ ] untuk pelarutan terbatas.Secara matematis ditulis:

Karena massa jenis berbagai larutan yang dipakai hampir sama dengan massa jenis pelarut maka dapat diandaikan viskositas tiap larutan hasil pengenceran berbanding lurus dengan waktu alirnya dan pesamaannya adalah:SP =t2 = waktu alir untuk larutan. t1 = waktu alir untuk pelarut Jika dihitung harga SP dan SP/c kemudian diekstrapolasi ke konsentrasi awal (C0) akan menghasilkan harga [ ]. Dengan demikian dapat dihitung massa molekul polimer dengan persamaan: [ ] = KMaDimana M = Massa molekul relatif polimer K dan a untuk beberapa pelarut dan polimer tertentu disajikan pada Tabel-1.1 Tabel-1.1.Nilai K dan a dari Beberapa Pelarut dan PolimerPolimerPelarutT(0C)Ka

PolietilenaDekalin1356,1 x 10-20,70

PolistirenaTaluena757,5 x 10-30,75

PolisirenaSikloheksana348,2 x 10-20,50

Polivinii asetatAsoton308,6 x 10-30,74

Selulosa asetatAseton202,38 x 10-31,0

Sumber: Wirjosentono, 1994f. Kromatografi Permeasi Gel (GPC)Teknik kromatografi permeasi gel (GPC) berkembang sebagai cara penentuan bobot molekul polimer yang digunakan sejak tahun 1960-an. Cara ini didasarkan pada teknik fraksinasi yang tergantung dari ukuran molekul polimer yang diinjeksikan ke dalam suatu kolom yang terdiri atas gel berpori berjari jari sekitar 50 1060A.Kolom dapat melewatkan molekul pelarut yang merupakan fasa bergerak, sedangkan molekul polimer yang lebih kecil dapat memasuki pori pori gel, karena itu bergerak lebih lambat disepanjang kolom dibanding molekul besar. Elemen yang keluar dideteksi dengan cara spektroskopi atau cara-cara fisik lainnya dan dikalibrasi dengan larutan polimer standar untuk menghasilkan kurva distribusi bobot molekul. Komponen dari gel sebagai berikut:

Gambar 4. Skema Kerja GPC Komponen utama:A. Pompa Pelarut B. Katub berisiC. Kolom berisi gel berpori/permeasiD. Detektor UV atau RI

Cara kerjanya: Pompa pelarut harus berkemampuan tinggi untuk mengalirkan pelarut ke sepanjang sistem dengan lajur alir yang sinambung dan bertekanan tinggi. Larutan polimer sampel diinjeksikan dengan konsentrasi tertentu. Kemudian diletakkan sepanjang eluat oleh detektor yang peka. Setelah dihasilkan data pada pencatat bobot molekul secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Analisis Polimer, Universitas Sumatera Utara usupress.usu.ac.id/files/Analisis%20Polimer_Normal_bab%201.pdf diakses tanggal 19 Oktober 2014 pukul 22.53 WIBAnonim. Polimer, Ciri-ciri, dan Faktor yang Mempengaruhi. epository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21979/3/Chapter%20II.pdf diakses tanggal 19 Oktober 2014 pukul 22.53 WIBAzzahra, Novia; Yuliana; dkk. 2013. Makalah Teknologi Polimer Pendahuluan Polimer. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau https://www.academia.edu/5483688/Kelompok_1_Pendahuluan_Polimer diakses tanggal 19 Oktober 2014 pukul 22.57 WIBFirdaus, Muhammad Yusuf. 2012. Penentuan Berat Molekul Polimer. http://muhammadyusuffirdaus.wordpress.com/2012/01/22/penentuan-berat-molekul-polimer/ diakses tanggal 19 Oktober 2014 pukul 22.58 WIB