makalah kontrol sosial

7
TUGAS KULIAH PENGANTAR SOSIOLOGI Hukum Adat Suku Dayak Sebagai Pengontrol MasyarakatOleh: Kana Lailatul Ahadiyah (071411431059) Diana Nensy W E P S (071411431064) Tri Asrinda W (071411431073) Anggi Wahyu Pandu W (071411433009) DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014

Upload: kana-l-ahadiyah

Post on 13-Jul-2015

1.530 views

Category:

Education


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah kontrol sosial

TUGAS KULIAH

PENGANTAR SOSIOLOGI

“Hukum Adat Suku Dayak Sebagai Pengontrol

Masyarakat”

Oleh:

Kana Lailatul Ahadiyah (071411431059)

Diana Nensy W E P S (071411431064)

Tri Asrinda W (071411431073)

Anggi Wahyu Pandu W (071411433009)

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2014

Page 2: Makalah kontrol sosial

PEMBAHASAN

A.Pengertian

Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk

menertibkan anggota yang membangkang.(Peter Berger,1978)

Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk

menertibkan anggota yang membangkang termasuk didalmnya terdapat pada proses

sosialisasi(Roucek 1965)

Pengendalian sosial terjadi karena adanya perilaku menyimpang,

Secara rinci, beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku

menyimpang dari norma-norma yang berlaku adalah sebagai berikut ( Soekanto, 181:45) 1. Karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidah

memenuhi kebutuhan dasarnya. 2. Karena kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan.

3. Karena di dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-peranan yang dipegang warga masyarakat, dan

4. Karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat secara merata.

B.Macam pengendalian Sosial

a. Menurut waktunya

· Pengendalian Preventif Pengendalian sosial preventif adalah pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya

penyimpangan perilaku, misalnya dapat berbentuk nasihat, anjuran dan lain-lain. · Pengendalian represif

Pengendalian sosial represif adalah pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya

pelanggaran atau penyimpangan perilaku. Misalnya, dapat berbentuk teguran, peringatan lisan dan tertulis, sanksi administrasi, denda, dan bahkan hukuman mati.

b. Menurut Petugasnya

· Pengendalian sosial formal

Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan oleh aparatur Negara, misalnya pengamanan yang dilakukan oleh polisi, hakim, dan jaksa, serta oleh aparat KPK.

· Pengendalian sosial nonformal Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan oleh warga masyarakat biasa dalam bentuk unjuk rasa, demonstrasi yang dilakukan ibu- ibu rumah tangga, mahasiswa, dan tokoh-tokoh

masyarakat lainnya.

c. Menurut sifatnya

· Pengendalian sosial kuratif

Page 3: Makalah kontrol sosial

Pengendalian sosial kuartif adalah pengendalian sosial dalam bentuk pembinaan atau penyembuhan terhadap berbagai macam bentuk perilaku yang menyimpang, misalnya

penyembuhan kepada eks pemakai narkoba. · Pengendalian sosial partisipatif

Pengendalian sosial partisipatif adalah pengendalian sosial yang dilakukan dengan mengikutsertakan pelaku untuk melakukan penyembuhan atau perbaikan perilaku. Misalnya kepada mantan pencuri yang ditugaskan menjadi aparat keamanan.

C.Cara yang dilakukan dalam Kontrol Sosial

Roucek mengatakan bahwa cara yang paling tua dan terakhir adalah dengan

paksaan.Roucek juga mengatakan bahwa kekerasan fisik akan sah apabila semua cara aksaan

lain gagal.

a. Pendidikan Pendidikan juga berperan sebagai alat pengendalian sosial karena pendidikan dapat membina dan mengarahkan warga masyarakat terutama anak sekolah kepada pembentukan sikap dan

tindakan para siswa yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negaranya.

b. Pendidikan Agama Pendidikan Agama dapat berperan sebagai alat pengendalian sosial, karena Agama dapat memengaruhi sikap dan perilaku para pemeluknya dalam pergaulan hidup masyarakat.

c. Gosip atau desas-desus Gosip atau desas-desus adalah bentuk pengendalian sosial atau kritik sosial yang dilontarkan

secara tertutup oleh masyarakat terhadap warga masyarakat yang menyimpang perilakunya. d. Teguran Teguran adalah kritik sosial yang dilontarkan secara terbuka oleh masyarakat terhadap warga

masyarakat yang berperilaku menyimpang. e. Kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat supernatural

Diantara masyarakat primitif, baik orang purba maupun orang modern keduanya menggunakan sarana biasa maupun sarana supernatural (yang bersifat melebihi kodrat) dalam kendali sosialnya.

f. Hukuman Dengan adanya sanksi hukuman yang keras, tentunya akan membuat jera bagi para

pelanggar, sehingga tidak berani mengulanginya lagi. D.Lembaga Pengendalian Sosial

Jenis-jenis lembaga pengendalian sosial ada 5 macam yang sangat mendasar yaitu

sebagai berikut:

a. Lembaga Kepolisian

Polisi merupakan aparat keamanan dan ketertiban masyarakat yang ada dalam hal ini bertugas pelindung terhadap ketertiban masyarakat.

b. Lembaga Kejaksaan Lembaga kejaksaan pada hakikatnya merupakan lembaga formal yang bertugas sebagai penuntut umum yaitu pihak yang melakukan peuntutan terhadap mereka-mereka yang

melakukan pelanggaran hukum berdasarkan tertib hukum yang berlaku. c. Lembaga Pengadilan

Page 4: Makalah kontrol sosial

Lembaga Pengadilan pada hakikatnya juga merupakan lembaga pengadilan sosial formal yang bertugas untuk memeriksa kembali hasil penyidikan dan BAP dari kepolisian serta

menindaklanjuti tuntutan dari kejaksaan terhadap kasus pelanggaran itu sendiri. d. Lembaga KPK

KPK merupakan lembaga yang dibentuk untuk memberantas para korupsi di tanah air. e. Lembaga Adat Penyimpangan perilaku diselesaikan berdasarkan aturan hukum adat yang berlaku di bawah

penyelanggaran tokoh-tokoh adat setempat. f. Tokoh-Tokoh Masyarakat

Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan panutan sekaligus pengendali yang dipatuhi oleh warga masyarakat yang lain. Usaha warga masyarakat untuk memberikan opini dan penekanan terhadap pihak-pihak yang dianggap melanggar ketentuan perundang yang

berlaku baik yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung disebut kontrol sosial

D.Fungsi Pengendalian Sosial Koentjaraningrat menyebut sekurang-kurangnya lima macam fungsi pengendalian sosial, yaitu :

a. Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma. b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma.

c. Mengembangkan rasa malu d. Mengembangkan rasa takut e. Menciptakan sistem hukum

E.Faktor penentu Efektifitas Kontrol Sosial Ada lima faktor yang ikut menentukan sampai seberapa jauhkah sesungguhnya

sesuatu usaha kontrol sosial oleh kelompok masyarakat itu bisa dilaksanakan secara efektif, yaitu : 1. Menarik-tidaknya kelompok masyarakat itu bagi warga-warga yang bersangkutan ;

2. Otonom-tidaknya kelompok masyarakat itu; 3. Beragam-tidaknya norma-norma yang berlaku di dalam kelompok itu,

4. Besar-kecilnya dan bersifat anomie-tidaknya kelompok masyarakat yang bersangkutan; dan 5. Toleran-tidaknya sikap petugas kontrol sosial terhadap pelanggaran yang terjadi.

1. Menarik-Tidaknya Kelompok Masyarakat Itu Bagi Warga yang Bersangkutan.

Pada umumnya, kian menarik sesuatu kelompok bagi warganya, kian besarlah efektivitas kontrol sosial atas warga tersebut, sehingga tingkah pekerti-tingkah pekerti warga

itu mudah dikontrol conform dengan keharusan-keharusan norma yang berlaku. Pada kelompok yang disukai oleh warganya, kuatlah kecendrungan pada pihak warga-warga itu

untuk berusaha sebaik-baiknya agar tidak melanggar norma kelompok. Norma-norma pun menjadi self-enforcing. Apabila terjadi pelanggaran, dengan mudah si pelanggar itu dikontrol dan dikembalikan taat mengikuti keharusan norma. Sebaliknya, apabila kelompok itu tidak

menarik bagi warganya, maka berkuranglah motif pada pihak warga kelompok untuk selalu berusaha menaati norma-norma sehingga karenanya-bagaimanapun juga keras dan tegasnya

kontrol sosial dilaksanakan-tetaplah juga banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. 2. Otonom-Tidaknya Kelompok Masyarakat Itu.

Makin otonom suatu kelompok, makin efektiflah kontrol sosialnya, dan akan semakin sedikitlah jumlah penyimpangan-penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di

atas norma-norma kelompok. Dalil tersebut diperoleh dari hasil studi Marsh.

Page 5: Makalah kontrol sosial

Penyelidikan Marsh ini dapat dipakai sebagai landasan teoritis untuk menjelaskan mengapa kontrol sosial efektif sekali berlaku di dalam masyarakat-masyarakat yang kecil-

kecil dan terpencil; dan sebaliknya mengapa di dalam masyarakt kota besar-yang terdiri dari banyak kelompok-kelompok sosial besar maupun kecil itu – kontrol sosial bagaimanapun

juga kerasnya dilaksanakan tetap saja kurang efektif menghadapi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.

3. Beragam-Tidaknya Norma-norma yang Berlaku di dalam Kelompok Itu Makin beragam macam norma-norma yang berlaku dalam suatu kelompok-lebih- lebih

apabila antara norma-norma itu tidak ada kesesuaian, atau apabila malahan bertentangan-maka semakin berkuranglah efektivitas kontrol sosial yang berfungsi menegakkannya. Dalil

ini pernah dibuktikan di dalam sebuah studi eksperimental yang dilakukan oleh Meyers. Dihadapkan pada sekian banyak norma-norma yang saling berlainan dan saling berlawanan, maka individu- individu warga masyarakat lalu silit menyimpulkan adanya

sesuatu gambaran sistem yang tertib, konsisten, dan konsekuen. Pelanggaran atas norma yang satu (demi kepentingan pribadi) sering kali malahan terpuji sebagai konformitas yang

konsekuen pada norma yang lainnya. Maka, dalam keadaan demikian itu, jelas bahwa masyarakat tidak akan mungkin mengharapkan dapat terselenggaranya kontrol sosial secara efektif.

4. Besar-Kecilnya dan Bersifat Anomie-Tidaknya Kelompok Masyarakat yang Bersangkutan Semakin besar suatu kelompok masyarakat, semakin sukarlah orang saling

mengidentifikasi dan saling mengenali sesama warga kelompok. Sehingga, dengan bersembunyi di balik keadaan anomie (keadaan tak bisa saling mengenal), samakin bebaslah

individu- individu untuk berbuat “semaunya”, dan kontrol sosialpun akan lumpuh tanpa daya. Hal demikian itu dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi pada masyarakat-masyarakat primitif yang kecil-kecil, di mana segala interaksi sosial lebih bersifat langsung

dan face-to-face. Tanpa bisa bersembunyi di balik sesuatu anomie, dan tanpa bisa sedikit pun memanipulasi situasi heterogenitas norma, maka warga masayarakat di dalam masyarakat-

masyarakat yang kecil-primitif itu hampir-hampir tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari kontrol sosial. Itulah sebabnya maka kontrol sosial di masyarakat primiti f itu selalu terasa amat kuatnya, sampai-sampai suatu kontrol sosial yang informal sifatnya-seperti ejekan dan

sindiran-itu pun sudah cukup kuat untuk menekan individu- individu agar tetap memerhatikan apa yang telah terlazim dan diharuskan.

5. Toleran-Tidaknya Sikap Petugas Kontrol Sosial Terhadap Pelanggaran yang Terjadi

Sering kali kontrol sosial tidak dapat terlaksana secara penuh dan konsekuen, bukan kondisi-kondisi objektif yang tidak memungkinkan, melainkan karena sikap toleran

(menenggang) agen-agen kontrol sosial terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Mengambil sikap toleran, pelaksana kontrol sosial itu sering membiarkan begitu saja sementara pelanggar norma lepas dari sanksiyang seharusnya dijatuhkan.

Adapun toleransi pelaksana-pelaksana kontrol sosial terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi umumnya tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :

a. Ekstrim-tidaknya pelanggaran norma itu; b. Keadaan situasi sosial pada ketika pelanggaran norma itu terjadi; c. Status dan reputasi individu yang ternyata melakukan pelanggaran; dan

Page 6: Makalah kontrol sosial

d. Asasi-tidaknya nilai moral-yang terkandung di dalam norma-yang terlanggar.

F.Permasalahan dalam Pengendalian sosial(Hukum Adat suku dayak bagi masyarakatnya)

Sekarang ini,banyak masyarakat yang melakukan tindakan sosial menyimpang baik

itu bersifat positif ataupun negatif.Karena lemahnya kesadaran diri sendiri dan juga lemahnya

pengendalian sosial oleh lembaga sosial itu sendiri.

Bahkan sekarang.hukum adat pun juga tidak mengikat kuat bagi sebagian suku

sebagai pengontrol social.Ada sebagain suku yang masih mengikat kuat hukum adat tradisi

suku mereka,semisal suku dayak yang masih mengikat kuat hokum adatnya.

Page 7: Makalah kontrol sosial

DAFTAR PUSTAKA

Kamanto,Sunarto 2000. Pengantar Sosiologi.Jakarta:.Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia

Sudarmi, Sri. 2009. Sosiologi 1 Kelas X SMA/ MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional.

Narwoko J.Dwi,Bagong Suyanto.2011.Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.