makalah makroekonomi & time series
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan sebuah negara,
dimana merupakan sesuatu yang paling kritis bagi mayoritas ekonomi pasar bebas di
dunia. Tetapi nilai tukar juga berpengaruh pada skala yang lebih kecil juga, mereka
mempengaruhi imbal hasil riil dari investasi. Bentuk investasi di antaranya dapat
berupa penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Indonesia mempunyai pengalaman dalam menggunakan tiga sistem manajemen
nilai tukar sejak tahun 1971 hingga sekarang (Waluyo danBenny, 1998). Pada rentang
tahun 1971 sampai tahun 1978 kita menganut system nilai tukar tetap ( fixed exchange
rate) yaitu nilai rupiah secara langsung dikaitkan1 dengan nilai USD. Sejak 15
November 1978 sistem nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali (managed
floating exchange rate) di mana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan
USD, namun terhadap sekeranjang valuta partner dagang utama. Perubahan drastis
dalam kebijakan mengambang terkendali tersebut terjadi pada tanggal 14 Agustus
1997, yaitu ketika sebelumnya Bank Indonesia menggunakan rentang sebagai acuan
atas pergerakan nilai tukar, maka sejak itu tidak ada lagi rentang sebagai acuan nilai
tukar (floating exchange rate system) (Simorangkir, 2004:51).
Pengaruh kejutan nilai tukar terhadap perekonomian Indonesia menjadi topik
menarik sejak terjadi krisis nilai tukar rupiah pada tahun 1997 yang telah
menyebabkan keseimbangan internal semakin parah. Hal ini tercermin dari
melonjaknya inflasi dari 5,17% pada tahun 1996/1997 menjadi 34,22% pada akhir
tahun anggaran 1997/1998 (BI, 1998). Melemahnya nilai tukar telah menyebabkan
kenaikan yang tinggi pada harga barang-barang yang mengandung komponen impor.
Pada sisi fiskal, depresiasi rupiah yang tajam telah mengakibatkan pengeluaran
1
pemerintah meningkat. Hal ini terkait dengan membengkaknya pengeluaran
operasional yang terkait dengan valuta asing seperti pembayaran utang luar negeri
serta subsidi untuk BBM.
Perubahan yang terjadi pada nilai tukar rupiah terhadap dollar diduga memberi
pengaruh terhadap nilai investasi baik berupa penanaman modal asing (PMA)
maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN). Selain itu di Provinsi Jawa Barat
ditemukan bahwa pergerakan dari nilai tukar rupiah juga akan membawa dampak
bagi pertumbuhan perekonomian.
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 250
10
20
30
40
50
60
ln PDRBln ERln PMAln PMDN
Periode Lag 1984.1-2009.25
Ting
kat P
ertu
mbu
han
Sumber : BPS RI dan BKKPMD Jabar (Diolah)
Gambar 1.1 Diagram Garis Pergerakan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Nilai
Tukar (Exchange Rate), Penanaman Modal Asing (PMA),
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Propinsi Jawa Barat
Tahun 1983-2009
Berdasarkan diagram diatas terlihat bahwa setiap pergerakan pertumbuhan
nilai tukar akan diikuti oleh pergerakan dalam pertumbuhan perekonomian,
penaman modal asing (PMA), serta penanaman modal dalam negeri (PMDN).
2
Apabila terjadi shock ataupun guncangan pada nilai tukar rupiah, maka ketiga
variable makroekonomi diatas diduga akan merasakan dampaknya. Begitupula
dengan shock yang terjadi pada ketiga variable makroekonomi tersebut apabila
mengalami shock respon yang diberikan oleh variable lainnya dapat diketahui.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu
diantaranya yaitu :
1.2.1 Bagaimana respon yang diterima perekonomian akibat kejutan nilai tukar riil
dari respon variable pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA),
dan penanaman modal dalam negeri (PMDN)?
1.2.2 Bagaimana sharusnya langkah pemerintah Povinsi Jawa Barat dalam
mengatasi kondisi respon yang diterima perekonomian akibat kejutan nilai
tukar riil dari respon variable pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing
(PMA), dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.3.1 Menganilisis respon yang diterima perekonomian akibat kejutan nilai tukar riil
dari respon variable pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA),
dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).
1.3.2 Memberikan bantuan solusi kebijakan yang dapat digunakan oleh pemerintah
Provinsi Jawa Barat dalam mengatasi kondisi respon yang diterima
perekonomian akibat kejutan nilai tukar riil dari respon variable pertumbuhan
ekonomi, penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal dalam negeri
(PMDN).
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pihak Penanam Modal Asing maupun Dalam Negeri
Memberikan informasi penting mengenai respon yang diterima
perekonomian akibat kejutan nilai tukar riil dari respon variable pertumbuhan
3
ekonomi, penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal dalam
negeri (PMDN) sehingga dapat mempersiapkan strategi dalam menanam
modal.
1.4.2 Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Membantu mengelola dan mengambil kebijakan dalam mengatasi
respon yang diterima perekonomian akibat kejutan nilai tukar riil dari respon
variable pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA), dan
penanaman modal dalam negeri (PMDN) sehingga dapat mempersiapkan
strategi dalam menanam modal.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mencakup uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan gambaran umum mengenai teori-teori yang mendukung
penelitian, pembahasan mengenai penelitian-penelitian yang berkaitan dengan
masalah penelitian, kerangka pikir penelitian, model penelitian dan hipotesis
penelitian.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Bab ini berisi uraian mengenai cara dan metodelogi yang digunakan dalam
mengumpulkan data serta menganalisis hasil penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan analisis hasil, interpretasi data dan pembahasan dari penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan, dan saran berdasar
hasil penelitian terhadap perekonomian provinsi Jawa Barat dalam kaitannya dengan
tujuan penelitian.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Nilai Tukar
Nilai tukar didefinisikan sebagai nilai suatu mata uang yang dibutuhkan untuk
mendapatkan satu unit mata uang lainnya (Lipsey, et al., 1997). Sedangkan menurut
Mishkin (2001), nilai tukar mata uang suatu negara adalah harga mata uang suatu
negara tersebut yang dihitung dalam mata uang negara lain.
Menurut Hossain dan Chowdhury (1998), kurs nominal adalah harga dari
mata uang asing dalam bentuk mata uang domestik, kurs nominal dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut:
e = Pd/Pf
dimana :
e = kurs nominal
Pd = harga domestic
Pf = harga luar negeri
Berdasarkan Mankiw (2000), nilai tukar dibagi menjadi dua yaitu nilai tukar
nominal (nominal exchange rate) dan nilai tukar riil (real exchange rate). nilai tukar
nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara, sedangkan nilai tukar riil
adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara. Hubungan antara nilai tukar riil
dan nilai tukar nominal adalah sebagai berikut:
E = e • P/P*
E = nilai tukar riil
e = nilai tukar nominal
P* = harga luar negeri
P = harga dlaam negeri
2.2 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat
5
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2000). Jadi
pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian.
Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan
barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh
pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi
akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin
berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan
penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka.
Menurut Arsyad (1999) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan
Produk Domestik Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah
kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau
apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.
2.3 Investasi
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai
”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan
peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-
barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan
barang dan jasa di masa depan” . Investasi adalah pengeluaran oleh sector produsen
(swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau
untuk perluasan pabrik. Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah
permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi
atau pendapatan di masa mendatang Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu
negara menurut Todaro (1981) adalah:
(1) Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan
fisik dan sumber daya manusia;
(2) Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja
dan keahliannya;
(3) Kemajuan teknologi.
6
Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi
pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk
(output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya
mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya
untuk investasi dalam bentuk ”capital formation” untuk mencapai tingkat produksi
yang lebih besar. Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan
meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia,sehingga menjadi tenaga ahli yang
terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif.
Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu
masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni
(1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga
kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat , pendapatan nasional serta
kesempatan kerja;
(2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas
produksi;
(3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Kekurangan modal dalam
Negara berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut:
(1) Kecilnya jumlah mutlak kapita material;
(2) Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk;
(3) Rendahnya investasi netto.
` Akibat keterbatasan tersebut, negara-negara berkembang mempunyai sumber
alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia yang masih potensial.
Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas maka perlu mempercepat investasi
baru dalam barang-barang modal fisik dan pengembangan sumberdaya manusia
melalui investasi di bidang pendidikan dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan teori
perangkap kemiskinan (vicious circle) yang berpendapat bahwa:
(1) ketidakmampuan untuk mengarahkan tabungan yang cukup,
(2) kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal,
7
(3) taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran yang relatif rendah merupakan tiga
faktor utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal di Negara
berkembang. Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan
ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut
menitikberatkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam
pertumbuhan ekonomi daerah (Lincoln Arsyad, 1997). Beberapa asumsi yang
digunakan dalam teori ini adalah bahwa:
(1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-
barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh.
(2) Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan) berarti sektor
pemerintah dan perdagangan tidak ada
(3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan
nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol)
(4) Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save =MPS) besarnya
tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital Output Ratio= COR) dan
rasio penambahan modal-output (Incremental Capital
Output Ratio)
Teori ini memiliki kelemahan yakni kecendrungan menabung dan ratio
pertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam jangka
panjang. Demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak konstan,
harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah akan mempengaruhi investasi.
Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi akan semakin
tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar. Dengan diasumsikan
bahwa investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya atau modal manusia dapat
menciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif) dan memacu produktivitas
yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun
teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun model
pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan
untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan
8
dari investasi komplementer (complementary investment) dalam modal atau
sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian.
Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun
sosial, maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya
domestik dengan cara menyediakan berbagai
macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta
dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya.
Dengan demikian model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif
dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung. Investasi swasta
di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.12
Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Berdasarkan sumber
dan kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi penanaman modal
dalam negeri dan asing.
Dengan semakin besarnya investasi pemerintah pada barang publik maka diharapkan
akan mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga
dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya
akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB.
2.4 Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang diperoleh maka diperoleh
kerangka berpikir bahwa setiap shock atau gangguan dalam variable ekonomi akan
direspon oleh ketiga variable perekonomian lainnya dalam penelitian ini. Gangguan
yang terjadi pada variable nilai tukar akan direspon oleh variable pertumbuhan
ekonomi, penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal dalam negeri
(PMDN). Guncangan pada variabel pertumbuhan perekonomian juga akan direspon
oleh variabel nilai tukar, penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal
dalam negeri (PMDN). Hal yang sama berlaku untuk guncangan yang dialami oleh
variabel penanaman modal asing(PMA) dan penanaman modal luar negeri maka akan
direspon oleh ketiga variabel makroekonomi lainnya.
9
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Penanaman Modal Asing (PMA)
Pertumbuhan Ekonomi
Penanaman Modal Asing (PMA)
Gambar 2.4 Kerangka Pikir
2.5 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan kajian teori maka
hipotesis penelititian dari penelitian ini adalah :
1. Gangguan yang terjadi pada variable nilai tukar akan direspon oleh variable
pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal
dalam negeri (PMDN).
2. Gangguan yang terjadi pada variable pertumbuhan ekonomi akan direspon oleh
variable nilai tukar, penanaman modal asing (PMA), dan penanaman modal
dalam negeri (PMDN).
3. Gangguan yang terjadi pada variable penanaman modal asing (PMA) akan
direspon oleh variable nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, dan penanaman modal
dalam negeri (PMDN).
4. Gangguan yang terjadi pada variable penanaman modal dalam negeri (PMDN)
akan direspon oleh variable nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, dan penanaman
modal asing (PMA).
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
3.1.1 Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder . Pengumpulan data produk
domestik bruto berdasarkan lapangan usaha Provinsi Jawa Barat Tahun 1983 -2009
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Sedangkan untuk data nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar diperoleh dari Bank Indonesia. Data penanaman modal
asing (PMA) dan data penanaman modal dalam negeri (PMDN) diperoleh dari Badan
Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Provinsi Jawa Barat.
3.1.2 Ruang Lingkup Objek Penelitian
Penelitian dilakukan di Provinsi Jawa Barat dengan data sekunder periode tahun
1983 sampai dengan tahun 2009. Variabel peneilitian ini dibatasi pada variabel nilai
tukar, pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal
dalam negeri (PMDN).
3.2 Metode Analisis
3.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah suatu analisisi untuk menyajikan data apa adanya
berdasarkan data yang diteliti. Dalam analisis deskriptif ini menggunakan tabel dan
grafik yang digunakan untuk memeberikan gambaran umum kondisi variabel nilai
tukar, pertumbuhan makroekonomi, penanaman modal asing (PMA) dan penanaman
model dalam negeri (PMDN).
11
3.2.2 Uji Stasioneritas
Adalah salah satu uji untuk mengetahui stasioneritas data sehingga dapat
dengan mudah dilakukan peramalah (forecasting) untuk data pada periode
berikutnya. Uji yang bisa digunakan adalah Dickey Fuller Test dan Augmented
Dickey Fuller Test. Dickey Fuller Test dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne
Fuller. Perhatikan persamaan berikut :
Yt = ρ Yt-1 + ut
Jika ρ = 1, maka model menjadi random walk tanpa intersep. Disini kita
akan menghadapi masalah dimana varian Yt tidak stasioner. Dengan demikian Yt
dapat disebut mengandung “unit root” atau data tidak stasioner. Bila persamaan diatas
dikurangi pada Yt-1 sisi kanan dan kiri, maka persamaannya menjadi:
Yt - Yt-1= ρ Yt-1 - Yt-1+ ut
∆ Yt = (ρ-1) Yt-1 + ut
Atau dapat ditulis dengan:
∆ Yt = δ Yt-1 + ut
Dari persamaan tersebut dapat dibuat hipotesis:
H0: δ = 0
H1: δ ≠ 0
Jika kita tidak menolak hipotesis δ = 0, maka ρ = 1. Artinya kita memiliki
unit root, dimana data time series Yt tidak stasioner. Uji signifikansi terhadap
koefisien regresi dapat dilakukan dengan Uji-t. Sayangnya dengan hipotesis tersebut,
nilai Uji-t tidak mengikuti distribusi t sekalipun dalam sampel besar. Tetapi Dickey-
Fuller telah membuktikan bahwa Uji-t terhadap hipotesis diatas mengikuti statistik ζ
(tau). Statistik ini selanjutnya dikembangkan oleh Mc. Kinnon. Selain model diatas,
pengujian ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa model berikut:
12
1. Model dengan intersep:
∆ Yt = β1 + δ Yt-1 + ut
2. Model dengan intersep dan memasukkan variabel bebas waktu (t)
∆ Yt = β1 + β2 t + δ Yt-1 + ut
Model-model sebelumnya mengasumsikan ut tidak berkorelasi hampir tidak
mungkin. Untuk mengantisipasi adanya korelasi tersebut, Dickey-Fuller
mengembangkan pengujian diatas dengan sebutan: Augmented Dickey-Fuller (ADF)
Test. Formulasinya adalah sebagai berikut:
∆ Yt = β1 + β2 t + δ Yt-1 + α1 ∆ Yt-1 + α2 ∆ Yt-2 +...........+ αm ∆ Yt-m + εt
Atau dapat ditulis dengan:
Dimana m adalah panjangnya lag yang digunakan. Berdasarkan model tersebut kita
dapat memilih tiga model yang akan digunakan untuk melakukan Uji ADF, yaitu:
1. Model dengan intersep (β1) dan trend (β2), sebagaimana model diatas.
2. Model yang hanya intersep saja (β1), yaitu:
3. Model tanpa intersep dan trend (slop), yaitu:
13
ΔY t=β1+β2 t+δY t−1+αi∑i=1
m
ΔY t−1+εt
ΔY t=β1+δY t−1+α i∑i=1
m
ΔY t−1+εt
ΔY t=δY t−1+α i∑i=1
m
ΔY t−1+εt
3.2.3 Uji Kausalitas Granger
Granger (1969) mempostulasikan bahwa suatu variabel X dikatakan
menyebabkan variabel lain, Y, apabila Y saat ini dapat diprediksi lebih baik dengan
menggunakan nilai-nilai masa lalu X. Sebagaimana yang ditulisnya:
A variable X is said to cause another variable Y, with respect to a given information
set that includes X and Y, if current Y can be predicted better by using past values of
X than by not doing so, given all other past information in the information set is used.
Terlihat bahwa teori Granger dilandasi atas asumsi sejumlah informasi yang
memasukkan X dan Y saat ini dan semua informasi masa lalu. Katakanlah At adalah
himpunan informasi yang telah tersedia dengan t =…, -1, 0, 1, 2, … Dengan lain,
asumsi yang digunakan adalah A={(X, Y)}. X dan Y dianggap merupakan sepasang
data runtut waktu yang memiliki kovarians linear yang stasioner (linear covariance-
stationary time series). Oleh karena itu:
Yt = Σai Yt-i + Σ bj Xt-j + νt (1)
Xt = Σ ci Xt-i + Σ dj Yt-j + μt (2)
di mana (μt, νt)’ adalah vektor random independen dengan rata-rata nol dan matriks
kovarians terbatas. Persamaan 1 menunjukkan bahwa variabel Xt gagal menyebabkan
Yt apabila dalam regresi Yt terhadap Y lag dan X lag, koefisien X lag sama dengan
nol. Dengan kata lain, bila bj=0 (i=1, 2, .., k), maka Xt gagal menyebabkan Yt. Uji
kausalitas dilakukan karena ada tiga kemungkinan arah kausalitas. Pertama, X
menyebabkan Y apabila hipotesis nol yang menyatakan bj=0 dengan j=1,.., k dapat
ditolak (lihat persamaan 1). Kedua, Y menyebabkan X apabila hipotesis nol yang
menyatakan bj=0 dengan j=1,.., k dapat ditolak (lihat persamaan 2). Ketiga, hubungan
timbal balik terjadi apabila X menyebabkan Y dan pada saat yang sama Y
menyebabkan X. Dalam penelitian ini, ada beberapa kasus yang dapat
diintepretasikan dari persamaan Granger Causality diatas (Gujarati,2003:696-697) :
1. Unidirectional causality dari Y ke X, artinya kausalitas satu arah dari Y ke X
terjadi jika koefisien lag Y pada persamaan Yt adalah secara statistik signifikan
berbeda dengan nol, koefisien lag X pada
14
persamaan Xt sama dengan nol,
2. Unindirectional causality dari X ke Y, artinya kausalitas satu arah dari X ke Y
terjadi jika koefisien lag X pada persamaan Xt adalah secara statistik signifikan
berbeda dengan nol dan koefisien lag Y pada persamaan Yt secara statistik signifikan
sama dengan nol.
3. Feedback/bilaterall causality, artinya kausalitas timbal balik yang terjadi jika
koefisien lag Y dan lag X adalah secara statistik signifikan berbeda dengan nol pada
kedua persamaan Yt dan Xt di atas.
4. Independence, artinya tidak saling ketergantungan yang terjadi jika koefisien lag Y
dan lag X adalah secara statistik sama dengan nol pada masing-masing persamaan Yt
dan Xt diatas. Sedangkan hipotesis statistik untuk pengujian kausalitas dengan
menggunakan pendekatan Granger. Adapun persamaan Granger Causality adalah :
Y t=∑j=1
n
β1 j Y t− j+∑j=1
n
β2 j X t− j+u1t
X t=∑j=1
n
γ1 j Y t− j+∑j=1
n
γ2 j X t− j+u2 t
H 0 :∑i=1
t
β¿=0artinya suatu variabel tidakmempengaruhi variabel lainnya.
H 1:∑i=1
t
β¿≠ 0artinya suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.
3.2.4 Penentuan Lag Optimal
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam memilih selang optimal yaitu :
1. Trial Lag Max sampai dengan kestabilan VAR masih terpenuhi, yaitu inverse root
characteristic of polynomial AR memiliki modulus < 1 dan semuanya terletak
dalam unit circle.
2. Menggunakan criteria Likelihood Ratio (LR), Final Prediction Error (FPE),
Akaike Information Criteria (AIC), Schwartz Information Criteria (SIC), Hannan
Quin (HQ) sampai lag berapa(>1) masih signifikan.
15
3. Pastikan penentuan nya dengan meilhat nilai R2 masing-masing kandidat dengan
penekanan variabel yang dianggap penting, lihat nilai koefisien dterminasi terbesar.
Penentuan lag optimum dapat dibantu dengan penggunaan software.
3.2.5 Pengujian Kointegrasi
Pengujian kointegrasi dilakukan dengan memasukkan selang yang optimal
dan menggunakan criteria AIC dan SIC dengan metode Trace dan Max
Statitik Uji Max
Statistik Uji Trace
Nilai kritis kedua statistic uji tersebut berdasarkan pada penghitungan Johansen dan
Juselius (1990).
3.2.6 Estimasi Vector Error Corection Model (VECM)
Dalam estimasi VECM ini akan menunjukkan hubungan antara variabel satu
dengan variabel lain baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Bentuk standard dari model VECM adalah :
Hubungan jangka panjang (VAR) Hubungan jangka pendek (VEC)
Nilai π (speed of adjustment) kecepatan untuk menuju ke titik keseimbangan.
Klasifikasi tanda dan signifikansi dari speed of adjustment :
(+) signifikan ; model kurang baik sebab akan menjauhkan dari titik keseimbangan.
(+) tidak signifikan ; model kurang baik sebab akan menjauhkan dari titik
keseimbangan.
16
(-) tidak signifikan ; model hanya memiliki model jangka pendek tetapi tidak
memiliki model dalam jangka panjang.
(-) signifikan ; model sudah baik sebab akan mempercepat menuju titik
keseimbangan.
3.2.7 Impulse Rensponse Function
Impulse respon pada kasus ini mempunyai fungsi yang sama dengan impulse
respon pada VAR. Fungsi impulse respon menggambarkan tingkat laju dari shock
variabel yang satu terhadap variabel yang lainnya pada suatu rentang periode tertentu.
Sehingga dapat dilihat lamanya pengaruh dari shock suatu variabel terhadap variabel
lain sampai pengaruhnya hilang atau kembali ke titik keseimbangan. Fungsi ini akan
melacak respon dari variabel tergantung apabila terdapat shock dalam persamaan
VECM.
3.2.8 Variance Decompotition
Variance decompotition akan memberikan informasi mengenai proporsi dari
pergerakan pengaruh shock pada sebuah variabel terhadap shock variabel yang lain
pada periode saat ini dan periode yang akan datang. Fungsi variance decompotition
pada VAR dan VECM adalah sama
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Stasioneritas Data
Dengan menggunakan uji statitik Augmenter Dickey Fuller Test maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1.1 Probability Value dan Test Critical Value Pengujian Stasioneritas
Pada Tingkat Keyakinan (α =5%)
*) signifikan pada level 5 %
Dari hasil yang ditunjukkan oleh tabel diatas dapat disimpulkan bahwa variabel nilai
tukar, pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA) , penanaman modal
dalam negeri (PMDN) stasioner pada difference pertama. Dengan demikian dapat
diduga bahwa model yang berpeluang mampu meramalkan nilai berikutnya adalah
Vector Autoregressive (VAR) atau Vector Error Corection Mechanism (VECM).
4.1.2 Penetapan Lag Optimal
Selang lag optimum yang diperoleh berdasarkan pengujian dengan nilai LR,
FPE,AIC, SC, dan HQ diperoleh pada periode 1. Selang optimal pada VECM adalah
18
Variabel
Level Difference (1)
Test
Critical
Value
Prob*
Test
Critical
Value
Prob*
Nilai Tukar -1.954414 0.9901 -1.955020* 0.0008*
Pertumbuhan
Ekonomi
-1.955681 0.9961 -1.955020* 0.0026*
PMA -1.954414 0.8828 -1.955020* 0.0000*
PMDN -1.955020 0.8288 -1.955681* 0.0000*
selang optimal pada VAR -1. P=1 dengan demikian p-1 adalah selang optimal bagi
model VECM yaitu 1. Tanda bintang terbanyakberada pada lag 2.
Tabel 4.1.2 Hasil Penetapan Lag Optimal
VAR Lag Order Selection CriteriaEndogenous variables: ER PDRB PMA PMDN Exogenous variables: C
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 -70.93015 NA 0.004715 5.994412 6.189432 6.0485021 1.265418 115.5129 5.38e-05 1.498767 2.473867 1.7692182 28.92567 35.40512* 2.37e-05* 0.565946* 2.321128* 1.052759*
* indicates lag order selected by the criterion
4.1.3 Uji Kausalitas Granger (Granger Causality Test)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakaha ada hubungan yang saling
mempengaruhi (kausalitas) antara variabel satu dan variabel lainnya dalam penelitian.
Tabel 4.1.3 Hasil Granger Causality Test
Pairwise Granger Causality Tests
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
PDRB does not Granger Cause ER 25 3.88691 0.0375 ER does not Granger Cause PDRB 1.92345 0.1722
PMA does not Granger Cause ER 25 1.48556 0.2503 ER does not Granger Cause PMA 0.49582 0.6164
PMDN does not Granger Cause ER 25 1.84459 0.1840 ER does not Granger Cause PMDN 3.30366 0.0576
PMA does not Granger Cause PDRB 25 2.63037 0.0968 PDRB does not Granger Cause PMA 5.07832 0.0165
PMDN does not Granger Cause PDRB 25 0.55856 0.5807 PDRB does not Granger Cause PMDN 3.80180 0.0399
PMDN does not Granger Cause PMA 25 3.97568 0.0352 PMA does not Granger Cause PMDN 0.07712 0.9261
Berdasarkan hasil uji kausalitas pada tingkat kepercayaan 5 % tidak ditemukan
hubungan kausalitas antar variabel tersebut. Tetapi pada level 10 % antar variabel
penanaman modal asing dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang saling
19
mempengaruhi. Selain itu hubungan kausalitas antara variabel penanaman modal
asing dan penanaman modal dalam negeri pada tingkat kepercayaan yang sama.
4.1.4 Uji Kointegrasi
Setelah dilakukan pengujian uji kointegrasi dengan menggunakan Johansen
Cointegration Test maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1.4 Hasil Johansen Cointegration Test
Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted)Series: ER PDRB PMA PMDN Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Trace 0.05No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.964578 129.8892 63.87610 0.0000At most 1 * 0.621840 49.71919 42.91525 0.0091At most 2 * 0.515316 26.38069 25.87211 0.0432At most 3 0.312668 8.998499 12.51798 0.1804
Trace test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)
Hypothesized Max-Eigen 0.05No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.964578 80.16999 32.11832 0.0000At most 1 0.621840 23.33849 25.82321 0.1029At most 2 0.515316 17.38219 19.38704 0.0955At most 3 0.312668 8.998499 12.51798 0.1804
Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan uji Trace
bahwa variabel nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing (PMA),
dan penanman modal dalam negeri (PMDN) memiliki tiga kointegrasi pada level
tingkat kepercayaan 5 persen. Uji Trace menenukan satu kointegrasi pada level 5
persen. Hal tersebut ditunjukkan oleh dua nilai Trace Statistic dan Max-Eigen Value
yang lebih besar dari Critical value pada level 5 persen. Dengan demikian
20
penggunaan model Vector Error Corection Model (VECM) sesuai untuk digunakan
dasar peramalan (forecasting).
4.1.5 Estimasi Model Vector Error Corection Model (VECM)
Adapun model VECM yang diperoleh berdasarkan estimasi menggunakan
bantuan software E-views 6. Nilai speed of adjustment hanya signifikan pada
persaamaan keempat dimana variabel penanaman modal dalam negeri (PMDN)
diperuhi oleh ketiga variabel lainnya.
Tabel 4.14 Hasil Estimasi Model Vector Error Corection Model (VECM)
Vector Error Correction Estimates
Error Correction: D(DER) D(DPDRB) D(DPMA) D(DPMDN)
CointEq1 0.031142 -0.021682 0.193255 0.178001 (0.01697) (0.00506) (0.06377) (0.05050)[ 1.83466] [-4.28334] [ 3.03039] [ 3.52449]
D(DER(-1)) -0.386131 -0.039236 -0.468571 -2.856901 (0.19171) (0.05717) (0.72024) (0.57039)[-2.01418] [-0.68631] [-0.65057] [-5.00867]
D(DPDRB(-1)) -1.659635 0.340413 -4.672989 -5.696241 (0.66735) (0.19901) (2.50724) (1.98559)[-2.48690] [ 1.71052] [-1.86380] [-2.86879]
D(DPMA(-1)) -0.018504 -0.022355 -0.669451 0.042586 (0.04012) (0.01197) (0.15074) (0.11938)[-0.46117] [-1.86836] [-4.44105] [ 0.35673]
D(DPMDN(-1)) 0.052860 -0.012527 0.259515 -0.617386 (0.03264) (0.00973) (0.12263) (0.09712)[ 1.61945] [-1.28699] [ 2.11625] [-6.35721]
C -0.010065 0.001287 0.000935 -0.010958 (0.04730) (0.01411) (0.17772) (0.14075)[-0.21278] [ 0.09120] [ 0.00526] [-0.07786]
R-squared 0.390054 0.552900 0.658807 0.848803 Adj. R-squared 0.220625 0.428706 0.564031 0.806804 Sum sq. resids 0.962843 0.085625 13.59059 8.523632 S.E. equation 0.231282 0.068971 0.868926 0.688139 F-statistic 2.302164 4.451891 6.951206 20.20999 Log likelihood 4.536501 33.57541 -27.23041 -21.63199 Akaike AIC 0.121958 -2.297951 2.769201 2.302666 Schwarz SC 0.416472 -2.003437 3.063714 2.597179 Mean dependent -0.008293 -0.000232 -0.018408 0.033782
21
S.D. dependent 0.261980 0.091250 1.315997 1.565585
Determinant resid covariance (dof adj.) 5.10E-05 Determinant resid covariance 1.61E-05 Log likelihood -3.805872 Akaike information criterion 2.650489 Schwarz criterion 4.024885
4.2 Pembahasan
4.2.1 Impulse Response Function
Setiap variabel memberikan dampak yang berbeda beda pada shock yang terjadi
pada variabel lain diantaranya :
a. Nilai tukar mengalami guncangan
1. Respon nilai tukar yang disebabkan oleh guncangan dirinya sendiri adalah
pada awal periode positif dan sampai akhir periode kesepuluh belum dapat
mencapai titik keseimbangan.
2. Respon pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat ketika nilai tukar rupiah
mengalami guncangan adalah pada awal periode positif dan pada periode
kedua memberi respon yang negative hingga akhir periode kesepuluh.
3. Respon penanaman modal asing terhadap modal terhadap guncangan yang
dialami oleh nilai tukar pada awal periode negatif tetapi pada periode kedua
positif. Respon negatif kembali diberikan oleh penanaman modal asingpada
periode kelima tetapi kembali direspon postif pada periode keenam. Periode
ketujuh dan Sembilan merespon negative. Periode kedelapan merespon
positif. Periode kesepuluh mampu untuk mencapai titik keseimbangan.
4. Respon penanaman modal dalam negeri (PMDN) terhadap guncangan yang
dialami oleh nilai tukar dari awal periode negative dan pada periode ketiga
postif kemudian sampai akhir periode kesepuluh masih negative dan belum
mencapai titik keseimbangan.
b. Pertumbuhan ekonomi mengalami guncangan
1. Respon nilai tukar terhadap guncangan pertumbuhan ekonomi cukup
fluktuatif. Pada awal periode respon yang diberikan respon postiif sampai
22
periode ksepuluh. Sampai akhir periode kesepuluh belum tercapai titik
keseimbangan.
2. Respon pertumbuhan ekonomi akibat guncangan yang dialaminya sendiri
adalah pada awal periode member respon positif kemudian merspon negative
pada periode ketiga hingga periode kelima mendekati keseimbangan.Periode
kelima, keenam, dan ketujuh merespon positif dan mencapai titik
keseimbangan pada periode kedelapan dan kesembilan. Pada periode
kesepuluh mulai menjauh dari titik keseimbangan.
3. Respon penanaman modal asing ketika pertumbuhan perekonomian
mengalami guncangan yaitu pada awal periode responnya negatif kemudian
menjadi positif pada periode kedua dan kembali merespon negatif pada
periode kelima. Pada periode keenam dan seterusnya respon yag diberikan
positif dan belum mampu mencapai titik keseimbangan hingga akhir periode
kesepuluh.
4. Respon penanaman modal dalam negeri terhadap guncangan pertumbuhan
ekonomi pada awal periode hingga akhir periode merespon positif. Namun
hingga akhir periode kesepuluh belum tercapi titik keseimbangan.
c. Penanaman modal asing (PMA) mengalami guncangan
1. Respon nilai tukar terhadap guncangan yang terjadi pada penanaman modal
asing di Jawa Barat pada awal periode hingga akhir periode adalah negative
dan belum mampu mencapai titik keseimbangan hingga akhir periode
kesepuluh.
2. Respon pertumbuhan perekonomian akibat adanya guncangan pada
penanaman modal asing di Jawa Barat pada awal periode poitif seterusnya
hingga akhir lag kesepuluh. Hingga akhir periode kesepuluh belum tercapai
titik keseimbangan.
3. Respon penanamanmodal asing akibat guncangan yang terjadi pada dirinya
sendiri selama awal hingga akhir periode selalu memberikan respon tetapi
belum mampu mencapai titik keseimbangan hingga akhir periode kesepuluh .
23
4. Respon penanaman modal dalam negeri akibat guncangan yang terjadi pada
penanaman modal asing sangat fluktuatif. Pada awal periode negatif dan
merespon posititif pada saat lag genap dan menjadi negative pada periode
ganjil memberi respon positif hingga mampu mencapai titik keseimbangan
pada akhir periode kesepuluh.
d. Penanaman modal dalam negeri (PMDN) mengalami guncangan
1. Respon nilai tukar terhadap guncangan yang terjadi pada penanaman modal
dalam negeri (PMDN) di Provinsi Jawa Barat adalah positif pada awal periode
hingga lag kedua, kemudian merespon negative pada lag ketiga hingga akhir
periode kesepuluh dan berusaha mencapai titik keseimbangan pada lag
keempat dan keenam.
2. Respon pertumbuhan ekonomi akibat guncangan penanaman modal dalam
negeri (PMDN) di Provinsi Jawa Barat pada awal periode responya potitif
hingga akhir periode kesepuluh tetapi sampai akhir periode kesepuluh belum
mampu mencapai titik keseimbangan.
3. Respon penanaman modal asing (PMA) akibat guncangan penanaman modal
dalam negeri (PMDN) di Provinsi Jawa Barat pada awal periode memberikan
respon positif kemudian memberi respon negative pada periode ketiga,kelima,
dan ketujuh. Pada periode keempat dan keenam memberi respon positif.
Keseimbangan dicapai pada periode kedelapan dan seterusnya hingga akhir
periode kesepuluh.
4. Respon penanaman modal dalam negeri (PMDN) akibat guncangan
penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Provinsi Jawa Barat pada awal
periode memberi respon positif hingga akhir periode kesepuluh dan belum
mampu mencapai titik keseimbangan hingga periode tersebut.
4.2.2 Variance Decomposition
24
Berdasarkan hasil output pengolahan data dengan menggunakan bantuan
software E-views 6, maka diperolehlah hasi mengenai varians dekomposisi setiap
variabel yaitu :
1. Variabel yang mampu menjelaskan perubahan variasi nilai tukar tertinggi dari
awal periode hingga akhir periode kesepuluh adalah variabel pertumbuhan
ekonomi yaitu mencapai 9,08 persen.
2. Variabel yang mampu menjelaskan perubahan variasi pertumbuhan ekonomi
tertinggi dari awal periode hingga akhir periode kesepuluh adalah variabel
nilai tukar rupiah yaitu mencapai 23,66 persen.
3. Variabel yang mampu menjelaskan perubahan variasi penanaman modal asing
tertinggi dari awal periode hingga akhir periode kesepuluh adalah variabel
pertumbuhan ekonomi yaitu 14,89 persen.
4. Variabel yang mampu menjelaskan perubahan variasi penanaman modal dalam
negeri tertinggi dari awal periode hingga akhir periode kesepuluh adalah
variabel nilai tukar rupiah yaitu 45,54 persen.
BAB V
25
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Respon shock suatu variabel makroekonomi terhadap variabel lainnya berbeda-
beda diantaranya :
a. Ketika nilai tukar rupiah mengalami guncangan maka secara umum yang
mampu dengan cepat merespon dan kembali ke titik keseimbangan adalah
penanaman modal asing.
b. Ketika terjadi guncangan pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat
maka variabel yang akan cepat merepon kembali ke arah keseimbangan adalah
pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
c. Ketika terjadi shock atau guncangan pada penanaman modal asing maka
variabel penanaman modal dalam Negara (PMDN) memiliki respon yang
paling cepat merespon kearah titik keseimbangan.
d. Ketika terjadi shock atau guncangan pada penanaman modal dalam negeri
(PMDN) maka variabel penanaman modal asing akan merespon lebih cepat
kea rah titik keseimbangan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tadi maka adapun saran yang dapat diberikan adalah :
1. Berdasarkan kesimpulan a.) dan d.)Meningkatkan suku bunga untuk menarik
capital inflow perlu dilakukan untuk meningkatkan penanaman modal asing di
Provinsi Jawa Barat. Mempromosikan keunggulan produk Provinsi jawa Barat
sehingga dapat menarik investor asing untuk menanamkan modalnya ketika
pertumbuhan ekonomi mengalami guncangan dapat membantu menstabilkan
kondisi perekonomian di Provinsi Jawa Barat. Semakin banyaknya aliran modal
asing maka akan membantu pemulihan akibat shock yang diakibatkan oleh
guncangan nilai tukar dan penanaman modal dalam negeri.
2. Berdasarkan kesimpulan b.) Mendorong kegiatan produksi di Provinsi Jawa
Barat agar lebih optimal sehingga dapat memperbesar output yang dihasilkan
26
dengan demikian diharapkan akan membawa kearah pertumbuhan
perekonomian yang tumbuh lebih baik ketika terjadi guncangan pada nilai tukar
rupiah
3. Berdasarkan kesimpulan c.) Melaksanakan usaha padat karya yang
mengkombinasikan pertumbuhan perekonomian, penanaman modal dalam
negeri , dan nilai tukar rupiah untuk menjaga keseimbangan jika terjadi
guncangan pada penanaman modal asing (PMA).
4. Bagi peneliti berikutnya diharapkan mampu untuk mendapatkan series data
yang lebih panjang seperti data triwulanan atau bahkan bulanan sehingga dapat
dialkukan analisis yang lebih akurat.
27