makalah kushin-ryu karate-do
TRANSCRIPT
1 / 10
DENGAN KARATE KITA TUMBUHKAN JIWA NASIONALISME YANG PATRIOTIS
SEBAGAI PEMBELA BANGSA DAN NEGARA INDONESIA
Oleh: H. Wahidi
A. PENDAHULUAN
Guna memenuhi persayaratan ujian kenaikan tingkat Dan (sabuk hitam) yang
diselenggarakan Pengurus Pusat Kushin-ryu M Karate-do Indonesia (KKI), penulis
membuat makalah dengan judul yang telah ditentukan penyelenggara ujian, yaitu
“Dengan Karate Kita Tumbuhkan Jiwa Nasionalisme Yang Patriotis Sebagai Pembela
Bangsa dan Negara Indonesia”.
Dalam penulisan makalah ini akan didahului dengan uraian singkat tentang masuknya
Karate ke Indonesia dan bagaimana perkembangannya. Selanjutnya akan dikaji
bagaimana nilai-nilai Karate dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme yang patriotis
dalam membela bangsa dan negara Indonesia.
Berbagai rujukan dari halaman web dan beberapa buku tentang Kushin-ryu, walaupun
dalam jumlah yang terbatas, dijadikan sumber referensi dalam penyusunan makalah ini.
B. KARATE DAN KUSHIN-RYU DI INDONESIA
Karate berkembang di Jepang dibawa oleh para pendeta dari Kuil Shaolin di Cina yang
mengembangkan misinya sampai ke Okinawa pada sekitar abad ke-19. Penduduk
Okinawa dibantu para pendeta tersebut mengembangkan ilmu bela-diri dengan tangan
kosong yang waktu itu dikenal dengan nama Tote (=“Tangan China”), kemudian
berkembang dengan sebutan Karate. Pendiri Kushin-ryu, Soke Kiyotada Sannosuke
Ueshima juga mempelajari Karate pertama-kali dari Aragaki, seorang polisi di Okinawa.
Catatan: untuk lebih lengkapnya tentang sejarah ringkas Karate dan khususnya Kushin-
ryu di Indonesia tercantum dalam Lampiran 1 s.d. 4 dalam makalah ini.
2 / 10
Sejak awal perkembangannya Karate bukanlah semata-mata ilmu bela-diri namun
terkandung di dalamnya nilai-nilai religi dan moral yang universal seperti nilai Budo yang
artinya ”Delapan Kebajikan Moral”, yaitu kasih-sayang, keberanian, kejujuran, sopan-
santun, kecerdasan, keramah-tamahan dan kepatuhan kepada orang-tua.
Inilah kemudian yang dibawa oleh para mahasiswa Indonesia pada tahun 1963,
sekembalinya belajar dari Jepang, yaitu ilmu bela-diri Karate berikut nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalamnya. Bahkan tidak hanya mahasiswa, beberapa Karateka Jepang pun
langsung datang ke Indonesia mengembangkan Karate seperti Soke Horyu Matsuzaki
pada tahun 1966. Beliau kemudian mendirikan Kushin-ryu M Karate-do Indonesia (KKI)
yang diresmikan pada tanggal 11 April 1967 di Bandung.
Ternyata Karate dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia dan berkembang
dengan pesat. Karate diajarkan di sekolah-sekolah, pesantren, kampus, instansi
pemerintah dan swasta, TNI dan Kepolisian dan mendapat dukungan yang baik dari
Pemerintah di Pusat maupun Daerah.
C. KARATE MENUMBUHKAN JIWA NASIONALISME YANG PATRIOTIS
Soke Horyu Matsuzaki selalu mengajarkan Karate kepada murid-muridnya dengan
menjunjung tinggi prinsip dasar di Sohonbu Kushin-ryu Karate-do. “Ku” artinya Langit
dan “Shin” adalah hati yang kosong, artinya seorang karateka Kushin-ryu hendaknya
mengosongkan hati dengan ikhlas untuk menerima ilmu bela-diri yang berasal dari Sang
Pencipta, menerima ilmu yang bersih dari rasa iri, dengki, dendam, bersifat jujur dan
berjiwa seorang ksatria. Hati yang kosong juga bermakna, bahwa Tuhan itu Maha Suci
maka manusia harus mengosongkan dirinya untuk membersihkan hati agar terbentuk
kesatuan hati dengan Tuhannya.
Beliau juga dalam bukunya, “Perjuangan Hidup: Hakikat Kushin-Ryu Karate-Do”,
mengajarkan etika moral Jepang dalam Budo (=”Delapan Kebijakan Moral”) yang terdiri
dari kasih-sayang (jin), keberanian (yuu) , kejujuran (gi), sopan-santun (rei), kecerdasan
3 / 10
(chi), kepercayaan (chuu), keramah-tamahan (kou) dan kepatuhan kepada orang-tua
(tei).
Nilai-nilai Budo dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia menjadi dasar para pendiri KKI
dalam merumuskan 10 butir Pedoman Karate-do yang terdiri dari:
(1) Ketuhanan Yang Maha Esa
(2) Setia Kepada Bangsa dan Tanah Air Indonesia
(3) Bersifat Jujur dan Sportif
(4) Berjiwa Tabah
(5) Berani
(6) Berjiwa Suka Menolong Sesama
(7) Disiplin
(8) Dapat Menguasai Diri
(9) Bersifat Ksatria dan Sopan Santun
(10) Setia Kepada Jiwa Karatedo
Bagaimana selanjutnya nilai-nilai Karate tersebut diimplementasikan dalam upaya
menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme sebagai pembela Bangsa dan Negara
Indonesia?
Menurut kamus Wikipedia, nasionalisme adalah cinta pada tanah air, keinginan akan
kemerdekaan dan keselamatan bangsa dan suatu faham yang mewujudkan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah negara, dalam konteks ini, Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Sedangkan patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela
berkorban demi bangsa dan negara. Patriotisme berasal dari kata "patriot" dan "isme"
yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa pahlawan atau "heroism". Pengorbanan ini
dapat berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa raga.
Membaca pengertian nasionalisme dan patriotisme di atas, maka jelaslah bagaimana
hubungannya dengan nilai-nilai Karate. Berikut akan dijabarkan satu persatu mulai dari
butir ke-1 dari Pedoman Karate-do, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
4 / 10
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai fondasi yang utama dalam mempelajari Karate. Hal
ini bermakna bahwa seorang Karateka wajib percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing serta saling
menghormati antara pemeluk umat beragama dan penganut-penganut kepercayaan
yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. Karena kerukunanan akan
menciptakan persatuan yang merupakan unsur utama dalam membangun nasionalisme.
Butir ke-2, “Setia Kepada Bangsa dan Tanah Air Indonesia”, ini jelas menunjukkan sikap
seorang patriot sejati yang cinta pada tanah air, yang memiliki sifat-sifat:
kejujuran (butir ke-3)
keberanian (butir ke-5)
rela berkorban dengan berjiwa tabah dan suka menolong sesama (butir ke-4 dan
ke-6)
Selain harus memiliki fundamental yang kuat yaitu Ketuhanan dan sifat-sifat patriot
sebagaimana uraian di atas, maka seorang patriot Karateka yang cinta tanah air juga
harus memiliki kedisiplinan yang tinggi (butir ke-7) dan dapat menguasai diri dalam
setiap keadaan segenting apapun (butir ke-8). Soke Horyu Matsuzaki juga mengajarkan
bahwa dengan kemampuan mengendalikan emosi (pengusaan diri) kita harus mampu
lebih sabar.
Seorang patriot Karateka juga harus memiliki jiwa ksatria sebagaimana butir ke-9,
“Bersifat Ksatria dan Sopan Santun”. Bersifat ksatria adalah keberanian dalam
menegakkan kebenaran dengan penuh tanggung-jawab. Dalam pelaksanaannya juga
harus disertai dengan sikap sopan-santun dan rendah hati.
Terakhir, butir ke-10, “Setia Kepada Jiwa Karatedo”, Soke Horyu Matsuzaki mengajarkan
bahwa Karatedo merupakan salah satu cabang dari Budo, maka tidak hanya mempelajari
Bu (bela diri secara jasmani) namun hakikat utamanya adalah penajaman dan
penempaan semangat (Ki) dan jiwa/rohani (seishin). Kata dasar Do juga bermakna harus
selalu belajar kemanusiaan.
5 / 10
D. PENUTUP
Sejarah mencatat teladan nasionalisme yang patriotis telah dicontohkan oleh para
mahasiswa Indonesia yang telah menimba ilmu di Jepang dan kembali ke tanah air
dengan mengembangkan dan menerapkan ilmunya termasuk di dalamnya ilmu bela-diri
Karate yang diajarkan secara luas kepada rakyat Indonesia.
Karate-do merupakan upaya latihan peningkatan kualitas jasmani (seni bela-diri) dan
rohani. Selain itu Karate-do juga mengajarkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme
yang mana dalam falsafah Kushin-ryu M Karatedo Indonesia (KKI) dirumuskan dalam 10
butir Pedoman Karate-do.
Akhir kata, walaupun masih jauh dari sempurna, semoga makalah yang ringkas ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
SUMBER BACAAN
1. Horyu Matsuzaki, Perjuangan Hidup: Hakikat Kushin-Ryu Karate-Do, Primamedia
Pustaka, 2006.
2. Pusat Aliran (Sohonbu) Kushin-Ryu Karatedo, Penjelasan Dasar Kushin-Ryu
Karatedo, terjemahan, 2010.
3. Artikel-artikel di halaman http://www.pbforki.org/
4. Artikel-artikel di halaman http://kki-banten.blogspot.co.id/
5. Artikel-artikel di halaman https://kkibali.wordpress.com/
6. Artikel-artikel di halaman https://kushinryu.wordpress.com/
7. Artikel-artikel di halaman https://en.wikipedia.org/wiki/
6 / 10
Lampiran-1 : Kushin-Ryu dan Perkembangannya di Indonesia
Kushin-ryu di Jepang
1893 : Kiyotada Sannosuke Ueshima lahir di Hyogo (Kobe), Ako – Jepang.
1918 : Ueshima menerima gelar Guru Konshin-ryu Juho-jutsu dari tangan Guru Matsubara dan Guru Guikyo Masazi Akada. Kemudian Ueshima membuka Akademi Konshin-ryu Juho-jutsu di
Osaka.
1932 : Ueshima mendirikan Kushin-ryu.
1933 : Ueshima menerima gelar Guru Judo (Kyoshi) dari Association of Martial Virtue of the Great Japan.
1935 : Ueshima menerima gelar Guru Karate (Kyoshi) dari Dai Nippon Butoku Kai.
1965 : Ueshima menerima gelar Dan 8 Judo dari Kodokan Judo.
06-Nov-1985 : Horyu Matsuzaki dilantik menjadi Nidaime Soke (Maha Guru Kedua).
06-Sep-1987 : Kiyotada Sannosuke Ueshima wafat dalam usia 94 tahun di Osaka. Sebagai penerus beliau adalah Nidaime Soke Horyu Matsuzaki.
07-Jan-2007 : World Kushin-ryu Karate-do Organization (WKKO) didirikan oleh Soke Horyu Matsuzaki. WKKO beralamat di 2-11-3 Minowa Taito-Ku, Tokyo 110-011, Japan sekaligus sebagai Pusat Aliran (Sohonbu) Kushin-ryu.
Kushin-ryu di Indonesia
1966 : Soke Horyu Matsuzaki datang ke Indonesia dan mengajarkan Kushin-ryu kepada Tentara dan Mahasiswa di Bandung. Murid-murid angkatan pertama Soke antara lain Arifin Panigoro, Aburizal Bakrie, Oesman Sapta dan Marzuki Darusman.
11-Apr-1967 : Kushin-ryu M Karate-do Indonesia (KKI) didirikan oleh Horyu Matsuzaki di Bandung. Saat itu sebagai Ketua Umum adalah Letjen. Purn. TNI Seno Hartono dan sebagai Dewan Pembina adalah Jenderal Purn. TNI Sarwo Edhie Wibowo.
7 / 10
1967 : Soke Matsuzaki menyelenggarakan kejuaraan karate di Bandung. Ini merupakan kejuaraan karate yang pertama di Indonesia yang diikuti oleh mahasiswa dan tentara. Juara pertama adalah tim ITB dan juara kedua adalah Pusdikav Bandung.
22-Feb-1987 : Peresmian GOR Sasakawa yang didirikan oleh Sensei Ryoichi Sasakawa, seorang tokoh dari Jepang. Saat masih muda, Soke Matsuzaki menjadi sekretaris pribadi Sensei Sasakawa. Di bagian luar GOR Sasakawa terdapat monumen patung Sensei Sasakawa sedang menggendong ibunya. Pada monumen tersebut tertulis prasasti, “The World is One Family. All Mankind are Brothers and Sisters”, bahwa dunia ini adalah satu keluarga dan semua umat manusia adalah bersaudara. Saat ini Kantor Sekretariat Pengprov KKI Jawa Barat beralamat di GOR Sasakawa, Jl. Padjadjaran No. 37, Bandung.
2002 - sekarang : Sebagai Ketua Umum KKI adalah Dr. Oesman Sapta Odang, Dan-VII International.
25-Mar-2011 : Sensei Oesman Sapta Odang mendirikan Dojo KKI di Grand Wisata Bekasi yang diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Dojo ini tercatat dalam Rekor MURI sebagai dojo yang terbesar di Indonesia.
8 / 10
Lampiran 2: Lambang Kushin-Ryu
a) Kushin-Ryu M Karate-Do Indonesia
(KKI)
Bentuk : bunga melati dengan kelopak
warna putih dan bulatan pusat merah
putih.
Arti lambang : kesatuan dan persatuan
dari keluarga besar anggota-anggota KKI
di Indonesia.
Bunga melati yang sedang
mekar berwarna putih dan
berjumlah 5 melambangkan pemuda
dan pemudi yang sedang mekar,
sedangkan 5 daun bunga
melambangkan 5 sila Pancasila.
Tulisan KUSHIN RYU M KARATE-DO
INDONESIA yang berwarna hitam
melingkar menunjukkan aliran
karate yang dianut dengan sabuk
hitamnya.
Warna merah putih yang bulat
ditengahnya melambangkan
bendera Nasional.
Tulisan Indonesia yang berorientasi
pada tulisan Bhineka Tunggal Ika di
lambang Negara, bermakna bahwa
agar seluruh anggota KKI dengan ke-
Bhineka-annya dibarengi dengan
jiwa mental yang suci dan
keberanian yang luhur serta
berlandaskan Pancasila
membulatkan tekad kesatuan
seutuhnya dalam rangka
mewujudkan ketahanan Nasional
melalui perkumpulan olahraga
beladiri Karate yang beraliran
Kushin-ryu.
b) Kushin-Ryu Karate-Do
Secara internasional lambang Kushin-
Ryu Karate-Do terdiri dari:
15 daun bunga kiku
(chrysanthemum)
Tulisan “BU” di dalam bunga kiku
sebagai simbol bahwa beladiri
adalah menangkis dan
menyerang
Warna lambang: emas
Seluruh anggota Kushin-ryu di
seluruh dunia wajib
menggunakan lambang ini.
9 / 10
Lampiran-3 : Sejarah Karate di Indonesia
1963 : Mahasiswa-mahasiswa Indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang kembali ke tanah air mengajarkan bela-diri Karate. Mereka adalah Baud AD Adikusumo, Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta dengan aliran Shotokan. Menyusul kemudian Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman. Disamping mahasiswa tersebut, orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dan mengembangkan Karate antara lain Matsusaki (Kushinryu - 1966), Ishi (Gojuryu -1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).
10-Mar-1964 : Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) diresmikan di Jakarta.
1972 : Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) dibentuk berdasarkan Kongres ke IV PORKI. Sebagai hari jadi FORKI tetap pada tanggal 10-Mar-1964.
2014-2018 : Saat ini Ketua Umum FORKI Periode 2014-2018 adalah Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. Tercatat sebanyak 25 perguruan Karate yang telah resmi bergabung dalam FORKI, yaitu:
10 / 10
Lampiran 4a: Lambang FORKI
SEGI LIMA DENGAN GARIS BAWAH MEMBENTUK SUDUT Melambangkan olah raga Karate yang dibina oleh FORKI, berdiri atas dasar semangat revolusi 17 Agustus 1945, berasaskan Pancasila dan Sumpah Karate.
TUJUH BUAH LINGKARAN Melambangkan keolahragaan Karate dan Sapta Prasetia FORKI.
GAMBAR HURUF K Menggambarkan seorang Karateka yang sedang siap sedia.
WARNA KUNING Melambangkan keagungan.
WARNA HITAM Melambangkan keteguhan tekad.
WARNA MERAH Melambangkan keberanian .
WARNA PUTIH Melambangkan kesucian.
Lampiran 4b: Sumpah Karate
SUMPAH KARATE
1. Sanggup Memelihara Kepribadian
2. Sanggup Patuh pada Kejujuran
3. Sanggup Mempertinggi Prestasi
4. Sanggup Menjaga Sopan Santun
5. Sanggup Menguasai Diri